Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di
mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar.
Se-zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalur
perdagangan Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin
dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-
kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di
tempat-tempat baru. Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi
seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan
disebut-sebut dalam kitab Negarakertagama, sebagai wilayah Yurisdiksinya.

Proses Islamisasi di Papua di lakukan melalui jalur perdagangan yang di kembangkan


oleh para pedagang – pedagang dari suku Bugis melalui Banda ( Maluku Tengah ) dan di
teruskan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui Seram Timur. Selain melalui jalur
perdagangan, kedatangan Islam ke Papua pun bisa terjadi melalui pembuangan orang – orang
yang beragama Islam oleh Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa.
Karena pada saat itu Islam telah berkembang pesat di Nusantara, dan daerah – daerah tersebut
telah di kuasai oleh kerajaan – kerajaan Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan geografis Kepulauan Papua?

2. Bagaimana proses masuknya Islam di Papua?

3. Apa saja bukti-bukti peninggalan Islam di Papua?

4. Jelaskan kerajaan Pertuanan Islam di Papua

a. Pertuanan Raja Wertuar

b. Pertuanan Raja Fatagar

c. Pertuanan Raja Komisi

d. Pertuanan Raja Namatota

1
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Geografis Kepulauan Papua

Pulau Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari
wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis, dan
telah mendorong bangsa – bangsa asing untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Pucuk Jaya
merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke.
Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban udara relative
lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi
penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah
1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.

Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring
dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula
dengan bahasa-bahasa local dalam memaknai nama Papua.Jika dilihat dari karakteristik budaya,
mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran
rendah dan pesisir.Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap
ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat
kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sacral dan
keduannya berfungsi bersama-sama.

2.2 Proses Awal Masuknya Islam di Papua

Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara,
sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan Islam
di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para
keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, fak-fak,

2
3

kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, diantara mereka saling mengklaim bahwa Islam
lebih awal datang kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung
dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis.

Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan melihat
beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:

 Teori Papua

Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua,
khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori
ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh
kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun
Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah
Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan
adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam
dan hawa berada di daratan Papua.

 Teori Aceh

Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fakfak pada
tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai
dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak.
Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan
oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H.
Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di
Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong
Rumbati pada tahun 1374 M.

 Teori Arab

Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu
pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz
al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad
pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun
atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil
Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan
di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:

1. Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan
diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya)

3
4

2. Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

 Teori Jawa

Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa
orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah dengan siti
hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama
menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah
keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama
masuk Islam.

 Teori Banda

Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh
pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram timur oleh
seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di ambon.
Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang
mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan
dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat
mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan
tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

 Teori Bacan

Kesultanan Bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang
dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan
Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui
keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina,
Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.

Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding yang
memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah
barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan
kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M,
melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau
tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme,
tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.

Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama
tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat.

4
5

Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan
bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan –
kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.

 Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)

Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443
M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan
tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu Mansur
mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita
Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama
Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah
kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo.
Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain.

Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad
pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate
dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan
rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tome pires
yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba
di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang
pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan
pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di
Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau
90 tahun yang lalu.

proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan
militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui
beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan
pesantren dan lain sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di
nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan
itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam
masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi
guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru itu.

Pola Penyebaran Islam

Antara kedatangan Islam, terbentuknya masyarakat Muslim, lebih-lebih munculnya


kerajaan-kerajaan Muslim, mengambil proses waktu berabad-abad. Demikian pula proses
tersebut melalui bermacam-macam cara.

5
6

Secara garis besar proses penyebaran Islam dapat melalui berbagai saluran seperti: perdagangan,
perkawinan, birokrasi pemerintahan, pendidikan, tasawuf, cabang-cabang kesenian dan lain-lain.

Pola penyebaran Islam di Tanah Papua, juga melalui beberapa saluran antara lain sebagai
berikut:

1. Saluran Perdagangan

2. Saluran Sosial Kultural

3. Saluran Politik

4. Saluran Perkawinan

5. Saluran Pendidikan

2.3 Bukti-Bukti Peninggalan Islam di Papua

1. terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang
masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik
Waigeo.

2. tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang
kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.

3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid
kuno.

4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima
manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang
lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit
kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya
bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.

Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1912 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari
kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka
masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas
daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan
manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.

6
7

5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun
oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe. Pada masa penjajahan, masjid ini
bahkan pernah diterjang bom tentara Jepang. Hingga kini, kejadian tersebut menyisakan lubang
bekas peluru di pilar masjid. Menurut Musa Heremba, penyebaran Islam di kokas tak lepas dari
pengaruh Kekuasaan Sultan Tidore di wilayah Papua. Pada abad XV, kesultanan Tidore mulai
mengenal Islam. Sultan Ciliaci adalah sultan pertama yang memeluk agama Islam. Sejak itulah
sedikit demi sedikit agama islammulai berkembang di daerah kekuasaan Kesultanan Tidore
termasuk kokas.

Masjid Patimburak

2.4 Kerajaan-Kerajaan Pertuanan Islam di Papua

1. Pertuanan Raja Wertuar

Menurut keterangan Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama
Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya, sedang
Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao
dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh
yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah
Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan
saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka hidup dalam satu zaman.
Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan
bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher
Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah
Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid.

7
8

Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa Raja Rumbati adalah Raja Misool telah lebih dahulu
masukIslam.
Disebutkan juga bahwa kedua masa pemerintahan Raja Wertuar keenam dan ketujuh untuk
pertama kalinya dibangun Masjid pertama Wertuar terletak di Patimburak pada tahun 1870. Tapi
sebelum masjid itu dibangun sudah ada lebih dahulu bangunan musholla sebagai tempat ibadah
mereka ditempat yang berbeda. Disisi lain, dilihat dari data silsilah menunjukkan bahwa raja
Wertuar ketiga, Waney, yang bertahta di daerah Kramamongga dimana dia beristrikan putri
Namatota yakni Boki Kopiyai. Mereka diperkirakan hidup pada tahun 1576-1643.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kedua kerajaan ini (Kerajaan Wertukar dan kerajaan
Namatota) sudah terjalin kerja sama sejak abad XIV, atau bahkan jauh sebelumnya sekitar tahun
1506-1576, dimana raja Wertuar kedua hidup. Kerja sama keduanya kemudian disepakati
mempertemukananakmerekadalamwadahperkawinan.
2. Pertuanan Raja Fatagar
Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997, menceritakan
bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di
daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di
Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas
reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724.
Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa
Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore
yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati. Silsilah keluarga muslim terpandang di Papua,
yakni dari keluarga H. Ibrahim Bauw dibawah ini bisa pula menjadi pijakan sejak kapan Islam
masukketanahPapua.Patmogari—Nawarissa—Ismail—Samali—Abu Bakar—Ismail Samali
Bauw (lahir tahun 1938 wafat 2002)
Abu Bakar Bauw, Raja Rumbati gugur dalam Perang Dunia II di Kokas, Fakfak pada
tahun 1944 dalam usia 52 tahun. Jika diambil rata-rata generasi berselisih 40 tahun, maka
moyang dari keluarga Bauw telah masuk Islam sekitar 1600, dan sudah barang tentu sebelum itu,
Islam telah tumbuh disana. H. Ibrahim Bauw, Raja Rumbati yang meninggal pada tanggal 24
Agustus 1994 dalam usia 80 tahun. Dalam catatan pribadinya menjelaskan bahwa agama Islam
telah masuk ke Semenanjung Onin Fakfak pada tahun 1502. Dalam catatan tersebut, H. Ibrahim
Bauw juga menjelaskan bahwa selain Imam Abd. Ghafar yang datang dan tinggal, menetap dan
meninggal dunia di Rumbati, sekitar 100 tahun sebelumnya datang seorang mubalighah dari
Bandanaria bernama Siti Mashita. Beliau datang ke kampung Patipi, menetap dan menetap dan
meninggal dunia di kampung tersebut. Beberapa naskah serah terima kontrolir menyebutkan
bahwa berdasarkan pemberitaan pelaut bernama Louis Vaes de Torres tahun 1606, ketika itu
singgah di pesisir daerah Onin (daerah Kaimana sampai Namatota) telah melihat beberapa
pedagang Islam yang bermukim disana. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa waktu masuknya
Lauis Vaes De Torres, Islam sudah ada dan berkembang di daerah Fakfak.

8
9

3. Pertuanan Raja Komisi


Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad
Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada tahun
1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah
Haram”. Raja pertamanya bernama Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-
1541) penguasa pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh
Syarif Muaz yang mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan
kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah
kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi Samai.
Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima
dari Samai mendirikan kerajaan Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As
Tuararauw yang kemudian dikenal dengan nama Raja Komisi.

4. Pertuanan Raja Namatota.


Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan Tua,
telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan generasi kelima. Lamarora
merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja
Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam
dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-
bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin
Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau
menyetor uang tambang minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia
(Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.

9
10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan
Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara dan
Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena
itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan relasi ini
perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak maupun Raja
Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan pengaruh kekuasaan
antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara (Kesultanan Ternate dan
Tidore). Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah
(Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan
Semenajung Onim Fakfak. Walaupun demikian tidak berarti bahwa Ternate tidak ada
pengaruhnya, justru yang kedua ini dalam banyak hal sangat berpengaruh.

Dengan adanya pengaruh kedua kesultanan Islam ini di Raja Ampat, Sorong dan Fakfak,
maka telah dapat diduga (dipastikan) bahwa Islam masuk ke Raja Ampat dan Semenanjung
Onim Fakfak serta sebagian besar wilayah pantai selatan daerah Kepala Burung pada umumnya
termasuk kaimana di dalamnya adalah wilayah lingkup pengaruh kedua kesultanan itu

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999.

Wanggai, Toni Victor. Rekonstruksi Umat Islam Di Tanah Papua. Jakarta: Badan Litbang dan
Diklat Depag RI, 2009.
http://lengkas.wordpress.com/2012/03/22/umat-islam-papua-dibawah-kolonialisme-belanda/
(diakses tanggal 24 April 2013)

11

Anda mungkin juga menyukai