Anda di halaman 1dari 12

KERAJAAN ISLAM DI PAPUA

Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua


sudah berlangsung sejak lama. Bahkan berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ada,
terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di Papua. Berdasarkan sumber tradisi
lisan dari keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fakfak, Kaimana dan Teluk
Bintuni-Manokwari, Islam sudah lebih awal datang ke daerah ini. Banyak
pendapat mengenai kedatangan Islam di Papua. Penelitian tentang Islamisasi di
Papua sampai saat ini belum begitu banyak. Maka dari itu, saya akan
membahasnya beberapa saja.

Sejarah masuknya Islam di Papua melalui jalur perdagangan. Karena letak


Papua yang strategis menjadikan wilayah ini pada masa lampau menjadi perhatian
dunia Barat maupun para pedagang lokal Indonesia sendiri. Masuknya Islam di
Papua diyakini telah ada sebelum agama Nasrani masuk. Namun hingga saat ini
belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi. Saksi bisu sejarah itu adalah
Masjid Patimburak di Distrik Kokas, Fakfak. Masjid ini dibangun oleh Raja
Wertuer I bernama kecil Semempe. Sejumlah seminar yang pernah digelar seperti
di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang dilangsungkan di Ibukota Provinsi
Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun 1997 belum menemukan
kesepakatan itu.

1
1.1 Perumusan Masalah

Dalam makalah ini saya mencoba merumuskan masalah lebih spesifik lagi
diantaranya, yaitu sebagai berikut :

1. Teori mengenai kedatangan Islam di Papua


2. Kerajaan Islam di Papua
3. Peninggalan Kerajaan Islam di Papua

BAB II

PEMBAHASAN

1.2 Islamisasi Di Tanah Papua


Sebuah pendapat menyebutkan bahwa istilah Papua berasal dari bahasa
Tidore, Papo Ua, yang berarti tidak bergabung atau tidak bersatu. Maksudnya
adalah wilayah luas dan tanah besar itu (Papua) tidak termasuk ke dalam induk
kesultanan Tidore. Perspektif lain menyebutkan bahwa Papua berasal dari bahasa
Melayu, pua-pua, yang berarti keriting. Istilah ini pernah dikemukakan oleh
William Mardsen tahun 1812, dan terdapat dalam salah satu kamus bahasa
Melayu -Belanda karya Von der Wall tahun 1880, dengan kata ‘papoewah’ yang
berarti orang yang berambut keriting.
Memang, Papua sendiri telah dikenal sejak lama. Pada masa Kerajaan
Sriwijaya, Papua disebut Janggi. Pelaut Portugis yang pernah singgah di Papua
tahun 1526-1527 menyebutnya ‘Papua.’ Namun ada pula yang menyebutnya Isla
de Oro (Island of Gold). Kemiripan fisik orang Papua dengan orang Afrika
membuat pelaut Spanyol menyebutnya ‘Nieuw Guinea’, merujuk pada wilayah
Guinea di Afrika Barat.
Berbagai sebutan untuk Papua menyiratkan pada kita, akan keragaman
bangsa yang berinteraksi dengan orang-orang Papua. Salah satu bangsa yang
diketahui berhubungan dagang dengan orang-orang Papua adalah pedagang Cina.

2
Pertukaran barang seperti porselin dan tembikar terjadi diantara mereka. Bahkan
di kalangan masyarakat Seruni, terdapat keturunan Cina.
Ceritera lain juga menyebutkan tentang hubungan Kerajaan Majapahit
dengan orang-orang Papua. Terutama dengan penduduk Papua di Onin (Wwanin),
Fakfak. Hubungan ini diketahui dari Syair Negarakertagama karya Empu
Prapanca (1365M), dalam sebuah bait syair disebutkan kata Wwanin (Onin,
Fakfak) dan Sran (Kowiai atau Kaimana)
Tak hanya dengan bangsa di Asia, para penjelajah Eropa juga telah
mengunjungi Papua sejak abad ke 16. Tahun 1526, misalnya, Gubernur Portugal
pertama di Maluku bernama Jorge de Menesez mengunjungi Pulau Waigeo (Raja
Ampat). Tahun 1545, Kapten Ynigo Ortiz de Retez dari Spanyol mencapai
sekitar Sarmi, di muara Sungai Mamberamo. Ia kemudian memberi nama pulau
itu (Papua) Nueva Guinea.
Hubungan orang Papua, yaitu Raja Waigeo dengan orang Portugis bisa
ditelusuri dari catatan perjalanan Miguel Roxo de Brito, yang menjelajah ke Raja
Ampat tahun 1581. Dari catatan De Brito, dapat disimpulkan bahwa Raja Waigeo
telah memeluk agama Islam.
Kontak-kontak orang-orang Papua dengan berbagai pihak tersebut
biasanya sebatas perdagangan. Namun kontak orang-orang Papua dengan
muslimlah yang kemudian memberikan dampak yang berbeda. Kontak orang-
orang Papua dengan muslim tak hanya terbatas pada soal perdagangan, namun
juga perubahan hidup mereka dengan memeluk Islam.
Syiar Islam di Bumi Papua
terjadi terutama terkonsentrasi di
wilayah Papua Barat, mulai dari
Raja Ampat hingga Fakfak.
Masuknya islam di Papua diyakini
telah ada sebelum agama Nasrani
masuk. Namun terjadi silang
pendapat di antara pemerhati,
peneliti maupun para keturunan

Haji Oea Saraka di Onin Fakfak raja-raja di Raja Ampat-Sorong,

(Photo diambil antara tahun 1890-1900)

3
Fak-Fak, Kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari mengenai pengklaiman awal
masuknya Islam kedaerah yang hanya berdasarkan tradisi lisan tanpa didukung
dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis.
Saksi bisu sejarah itu adalah Masjid Patimburak di Distrik Kokas, Fakfak.
Masjid ini dibangun oleh Raja Wertver I bernama kecil Semempe. Sejumlah
seminar yang pernah digelar seperti di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang
dilangsungkan di ibukota provinsi Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun
1997, belum menemukan kesepakatan itu.
Setelah masuknya Islam ke tanah Papua,pada tahun 1870 agama islam
dan kristen menjadi agama yang
hidup saling berdampingan di papua.
Karena Raja Wertver I tak ingin
kepercayaan umatnya terpecah belah.
Wetver pun membuat sayembara
misionaris, dimana masing-masing
agama ditantang untuk membangun

Mesjid pertama Papua (Mesjid Tua Petimburak, Fakfak, Papua Barat)

tempat ibadahnya masing-masing. Masjid didirikan di Patumburak, gereja


didirikan di Bahirkendik.
Syaratnya adalah apabila di antara keduanya bisa menyelesaikan bangunan
dalam waktu yang ditentukan, maka seluruh rakyat Wertver akan memeluk
agama.Namun mesjidlah yang berdiri di tanah papua untuk pertama kalinya. Raja
Wetver menempati janjinya dan Raja Wetver berserta seluruh rakyat memeluk
agama Islam.

2.2 Teori Mengenai Kedatangan Islam Di Papua

Ada beberapa teori mengenai kedatangan Islam di Papua, yaitu :

1. Teori Papua
Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di
bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang
muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun

4
Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh
Allah Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat di
Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka
meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada
di daratan Papua.

2. Teori Aceh
Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah
kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang
pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh
Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak.
Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan
yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik
Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul
Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan
sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid
kampong Rumbati pada tahun 1374 M.

3. Teori Arab
Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di
tanah Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-
Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif
Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah
Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan
terjadi pada abad pertengahan abad XVI,
sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang
berumur sekitat 400 tahun atau di bangun
sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan
tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Gambar 1.1 Sultan Abdul Qadir

Seminar Sejarah Masuknya Islam dan

5
Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni
1997, dirumuskan bahwa: 1. Islam dibawa oleh Sultan Abdul Qadir pada
sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima oleh masyarakat di pesisir
pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya) 2. Agama Islam
datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

4. Teori Jawa
Catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan
bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang
kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal
Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid,
diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari
silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari
keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.

5. Teori Banda
Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di
Fakfak dikembagkan oleh pedagang-
pedagang Bugis melalui banda yang
diteruskan ke fakfak melalui seram
timur oleh seorang pedagang dari
Arab bernama haweten attamimi
yang telah lama menetap di ambon.
Microb juga mengatakan bahwa cara Gambar 1.2 Kabupaten Fakfak

atau proses Islamisasi yang pernah


dilaku

6. ka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan
jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi

6
dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati,
kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil
dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun
masuk agama Islam.

7. Teori Bacan
Kesultanan bacan dimasa sultan
mohammad al-bakir lewat piagam
kesiratan yang dicanangkan oleh
peletak dasar mamlakatul mulukiyah
atau moloku kie raha (empat kerajaan
Gambar 1.3 Istana Sultan Bacan
Maluku: ternate, tidore, bacan, dan
jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya
keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina,
Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua. Dari sumber – sumber tertulis
maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan
keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja
ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di
Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan
kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di
kepulauan raja ampat itu.

8. Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)


Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa
pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau sultan
Papua I) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah
tiba di wilayah pulau Misool, raja

7
ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan
Bacan dengan gelar Komalo
Bn Gurabesi (Kapita Gurabesi). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan
dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah.
Gambar 1.4 Pulau Misool
Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat
tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof,
kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis,
Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain.

2.3 Kerajaan Islam Di Papua

Gambar 2.1 Peta Kepulauan Raja Ampat

Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Papua, yaitu :

1) Kerajaan Waigeo

2) Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)

3) Kerajaan Salawati (marga Arfan)

4) Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)

8
5) Kerajaan Fatagar/(marga Uswanas)

6) Kerajaan Rumbati (marga Bauw)

7) Kerajaan Atiati (marga Kerewaindżai)

8) Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)

9) Kerajaan Patipi

10) Kerajaan Arguni

11) Kerajaan Wertuar (marga Heremba)

12) Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota

13) Kerajaan Aiduma

14) Kerajaan Kaimana

2.4 Peninggalan Kerajaan Islam Di Papua

Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua,
yaitu :

gambar naskah kuno Gambar Alqurqn tertua fakfak

1. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa
lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa
Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.

9
2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari
mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di
beberapa masjid kuno.
4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno berhuruf
Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda,
yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al
Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai
menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya
bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan
doa.Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh
Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai
ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes,
ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas
daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu.
Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar
yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.
5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak
yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang
memiliki nama kecil Semempe. Saat itu,
tahun 1870, Islam dan Kristen sudah
menjadi dua agama yang hidup
berdampingan di Papua. Ketika dua agama
ini akhirnya masuk ke wilayahnya, Wertuer
sang raja tak ingin rakyatnya terbelah kepercayaannya. Maka ia membuat
sayembara misionaris Kristen dan imam Muslim ditantang untuk membuat
masjid dan gereja. Masjid didirikan di Patumburak, gereja didirikan di
Bahirkendik. Bila salah satu di antara keduanya bisa menyelesaikan
bangunannya dalam waktu yang ditentukan, maka seluruh rakyat Wertuer
akan memeluk agama itu. Gambar 3.3 Masjid Patimburak

10
BAB III

PENUTUP

2.5 Kesimpulan

Sejarah masuknya Islam di Papua melalui jalur perdagangan. Karena letak


Papua yang strategis menjadikan wilayah ini pada masa lampau menjadi perhatian
dunia Barat maupun para pedagang lokal Indonesia sendiri. Masuknya Islam di
Papua diyakini telah ada sebelum agama Nasrani masuk. Namun hingga saat ini
belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi. Saksi bisu sejarah itu adalah
Masjid Patimburak di Distrik Kokas, Fakfak. Masjid ini dibangun oleh Raja
Wertuer I bernama kecil Semempe. Sejumlah seminar yang pernah digelar seperti
di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang dilangsungkan di Ibukota Provinsi
Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun 1997 belum menemukan
kesepakatan itu.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/prillimeliagustina3/kerajaan-islam-di-nusa-tenggara-
40004246

https://twitter.com/KABUPATENFAKFAK

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Bacan

http://www.rajaampatparadise.com/paket-tour/paket-tour-6h5m-misool/

http://www.dokumenpemudatqn.com/2014/01/jejak-islam-di-tanah-papua.html

http://supardiyono-dion.blogspot.co.id/

http://mannaismayaadventure.com/category/tour-the-exotic-raja-ampat-island/

http://www.sayangi.com/gayahidup1/travel/read/2973/masjid-tua-patimburak-
tonggak-sejarah-islam-di-papua

http://jailani.org/life_titles.htm

12

Anda mungkin juga menyukai