Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), umumnya
disebut  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Dewan Perwakilan Rakyat adalah suatu bentuk nyata dari hasil konsepsi
perwakilan di Indonesia sehingga DPR dianggap mampu merumuskan keinginan
rakyat yang dapat dimulai dari perencanaan, pembuatan, persetujuan suatu
Rancangan Undang- Undang sampai disetujui menjadi Undang-Undang Republik
Indonesia.setiap UU yang disahkan akan memberikan konsekuensi dan
keterikatan rakyat Indonesia terhadap UU tersebut. UU dapat pula dikatakan
sebagai kumpulan-kumpulanprisnsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak
rakyat dan hubungan diantara keduanya. DPR merupakan lembaga perwakilan
rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga Negara. DPR mempunyai fungsi
sebagai: Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan.
Fungsi legislasi DPR dalam pembentukan undang-undang. Undang-
undang adalah bentuk Peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk oleh badan
pembentuk UU, yaitu Presiden dengan persetujuan DPR. Dalam Pasal 24 UU
Nomor 22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyebutkan DPR merupakan lembaga
perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai Lembaga Negara. Berdasarkan
Pasal 20A ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.1
Fungsi pertama Lembaga Perwakilan Rakyat adalah fungsi legilasi atau
pengaturan. Fungsi pengaturan (regelemde functi) ini berkenaan dengan
kewenangan untuk menentukan peraturan yang mengikat warga negara dengan
norma-norma hukum yang mengikat dan membatasi.2 Berdasarkan pengertian

1
tersebut, Fungsi Legislasi DPR menjadi salah satu hal yang sangat penting
didalam pembentukan UU.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui


prospeksitas dalam menjani fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat

C. Tujuan

Tujuan Pembuatan makalah ini adalah, untuk mengetahui prospeksitas


dalam menjani fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru
Jakarta.

Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai


TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah
menyusun pimpinan sebagai berikut: Ketua Mr. Kasman Singodimedjo Wakil
Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary Wakil
Ketua III Adam Malik.

DPR merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan legislatif.


Dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 19 ayat 1,2, dan 3 mengungkapkan bahwa
anggota DPR dipilih melalui pemulihan umum. Susunan Dewan Perwakilan
Rakyat diatur dalam sebuah undang-undang dan bersidang sedikitnya satu kali
satu tahun. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara yang
mempunyai susunan kedudukan, tugas, fungsi, dan kewajiban.

Kedudukan DPR sesuai UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pasal 20 adalah lembaga Negara pembuat undang – undang atau lembaga
legislatif.  Akan tetapi banyak buu yang menyebutkan bahwa DPR memiliki
kedudukan sebagai lembaga tinggi negara yang setara dengan MA,MPR, dan lain-
lain. ( UU No. 27 tahun 2009 pasal 68 ).

3
B. Susunan Keanggotaan DPR
DPR terdiri dari anggota partai politik yang berdasarkan hasil pemilihan.
Dalam pasal 21 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPRD
bahwa jumlah kursi anggota DPR sebanyak 560 orang. Dalam pasal 22
menyatakan bahwa daerah pemilihan anggota DPR yaitu provinsi,
kabupaten/kota, atau gabungan kabupaten/kota. Jumlah kursi setiap daerah
pemilihan anggota DPR paling sedikit yaitu 3 kursi dan paling banyak yaitu 10
kursi. Masa jabatan anggota DPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat
anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh ketua MK
dalam sidang Paripurna DPR.

C. Tugas dan Wewenang DPR


Terkait dengan fungsi legislasi :
1. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
2. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
3. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah;
hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah; pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah)
4. Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
5. Menetapkan UU bersama dengan Presiden
6. Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU
(yang diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang :


1. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan
Presiden)
2. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU
terkait pajak, pendidikan dan agama
3. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK

4
4. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan negara

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan
pemerintah
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh
DPD (terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama)

DPR memiliki tugas dan wewenang yang diatur dalam UUD RI Tahun 1945.
Tugas dan wewenang DPR yaitu sebagai berikut :
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memegang sebuah kekuasaan
membentuk undang-undang [Pasal 20 ayat (1)
 Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan Presiden untuk mendapatkan sebuah persetujuan bersama [Pasal 20
ayat (2)]
 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan sebuah usul
rancangan undang-undang [Pasal 21]
 Suatu rancangan undang-undang APBN diajukan oleh presiden untuk
dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPRD [Pasal
23 ayat (2)]
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan [Pasal 20A ayat (2)].
 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat
 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang
ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan
memberhentikan anggota Komisi Yudisial.

5
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian
amnesti dan abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan
duta besar lain
 Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD
 Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim
agung yang akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden
 Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke
Presiden

Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:


 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat
 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang
ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan
memberhentikan anggota Komisi Yudisial.
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian
amnesti dan abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan
duta besar lain
 Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD
 Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim
agung yang akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden
 Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke
Presiden

D. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR adalah lembaga negara perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Menurut dari dalam Pasal 20A Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945,
yang memuat mengenai fungsi-fungsi DPR. Fungsi-fungsi DPR yaitu sebagai
berikut :
1. Fungsi Legislasi : yaitu DPR memegang kekuasaan dalam membentuk
undang-undang

6
2. Fungsi Anggaran : yaitu DPR membahas dan memberikan sebuah
persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap sebuah rancangan
undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh presiden
3. Fungsi Pengawasan : yaitu DPR melaksanakan sebuah pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang dan ABN.

E. Hak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Selain fungsi dan wewenang, DPR memiliki hak yang berhubungan dengan fungsi
dan wewenang DPR dalam pelaksanannya. Hak-hak DPR yaitu sebagai berikut :
 Hak Interpelasi yaitu hak DPR untuk meminta sebuah keterangan kepada
pemerintah yang mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada sebuah kehidupan masyarakat, bangsa, dan
bernegara.
 Hak Angket yaitu hak DPR untuk melakukan sebuah penyelidikan terhadap
pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada sebuah
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan sebuah peraturan perundang-undangan.
 Hak Menyatakan Pendapat yaitu hak DPR yang dilakukan untuk
menyatakan sebuah pendapat atas kebijakan pemerintah dan kejadian dari
luar biasa yang terjadi di tanah air dan dunia internasional.
 Hak Budget yaitu hak untuk mengesahkan sebuah RAPBN menjadi APBN
 Hak Bertanya yaitu hak DPR untuk bertanya kepada pemerintah atau
presiden yang dilakukan secara tertulis.
 Hak Imunitas yaitu hak yang tidak bisa digangu gugat di pengadilan dari
hasil keputusan yang dibuatnya
 Hak Petisi yaitu hak untuk mengajukan usul atau anjuran serta pertanyaan
yang mengenai suatu masalah
 Hak Inisiatif  yakni hak untuk mengajukan sebuah usulan atas rancangan
undang-undang

7
 Hak Amandemen yakni hak untuk melakukan suatu perubahan alat suatu
rancangan udang-undang

F. Kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Dalam peranan DPR yang sangat strategis, DPR mempunyai kewajiban-
kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap anggota DPR.
Kewajiban-kewajiban anggota DPR yaitu sebagai berikut :
1. Memegang teguh dan mengamalkan nilai Pancasila
2. Melaksanakan UUD NRI Tahun 1945 dan menaati sebuah peraturan
perundang-undangan
3. Mempertahankan dan memelihara sebuah kerukunan nasional dan keutuhan
NKRI
4. Mendahulukan suatu kepentingan negara diatas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan
5. Memperjuangkan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat
6. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan
negara
7. Menaati suatu tata tertib dan kode etik
8. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
9. Menyerap dan menghimpun sebuah aspirasi konstituen melalui kunjungan
kerja secara berkala
10. Menampung dan menindak lanjuti sebuah aspirasi dan pengaduan
masyarakat
11. Memberikan suatu pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
konstituen di daerah pemilihannya.

G. Larangan

Anggota DPR tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat negara


lainnya, hakim pada badan peradilan, pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri,
pegawai pada BUMN/BUMD atau badan lain yang anggarannya bersumber dari
APBN/APBD.

8
Anggota DPR juga tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai pejabat
struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan,
advokat/pengacara, notaris, dokter praktik dan pekerjaan lain yang ada
hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR.

H. Penyidikan

Jika anggota DPR diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan,


permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis
dari Presiden. Ketentuan ini tidak berlaku apabila anggota DPR melakukan tindak
pidana korupsi dan terorisme serta tertangkap tangan.

I. Dasar Hukum DPR


Dasar hukum lembaga negara Dewan Perwakilan Rakyat antara lain :
 Pasal 20 ayat (1) dan (2) UUD RI 1945,
 Pasal 22 ayat (2) UUD RI 1945,
 Pasal 23 ayat (2) UUD RI 1945,
 Pasal 22D ayat (3) UUD RI 1945,
 Pasal 22E ayat (2) UUD RI 1945,
 Pasal 24B ayat (3) UUD RI 1945,
 Pasal 24A ayat (3) UUD RI 1945,
 Pasal 14 ayat (2) UUD RI 1945, dan
 Pasal 11 ayat (2) UUD RI 1945.

9
BAB III
PENYAJIAN DAN PEMBAHANSAN

A. Fungsi Legislasi DPR Dalam Pembentukan Undang-Undang

Utamanya hanya dapat dilakukan sepanjang rakyat sendiri menyetujui


untuk diikat dengan norma hukum yang dimaksud.selain itu, fungsi legislatif juga
menyangkut empat bentuk kegiatan sebagai berikut:
1) Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation);
2) Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);
3) Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enactment
approval);
4) Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau
persetujuan internasional dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat
lainnya (binding decision making on international agreement and treaties
or other legal binding documents);
Dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, fungsi
Legislasi ini biasanya memang dianggap yang paling penting. Dalam praktik di
Indonesia, fungsi legislasilah yang dianggap utama, sedangkan fungsi pengawasan
dan penganggaran adalah fungsi kedua dan ketiga sesuai dengan urutan
penyebutannya dalam undang- undang.

B. Proses Pembentukan Undang-Undang Yang Baik


Peraturan perundang-undangan adalah suatu keputusan dari suatu lembaga
negara atau lembaga pemerintahan yang dibentuk berdasarkan atribusi dan
delegasi. Atribusi kewenangan dalam pembentukan perundang-undangan, yang
diberikan oleh Undang-Undang Dasar dan/atau undang-undang kepada lembaga

10
negara dalam hal ini presiden, akan melekat secara terus-menerus. Dengan
kewenangan ini, presiden dapat berprakarsa secara mandiri untuk mengajukan
pembentukan peraturan perundang- undangan setiap waktu diperlukan, sesuai
dengan batas-batas kewenangan yang diberikan UUD dan/atauUU. Hal ini
sebagaimana dijelaskan, dengan mengacu pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) UUD
1945. Proses pembentukan undang-undang yang baik (law making process) ada
lima tahapan penting yang harus dijadikan patokan dalam menghasilkan Undang-
undang yang baik, yaitu :

a. Asal Rancangan Undang-undang (a bill’s origins)


Asal rancangan undang-undang dalam UUD 1945, rancangan undang-
undang dapat berasal dari pemerintah dan DPR. Perkembangan memang
menunjukkan bahwa jumlah rancangan undang-undang yang berasal dari
DPR jauh lebih banyak dibandingkan dengan era sebelumnya. Tetapi itu pun
belum mencukupi karena UUD 1945 lebih mengutamakan DPR
mempergunakan fungsi legislasi dibandingkan dengan fungsi yang lain.
Meski ada peningkatan jumlah rancangan undang-undang yang berasal dari
DPR, beberapa draf yang dihasilkan masih jauh dari sempurna.

b. Penelitian dan Penyusunan Naskah Akademik (the concept paper)


Penelitian dan penyusunan naskah akademik ini perlu diketahui bahwa
dalam penyusunan naskah rancangan undang-undang paling sedikit dimulai
dengan sebuah penelitian. Tidak hanya itu, naskah akademik diperlukan untuk
menjelaskan logika dan alasan yang mendukung pentingnya rancangan
undang-undang yang bersangkutan dijadikan undang-undang.

c. Prioritas Pembahasan Undang-undang (prioritizatio)


Dalam menentukan prioritas pembahasan rancangan undang-undang.
Penentuan prioritas diperlukan untuk menjawab secara tepat kebutuhan-
kebutuhan penyelenggaraan negara. Paling tidak ada tiga sumber yang harus
dijadikan dasar prioritas dalam membuat undang-undang yang baik yaitu :
Perintah yang ada dalam konstitusi, Kebutuhan penyelenggaraan negara di

11
luar amanat konstitusi, dan Kebutuhan hukum masyarakat.

d. Penyusunan Draft Undang-undang (drafting the bill)


Tahapan ini terkait dengan penyusunan pokok-pokok pikiran yang
terdapat dalam naskah akademik menjadi norma hukum.
e. Akses Publik Dalam Proses Pembahasan Undang-undang (Research)
Akses publik dalam proses pembahasan diakui dalam beberapa waktu
terakhir akses publik dalam proses legislasi jauh lebih terbuka dibandingkan
dengan waktu sebelumnya.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fungsi legislasi dewan perwakilan rakyat dalam pembentukan undang-
undang yang baik dapat diketahui bahwa dalam proses pembentukan undang-
undang yang baik (law making process) ada lima tahapan penting yang harus
dijadikan patokan antara lain : Asal Rancangan Undang-undang (a bill’s origins) ;
Penelitian dan Penyusunan Naskah Akademik (the concept paper) ; Prioritas
Pembahasan Undang-undang (prioritizatio) ; Penyusunan Draft Undang-undang
(drafting the bill) ; Akses Publik Dalam Proses Pembahasan Undang-undang
(Research).

B. Saran
Akhirnya kami mampu menyusun satu makalah yang kami beri
judul Prospeksitas DPR dalam Mejalani Fingsi Legilasi. Dalam penyusunan
makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan yang belum
menyempurnakan isi makalh ini, oleh karena demikan, kami sangat
mengharapkan pembenaran makalah kami ini dengan berupa kritikan yang
bersifat membangun dan memberikan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Sekretariat Jendral
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta.

Reni Dwi Purnomowati, 2005, Implementasi Sistem Bikameral Dalam Parlemen


Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu


Tinjauan Singkat edisi I, Cet.V, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Yuliandri, 2010, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan


Yang Baik (Gagasan Pembentukan Undang-Undang Berkelanjutan), PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Republik_Indonesia

14
Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar
Baru Jakarta.

Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL


dan HARI LAHIR DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah
menyusun pimpinan sebagai berikut: Ketua Mr. Kasman Singodimedjo
Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo Wakil Ketua II Mr. J.
Latuharhary Wakil Ketua III Adam Malik.

Kedudukan DPR

Kedudukan DPR sesuai UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20
adalah lembaga Negara pembuat undang – undang atau lembaga legislatif.  Akan
tetapi banyak buu yang menyebutkan bahwa DPR memiliki kedudukan sebagai
lembaga tinggi negara yang setara dengan MA,MPR, dan lain-lain. ( UU No. 27
tahun 2009 pasal 68 ).

15

Anda mungkin juga menyukai