PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan Penulis Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1. Mengetahui maksud mastitis
2. Mengetahui penyebab mastitis
3. Mengetahui tanda dan gejala mastitis
4. Mengetahui cara pencegahan mastitis
5. Mengetahui cara penatalaksanaan mastitis
6. Mengetahui upaya dan peran bidan dalam penanganan mastitis
7. Mengetahui definisi Asfiksia
8. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis Asfiksia
9. Mengetahui komplikasi Asfiksia
10. Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
11. Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
12. Mengetahui upaya dan peran bidan dalam penanganan Asfiksia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.2 Etiologi
1. Bakteri stafilokokkus aureus
1) Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman
penyebab ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per-
kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian
besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokkus
aureus.
2) Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam
saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya
pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis
pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan
puting payudara saat menyusui
3. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis
2.1.3 Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara
adekuat yang akan menyebabkan mastitis jika tidak segera
ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus
aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga
menyebabkan mastitis
5. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika
tidak disusui dengan adekuat, maka bias terjadi mastitis
6. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah
terkena infeksi
4
2.1.4 Tanda dan Gejala
Selain pembesaran berat, prekursor tanda dan gejala mastitis biasanya
tidak ada sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu,
wanita mungkin mngelami gejala berikut ini :
1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika
bayi menyusui.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan.
Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala
actual mastitis meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5 – 40 oC)
2. Peningkatan kecepatan nadi
3. Mengigil
4. Malaise umum, sakit kepala
5. Hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras
2.1.5 Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
2. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering
5
4. menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang
payudara.
5. Bra yang cukup meyangga tetapi tidak ketat
6. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
7. Kompres hangat pada area yang terkena
8. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
9. Peningkatan asupan cairan
10. Istirahat
11. Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan
keletihan dalam kehidupannya
12. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
13. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
14. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan
payudara dengan cara memompanya
15. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh
keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan
payudara.
16. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya
dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau
stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter atau
bidan.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau
pembengkakan Tahan sakit. Pemberian ASI mempercepat
penyembuhan
2. Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat
3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun
guna memerangi infeksi mastitis
4. Minum antibiotik sesuai resep dokter
5. Makan makanan yang bergizi tinggi
6. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam
6
7. Berikan antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14
hari. Selama 24 sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala
mulai berkurang. Namun obat tetap perlu diminum untuk mencegah
kekambuhan.
8. Menyesuaikan teknik menyusui
Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama
menyusui dan bayi berada pada posisi yang benar.
7
2.2 Asfiksia Neonatorum
2.2.1 Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir
(Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
bisa bernafas secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,2004).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa
faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
8
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
3. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
9
4. Patway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan faktor lain : anestesi,
resentasi janin abnormal obat-obatan narkotik
ASFIKSIA
Kerusakan otak
hipotermia Gg.meta
Bolisme &
perubahan
DJJ & TD Kematian bayi asam basa
Asidosis
Proses keluarga
terhenti Resiko
respiratorik infeksi Gg.perfusi ventilasi
Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan
Gangguan
Nafsu makan pemenuhan
kebutuhan
tidak adekuat oksigen
10
5. Gejala Klinik
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
a. Pernafasan terganggu
b. Detik jantung berkurang
c. Reflek / respon bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
2.2.4 Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia
atau hipoksia janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukan tanda-tanda gawat janin untuk menentukan
bayi yang akan dilahirkan terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang
perlu mendapatkan perhatikan.
1. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit,
selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensinya turun sampai dibawah
100/menit, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
terus timbul kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
prosentase kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan
bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya
pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai
11
tanda bahaya. Dengan penilaian pH darah janin dapat ditemukan derajat
asfiksia yaitu :
Tanda-tanda
Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2
Vital
1. Appearance Seluruh tubuh Warna kulit tubuh Warna kulit
(warna kulit) bayi berwarna normal, tetapi seluruh tubuh
kebiru-biruan atau tangan dan kaki normal
pucat berwarna kebiruan
2. Pulse Tidak ada <100 x/ menit >100 x/ menit
(denyut
jantung)
3. Grimace Tidak ada Menyeringai/ Meringis,
(Respons meringis menarik, batuk,
reflek) atau bersin saat
stimulasiMeringis,
menarik, batuk,
atau bersin saat
stimulasi
4. Activity Lemah, tidak ada Lengan dan kaki Bergerak aktif dan
12
(tonus otot) gerakan dalam posisi fleksi spontan
dengan sedikit
gerakan
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena
peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan
memburuk bila frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah
berkembang. Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah
nomor dua. Bila apnea berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak
berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang
hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung dari dua tanda penting tersebut.
13
Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kecil ( <40x/menit),tidak
ada usaha nafas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi tidak
dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi pucat, terjadi
kekurangan O2 yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan..
14
Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik,
penghisapan terlebih dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi yang
benar, pembersihan jalan nafas pada semua bayi yang sudah
mengeluarkan mekoneum, segera setelah lahir (sebelum baru
dilahirkan) dilakukan dengan menggunakan keteter penghisap no 10 F
atau lebih. Cara pembersihannya dengan menghisap mulut, farings dan
hidung.
15
Setelah nafas pertama membutuhkan 15-20 cm H2O.
Bayi dengan kondisi / penyakit paru-paru yang berakibat
turunnya compliance membutuhkan 20-40 cm H2O.
Tekanan ventilasi hanya dapat diukur apabila digunakan
balon yang mempunyai pengukur tekanan.
16
2.2.6 Pemberian Obat-Obatan Penunjang
Obat-obatan diperlukan apabila frekuensi jantung bayi tetap 80 per menit
walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen 100%) dan
kompresi dada untuk paling sedikit 30 detik atau frekuensi jantung nol.
17
b. Apgar skor menit I : 4-6
Seperti yang diatas, jangan dimandikan, keringkan seperti diatas.
Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki, maksimum
15-30 detik.
Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik O2
yang dihangatkan).
Skor apgar 4-6 dengan detik jantung kurang dari 100 kali permenit
lakukan bag dan mask ventilation dan pijat jantung.
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax
18
2.2.9 Prognosa
a. Asfiksia ringan / normal : Baik
b. Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat
prognosa baik.
c. Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama,
atau kelainan syaraf permanen. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat
menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis yang
permanent misalnya cerebal palsy, mental retardation.
19
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10.
100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian
PPV.
60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan
PPV, disertai kompresi jantung.
< 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
Kompresi jantung
7) perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2
cara kompresi jantung :
Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain
menahan belakang tubuh bayi.
Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah
kompresi dada.
Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan,
lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi
dapat nafas spontan.
Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian
obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit
hentikan obat.
Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin
sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap /
tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri
bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2
menit.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Defenisi Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan
payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses
payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).Mastitis adalah peradangan
pada payudara. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui,
tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar,
keras, nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah
menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai
dengan suhu badan naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini
maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin
diberikan.
Dan pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir
rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50%
kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk
menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja
(dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan
persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk
mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga
kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap
kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
21
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kita menjadi lebih memahami tentang
mastitis Dan kita semua dapat lebih memahami masalah asfiksia pada bayi baru
lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
22
DAFTAR PUSTAKA
23