Anda di halaman 1dari 146

PERAN TOKOH

W ALIYULLAH DALAM
PENYEBARAN ISLAM DI
CREATED BY INDONESIA
: AHMAD AFIF RAMADHANI (RAMA)
Kita Mulai Dengan
Membaca
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik mampu:
1. Menganalisis peran tokoh ulama Islam di Indonesia (Wali Songo) dalam
menyebarkan ajaran Islam.
2. Mempresentasikan paparan mengenai sejarah perjuangan dan metode dakwah
Wali Songo di Indonesia yang dilakukan secara damai.
3. Meyakini metode dakwah yang moderat, bi al-hikmah wa al-mau’idlatil
hasanah adalah perintah Allah Swt.
4. Membiasakan sikap kesederhanaan, tekun, damai kesungguhan dalam
mencari ilmu, dan semangat menghargai adat istiadat dan perbedaan
keyakinan orang lain.
Pembahasan dalam PPT ini mencakup:
1. Peta Konsep
2. Dakwah Islam sebelum Masa Wali Songo
3. Jalur Dakwah Islam di Nusantara
4. Sejarah Dakwah Islam di Masa Wali Songo
5. Biografi dan Sejarah Dakwah Islam Wali Songo
6. Hikmah dan Pesan Damai dari Dakwah Wali Songo di Tanah
Jawa
DAKWAH
SEBELUM
ISLAM
SONGO
WALI
B a ga im a n a I s l a m Berkembang di N us a nt a ra sebelum Pa ra Wa li Songo M u l a i
B e rd a k wa h ?
Dalam buku The Golden Dan yang paling awal
Khersonese: Studies in the menyebarkan ajaran Islam ke
Historical Geography of The tanah Jawa adalah para
Malay Peninsula Before pedagang Arab, melalui jalur
A.D. 1500, karya P. Wheatley, perdagangan dengan Nusantara,
Islam masuk ke Indonesia pada jauh sebelum Islam.
pertengahan abad ke-7.

Pada abad ke-7 di masa kekuasaan Ratu Simha di kerajaan Kalingga yang terkenal keras
dalam penegakan hukum, datangnya para pedagang Arab diberitakan cukup banyak oleh
sumber-sumber dari Dinasti Tang di Cina.

Sumber sejarah dari Dinasti Tang pada tahun 674 Masehi memberikan petunjuk bahwa memang
pada masa-masa awal pertumbuhan Islam, saudagar-saudagar muslim dari Arab sudah memasuki
wilayah Nusantara.
Dorongan kuat bagi saudagar-saudagar Arab pada masa-masa awal Islam untuk menyebarkan Islam
sampai ke wilayah Nusantara tersebut didorong oleh hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi:

Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata, bahwa Nabi Saw. bersabda; “Sampaikan apa yang dari aku, sekalipun satu ayat.” (H.R. Bukhari)
Pasca para pedagang Arab, munculah para imigran Persia.
Yaitu keluarga yang datang ke Nusantara pada zaman Raja Nashirudin bin Badr yang
memegang pemerintahan di wilayah Lor, Persia pada tahun 300 H/912 M. Keluarga Lor
Keluarga ini tinggal di Jawa dan mendirikan sebuah perkampungan dengan nama Loran atau
Lor Leran, yang artinya adalah tempat tinggal orang Lor.

Keluarga Jawani adalah keluarga yang datang pada zaman Jawani al-Kurdi yang
memerintah Iran pada kurun waktu tahun 301 H/913 M. Keluarga ini menetap di Pasai,
Keluarga Ja Sumatera Utara. Keluarga inilah yang menyusun khat Jawi, yang artinya tulisan Jawi
IMIGRAN wani yang diambilkan dai nama Jawani, Sultan Iran waktu itu.

BANGSA Yaitu keluarga yang datang ke Nusantara pada masa pemerintahan Ruknuddaulah bin
PERSIA Hasan bin Buwaih ad-Dailami pada kurun waktu 357 H/969 M. Keluarga ini tinggal di
Keluarga Syia bagian tengah Sumatera Timur, dan mendirikan perkampungan dengan nama Siak, yang
h kemudian berkembang menjadi Negeri Siak

Adalah keluarga yang datang dari Puak Sabankarah yang menetap di utara dan timur
Keluarga Sumatera. Penulis-penulis Arab, kemudian memberikan sebutan untuk pulau Sumatera
Rumai dengan nama Rumi, al-Rumi, Lambri atau Lamuri.

Kedatangan saudagar-saudagar muslim sejak tahun 674 M tersebut, dan imigran keluarga Persia, ternyata belum diikuti
dengan penyebaran Islam secara massif di kalangan penduduk pribumi, hingga munculnya para penyebar Islam di tanah Jawa
yang dikenal dengan sebutan Wali Songo.
SEBAGIAN ULAMA PENYEBAR ISLAM DI NUSANTARA SEBELUM WALISONGO
Sultan Malik al-Saleh (1267 – 1297 M). atau Meurah Silu merupakan pendiri dan raja pertama Samudra Pasai (berdiri pada tahun 1267 M).
Meurah Silu memeluk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail dari Mekah. Setelah masuk Islam, Meurah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh,
dan berkuasa selama 29 tahun. Kesultanan Samudra Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Peurlak dan Kerajaan Pase

Sultan Ahmad (1326 – 1348 M). Beliau merupakan sultan Samudera Pasai yang ketiga, bergelar Sultan Malik al-Thahir II. Pada masa
pemerintahannya, Kesultanan Samudra Pasai dikunjungi oleh seorang penjelajah dari Maroko, yaitu Ibnu Batutah. Menurut catatan Ibnu Batutah, Sultan
Ahmad sangat memperhatikan perkembangan dan kemajuan agama Islam. Beliau berusaha keras untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di
sekitar Samudra Pasai.

Syekh Datuk Kahfi adalah tokoh penyebar Islam di wilayah yang sekarang dikenal dengan Cirebon dan leluhur dari Pembesar Sumedang. Dia pertama kali
menyebarkan ajaran Islam di daerah Amparan Jati, Desa Astana, Gunungjati, Cirebon. Dikenal juga dengan Syaikh Nurjati. Beliau adalah guru dari Syaikh
Siti Jenar. Syarifah Mudaim (Ibunda Sunan Gunungjati). Pangeran Walangsungsang (Raja Kerajaan Cirebon Pertama).

Syekh Maulana Akbar merupakan ulama pertama yang menyebarkan Islam di daerah Kuningan dengan mendirikan pondok pesantren di
Sidapurna-Kuningan. Tutur lisan mengatakan bahwa Syekh Maulana Akbar pernah singgah dan berdakwah di Desa Sagarahiang, yang dibuktikan
dengan adanya makam atau petilasan Syekh Maulana Akbar.

Husain Jamaluddin Akbar atau Syekh Jumadil Kubro dikenal sebagai seorang mubaligh terkemuka. Dia menyebarkan Islam di Nusantara. Wali Songo
yang terkenal di tanah jawa berasal dari keturunannya. Ia dilahirkan pada tahun 1310 M di negeri Malabar, di dalam wilayah Kesultanan Delhi. Dalam
berbagai kitab sejarah dan babad Jawa, Syekh Jumadil Kubra disebut sebagai leluhur Wali Songo. Petilasan yang diyakini sebagai makamnya berada
di beberapa tempat di Jawa. Dalam Babad Cirebon disebutkan bahwa Syekh Jumadil Kubra sebagai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, Sunan
Ampel, dan Sunan Kalijaga
Syekh Quro adalah putra ulama besar Perguruan Islam dari negeri Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan
dengan Syekh Muhammad Jamaluddin Akbar al-Husaini serta Syekh Jalaluddin ulama besar Mekah. Beliau ulama yang berdakwah di Karawang.
JALUR
DAKWAH
Langkah-langkah yang Dilakukan Para Wali dalam Berdakwah
di Nusantara
Para wali memiliki metode yang sangat bijak dalam memperkenalkan Islam yaitu tidak dengan
serta merta, tidak juga secara instan, melainkan dengan strategi jangka panjang.

Tadrij (bertahap)

Tidak ada ajaran yang diberlakukan secara mendadak, segala sesuatu melalui proses penyesuaian,
LANGKAH bahkan sering bertentangan dengan Islam. Misalnya tradisi minum tuak, kepercayaan animisme
STRATEGI dan dinamisme, maka secara bertahap, hal tersebut diluruskan oleh para wali dengan metode
S PARA dakwah yang penuh kelembutan dan kedamaian.
WALI

‘Adamul Haraj (tidak menyakiti)


Para wali tidak menyebarkan ajaran Islam dengan mengusik tradisi asli masyarakat Nusantara, bahkan
tidak mengusik agama dan kepercayaan mereka, namun memperkuatnya dengan cara- cara yang
islami. Para wali menyadari betul ciri khas Nusantara yang beragam suku, multi etnis, beragam
budaya, dan ragam bahasa merupakan anugerah Allah Swt. yang tiada tara.
J a l u r - J a l u r yang D i l a ku k a n Pa r a Wa l i dalam Be rda kwa h di N u s a n t a ra

1. JALUR PERDAGANGAN

Sudah dimulai sejak abad ke-7 yaitu dengan datangnya para


pedagang Islam dari Arab, Persia dan India. Selain berdagang mereka
menyebarkan agama Islam. Cara ini paling efektif karena
melibatkan seluruh kalangan masyarakat.

2. JALUR PER N I KAHAN

Pedagang Arab yang berdagang dalam jangka waktu yang lama


menjalin hubungan yang lebih erat dengan penduduk pribumi.
Hubungan tersebut diteruskan pada pernikahan campur. Misalnya
pernikahan antara Raja Brawijaya V dengan putri Jeumpa / Champa
(Islam) melahirkan Reden Patah (raja pertama Demak).

3. JALUR POLITIK

Pengaruh seorang raja sangat penting bagi perkembangan Islamisasi di


Indonesia. Rakyat memiliki kepatuhan yang tinggi kepada rajanya, apabila
rajanya Islam maka biasanya diikuti oleh rakyatnya. Kepentingan politik
seperti perluasan wilayah diikuti dengan penyebaran agama Islam.
4. JALUR KESENIAN

Gamelan digunakan untuk mengumpulkan masyarakat


yang diikuti dengan kegiatan dakwah. Digunakannya media wayang
sebagai media dakwah Islam karena dalam cerita
pewayangan diselipkan ajaran-ajaran Islam.

5. JALUR PENDIDIKAN
Para walisongo, ulama, guru agama, dan kyai mempunyai peranan yang besar.
Dibangun pesantren untuk mempermudah penyebaran dan pemahaman agama
Islam. Misalnya pesantren pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel di
Ampel Denta, Surabaya. Pesantren Sunan Drajat, Pesantren Sunan Giri,
Pesantren Cipta Rasa Sunan Gunung Jati, dll.

6. JALUR TASAWUF
Para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan.
Memiliki keahlian lain yang dapat membantu
masyarakat, seperti menyembuhkan penyakit.
Ceram
ah

Tanya Jawab - Disk


usi

STRATE Keteladanan
GI DAN
METODE Pendidikan
DAKWAH
WALI
Bi’tsah (mengutus da’i) dan Ekspansi Syiar

Kesenian

Silaturrahi
m
SEJARAH
ISLAM DI
DAKWAH MASA
WALI SONG
O
Walisongo berperan penting dalam upaya dakwah dan perkembangan peradaban Islam pada
abad ke-15 dan abad ke-16 Masehi. Dalam buku Sekitar Wali Songo yang dituliskan oleh
Solichin Salam, Wali Songo berasal dari Wali dan Songo.

Wali Bahasa Arab waliyullah orang yang mencintai


dan dicintai Allah Swt
Pengertian
Songo Bahasa Jawa Sembilan

Kata Wali Songo merupakan perubahan atau kerancuan dalam pengucapan kata sana yang
berasal dari kata tsana (mulia) yang serupa dengan kata terpuji, sehingga menurutnya
pengucapan yang benar adala Wali Sana yang berarti wali-wali yang
Prof. K.H. Raden terpuji.
Muhammad Adnan

Wali Songo berarti Wali Sembilan yakni sembilan orang terpuji yang dicintai dan mencintai Allah
Swt. Sembilan wali tersebut dipandang sebagai mubaligh Islam yang bertugas mendakwahkan
Islam di daerah-daerah yang belum memeluk Islam di pulau Jawa.
WALIYULLAH
orang-orang yang dekat dengan Allah Swt., terpelihara dari kemaksiatan
PERAN WALI
(waliyullah).

WALIYUL AMRI
Pemegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin, pemimpin, yang berwenang
memutuskan dan menentukan perkara di masyarakat, baik dalam hal keduniawian maupun
dalam hal keagamaan.

Selain kata ‘wali’, dikenal juga kata ‘sunan’.

menghormati, lazimnya digunakan untuk menyebut


menjunjung tinggi guru suci (mursyid thariqah).
Suhun – kasuhun - Bahasa Jawa
sinuhun - susuhunan kuno
merupakam sapaan hormat kepada
Paduka Yang Mulia
raja atau tuan puteri.

Pangeran
Mangkubumi atau
Amangkurat 1 atau Amangkurat 3 atau Raden Mas Garendi Sunan Kabanaran
Sunan Tegal Arum Sunan Mas atau Sunan Kuning
Kenapa ya, fokus
dakwah para
walisongo itu di
daerah pesisir
utara?

Kemungkinan para wali memilih Pulau Jawa pesisir karena melihat Jawa sebagai pusat
kegiatan ekonomi, politik, dan kebudayaan di Nusantara pada saat itu.
Sebagai pusat perniagaan, tentunya Jawa pesisir banyak dikunjungi oleh pedagang dari
luar Jawa sehingga diharapkan para pedagang inilah yang akan menyebarkan ajaran Islam
di daerah asal mereka. Daerah Demak, Jepara, Kudus, Pati, Juwana, dan Rembang adalah
pusat perniagaan laut yang ramai pada abad XVI sehingga memungkinkan penyebaran
Islam akan bisa masif.
SILSILAH PARA
SONGO
WALI YANG
BERDAKWAH
 DI TA N A H NU S A N T A R A
 Mengenal Silsilah Ke l u a rga Pa ra Wa l i Songo
yang Berdakwah dengan S a n t u n di Nusantara
1

S u n a n Gresik
SILSILAH SUNAN GRESIK
Nabi Muhammad S Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib Al-Imam Al-Imam Ali Zainal A
AW Husain bidin
Al-Imam Muhammad an-Naqib Al-Imam Ali Al-Ura Al-Imam Ja’far Sha Al-Imam Muhammad Al-
idhi diq Baqir
Al-Imam Isa ar-Ru Al-Imam Ahmad Al-Mu As-Sayyid Ubaidill As-Sayyid As-Sayyid Muhamm
mi hajir ah Alwi ad
As-Sayyid Alwi Ammil F As-Sayyid Muhammad Shahib Mir As-Sayyid Ali Khali’ Qass As-Sayyid
aqih bath am Alwi
As-Sayyid Abdul Malik Azmat As-Sayyid Abdull As-Sayyid Ahmad Jalalud
khan ah din
Putri dari Sultan N menikah As-Sayyid Husain Jamaluddin Ak
izamul Muluk dari De bar
lhi

Syeikh Jamaluddin Syah Jalal (Sye


menikah Amira Fathimah binti Amir Husain
ikh As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin Muhammad Taraghay
Jumadil Kubra)

Syeikh Maulana Malik


Ibrahim (Sunan Gresik)
Ragam Versi tentang Sunan Gresik
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang
mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik
Ibrahim kelahiran di Samarkand, Asia Tengah pada paruh awal ratus tahun 14.
Dalam buku The History of Java, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal, "Mulana
Ibrahim, seorang Pandita terkenal bersumber dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen
(sebuah negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans (sebutan Raffles bagi penganut agama Islam)
lainnya di Desa Leran di Jang'gala“
Sementara itu pembacaan J.P. Moquette pada prasasti makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik
menyatakan bahwa beliau berasal dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.

Meinsma, J.J., 1903. Serat Babad Tanah Jawi, Wiwit Saking Nabi Adam
Dumugi ing Tahun 1647. S'Gravenhage.
Raffles, Sir Thomas Stamford, F.R.S., 1830. The History of Java, from the
earliest Traditions till the establisment of Mahomedanism. Published by John
Murray, Albemarle-Street. Vol II, 2nd Ed, Chap X, page 122.
Moquette, J.P., 1912. "De oudste Mohammedaansche inscriptie op Java end
Madura de graafsteen te Leran".
3 Wan Jamil
ah binti
Ibrahim Zainuddin KELUARGA
Sayyid Abbas Sayyid Y
Al-Akbar Asmaraqa
ndi usuf SUNAN GRESIK
2

menikah
Siti Maryam b
inti Syaikh Subak
ir Sayyid Abdull
ah
Siti Fathimah binti Sayyid Ibrah
menikah 1 Ali Nurul Alam Maula im
naIsrail (Raja Champa
Dinasti Azmatkhan Sayyid Abdul Ghaf
Sunan Gresik 1) ur
Sayyid Ahm
ad
Maulana Syarif menikah Sayyid Fadhal Ali Murtadh
Moqfar ah a [Sunan Santri/ Raden San
Sarah. tri – Adik Sunan Amp
oh
el]
Haji Utsman (Suna Utsman Haji (Suna
n Manyuran) Ngudung),
n ayah Sunan Kudu
s
Diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad
14

Disebut juga sebagai Syekh Maghribi, yang kemungkinan mengisyaratkan asal keturunannya, yakni wilayah
Arab Maghrib di Afrika Utara (Maroko)

Disebut juga Kakek Bantal, karena sering menggunakan bantal sebagai sandaran al-Quran dan kitab.

SUNAN Bersaudara dengan Syekh Jumadil Kubro

GRESI Pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379
K
Diyakini, penyebar Islam pertama yang masuk tanah Jawa. Beberapa versi menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang.

Tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya, berlabuh di
Gerwasani atau Gresik, tepatnya di Desa Sembalo..
Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan
Majapahit, yang kebanyakan masyarakatnya masih menganut ajaran Hindu atau Budha.

Desa Sembalo sekarang adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik

Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu
menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah, wilayah dagangnya di Desa Roomo, Manyar-Gresik.

Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis dengan sikap ramah dan penuh kedamaian,
sehingga dikenal sebagai tokoh yang dikagumi dan dihormati.
SUNAN Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam (irigasi, tambak, dll). Ia merangkul masyarakat bawah
-kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat
GRESI sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara
K Maulana Malik Ibrahim lalu pergi ke Trowulan, ibukota Majapahit untuk bertemu Raja. Agus Sunyoto dalam buku Atlas
Walisongo menjelaskan bahwa meskipun Raja tidak berkenan masuk Islam, namun kehadirannya disambut baik bahkan ia
diberikan sebidang tanah di daerah pinggiran Gresik (kini dikenal dengan nama Desa Gapura).

Di Gapura Sunan Gresik membangun masjid dan pondok pesantren. Selesai membangun dan menata pondokan tempat
belajar agama di Leran, tahun 1419 M (Senin 12 Rabiul Awal 822 H) Maulana Malik Ibrahim wafat.
Makamnya kini terdapat di kampung Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur
MURID-MURID SUNAN GRESIK
Di antara peninggalan-peninggalan Sunan Gresik adalah
Masjid Maulana Malik
Ibrahim di Leran Gresik percampuran, asimilasi dan akulturasi
adalah salah satu tempat budaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam adalah
yang pernah dipakai
agama yang fleksibel, tidak kaku dan tidak mengandung
sebagai pesantren,
lokasinya 3-4 km dari unsur paksaan bagi pemeluknya. Dan seharusnya metode
makam Sunan Gresik. dakwah seperti inilah yang dianut oleh para pendakwah
kontemporer saat ini. Dalam menghadapi adat istiadat, tradisi,
kepercayaan, aliran dan kelompok-kelompok yang berbeda
golongan, hendaklah yang dikedepankan adalah sifat
humanis, ramah, damai dan menebar kemuliaan.

Dalam perspektif Syed Muhammad Naquib al-


Attas, Maulana Malik Ibrahim oleh Agus Sunyoto, dalam gambar peta persebaran Wali
kebanyakan ahli sejarah dikenal sebagai Songo di Nusantara menuliskan Syaikh
penyebar pertama Islam di Jawa yang
Maulana Malik Ibrahim sebagai
mengislamkan wilayah- wilayah pesisir utara
Jawa, bahkan berkali-kali mencoba PELETAK DASAR PERTAMA
menyadarkan raja Hindu-Budha Majapahit,
Vikramawardhana (berkuasa 788- 833/1386-1429)
PESANTREN DI
agar mau masuk Islam. (SMN al- Attas, NUSANTARA. (Mahmud Yunus,
Preliminary Statement on a General Theory of Sejarah Pendidikan Islam di
The Islamization of MalayIndonesian
Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,
Archipelago, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1969), h. 12-13.). 1985), h. 231.)
Hingga saat ini makamnya masih diziarahi oleh
berjuta-juta umat Islam di Indonesia. Setiap malam
Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung
untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul
juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal.
Pada acara haul itu dilakukan khataman Al-Quran,
mauludan (pembacaan riwayat hidup Nabi
Muhammad)
2

Sunan Ampel
SILSILAH SUNAN AMPEL
Nabi Muhammad S Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali Al-Imam 17 silsil
AW bin Abi Thalib Husain ah

Putri dari Sultan menikah


Nizamul Muluk dari De Sayyid Husa
lhi Syaikh Maulan Maulana Muh Maulana Muh in Jamaluddin A
a Ishaq ammad 'Ali ammad Al- kbar
Akbar Baqir

Syeikh Jamaluddin Sy
As-Sayyid Ba
ah Jalal (Syeikh Jumadil
Kubra)
rakat Zainal
Alam
menikah Syekh Maulana Malik
Chandrawati (Putri C Syeikh Ibrahim Al-Akba Ibrahim
ampa, kakak Amaravati) r (Syeikh Ibrahim Smarako (Sunan
ndi) Gresik)

1
Sayyid Ali Murtad
ho (Raden Sa
Siti
Zain
Sayyid Ali Rahm
ad (Sunan Amp
2
ntri) ab el)
Dalam buku Tarikh al-Awliya’ (1942) yang berbahasa Jawa
dengan aksara pegon, Kiai Bisri Mustafa menyebutkan bahwa
kehadiran para Walisongo tidak dapat dilepaskan dari kerajaan
Champa sekitar tahun 1300-an Masehi. Di antara keterikatan itu
antara lain adanya seorang tokoh ulama penyebar Islam
bernama Ibrahim Asmaraqandi atau masyhur dengan nama
Ibrahim Asmara di Champa. Dalam dakwahnya itu ternyata
Raja/Ratu Champa masuk agama Islam. Pernikahannya dengan
keturuan Ratu Champa, Asmaraqandi mempunyai tiga putra; Raja
Pendeta/ Raden Santri, Raden Rahmat, dan Siti Zaenab. Raden
Rahmat inilah yang dikenal sebagai Sunan Ampel.

Referensi: Bisri Mustafa, Tarikh al-Awliya’, Tarikh Wali Sanga,


Kudus: Menara Kudus, 1952
Penulis di depan Makam Syaikh Ibrahim
Smaraqondi atau Syeikh Ibrahim Al-
Akbar (Ayah Sunan Ampel). Lokasi di
Tuban Jawa Timur.
Istri kedua
KELUARGA Dewi
Karimah
Ki Kembang Kuning bernama asli Ki Arya Kumuning, beliau
adalah mantri yang bekerja untuk kanuruhun Kahuripan, Arya

SUNAN AMPEL
Lembu Sora yang bertempat di Ujung Galuh (Surabaya).
binti
Ki Kembang
Kuning
Arya Teja Al- Dewi Murtasiyah
Abbasyi (Istri Sunan
Giri)
menikah Nyai Ageng Man Dewi Asyiqah (istri
ila (Dewi Candr Raden Fatah, raja Demak
awati).
Putri Bupa
pertama. Beliau adalah
ti
Tuban. ibu Adipati Unus dan
Sunan Ampel Sultan Trenggono.
Istri
pertama
Raden Ahmad
Husamuddin (Sunan
Lamongan)
Raden Siti Safiya Siti Raden Zaenal
Siti Syarifah/
Nyai Ageng Maloka/Nyai Agen h atau Siti Muthmainnah (B Abidin (Sunan
g Manyuran (Bersuami Sunan N Hafsah (Bersua ersuami Sayid Demak)
gudung atau Sayyid Utsman Haji, mi Sayid Ahma Muhsin Yaman
Ibu Sunan Kudus) d Yaman). ). Pangeran Tumapel

Maulana Syarifuddin/R.
Makdum Raden Faqih/
Qasim (Sunan
Ibrahim Sunan
Drajat)
(Sunan Ampel 2
Bonang)
Di makam Raden Ahmad Hisamuddin, Putra
Sunan Ampel, ibunya bernama Dewi Karimah
binti Ki Kembang Kuning. Penyebar Islam di
Lamongan dan sekitarnya, beliau bergelar Sunan
Lamongan. Penasihat Adipati Lamongan
Pertama, Tumenggung Surajaya (periode 1569-
1607).
MURID-MURID SUNAN AMPEL
Diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Encyclopedie Van Nederlandsch Indie
menyebut Champa adalah Camboja. Raffles menyatakan bahwa Champa terletak diAceh yang kini bernama Jeumpa.
.
SunanAmpel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Darawati. Darawati adalah seorang putri Champa y
ang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya atau Prabu BrawijayaV).

SunanAmpel hidup pada zaman Majapahit yang mengalami kemunduran drastis pasca ditinggal wafat Maha Patih Gajah Mada dan Pr
abu HayamWuruk. Majapahit terpecah karena terjadi banyak perang saudara dan para adipati tidak loyal lagi kepada pemerintah kerajaa
SUNAN n
AMPEL .

Kaum bangsawan dan para pangeran juga memiliki kebiasaan buruk dengan berpesta pora, berjudi dan mabuk- mabukan. Prabu Brawij
aya yang melanjutkan pemerintahan Prabu HayamWuruk menyadari bahwa apabila kebiasaan tersebut dilanjutkan, maka negara akan
menjadi lemah, dan jika negara lemah, dengan mudah musuh akan menghancurkan kerajaan Majapahit.

Pada Babad Diponegoro disebutkan bahwa akhirnya Raden Rahmat (SunanAmpel) memiliki pengaruh yang cukup kuat di kerajaan
Majapahit. Meskipun Raja Brawijaya menolak masuk Islam, namun ia memberikan keleluasaan kepada SunanAmpel untuk mengajar
kan Islam kepada rakyatnya, asalkan dilakukan dengan tanpa paksaan.
Raden Rahmat kemudian membangun pesantren sebagai lembaga pendidikan untuk terus mengajarkan nilai- nilai
Islam kepada masyarakat, sehingga Islam semakin berkembang di wilayah Ampel.

Pesantren tersebut mengadopsi konsep pusat pendidikan yang telah berdiri pada masa Hindu Budha. Ia
tidak pernah memaksanakn ajaran-ajaran lama untuk serta-merta dihapuskan. Bahkan ia justru
menjadikannya sebagai sarana untuk mengenalkan Islam.

Misalnya penamaan tempat ibadah dari kata ‘sanggar’ pada era Hindu Budha diganti menjahi ‘langgar’. Kata ‘shastri’
yang merujuk pada orang-orang yang membaca kitab suci agama Hindu diubah menjadi ‘santri’ yaitu orangorang
yang sedang memperdalam ajaran Islam, menggunakan istilah untuk salat dengan kata sembahyang yaitu berasal dari
SUNA kata ‘sembah’ dan hyang.
N
AMPE Sunan Ampel tidak melakukan konfrontasi atau pemaksaan terhadap masyarakat untuk memeluk agama Islam. Sunan
Ampel yang diminta oleh kerajaan untuk mengembalikan budi pekerti dan akhlak masyarakat Majapahit yang
L mengalami degradasi dan kemerosotan moral pasca wafatnya Maha Patih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk.

Sunan Ampel menyampaikan ajaran tersebut dengan cara yang lembut dan tanpa paksaan, tanpa kekerasan dan semua
aktivitas dakwahnya dilakukan dengan cara ‘mengundang’ bukan dengan ‘menyuruh’

Diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
Sunan Ampel mengenalkan ajaran yang
sangat berkaitan dengan kebiasaan
masyarakat kala itu, yaitu ajaran Moh
Limo. Moh Limo berasal dari bahasa
Jawa yaitu emoh (tidak mau) dan limo
(lima).
1) Moh mabok yaitu tidak mau
mabuk, minum-minuman keras
dan mengkonsumsi arak/tuak.
2) Moh main yaitu tidak
mau berjudi, mengundi nasib
dan
memasang taruhan
3) Moh madon yaitu menolak untuk
bermain perempuan yang bukan
istrinya.
4) Moh madat yaitu menolak untuk
merokok, menggunakan
narkotika dan hal-hal lain yang
memabukkan
5)Moh maling yaitu tidak mau
mencuri dan mengambil barang
yang bukan miliknya.
Merubah nama Sungai Brantas menjadi
Sungai Kali Emas

Merubah nama Pelabuhan Jelangga


Manik menjadi Pelabuhan Tanjung Perak

Penggunaan kata emas dan perak ini ada alasannya sendiri. Dengan menyematkan kata emas dan perak, maka
orang-orang akan berbondong-bondong datang ke Jawa Timur, terutama Surabaya karena percaya kalau di
daerah tersebut terdapat harta karun yang melimpah seperti emas dan perak.
Banyaknya orang yang berbondong-bondong datang ke Jawa Timur membuat Sunan Ampel
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam.
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Masjid Agung Demak bersama para wali lainnya. Dan yang menjadi
penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah beliau di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal
dengan Sunan Demak, yang merupakan putra beliau dari istri Dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal
Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria
(Pangeran Sotopuro).

Prof Muhammad Said dan Junimar Affan menyebut Sunan Ampel


(Raden Rahmat) sebagai pendiri
pesantren pertama
kali di Kembang Kuning Surabaya (Muh. Said dan
Junimar Affan, Mendidik dari Zaman ke Zaman (Bandung:
Jemmars, 1987), h. 53.)
Membagi wilayah inti kerajaan Majapahit sesuai hirarki pembagian wilayah negara bagian yang ada yang
meliputi sembilan wilayah, yakni Ibukota Majapahit di Trowulan, Daha, Blambangan, Matahun, Tumapel,
Kahuripan, Lasem, Wengker, dan Pajang. Untuk membagi para kader ulama yang akan dikirim ke negara-
negara bawahan Majapahit untuk berdakwah.

Sistem dakwah dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui pendekatan persuasif yang
LANGKAH berorientasi pada penanaman akidah Islam yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
DAKWAH
SUNAN AMPEL Melakukan “perang Ideologi” untuk memberantas mitos dan nila-nilai dogmatis yang bertentangan dengan
akidah Islam, di mana para ulama harus menciptakan mitos dan nilai-nilai tandingan baru yang sesuai dengan
Islam.

Berusaha menguasai kebutuhan-kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat, baik itu kebutuhan yang
bersifat material maupun spriritual. Pendekatan ini sangat ampuh dilakukan dan bisa membuat masyarakat
tertarik untuk belajar agama Islam karena merasa Islam adalah agama yang mengajarkan untuk saling berbagi.
Makam Sunan Ampel di
Surabaya
P e n u l i s d i d e p a n M a k a m Siti S y a r i f a h , p u t r i S u n a n A m p e l . L o k a s i d i T u b a n
3

Sunan Bonang
SILSILAH SUNAN BONANG
Nabi Muhammad S Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib Al-Imam Al-Imam Ali Zainal A
AW Husain bidin
Al-Imam Muhammad an- Al-Imam Ali Al-Ura Al-Imam Ja’far Sha Al-Imam Muhammad Al-
Naqib idhi diq Baqir
Al-Imam Isa ar-Ru Al-Imam Ahmad Al-Mu As-Sayyid Ubaidill As-Sayyid As-Sayyid Muhamm
mi hajir ah Alwi ad
As-Sayyid Alwi Ammil F As-Sayyid Muhammad Shahib Mir As-Sayyid Ali Khali’ Qass As-Sayyid
aqih bath am Alwi
As-Sayyid Abdul Malik Azma As-Sayyid Abdul As-Sayyid Ahmad Jalalud
tkhan lah din
Putri dari Sultan N menikah As-Sayyid Husain Jamaluddin Akb
izamul Muluk dari De ar
lhi
Syeikh Jamaluddin Syah Ja
lal (Syeikh Jumadil Kub
ra)
menikah Amira Fathimah binti Amir Husain
As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin Muhammad Taraghay
Sunan Ampe
l Syeikh Maulana Malik
Ibrahim (Sunan Gresik)
Sunan Bona
ng
Istri kedua
KELUARGA Dewi
Karimah
Ki Kembang Kuning bernama asli Ki Arya Kumuning, beliau adalah
mantri yang bekerja untuk kanuruhun Kahuripan, Arya Lembu Sora

SUNAN BONANG binti


Ki Kembang
yang bertempat di Ujung Galuh (Surabaya).

Kuning
Arya Teja Al- Dewi Murtasiyah
Abbasyi (Istri Sunan
Giri)
menikah Nyai Ageng Man Dewi Asyiqah (istri
ila (Dewi Candr Raden Fatah, raja Demak
awati).
Putri Bupa
pertama. Beliau adalah
ti
Tuban. ibu Adipati Unus dan
Sunan Ampel Sultan Trenggono.
Istri
3 pertama
Raden Ahmad
Husamuddin (Sunan
Lamongan)
Siti Syarifah/ Raden Siti Safiya Siti Raden Zaenal
Nyai Ageng Maloka/Nyai Agen h atau Siti Muthmainnah (B Abidin (Sunan
g Manyuran (Bersuami Sunan N Hafsah (Bersua ersuami Sayid Demak)
gudung atau Sayyid Utsman Haji, mi Sayid Ahma Muhsin Yaman
Ibu Sunan Kudus) d Yaman). ). Pangeran Tumapel

Maulana Makdum Ibr


Raden Faqih/
ahim / Sunan Bonang / Suna
n
Sunan
Wadat Anyakra Ampel 2
Nama Sunan Bonang diberikan kepadanya karena salah satu media yang ia
pergunakan untuk berdakwah adalah menggunakan alat musik tradisional yaitu
gamelan, dan salah satu instrument musiknya bernama bonang. Dengan
strategi dan media dakwah tersebut semakin banyak masyarakat yang menjadi
pengikutnya, sehingga lama kelamaan Raden Makdum Ibrahim lebih dikenal
dengan nama Sunan Bonang.
Bonang juga nama sebuah desa di kabupaten Rembang. Ada juga pendapat, nama
Bonang berasal dari suku kata bon + nang = babon + menang = baboning
kemenangan = induk kemenangan.
Sunan Bonang mempelajari ilmu agama di pesantren
Sunan Ampel, kepada ayahnya sendiri, jadi santri
bersama Sunan Giri, Raden Fatah, Raden Kusen (adik
Raden Fatah). Kemudian ia dan Sunan Giri melanjutkan
memperdalam ilmu agama Islam sampai keluar pulau
Jawa bahkan sampai di Pasai, yang pengajarnya berasal
dari Timur Tengah maupun India, di sana beliau berguru
kepada Syaikh Maulana Ishaq (ayah Sunan Giri) dan
para guru tasawuf yang berasal dari Baghdad, Mesir,
Arab, persia atau Iran.
MENDIRIKAN DAN MENGASUH PESANTREN
Sekembalinya dari menuntut ilmu, Sunan Ampel memerintahkan Sunan Bonang untuk melakukan dakwah di
daerah Tuban, Jawa Timur. Sunan Bonang kemudian mendirikan pondok pesantren sebagai pusat dakwah dan
menyebarkan agama Islam sesuai dengan adat Jawa. Sunan Bonang lalu ke Kediri, di sana beliau mendirikan
Masjid Sangkal Daha.
Sunan Bonang kemudian menetap di Bonang desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur
kota Rembang. Di desa itu beliau membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini
dikenal daerahnya dengan nama “Watu Layar”.

Di Lasem Sunan Bonang lebih suka melakukan tirakat di


sebuah bukit pinggir pantai. Ia berzikir dengan kaki
diangkat satu seperti burung kuntul sambil
berdiri. Batu yang diinjak itu hingga sekarang masih
ada. Tiap hari banyak orang yang berziarah. Orang
menyebutnya sebagai tempat Pasujudan Sunan Bonang.
Putra ke-4 Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila (putri Arya Teja bupati Tuban). Dilahirkan pada tahun 1465 M,
dengan
nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Beliau wafat pada usia 60 th dan dimakamkan di Tuban 1525 M.
Sunan Bonang berdakwah di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti Rembang, Lasem dan Tuban. Ia pun menye
barkan Islam dengan cara-cara seperti yang ditempuh oleh ayahandanya.

Metode dakwahnya menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan.
Beliau menyerap budaya yang sudah ada kemudian dipadukan dengan ajaran dan nilai-nilai Islam. Sunan Bonang dianggap
memiliki kreatifitas dan daya seni yang luar biasa karena selain memainkan alat musik ia juga berdakwah.
SEKILAS
SUNAN Karya Sastra Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil (naskah
BONAN asli Suluk Wujil disimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda). Sunan Bonang juga menggubah tembang Tombo
G Ati. Sunan Bonang sering menyenandungkan syair-syair tersebut di kerajaan Majapahit, sekaligus sebagai sarana dakwah
sehingga semakin banyak masyarakat yang menjadi pengikutnya memeluk ajaran Islam.

Suluk sendiri memiliki arti mengenal atau mendekatkan diri kepada Allah Swt., sehingga syair-syair yang diciptakan tidak
hanya memiliki keindahan dari unsur sastra, tetapi juga berisi tentang ajaran mengenai kecintaan kepada Sang Pencipta Allah
Swt

Apa pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda
seperti Schrieke disebut Het Boek van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J. Drewes, seorang pakar Belanda lainnya,
dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya.
Ahli Ushuluddin

Ahli Fikih Ahli Tasawuf

Ahli Ilmu Silat Ahli Seni

Ahli Arsitektur Ahli Sastra


SUNAN BONANG = RAJANYA PARA WALI
• Sebagian dari kalam beliau Al-Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya, yang kurang lebihnya beliau berkata:
• "Nomer 2 anaknya Sunan Ampel (Raden Sayyid Rohmatillah)
adalah beliau Sunan Bonang/Maulana Sayyid Ibrohim yang
terkenal dengan sulthonul aulya'-nya Tanah Jawa.
• Beliau Sunan Bonang Maulana Sayyid Ibrohim adalah:
Gurunya para ratu
Gurunya para para sultan Gurunya
para panglima/senopati Gurunya
para tumenggung Gurunya para
adipati
Gurunya para nanggolo
Gurunya para wali
Gurunya para ulama
Bapaknya para fuqoro (orang-orang faqir) wa masakin (dan
orang-orang miskin) wal aytam (dan anak-anak yatim) wal
aromil (dan para janda).
Tombo Ati (Obat Hati)
Tombo Ati (Obat Hati)
Tombo Ati iku limo perkorone Obat Hati ada lima perkaranya
Kaping pisan moco Qur’an lan maknane Yang pertama baca Qur’an dan maknanya
Kaping pindo sholat wengi lakonono Yang kedua sholat malam dirikanlah
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono Yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh
Kaping papat kudu weteng ingkang luwe Yang keempat perbanyaklah berpuasa
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe Yang kelima dzikir malam perbanyaklah
Salah sawijine sopo iso ngelakoni Salah satunya siapa bisa menjalani
Mugi-mugi Gusti ALLOH nyembadani Moga-moga Gusti Allah mencukupi
Sajarah Dalem; Pangiwa Menurut catatan Sadjarah Dalem, Sunan Bonang dikisahkan
lan Panengen berisi hidup tidak menikah atau membujang sampai wafatnya.
uraian silsilah priayi Penjelasan ini sama dengan Carita Lasem yang menggambarkan
ningrat Jawa mulai dari Sunan Bonang semenjak tinggal di Lasem sampai tinggal di Tuban
Nabi Adam hingga tidak memiliki seorang istri, dalam Babad Tanah Jawi pun tidak
Keraton Surakarta dan
disebut adanya istri dan putra dari Sunan Bonang.
Keraton Yogyakarta.

KELUARGA SUNAN
BONANG

Dalam buku Atlas Walisongo karya KH Agus


Ada versi lain yang menyebutkan bahwa Sunyoto (alm), di penghujung tulisan tentang
Sunan Bonang menikah dengan Dewi Hirah Sunan Bonang itu Kiai Agus menuliskan Sunan
putri dari Raden Jakandar. Namun informasi Bonang tidak menikah. Untuk itu, ada yang
ini tidak kuat, kebanyakan referensi
menyebut dengan istilah Wali Wadat.
menyebutkan bahwa Sunan Bonang
memang membujang.
MURID-MURID SUNAN BONANG
HIKMAH DAKWAH SUNAN
BONANG
Sunan Bonang dikenal sebagai seorang wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, juga merupakan seorang seniman.

Sunan Bonang tidak pernah melakukan pemaksaan dalam penyebaran agama Islam. Beliau juga tidak pernah melakukan perlawanan
terhadap orang-orang yang menentangnya

Sunan Bonang berbaur dan beradaptasi dengan masyarakat setempat, ia mampu menyatu dengan aspek-aspek kehidupan yang kemudian
ia manfaatkan untuk menyisipkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.

Memang seharusnya demikianlah strategi dakwah yang harus dilakukan untuk menyampaikan ajaran kepada masyarakat, dilakukan
dengan penuh kedamaian, tidak konfrontatif, penuh kelembutan dan kasih sayang.
D i d e p a n M a k a m P u t ri C e m p o , s a n t r i
Sun a n B o n an g , ibu dari Raden
Penulis di d e p a n M a k a m S u n a n Fa tta h
Bonang,Tuban. Makam Sunan Bonang berada di empat tempat, yaitu di Kelurahan
Sunan Bonang wafat pada usia 60 th dan Kutorejo Tuban, Kecamatan Tuban. Di Desa Bonang, Lasem. Makam
dimakamkan di Tuban 1525 M. lainnya berada di Bawean (Desa Pudakit Barat, Kecamatan
Sangkapura Gresik), dan di Madura.
4

S u n a n Drajat
SILSILAH SUNAN DRAJAT
Nabi Muhammad S Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib Al-Imam Al-Imam Ali Zainal A
AW Husain bidin
Al-Imam Muhammad an- Al-Imam Ali Al-Ura Al-Imam Ja’far Sha Al-Imam Muhammad Al-
Naqib idhi diq Baqir
Al-Imam Isa ar-Ru Al-Imam Ahmad Al-Mu As-Sayyid Ubaidill As-Sayyid As-Sayyid Muhamm
mi hajir ah Alwi ad
As-Sayyid Alwi Ammil F As-Sayyid Muhammad Shahib Mir As-Sayyid Ali Khali’ Qass As-Sayyid
aqih bath am Alwi
As-Sayyid Abdul Malik Azma As-Sayyid Abdul As-Sayyid Ahmad Jalalud
tkhan lah din
Putri dari Sultan N menikah As-Sayyid Husain Jamaluddin Akb
izamul Muluk dari De ar
lhi
Syeikh Jamaluddin Syah Ja
lal (Syeikh Jumadil Kub
ra)
menikah Amira Fathimah binti Amir Husain
As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin Muhammad Taraghay
Sunan Ampe
l Syeikh Maulana Malik
Ibrahim (Sunan Gresik)
Sunan Dra
jat
Istri kedua
Ki Kembang Kuning bernama asli Ki Arya Kumuning,
KELUARGA Dewi
Karimah
beliau adalah mantri yang bekerja untuk kanuruhun
Kahuripan, Arya Lembu Sora yang bertempat di Ujung
SUNAN DRAJAT binti
Ki Kembang
Galuh (Surabaya).

Kuning
Arya Teja Al- Dewi Murtasiyah
Abbasyi (Istri Sunan
Giri)
menikah Nyai Ageng Man Dewi Asyiqah (istri
ila (Dewi Candr Raden Fatah, raja Demak
awati).
Putri Bupa
pertama. Beliau adalah
ti
Tuban. ibu Adipati Unus dan
Sunan Ampel Sultan Trenggono.
Istri
pertama
4 Raden Ahmad
Husamuddin (Sunan
Lamongan)
Siti Syarifah/ Raden Siti Safiya Siti Raden Zaenal
Nyai Ageng Maloka/Nyai Agen h atau Siti Muthmainnah (B Abidin (Sunan
g Manyuran (Bersuami Sunan N Hafsah (Bersua ersuami Sayid Demak)
gudung atau Sayyid Utsman Haji, mi Sayid Ahma Muhsin Yaman
Ibu Sunan Kudus) d Yaman). ). Pangeran Tumapel

Raden Qasim (nama waktu


kecil) / Raden Syarifuddin Raden Faqih/
(Sunan Drajat) Sunan
Ampel 2
KELUARGA
SUNAN DRAJAT Mbah Mayang
Madu (tetua Raden
Sunan Gunungjati desa Jelak) Suryadilaga,
adipati Kediri.

menikah Dew menikah Nyai menikah Nyai Retn


o Ayu
i
Sufiya Kemun
Cand
h ing rawati
Sunan Drajat Istri
kedua
Istri pertama Istri ketiga

Menurut Babad Tjerbon


Pangeran Trenggana Pangera Dewi Wu (Cirebon), istri pertama
/ Pangeran Rekya n Sandi ryan Sunan Drajat
na adalah Dewi Sufiyah,
putri Sunan Gunung Jati.
Sunan Drajat lahir tahun 1470, menghabiskan masa mudanya untuk belajar agama Islam kepada ayahnya Sunan Ampel, di Ampel Denta, juga kepada Sunan
Gunung Jati (di Cirebon). Sunan Drajat pun memperdalam agama Islam dari para ulama yang datang bersama kapal-kapal dagang Arab.

Ia melakukan dakwah pertama kali di wilayah Gresik. Dakwahnya dilakukan dengan menyusuri pantai utara Jawa. Dakwahnya dengan menggunakan
pendekatan kultural. Yakni dengan menciptakan tembang pangkur. Perhatian serius pada masalah sosial dan orientasi kegotong royongan.

Sunan Drajat lalu mengambil tempat di desa Jelak, Kelurahan Banjarwati, Kecamatan Paciran Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan sebagai pusat
kegiatan dakwahnya sekitar akhir abad 15 atas perintah ayahnya. Membangun mushola, dijadikan pusat dakwah, lalu dijadikan pesantren. Setelah ramai,
daerahnya diganti menjadi Banjaranyar. Setelah masyarakat dianggap mapan dalam ilmu agama, beliau hijrah ke Desa Drajat, Paciran-Lamongan (kini jadi
komplek makam).

SEKILAS Sunan Drajat lalu diberikan wilayah seluas 9 hektar oleh Sultan Demak, beliau memilih tempat di lokasi pegunungan karena dianggap aman dari banjir.
SUNAN Bukit tersebut kemudian diberi nama Ndalem Dhuwur (atas usulan Sunan Giri), yang di atasnya kemudian Sunan Drajat mendirikan masjid. Dakwahnya
santun, tidak memaksa, tidak menyakiti. Beliau memegang kendali di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.
DRAJAT
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal sosiawan sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin, terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan
sosial baru memberikan ajaran. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
Usaha kearah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.

Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan menanggulangi kemiskinan di Lamongan, beliau memperoleh gelar Sunan
Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak I pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.

Beliau wafat di Sedayu-Gresik abad ke-16 (tahun 1522) dan dimakamkan di Desa Drajat, wilayah Lamongan. dan peninggalan-peninggalannya disimpan
sebagai bukti sejarah perkembangan Islam di kota Gresik dan kota Lamongan Jawa Timur.
Raden Syarifudin berdakwah selama 36
tahun di desa Drajat. Atas
kesuksesannya tersebut maka orang-
orang menyebut beliau dengan nama
“Kadrajat” yang artinya terangkat
derajatnya. Dari sebutan itulah akhirnya
muncul nama Sunan Drajat.

Sunan Drajat memiliki banyak nama dibandingkan


dengan Wali Songo lain, seperti Raden Kasim (Qasim,
nama kecil), Masaikh Munat, Raden Syarifuddin
(panggilan ketika di Cirebon), Maulana Hasyim,
Pangeran Kadrajat, Sunan Mayang Madu, dan yang
paling masyhur adalah Sunan Drajat.
METODE DAKWAH SUNAN DRAJAT
Pengajian secara langsung di langar atau mushola atau masjid

Mengayomi masyarakat, dengan kearifan dan kebijaksanaan, dan penyelenggaraan pendidikan di pesantren

Menjadi bagian penting masyarakat, memberikan nasihat dan fatwa untuk penyelesaian sebuah masalah.

Memberikan nasihat dan fatwa untuk penyelesaian sebuah masalah.

Mengentaskan kemiskinan rakyat

Melalui kesenian tradisional yaitu melalui tembang pangkur (pangudi isine Qur’an/mendalami makna Al-Qur’an) dengan iringan
gending gamelan

Ponpes Sunan Drajat yang didirikan oleh Raden Qosim atau Sunan Drajat memang
sudah lenyap ditelan masa ratusan tahun yang lalu. Kini tinggal sumur tua dan
pondasi bekas langgar yang tersisa. Tahun 1977, Ponpes Sunan Drajat kembali
dibangun di Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan oleh Prof. Dr. (H.C). KH.
Abdul Ghafur, yang berada tepat di atas reruntuhan situs pesantren peninggalan
Sunan Drajat.
AJARAN SOSIAL SUNAN DRAJAT
Sunan Drajat juga mengajarkan tata cara hidup sebagai makhluk sosial yang harus saling membantu. Filosofi
Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek
Makam Sunan Drajat.
1 Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)

2 Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)

3 Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk
mencapai cita–cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)

4 Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)

5 Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan
dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita–cita luhur).

6 Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu).

7 Ajaran untuk berkehidupan Sosial yang bernama catur piwulang.


Inti dari ajaran Sunan Drajat adalah Catur Piwulang (Empat Pengajaran)
yaitu:
Wenehono teken marang wong kang kalunyon lan wuto (memberikan tongkat kepada orang yang buta)

Wenehono pangan marang wong kang kaliren (memberi makan kepada orang yang kelaparan)

Wenehono sandhang marang wong kang kawudan (memberi pakaian kepada orang yang telanjang)

Wenehono payung marang wong kang kodanan (memberikan payung kepada orang yang kehujanan)

Sunan Drajat banyak memberikan pesan-pesan yang menjadi Atlas Wali Songo (2012), Agus
pengingat bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang menekankan Sunyoto mengisahkan
pada perdamaian, baik perdamaian kepada Yang Maha Kuasa bahwasanya Sunan Drajat
mendidik masyarakat sekitar
maupun perdamaian kepada diri sendiri. Ia selalu mengingatkan
supaya memiliki kepedulian
murid-muridnya agar selalu bersikap saling tolong menolong terhadap nasib fakir miskin,
terhadap sesama demi terciptanya sebuah tatanan kehidupan mengutamakan kesejahteraan
masyarakat yang akur dan Makmur. umat, serta memiliki empati.
Sunan Drajat meninggal tahun 1522 Masehi. Beliau wafat dan
dimakamkan di desa Drajat, kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Jawa Timur. Kompleks Makam Sunan Drajat terletak di sebuah bukit di
Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa
Timur. Di dalam kompleks pemakaman Sunan Drajat juga terdapat pintu
Gapura paduraksa dengan hiasan cungkup, pagar kayu dengan motif sulur
dan teratai, serta larangan untuk mengambil gambar. Kompleks
pemakaman beliau terbagi menjadi tujuh halaman dan saat ini diakui
sebagai salah satu cagar budaya di daerah tersebut.

Penulis di Makam Sunan Drajat


Untuk menghormati jasa-jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam
di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda- benda bersejarah
peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada
penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah
Sunan Drajat disebelah timur Makam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur
Jawa Timur, tanggal 1 Maret 1992. Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan
pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu
berukir, renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil yang diresmikan
Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.

Museum Sunan Drajat


SUNAN SENDANG DHUWUR
Ia hidup semasa dengan Sunan Drajat. Sunan Sendang Duwur wafat pada 1535 masehi,
sedangkan Sunan Drajat wafat pada 1522 masehi. Nama aslinya adalah Raden Noer Rohmat. Ia
adalah putra Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad. Gelar
Sunan Sendang Duwur didapat dari pemberian Sunan Drajat. Makam Sunan Sendang Duwur ini
mempunyai bentuk yang lebih minimalis serta artistik. Letak Makam Sunan Sendang Duwur
berada di area belakang. Di sebelah makam, ada masjid besar yang berdiri kokoh dan dibangun
pada 1531 masehi. Ada yang menyebutkan, masjid ini dipindahkan oleh Sunan Drajat dari
Mantingan Jepara dalam satu malam atas permintaan Ratu Kalinyamat. Sebagian bangunan dari
masjid ini sudah direkonstruksi karena sudah tua, tapi kontruksi aslinya tersimpan di dalam
area makam.
5

S u n a n Giri
SILSILAH SUNAN GIRI
Nabi Muhammad S Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib Al-Imam Al-Imam Ali Zainal A
AW Husain bidin
Al-Imam Muhammad an- Al-Imam Ali Al-Ura Al-Imam Ja’far Sha Al-Imam Muhammad Al-
Naqib idhi diq Baqir
Al-Imam Isa ar-Ru Al-Imam Ahmad Al-Mu As-Sayyid Ubaidill As-Sayyid As-Sayyid Muhamm
mi hajir ah Alwi ad
As-Sayyid Alwi Ammil F As-Sayyid Muhammad Shahib Mir As-Sayyid Ali Khali’ Qass As-Sayyid
aqih bath am Alwi
As-Sayyid Abdul Malik Azma As-Sayyid Abdul As-Sayyid Ahmad Jalalud
tkhan lah din
As-Sayyid Husain Jamaluddin Akb
ar

Syaikh Maulana Ish


aq

Sunan G
iri
KELUARGA SUNAN GIRI

Nabi Muhammad Imam Husein 17


SAW Silsilah
menikah
Putri dari Sultan Syaikh Husein
Nizamul Muluk dari Jamaluddin
Delhi
Akbar
Maulana Muh Maulana Muhamm As-Sayyid
ammad Al-Baqir ad 'Ali Akbar Barakat
Prabu Menak Sembuyu / Mi
Zainal Alam
na’
Sembayu (Raja Blambangan)
Syeikh Jumadil Kub Syekh Maulana
Syarifa menikah Malik Ibrahim
Syaikh Maulana menikah Dewi
h Ishaq
ra (Sunan Gresik)
Pasai menika Chandrawati
Sekardadu Syeikh Ibrahim Z
h (Putri Campa
Dewi
ainuddin Smarakondi
menika Sunan
Raden Paku/Prab )
S h Kalijag
u Satmata/ Maula
aroh a
na Ainul Yaqin/
Sunan Giri
Sayyid Ali Murta Siti Sayyid Ali Ra
dho (Raden hmad (Sunan
Zaen Ampel)
Santri)
ab
ANAK ISTRI
SUNAN GIRI
2
3 Dewi Wardah bin Age
Nyai Age ng Supo (Ki Ageng Bu
ng Usami ngkul/ Sunan Bungkul)

Dewi Murtasiy
binti Suna
Putri Se menikah 1 Pangeran Pasi
ah n Ampel r Batang / Ra
do
den Supeno
Sunan Giri

Ratu Ge Sunan Da Sunan Nyai Age Sunan Kid Ratu Ge Sunan Ku Sunan Waruju
de lem Tegalwangi ng ul de lon / Pangeran
Selulur Saworasa Weruju
Kukusan
MASA Nama asli Raden Paku,putra dari Raden Maulana Ishak. Lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada abad ke-15, sekitar
KECIL tahun 1442M / 1365 Saka. Pemberontakan Patih Blambangan (Bajul Sengara) yang mengancam sang bayi,
Prabu Menak mengharuskan dirinya dibuang ke laut. Versi lainnya, Menak Sembuyu marah karena diajak masuk Islam, Maulana
Sembuyu (Bla Ishaq diusir, terjadi wabah, Sunan Giri dianggap penyebab dan dijadikan tumbal lalu dibuang ke laut. Namun versi ini
mbangan) sepertinya kurang bisa diterima, karena wabah itu terjadi sebelum pernikahan Dewi Sekardadu.
Ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) - yakni Sabar dan Sobir -, yang hendak berdagang ke Bali, peti i
Dewi tu bercahaya, diambil dan dibawa ke Gresik.
Sekardadu

Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih / Nyai Gedhe / Nyai
Joko Samudro/Raden P Gedhe Tundha Pinatih / Nyai Ageng Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko Samudro.
aku/Prabu Satmata/
Maulana Ai
nul Yaqin/ Ketika sudah cukup dewasa, di umur 11 tahun, Joko Samudro dibawa ibu angkatnya ke Ampeldenta (kini di
Sunan Giri Surabaya) untuk belajar agama kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel mengajari semua ilmu agama.

Sunan Ampel lalu mengirimnya untuk haji beserta Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), namun singgah dulu untuk
mendalami ajaran Islam di Pasai-Aceh. Mereka diterima oleh Syaikh Maulana Ishaq (Syaikh Awwalul Islam) ya
ng tak lain adalah ayah Joko Samudro.

Sunan Giri dikenal dengan banyak nama diantaranya: Raden Paku. Prabu Satmata. Sultan Abdul Faqih.
Raden ‘Ainul Yaqin. Joko Samudra.
Ketika diantar Nyi Gede Pinatih ke Sunan Ampel, kepalanya dipegang dan diusap-usap. Sunan Ampel lalu
menanyakan asal-usul Joko Samudro. Kanjeng Sunan Ampel lalu merubah namanya menjadi Raden
Paku. Sunan Ampel menjelaskan agar putranya nanti bisa bisa menjadi
pepaku dunia, dipatuhi orang seluruh jawa.
Setelah dari Pasai Aceh, disebutkan bahwa Sunan Giri dan Sunan Bonang kemudian bersama-sama pergi belajar ke tanah
Arab. Versi lainnya, Syaikh Maulana Ishaq melarang mereka lanjut Haji, namun kembali ke Tanah Jawa. Setelah
kembali ke Jawa, ia kemudian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di Desa Sidomukti, Kebomas, di
selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah ia yang sebelumnya dikenal dgn nama Raden ‘Ainul
Yaqin, mulai dikenal masyarakat dgn Sunan Giri.

Raja Majapahit memberinya keleluasaan untuk mengatur pemerintahan. Dan karena hal tersebutlah pesantren Sunan
Giri berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut dengan Giri Kedaton

Pendiri dan pembina pesantren di Giri dengan mengkader muridnya menjadi juru dakwah yang dikirim ke Madura,
SEKILAS Lombok, Kalimantan, Sulaweesi, Maluku, Bawean, Kangean, Ternate dan Tidore. Bahkan konon raja-raja di daerah
tersebut, belum dianggap sah jika belum direstui oleh Sunan Giri.

Terjadi konflik politik saat Majapahit diambil alih Raja Keling dari Kediri (masih keturunan raja Majapahit sebelumnya).
SUNAN GIRI
Pengaruh Sunan Giri selama masa pemerintahan tersebut, turut melatarbelakangi berdirinya sebuah kerajaan yang bernama
Demak Bintoro (Kerajaan Islam pertama di Jawa).

Pengaruh Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya
ditumbangkan oleh Sultan Agung (dari Kerajaan Mataram), karena tidak ingin ada Matahari Kembar di Jawa.

Beliau wafat pada tahun 1506 dan dimakamkan di Dusun Giri, Desa Giri-Gresik, Jawa Timur.
Sisa reruntuhan Kesunanan Giri atau Giri
Kedaton, hanya tinggal pondasi dan sebuah
mushola. Dulu di sini berdiri sebuah Kerajaan
Islam yang terletak di Gresik, Jawa Timur
dipimpin Sunan Giri dan keturunannya pada
abad ke-15 hingga ke-17, setelah itu Giri
ditaklukkan oleh Kesultanan Mataram pada
tahun 1636 M.

Pemilihan wilayah Giri bukan sembarangan,


melainkan segenggam tanah yang diwasiatkan
ayahnya di Pasai kepada Raden Paku agar
mendirikan Pesantren di lokasi yang mempunyai
tekstur tanah yang sama dengan dia bawa.
Pada waktu Raden Paku mau pulang ke Jawa,
beliau diberi nama Maulana Ainul
Yaqin oleh ayahnya. Kemudian Raden Paku
diberi segenggam tanah oleh ayahnya untuk
dibangun pesantren. Kemudian ayahnya
memberinya segenggam tanah yang nantinya
Raden Paku disuruh menemukan jenis tanah yang
sama di jawa sebagai tempat mendirikan pesantren.
Tanah tersebut harus sama dengan bau dan jenis
yang diberikan oleh ayahnya. Raden Paku berjalan
jauh untuk menemukan tanah tersebut. Alhasil
beliau menemukannya dan membangun pesantren
di Desa Sidomukti dekat kota Gresik
yang terletak di dataran tinggi. Itulah mengapa
beliau diberi nama Giri dan akhirnya dikenal
dengan Sunan Giri.
METODE DAKWAH SUNAN GIRI
Strategi dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri dilakukan dengan berbagai metode, mulai dari
pendidikan, budaya hingga pendekatan politik.
Dalam bidang pendidikan ia tidak hanya didatangi murid atau santri dari berbagai daerah, namun tidak segan juga ia yang mendatangi
masyarakat dan menyampaikan ajaran secara langsung. Setelah situasi memungkinkan, masyarakat dikumpulkan pada acara-acara
selamatan, upacara adat dan lain sebagainya, sehingga lambat laun ajaran Islam disisipkan sehingga masyarakat menjadi lunak dan
mengikuti ajaran Islam.

Di kalangan Wali Songo, Sunan Giri dikenal sebagai seorang wali yang ahli dalam bidang politik ketatanegaraan. Pandangan politiknya
dijadikan rujukan, bahkan ketika Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak, Sunan Giri dipercaya meletakkan dasar- dasar kerajaan masa
perintisan atau ahlal-halli wa al-‘aqd (sebuah lembaga atau dewan yang berwenang dalam memutuskan tentang pengangkatan seorang
pemimpin dalam sistem politik Islam/ semacam DPR dalam era pemerintahan modern) di kerajaan Demak Bintoro.

Dalam bidang budaya, Sunan Giri mengembangkan dakwah Islam dengan memanfaatkan seni pertunjukan yang menarik minat masyarakat.
Sunan Giri di kenal sebagai pencipta tembang Asmaradhana dan Pucung, Padhang Bulan, Jor, Gula Ganti dan Cublak-cublak Suweng.
Permainan anak yang dibuat beliau: Jelungan, Jamuran, Gendi Gerit, dan lainnya.
Daftar Penguasa
1. Sunan Giri/Prabu Satmata (1481–1506)
Giri
2. Kedaton:
Sunan Dalem/Sunan Giri II (1506–1546)
3. Sunan Seda ing Margi/Sunan Giri III (1546–1548)
4. Sunan Prapen/R.M. Pratikal/Sunan Giri IV (1548–1605)
5. Sunan Kawis Guwa/Sunan Giri V (1605–1616). Ini masa dimana
Giri Kedaton ditaklukan Kerajaan Mataram pada masa Sultan
Agung, dibawah pasukan Pangeran Pekik (ipar Sultan Agung).
Setelah itu penguasa Giri Kedaton tidak lagi memakai kata
‘sunan’, namun menjadi ‘panembahan’, dan wilayahnya tunduk
pada kekuasaan Mataram.
6. Panembahan Ageng Giri (1616–1636)
7. Panembahan Mas Witana/Sideng Rana (1638–1660)
8. Pangeran Puspa Ita / Pangeran Singosari (1660–1680).
Ditaklukan VOC.
Dikutip dari Taedjan Hadidjaja dalam Serat Centhini Bahasa Indonesia Jilid I-A (1978),
terdapat ramalan bahwa orang yang bisa meruntuhkan Kedaton Giri adalah keturunan asli
dari Sunan Ampel, guru Sunan Giri. Entah kebetulan atau tidak, Pangeran Pekik masih
punya garis keturunan dengan Sunan Ampel.
MAKAM SUNAN Sunan Giri wafat pada malam
GIRI Jumat, 24 Rabiul Awal tahun
913 Hijriah atau 1428 Saka
atau 1506 Masehi dalam usia
63 tahun.
Beliau dimakamkan di
sebelah utara padepokan Giri
Kedaton. Makam Sunan Giri
terletak di Desa Giri,
Kecamatan Kebomas,
Kabupaten Gresik.
Komplek makamnya
terletak di tengah puncak
bukit Giri.
Penulis di samping
Makam Syaikh Maulana
Ishaq Al- Maghrobi,
ayah Sunan Giri.
Lokasi di Tuban
Makam Syaikh Maulana Ishaq
Penulis di samping Makam Syaikh Maulana Ishaq Al-Maghrobi, ayah Sunan
berada di banyak lokasi.
Giri.
Lokasi di Paciran, Lamongan.
6

Sunan Kalijaga
Adipati Ponoro
go
Arya Wiraraja at
au Banyak Wid
Arya Adikara atau Arya Ranggal
awe.
SILSILA
e. Arya Teja I H
(Abdurrahman, Bupati Tuba
n). SUNAN
Arya Teja
II.
KALIJAGA
Syaikh Husein
Jamaluddin Akb
Arya Teja ar
III.
Raden Ayu Retn Pangeran Santribadra Syeikh Maula
menikah
a Dumilah / (Tumenggung Wilwati na Ishaq
Dewi Nawangrum kta Adipati Tuban VI)

Pangeran Pangeran Santikusu Dewi Suna


Dewi menikah
Santipuspa ma / Raden Syahid 6 Sa n
Rasawulan
/ Sunan Kalijaga roh Giri

Raden Umar Syah Dewi Dewi


id (Sunan Muri Rakayu Sofi
a) h ah
KELUARGA SUNAN KALIJAGA
Syeikh Maula Sunan Gunung
na jati
Ishak

DEWI SITI menikah SITI


menikah menikah
ZAENA HAFSA
SARA BIstri ke-2 HIstri ke-3
Istri ke-1
H

Dewi Dewi Raden Uma Ratu Nyai Suna Raden A Nyai Age
Rukaya Sofi r Syahid (Su Pembay Ageng n bdurrah ng
h ah nan Muria) un Panegak Hadi man Ngerang
GURU-GURU SUNAN KALIJAGA
MURID-MURID SUNAN KALIJAGA
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1450 m dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama
Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran
Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Seorang bangsawan, meskipun demikian ia hidup tanpa tata cara bangsawan. Raden Said menjalani kehidupan rakyat
biasa, ia dikenal mampu membaur dengan berbagai golongan termasuk rakyat jelata sekali pun

Kondisi sosial masyarakat saat itu cukup memprihatinkan. Banyak pejabat yang memungut upeti dari rakyat tetapi tidak
disetorkan ke kerajaan. Mereka melakukan tindakan korupsi sedangkan upeti yang harus dibayarkan oleh rakyat jumlahnya
sangat tinggi.
SEKILAS
SUNAN Menasihati para pejabat korup, kegaduhan di pemerintahan daerah di Tubah. Mencuri kas daerah dan dibagikan ke rakyat
KALIJAG miskin, beberapa kali hingga akhirnya diusir ayahnya.
A
Setelah diusir dan berkelana seorang diri itulah, Raden Said bertemu dengan Sunan Bonang, yang kemudian menjadi
gurunya dengan ujian menjaga tongkat Sunan Bonang di pinggir sungai selama tiga tahun. Setelah menyerap ilmu
dari Sunan Bonang, Raden Said lantas berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon

Raden Said kemudian menjadi salah satu dari sembilan wali dengan sebutan Sunan Kalijaga dan bertugas untuk
menyebarkan Islam di tanah Jawa. Ia menyebarkan ajaran Islam dengan berdakwah baik melalui kegiatan pemerintahan,
keagamaan, maupun kesenian. Sunan Kalijaga menjadi salah satu wali yang bersama-sama membangun Masjid Agung
Demak bersama beberapa wali yang lain.
Dakwahnya intelektual dan aktual sehingga para bangsawan dan cendekiawan banyak yang bersimpati padanya. Beliau yang
mengembangkan wayang menjadi media dakwah dengan cerita bercorak Islami. Mengembangkan seni suara, seni ukir, seni
busana dan seni pahat dan kesusastraan.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya.
Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi.

Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Ia menggunakan seni ukir,
wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan
SEKILAS Gundul-gundul Pacul.
SUNAN
KALIJAG
Segala hal yang berasal dari kebudayaan lama dengan corak Hindu-Budha, masih diadopsi lalu dimodifikasi dan dijadikan
A
sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga untuk memasukkan ajaran Islam ke dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai seorang politikus yang menjadi penasehat kerajaan Demak. Pengaruh pemikiran Sunan
Kalijaga banyak mewarnai kebijakan-kebijakan di Kasultanan Demak sehingga menjadi kerajaan Islam yang besar di
tanah Jawa.

Beliau wafat pada tahun 1580, saat berumur 131 tahun, dan dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak
(Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.
Sejarah Hidup
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai 131 tahun, sejak pertengahan abad ke-15 sampai akhir abad
yang
ke-16. DenganPanjang
demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak
(1481-1546), Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546-1568 serta
awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang
pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon (Masjid Merah) dan Masjid Agung Demak. Tiang
“tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga Berumur


lebih dari 100 tahun
Sunan Kalijaga menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk
Dadi Ratu (”Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula
dikonsep oleh Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif.

Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah Adipati
Pandanaran,
Adipati Kartasura, Adipati Kebumen, Adipati Banyumas, serta Adipati
Pajang.
Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu media dakwahnya. Beliau mengenalkan Islam melalui pertunjukan wayang yang sangat
digemari masyarakat. Pada saat beliau berdakwah agama Islam sebagai dalang yang berkeliling di wilayah Pajajaran hingga Majapahit. Di dalam
pertunjukan wayang, lakon yang dibawakan oleh Sunan Kalijaga tidak hanya mengangkat kisah Mahabarata dan Ramayana, terdapat pula lakon
yang digemari oleh masyarakat yaitu Dewa Ruci dan Punakawan / Pandawa.
Seni Ukir Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir yang berbentuk dedaunan bukan berbentuk manusia dan
hewan, karena sejak para Wali mengembangkan dakwah Islam, seni ukir yang berbentuk manusia dan hewan sudah tidak dipergunakan lagi.
Seni ukir dedaunan diawali atau diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Seni ukir tersebut dapat dijumpai pada guyau (alat menggantungkan gamelan)
dan pada rumahrumah adat di sekitar Demak dan Kudus.
Gamelan digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga ketika pertunjukan dan acara lainnya. Dalam pertunjukan wayang, ketukan
gamelan sudah digubah Sunan Kalijaga agar iramanya sesuai dengan lakon yang akan dimainkan. Selain digunakan dalam pertunjukan wayang,
gamelan digunakan untuk mengundang masyarakat agar datang ke masjid. Gamelan juga digunakan saat acara Grebeg dan Sekaten yang
bertujuan untuk mengundang banyak perhatian dari masyarakat.
Sunan Kalijaga dalam berdakwah juga menggunakan tembang-tembang yang merupakan kebudayaan dan kesenian dari masyarakat Jawa. Sunan
Kalijaga menciptakan tembang macapat Dhandanggulo dengan nada yang memiliki toleransi antara melodi Arab dan Jawa. Lagu lain yang
diciptakan Sunan Kalijaga adalah ilir-ilir, gundul-gundul pacul, Kidung Rumeksa ing Wengi, Lingsir Wengi, Suluk Linglung, dll
Penyusun di s a m p i n g M a k a m S u n a n Kalijaga
b e r s a m a santri SMA Semesta, K a d i l a n g u - D e m a k

Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu kota Demak.


Makam Sunan Kalijaga terletak di tengah kompleks pemakaman
Desa Kadilangu yang dilingkari dinding dengan pintu gerbang
makam. Area makam Sunan Kalijaga masih di dalam Kota Demak
kira-kira berjarak sekitar 3 km dari Masjid Agung Demak. Seperti
makam Wali Songo umumnya, makam Sunan Kalijaga berada di
dalam bangunan tungkub berdinding tembok dengan hiasan dinding
terbuat dari kayu berukir.
7

Sunan Kudus
SILSILAH SUNAN KUDUS
Nabi Muhammad S Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib Al-Imam Al-Imam Ali Zainal A
AW Husain bidin
Al-Imam Muhammad an- Al-Imam Ali Al-Ura Al-Imam Ja’far Sha Al-Imam Muhammad Al-
Naqib idhi diq Baqir
Al-Imam Isa ar-Ru Al-Imam Ahmad Al-Mu As-Sayyid Ubaidill As-Sayyid As-Sayyid Muhamm
mi hajir ah Alwi ad
As-Sayyid Alwi Ammil F As-Sayyid Muhammad Shahib Mir As-Sayyid Ali Khali’ Qass As-Sayyid
aqih bath am Alwi
As-Sayyid Abdul Malik Azma As-Sayyid Abdul As-Sayyid Ahmad Jalalud
tkhan lah din
Putri dari Sultan N menikah As-Sayyid Husain Jamaluddin Akb
izamul Muluk dari De ar
lhi
Syeikh Jamaluddin Syah Ja
lal (Syeikh Jumadil Kub
ra)
menikah Amira Fathimah binti Amir Husain
As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin Muhammad Taraghay
Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) Sayyid Ali Murtadh
o Syeikh Maulana Malik
Ibrahim (Sunan Gresik)
Sunan Kud
us
Arya Teja Al-
Abbasyi SILSILAH
menikah Nyai Ageng Man SUNAN KUDUS
ila (Dewi Candr
awati).
Putri Bupa
ti Tuban. Sayyid Ali
Istri pertama Murtadho (K
Sunan Ampel
akak Suna
n Ampel)

Siti Raden Siti Safiya Siti Syarifah Ruhil/Dewi Ruhi Sunan


Muthmainnah ( h atau Siti l/ Nyai Ageng Maloka/Nyai
Bersuami Sayi Hafsah (Bersu menikah Ngudung
Ageng Manyuran (Bersuami
d Muhsin Y ami Sayid Ahma Sunan (Sayyid
aman). d Yaman). Ngudung atau Sayyid Utsman Haj Utsman Ha
i, Ibu Sunan Kudus) ji)
Sunan Kudus (Habib Ja'far Shadiq) adalah putra Habib Utsman Haji Sunan Ngudung.
Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Habib Ja'far Shodiq (Sunan
Kudus) bin Utsman Haji Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadho bin Ibrahim Zainuddin Al-
Akbar As-Samarqandi bin Husain Jamaluddin Al-Akbar Jumadil Kubro bin Ahmad Jalaluddin
Syah bin Abdullah Amirkhan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin
Muhammad Shohib Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi Ba 'Alawi bin Muhammad Maula
Ash-Shouma'ah bin Alwi Al-Mubtakir bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-
7
Raden Amir
Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shodiq bin Muhammad Al-Baqir Haji/ Jakfar
bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad. Shadiq/ Sunan
Kudus
ANAK ISTRI
SUNAN KUDUS 1
Dewi Rukhill (
belum diketahui silsila
h Dewi Rukhill yang
dimaksud)

Putri Pecat
menikah 2 Tanda (Putri Raden
Adipati Terung Amir
) Hassan
Sunan
Kudus

Nyai Age Panembaha Panembahan Panembahan Panembahan Panembaha Ratu Pradabinabar (menik Panembahan Jo
ng n Palembang Mekaos Hongg Qadhi Karimun n Kali ah dengan Pangeran Panca ko (wafat se
Pambayun (Raden Am okusumo wati, Panglima Sunan Kud waktu masih
ir Hamzah) us) muda)
GURU-GURU SUNAN KUDUS

MURID SUNAN KUDUS


Nama aslinya Raden Amir Haji / Sayyid Ja’far Shadiq. Ia diperkirakan lahir 9 September tahun 1400 M / 808 Hijriyah. di daerah
Jipang Panolan, sebelah utara kota Blora.

Ia mandalami agama Islam melalui ayahnya sendiri, sejak kecil hingga menginjak masa remaja. Sejak kecil ia memang bercita-cita untuk
menjadi juru dakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Selain memperdalam ilmu agama Islam melalui ayahnya, ia juga belajar ilmu agama
kepada Kiai Telingsing dan Sunan Ampel. Kiai Telingsing adalah seorang ulama yang berasal dari Tiongkok, bernama asli Ling Sing, yang
datang ke tanah Jawa bersama dengan armada laut Laksamana Cheng Hoo. Mereka datang dari daratan Tiongkok untuk menyebarkan
Islam, juga untuk mengikat tali persaudaraan dengan orang Jawa.

Sunan Kudus juga belajar kepada Sunan Kalijaga, Ki Ageng Ngerang, dan Sunan Ampel, ia ahli dalam ilmu fiqh, usul fiqh, tauhid,
hadis dan tafsir, oleh karena itu beliau dijuluki waliyulilmi. Sunan Kudus juga mempelajari ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan
perdagangan.
SUNAN Menyebarkan Islam di Kudus dan sekitarnya. Keinginannya adalah menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat yang masih menganut
Hindu-Budha. Ia berhadapan dengan masyarakat yang taat kepada kepercayaan lamanya dan sulit untuk diubah.
KUDUS Namun berkat kesungguhan dan ketekunannya, ia dapat mengubah masyarakat yang beragama Hindu-Budha menjadi pemeluk
agama Islam. Penyebaran agamanya dilakukan dengan pendekatan kultural, menciptakan berbagai cerita agama, gending mijil.

Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, juga Hakim Pengadilan Demak.

Di masa pemerintahan Sultan Prawoto (Raja Demak ke-4), Sunan Kudus menjadi penasihat bagi Arya Penangsang (Adipati Jipang).

Sunan Kudus menggunakan toleransi sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya.

Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud.
kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus.
Ketika terjadi perselisihan internal di kerajaan Demak, Sunan Kudus kemudian pindah ke kawasan Tajug, di kawasan Tajug ini,
Sunan Kudus tidak lagi aktif di dunia politik dan fokus menyebarkan dakwah Islam. Disana Sunan Kudus mendirikan sebuah
masjid bernama Al-Aqsa pada tahun 1549 Masehi. Hingga masjid tersebut menjadi pusat dari kota Kudus kala itu. Dari masjid
inilah, perjuangan Sunan Kudus mensyiarkan agama islam dimulai. Pendekatannya tanpa paksaan, dan menghormati nilai
kepercayan pra islam yang masih dianut oleh masyarakat sekitar.
Sunan Kudus juga membangun Menara Kudus yang Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa
merupakan gabungan kebudayaan Islam dan Hindu yang juga Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama MasjidAgung
terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus. Kudus dan masih bertahan hingga sekarang.
METODE DAKWAH SUNAN KUDUS
Metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kudus adalah mengadopsi cara-cara yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Metode dakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut:
Tidak menggunakan jalan kekerasan atau radikalisme untuk mengubah masyarakat yang masih taat dengan kepercayaan lamanya. Ia
memberikan kelonggaran terhadap tradisi yang sudah berkembang sejak lama, namun pelan-pelan ia sisipkan ajaran Islam kedalamnya.

Jika ada tradisi atau kebiasaan buruk yang berkembang di masyarakat, maka selagi hal tersebut dapat dirubah, maka Sunan Kudus
berusaha merubahnya dengan pelan-pelan

Mengembangkan prinsip tutwuri handayani yaitu turut membaur dan ikut serta dalam kegiatan masyarakat, dan sedikit demi sedikit
menanamkan pengaruh lalu berkembang menjadi prinsip tutwuri hangiseni yaitu perlahan-lahan menberikan nuansa Islam di dalamnya.

Tidak melakukan perlawanan dan konfrontasi langsung terhadap tindak kekerasan.

Berusaha menarik simpati masyarakat agar tertarik dengan ajaran Islam.


Masyarakat Kudus saat itu masih banyak yang menganut
kepercayaan Hindu-Budha. Meski sudah ada yang
menganut Islam. Hal tersebut mendasari Sunan Kudus
untuk mengembangkan ajaran toleransi beragama antara
umat beragama. Sebagai bentuk penghormatan dan
penghargaan kepada umat Hindu, pada saat hari raya Idul
Adha Sunan Kudus tidak memperbolehkan umat Islam
untuk menyembelih sapi, hewan yang dianggap keramat
dan suci bagi umat Hindu. Hal tersebut rupanya justru
menjadikan masyarakat Hindu menjadi bersimpati,
sehingga mereka benar-benar segan dan menaruh rasa
hormat kepada Sunan Kudus. Hal itulah yang kemudian
sedikit demi sedikit membuat umat Hindu dan Budha
tertarik untuk mendalami Islam.
Selain menyampaikan ajaran dakwah kepada umat Hindu-Budha, Sunan Kudus juga memperluas ajakannya kepada masyarakat yang masih
menganut kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme. Ia pun menggunakan cara yang unik yaitu membangun pancuran wudu di Masjid
Menara Kudus yang dibangunnya dengan jumlah 8 (delapan) pancuran, dan di setiap atas pancuran diletakkan arca. Hal itu dilakukan agar
umat Budha yang sebelumnya tidak tertarik kepada agama Islam pun menjadi terdorong hatinya untuk mempelajari agama Islam.

Sunan Kudus memahami bahwa ada 8 (delapan) ajaran pada agama Budha yang dikenal dengan Asta Sanghika Marga, yang
kemudian simbol jumlah 8 tersebut dijadikan sebagai jumlah pancuran wudlu yang ia bangun. Asta Sanghika Marga tersebut adalah:
1) Memiliki pengetahuan yang benar 2) Mengambil keputusan yang benar 3) Berkata yang benar 4) Bertindak yang benar 5) Hidup dengan cara
yang benar 6) Bekerja dengan benar 7) Beribadah dengan benar 8) Menghayati agama dengan benar.
Terhadap persoalan adat istiadat, Sunan Kudus tidak serta merta menentang masyarakat yang sering menabur bunga di jalan,
meletakkan sesajen di kuburan, dan adat-adat lain yang dianggap melenceng dari ajaran Islam dan mengandung unsur syirik.
Namun Sunan Kudus memodifikasinya. Salah satunya adalah dengan cara mengubah fungsi sesajen yang berupa makanan, lebih baik
disedekahkan kepada orang yang kelaparan, permohonan kepada nenek moyang dan roh halus, diarahkan untuk memohon hanya kepada Allah
Swt., memodifikasi makna-makna yang ada dalam upacara mitoni yang disakralkan oleh umat Hindu-Budha sebagai ucapan syukur karena telah
dikaruniai keturunan dan lain-lain.
MAKAM SUNAN KUDUS
Sunan Kudus memberikan teladan yang sangat berguna yaitu strategi dakwah yang masih relevan kiranya diterapkan di era
modern saat ini, tentu dengan menyesuaikan kultur dan karakter masyarakat di sekitar kita, dan kecerdasan dalam merumuskan
strategi yang tepat tanpa melukai dan menyakiti hati siapa pun. Dan inilah yang dimaksud dengan Islam rahmatan lil ‘alamin.
8

Sunan Muria
SILSILAH & KELUARGA
SUNAN MURIA
Pangeran San
tikusuma / Ra menikah Dewi
den Syahid / Sa
Sunan Kalijag
Siti Syarifah menikah Sunan roh
Ruhil binti Ngudun
8 a
Sunan Ampe
g
l
Ki Agen
g Ngera
ng Dewi Dewi
Dewi Raden Umar menikah Dewi Ro Rakayuh Sofia
menikah
Syahid (Suna ro h
Sujinah
n Muria) Noyorono
Raden Amir
Haji/ Jakfar
Shadiq/ Sunan
Kudus
Syaikh Jangkung ( Sunan Ny Rad Dewi Nasiki /
Saridin atau Rade amplungan
n Syarifuddin) en Raden Ayu
Santri Nasiki
GURU-GURU SUNAN MURIA

MURID SUNAN MURIA


Sunan Muria termasuk salah satu Wali Songo yang dilahirkan pada abad ke-15 M. Putra Sunan Kalijaga dengan nama asli Raden Umar
Sa’id, nama kecil Raden Prawoto

Memusatkan kegiatan dakwahnya di gunung Muria 18 km sebelah utara kota Kudus. Sunan Muria berdakwah di sekitar wilayah utara
Jepara, Tayu, Pati, Juwana, Kudus dan lereng-lereng gunung Muria.

Gemar berdakwah ke desa-desa. Sunan Muria menjadikan desa-desa terpencil sebagai pusat dakwahnya pembelajaran agama dengan cara
kursus-kursus untuk kaum pedagang, nelayan, dan rakyat biasa.

SUNA Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam
N
MURIA Beliau senang bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang, dan melaut adalah
kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), beliau terkenal cerdas
memberi solusi.

Sunan Muria wafat pada awal abad ke-16 M. dan dimakamkan di Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah. Waktu wafatnya Sunan Muria tidak
diketahui secara persis, namun masyarakat sekitar menetapkan setiap tanggal 15 Syura (Muharram) untuk mengganti luwur (kain penutup
makam) sebagai pertanda haul (wafatnya) Sunan Muria.
Puncak
Gunung Muria

Selain di wilayah-wilayah pelosok, Sunan Muria juga mengajarkan Islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Ia dikenang
sebagai seorang wali yang memiliki tubuh yang kuat, hal tersebut dikarenakan tempat tinggalnya yang berada di puncak gunung. Ia berdakwah
kepada rakyat kalangan bawah di daerah Colo, namun ia tetap bertempat tinggal di Gunung Muria karena ia merasa damai dan nyaman serta dapat
bergaul dengan semua masyarakat.
Sunan Muria hidup pada masa kasultanan Demak yaitu kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan
besar di bawah kepemimpinan sultan pertama yaitu Raden Patah (1481-1518 M). Bahkan kekuasaan kerajaan Demak meluas hingga ke
Kalimantan Selatan, Palembang dan Jambi. Bahkan pada tahun 1512-1513 di bawah pimpinan Adipati Unus puteranya, Demak berhasil
membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis.
Sebagaimana dengan strategi Sunan Kalijaga (ayahnya), Sunan Bonang dan para wali lainnya, Sunan Muria menggunakan keahliannya dalam
bidang seni untuk berdakwah. Ia dikenal sebagai wali yang mahir dalam memainkan alat kesenian dan sekaligus ia pergunakan untuk media
dakwahnya. Sunan Muria diketahui suka menggelar sejumlah lakon carangan pertunjukan wayang gubahan Sunan Kalijaga seperti Dewa Ruci,
Dewa Srani, Jamus Kalimasada, Begawan Ciptaning, Semar Ambarang Jantur, dan sebagainya. Melalui media pertunjukan wayang, Sunan Muria
memberikan penerangan-penerangan kepada masyarakat tentang berbagai hal dalam kaitan dengan tauhid.
Sunan Muria juga menciptakan beberapa tembang Jawa macapat yang berisi tentang ajaran Islam. Beberapa karyanya yang terkenal hingga saat
ini yaitu tembang Sinom dan Kinanthi. Sunan Muria dianggap sebagai pencipta tembang-tembang cilik (sekar alit) jenis Sinom dan Kinanthi.
KENAPA SUNAN MURIA LEBIH SUKA BERDAKWAH DI KALANGAN BAWAH?

karena ia mengikuti jejak ayahandanya Sunan Kalijaga. Dalam hal ini, para sejarawan menggolongkan pola dakwah
Wali Songo menjadi dua tipe yaitu:

Golongan Abangan; Golongan ini disebut juga aliran Tuban atau aluran. Dalam berdakwah para wali yang termasuk dalam golongan ini
menggunakan cara-cara yang moderat, lunak dan menggunakan media kesenian dan kebudayaan serta tradisi yang sudah ada di
masyarakat dan menyisipkan dan menyesuaikannya dengan nilainilai dan ajaran Islam. Termasuk pada golongan ini adalah Sunan
Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunungjati. Golongan ini lebih suka melakukan dakwahnya kepada rakyat jelata

Golongan Putihan; Golongan ini juga disebut aliran santri. Mereka berdakwah dengan menggunakan metode yang langsung bersumber
dari Al-Qur’an dan sunah, pedoman umat Islam pada umumnya. Golongan ini lebih suka berdakwah kepada golongan ningrat dan
bangsawan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan Drajat.
TOPO NGELI (MENGHAYUTKAN DIRI DALAM MASYARAKAT)
Sunan Muria berdakwah dengan hikmah. Dalam menyikapi kebiasaan masyarakat yang sering melakukan adat kenduren, maka Sunan Muria
meniru gaya moderat ayahnya, yang tidak mengharamkan tradisi peringatan telung dino hingga sewu dino. Tradisi yang dilakukan untuk
memperingati hari-hari tertentu kematian anggota keluarga ini tidak dilarang, kecuali adat untuk membakar kemenyan atau memberikan sesajen di
tempat tertentu, yang kemudian diganti dengan sholawat dan do’a untuk ahli kubur.
Guyang Cekathak merupakan tradisi meminta hujan. Tradisi ini dikenal dengan mencuci (guyang) pelana kuda milik Sunan Muria. Ritual ini
biasa dilakukan pada hari Jumat Wage di musim kemarau, sekitar bulan Agustus-September. Guyang Cekathak digelar di dekat Sendang Rejoso.
Hujan yang diminta dalam ritual ini bertujuan agar air dari Sendang Rejoso ini tidak kering. Hingga saat ini Sendang Rejoso selalu mengalirkan
air dan tidak pernah kering meski pada musim kemarau panjang.
Sunan Muria dikenal sebagai pribadi yang mampu
memecahkan masalah betapapun rumitnya
Makam Sunan Muria terletak di lereng Gunung Muria, Kecamatan Colo, 18 km utara Kota Kudus. Untuk mencapai makam maka perlu
menaiki sekitar 700 tangga dari pintu gerbang. Letak makam Sunan Muria berada persis di belakang masjid Sunan Muria. Yang
membedakannya dari makam wali lainnya, yaitu letak makam beliau yang menyendiri dan berada jauh dari para punggawanya, sama seperti
sifatnya yang suka menyendiri.
9

S u n a n G u n u n g Jati
SILSILAH SUNAN GUNUNG JATI
Nabi Muhammad SAW Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib Al-Imam Husa Al-Imam Ali Zainal Ab
in idin

Al-Imam Muhammad an-Na Al-Imam Ali Al- Al-Imam Ja’far Shad Al-Imam Muhammad Al-Ba
qib Uraidhi iq qir

Al-Imam Isa ar-Ru Al-Imam Ahmad Al-Muh As-Sayyid Ubaidil As-Sayyid As-Sayyid Muhamm
mi ajir lah Alwi ad

As-Sayyid Alwi Ammil F As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath As-Sayyid Ali Khali’ Qass As-Sayyid Alwi
aqih am (2)

As-Sayyid Abdul Malik Azma As-Sayyid Abdullah Azmatkh As-Sayyid Ahmad Jalaludd As-Sayyid Husain Jamaluddin Akbar
tkhan an in

Syarif Hidayatullah / Sunan Gunung J Syarif Abdullah Umdatuddin Azma As-Sayyid Nurul Alam Azma
ati tkhan tkhan
Nyai Subang La
rang
Prabu Siliwan
gi
SILSILAH & KELUARGA
SUNAN
rgelar SultanGUNUNGJATI
Syarif Abdullah, be Sayyid Nur
Walang Sungsang / Raja Nyai Rara Santan Maulan Syaikh Hus
Alam
Ki Abdullah Iman / Pan Sengara g (Syarifah Mud a Muhammad, keturu ein Jamaluddin
geran Cakra Buana a’im) nan ke-23 Rasululla Syeikh Maula Akbar
h Saw na
Ishak

Abdull Sunan Kyai Greb


Syarif Hidayatullah ah Giri ek
9 / Sunan Gunung
Jati / Mangkubumi
Abdul Demang Juru Sapis
Aziz an
Abdul Fatta Demang Juru Kapintu
h KH Murtad
Abdurrahman Joko T
ingkir
ho
Pangeran Ben
KH Sulaiman
Abdul Hali awa
m KH Ilyas
Abdul Wah
id KH Abu Bak
ar
KH Muhammad Hasyim
NU Al- Asy’ari
Muhammadiyah KH Ahmad Dahl
an
KELUARGA SUNAN GUNUNG JATI
menikah Nyai Mas
menika Nyai menika Ratu Pa menika Nyai menika Putri menika Rara
Babada h Kawung h kungw h Mas h Ong h Tepa
n a ati Rara Ja san
Tien
Istri ke-1 nten
Istri ke-2 Istri ke-3 tiIstri ke-4 Istri ke-6
Istri ke-5

Ratu Pangeran Pang Pang Pang Ratu A Pangeran


Winao Sebakingk eran eran yu Pasarean
eran
n in
Jaya Brata Arya Ku Wanguran
(Maulana
Hasanudin) Kelana Kelana ningan
GURU SUNAN
GUNUNGJATI

Syaikh Tajuddin Al-Kubri Syaikh Athaillahi As-Sadzili

MURID SUNAN
GUNUNGJATI
Sesampainya di Cirebon, Sunan Gunung Jati
mengambil tempat di kampung Babadan, wilayah
Pesambangan. Membangun pondok pesantren Dukuh
Sembung, memulai dakwahnya yang terorganisir di
Cirebon, meneruskan perjuangan guru dari ibunya
(Syaikh Qurro) Nyai Endang Geulis/Syarifah
Muda’im, juga menggantikan Syaikh Datuk Kahfi.
Langkah Islamisasi melalui pondok pesantren
dilakukan guna mengajari Islam secara bertahap dan
menyeluruh.
Kyai Machrus Aly menginformasikan bahwa di samping Sunan Ampel,
ada yang menganggap Sunan Gunung Jati (Syaikh Syarif Hidayatullah) di
Cirebon sebagai pendiri pesantren pertama sewaktu mengasingkan diri
bersama pengikutnya dalam khalwat, beribadah secara istiqamah untuk
ber-taqarrub kepada Allah. (Machrus Aly, “Hakikat Cita Pondok
Pesantren”, dalam Kapita Selekta Pondok
Pesantren, (Jakarta: Paryu Barkah, tt), h. 40.)
Nama aslinya Syarif Hidayatullah, dalam Bahasa Arab disebut Sayyid Al-Kamil. Lahir di Mekkah 1448 adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu
Siliwangi. Versi lain beliau lahir 1450. Mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke
berbagai negara.

Pada saat berusia 27 tahun, sekitar tahun 1475 M., ia kembali ke tanah Jawa dan tinggal di Caruban di dekat wilayah Cirebon. Ia pun
menikah dengan Nyi Ratu Pakungwati, putri dari Pangeran Cakra Buana, penguasa Cirebon. Setelah Pangeran Cakra Buana memasuki usia
lanjut, maka kekuasaan atas Kasultanan Cirebon diserahkan kepada Sunan Gunung Jati selaku menantunya

Ia pun pernah mengunjungi Prabu Siliwangi, kakeknya di Kerajaan Pajajaran. Saat itu ia mengajak kakeknya untuk memeluk agama
Islam, namun ditolak. Meskipun demikian sang kakek tidak menghalangi cucunya untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.
Mengembangkan ajaran Islam di Cirebon, Majalengka, Kuningan, Kawali, Sunda Kelapa dan Banten.

SUNAN Setelah dari Pajajaran, Sunan Gunung Jati melanjutkan perjalanan dakwahnya ke wilayah Serang. Penduduk Serang sudah banyak yang
GUNUNG menganut agama Islam, dikarenakan banyak di antara mereka yang sebelumnya pernah bertemu dengan Sunan Ampel.
JATI
Sunan Gunungjati lalu berguru kepada Sunan Ampel, ikut ke Demak dan Surabaya untuk memperdalam ilmu. Juga berguru kepada Syaikh
Datuk Kahfi.

Sunan Gunungjati diangkat menjadi penguasa Cirebon tahun 1479 menggantikan ayah mertuanya sekaligus pamannya, Pangeran
Cakra Buana. Sunan Gunungjati satu-satunya walisongo yang memimpin pemerintahan, ia bergelar Maulana Jati.
Nama Sunan Gunung Jati begitu banyak, antara lain: Syarif Hidayatullah dan Makhdum Gunung Jati, yang paling terkenal ialah
dengan nama Falatehan atau Fatahillah.

Beliau mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Dalam kedudukannya sebagai raja, Sunan Gunung Jati
membuat kebijakan tentang pajak yang jumlah, jenis
dan besarannya disederhanakan agar tidak
memberatkan rakyat.
Sunan Gunung Jati juga membangun Masjid Agung Sang
Ciptarasa dan masjid-masjid Jami’ di wilayah Cirebon
Sunan Gunung Jati juga menghentikan tradisi pengiriman pajak kepada kerajaan Pajajaran, yang biasanya diserahkan secara periodik dalam
satu tahun. Keputusan ini merupakan simbol pernyataan berdirinya Kasunanan Cirebon yang berdasarkan pada ajaran Islam.
Proses islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati berlangsung dalam waktu yang
sangat lama. Posisinya sebagai ulama menjadikan ia mendapat gelar waliyullah dan
kapasitasnya sebagai kepala negara ia pun memperoleh gelar Sayyidin Panatagama
yang dalam tradisi Jawa seorang raja adalah wakil Tuhan di dunia.
METODE DAKWAH SUNAN GUNUNG JATI
Adapun ragam metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dalam proses Islamisasi tanah Jawa bagian
barat adalah sebagai berikut:

Metode muidlah hasanah/nasihat-nasihat yang baik

Metode al-hikmah/menggunakan cara-cara yang bijaksana

Metode tadarruj/berjenjang, tingkatan belajar seorang murid (pesantren)

Metode ta’awun yaitu saling tolong menolong dan berbagi ketugasan dalam menyebarkan agama Islam di kalangan para wali

Metode musyawarah untuk membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan perjuangan dakwah para wali

Pembentukan kader dai.


SUNAN GUNUNG JATI MENGUTUS DA’I
Syarif Hidayatullah banyak mencurahkan perhatiannnya dalam bidang
dakwah Islam. Dalam rangka merealisasikan usahanya, ia sering mengadakan
perjalanan keliling atau mengirimkan utusan ke daerah- daerah pedalaman
seperti Luragung (Kuningan), Sindangkasih, Rajagaluh, Talaga (Sekarang
ketiganya berada di wilayah Majalengka), Ukur (Bandung), Cangkuang
(Garut) Cibalagung, Kluntung Bantar, Pagadingan, Pasir Luhur, Indralaya,
Batulayang, (semunya berada di sebelah barat dan selatan Sumedang),
Timbanganten, dan Cianjur.
Kesuksesan Sunan Gunung Jati dalam mengislamkan Tanah Sunda terkait dengan metode
yang juga digunakan oleh para wali di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada waktu-waktu
tertentu, para wali ini bertemu dan bermusyawarah di Demak, Tuban, atau Cirebon, termasuk
Sunan Gunung Jati juga ikut dalam pertemuan wali tersebut.
MEMBENTUK KERAJAAN BANTEN
Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke
Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umun, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten
tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah.
Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung
Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung
Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
Sunan Gunung Jati yang merupakan anggota Wali Songo ini menghembuskan nafas
terakhirnya pada usia yang sudah tidak muda lagi, yaitu pada usia 120 tahun. Beliau
meninggal pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriyah atau pada tahun 1568 Masehi. Bila
dilihat berdasarkan penanggalan jawa, maka Sunan Gunung Jati meninggal pada 11
Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka.
HIKMAH DAN
DAMAI
PESAN DARI
WALISONG
DAKWAH
TANAH
O DI
JAWA
Agama Islam datang sebagai pembaharu, yang tentu saja tidak bisa serta merta merubah begitu
saja budaya dan kepercayaan lama (Hindu-Budha, Animisme-Dinamisme) yang telah dipegang
teguh secara turun temurun oleh masyarakat Nusantara.

Datangnya sebuah kebudayaan baru, diperlukan proses yang bertahap dan pelan-pelan.

Para Wali Songo, menyisipkan nilai-nilai dan ajaran Islam sedikit demi sedikit melalui pendekatan
budaya yang sudah berkembang di masyarakat, sehingga terjadilah akulturasi dan asimilasi budaya
yaitu adaptasi budaya lama yang sudah ada, dan disesuaikan dengan nilai-nilai dan ajaran agama
Islam.

Metode dakwah yang dilakukan oleh para Wali Songo benar-benar merangkul dan merengkuh
semua lapisan masyarakat sehingga proses adaptasi, asimilasi dan akulturasi budaya tersebut
dapat berjalan dengan harmonis dan minim konflik.
Bentuk-bentuk budaya baru yang merupakan hasil dari proses asimilasi tersebut, tidak
hanya yang bersifat kebendaan dan materialis, namun juga budaya yang menyangkut
perilaku masyarakat Nusantara.
Proses masuknya budaya yang baik, adalah dengan tidak menggunakan cara- cara yang
kasar dan melukai hati, meskipun juga tetap harus mengandung unsur ketegasan.

Strategi dakwah bil lisan, bil hikmah wal mauidlatil hasanah, para wali pun
menunjukkan sifat-sifat uswatun hasanah merupakan strategi dakwah yang
masih relevan untuk diteladani kembali saat ini.
Berkembangnya cara-cara yang tidak beretika dalam pelaksanaan dakwah Islam,
memunculkan kekhawatiran akankah wajah Islam di mata pemeluk agama lain,
kemudian membentuk framing dan citra yang buruk.
Hendaklah kembali digaungkan semangat berdakwah, dengan tetap mengedepankan
nilai-nilai kelembutan, keramahan, penuh dengan norma dan sopan santun serta
menghindari tindakan kekerasan sebagaimana yang dilakukan oleh para Wali Songo,
diteladani dan dikembangkan dalam frame negara kesatuan Republik Indonesia
dengan beragam suku bangsanya ini.
Semangat dalam berda
kwah

Ikhlas dalam berdak


wah
IBRAH
MEMPELAJ Mencari ilmu untuk bekal berdakw
ARI PERAN
ah
DAN METODE
WALISONGO
Mengetahui kultur dan kesukaan masyarakat

Dilakukan dengan bijak, sehingga tidak terkesan memaksa dan mempersulit.

Anda mungkin juga menyukai