Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Agama

dan Kebudayaan
Islam di indonesia
Yesi Ryani S.Pd
Pada akhir abad ke-13, pengaruh Islam dari Timur Tengah berkembang pesat Nusantara, Kerajaan-kerajaan Islam pun mulai berdiri menyebar ke Jawa
dan Semenanjung Malaya lewat penaklukan dan penyebaran sistematis oleh sekelompok ulama yang dikenal dengan sebutan wali sanga.. Agama Hindu dan
Buddha, Islam masuk ke Indonesia juga melalui jalur perdagangan. selain itu, Islam menarik minat masyarakat kecil oleh karena dalam Islam tidak dikenal
kasta (kelas-kelas sosial) seperti halnya sebelumnya terjadi pada agama dan kebudayaan Hindu.

Seperti halnya pada agama Hindu dan Buddha, masuknya Islam membawa pengaruh terhadap tatanan politik dan sosial-budaya Nusantara. Aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan sebelumnya (Hindu dan Buddha) tetap hidup di tengah masyarakat yang telah menganut Islam. Hal ini menunjukkan adanya proses
akulturasi.

A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia

1. Sekilas tentang Agama Islam


Agama Islam lahir di Mekkah, Arab Saudi. Agama ini diyakini sebagai agama yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui utusan-
Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir pada tahun 570 M. Sejak umur tujuh tahun, beliau telah menjadi yatim piatu dan diasuh oleh kakeknya, Abdul
Muthalib, dan selanjutnya oleh pamannya, Abu Thalib. Sejak usia 12 tahun, beliau sering mengikuti dan membantu pamannya berdagang. Selanjutnya, pada
usia 25 tahun, beliau menikahi Khadijah.

Pada bulan Ramadan tahun 610 M. saat berusia 40 tahun, Muhammad didatangi oleh Malaikat Jibril di sebuah gua yang disebut Gua Hira. Khadijah dan
sahabat-sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah tercatat sebagai pemeluk Islam pertama. Sekitar tahun 613 M. Nabi
Muhammad menyebarkan agama Islam secara lebih terbuka. Khadijah dan sahabat-sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah
tercatat sebagai pemeluk Islam pertama. Sekitar tahun 613 M. Nabi Muhammad menyebarkan agama Islam secara lebih terbuka.

Di Madinah, Islam berkembang pesat. Adapun di Mekkah, Nabi harus melalui berbagai rintangan dan terpaksa terlibat serangkaian perang dengan suku
Quraisy. Pada tahun 630, Nabi berhasil membebaskan Kota Mekkah dari kekuasaan suku Quraisy. Pada tahun 630, Nabi berhasil membebaskan Kota Mekkah
dari kekuasaan suku Quraisy. , orang-orang Quraisy dan penduduk Mekkah mulai memeluk agama Islam, dan Ka'bah menjadi kiblat ibadah umat Islam. Hal
ini kemudian diikuti banyak suku lain yang berdiam di Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW wafat pada 6 Juni 632 M pada usia 63 tahun.
2. Teori-teori tentang Masuknya Agama Islam ke Nusantara
Ada tiga teori mengenai proses masuknya agama Islam ke Nusantara, yaitu sebagai berikut.

a. Teori Gujarat
teori yang didukung olen Snouck Hurgronje. Ws Suttherheim dan B.H.M. Vlekke ini agama istam masuk ke Nusantara sekitar abad Xill, dibawa oleh
para pedagang Islam dari Gujarat, India Ada dua bukti yang mendukung teori ini Pertama, batu nisan Sultan Malik Al-Saleh, sultan Samudra Pasai (meninggal
tahun 1297) yang bercorak Gujarat (India). Kedua, Tulisan Marco Polo pedagang dari Venesia yang menyatakan pernah singgah di Perlak (Peureula) pads
tahun 1292 dan mendapati banyak penduduknya beragama Islam serta peran pedagang India dalam penyebaran agama tersebut.

b. Teori Mekkah
Menurut teori yang didukung oleh Buya Hamka dan J.C. van Leur ini, pengaruh Islam telah masuk ke Nusantara sekitar abad VII, dibawa Langsung
oleh para pedagang Arab. Bukti lain terkait munculnya Islam sebelum abad XIII adalah makam seorang wanita di Gresik, Jawa Timur, yang tertulis atas nama
Fatimah binti Maimun (berangka tahun 1082) serta temuan sejumlah makam Islam di Tralaya (wilayah Majapahit), Trowulan, Jawa Timur, yang menggunakan
tahun Saka, bukan tahun Hijriah dengan angka Jawa Kuno .

c. Teori Persia
Menurut teori yang didukung oleh Hoesein Djajadiningrat ini, Islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang-orang Persia sekitar abad XIII. Bukti
pendukung teori ini adalah adanya upacara Tabot-upacara memperingati meninggalnya Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad-di Bengkulu dan Sumatra Barat
(Tabuik) setiap tanggal 10 Muharam atau 1 Asyura. Upacara ini juga merupakan ritual tahunan di Persia. Selain itu, ada kesamaan antara ajaran Syekh Siti
jenar dan sufi Iran beraliran Al-Hallaj.
B. Jalur-jalur Penyebaran Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam ke Nusantara pada umumnya berjalan dengan damai . Hal tersebut didukung faktor-
faktor berikut.

1. Syarat memeluk Islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat.

2. Tata cara peribadatan Islam sederhana, tidak perlu persiapan yang rumit.

3. Islam tidak mengenal pelapisan sosial seperti halnya agama Hindu dengan sistem kastanya. Tidak heran, orang Nusantara apalagi yang berasal dari
golongan bawah secara ekonomi dan sosial mudah menerima agama ini.

Penyebaran Islam yang berlangsung damai itu dapat terlihat pada cara-cara penyebarannya, yaitu melalui saluran perdagangan, perkawinan, pendidikan,
ajaran tasawuf, dakwah, dan kesenian. Pedagang, mubalig, wali, ahli tasawuf, guru agama, dan haji berperan penting dalam proses tersebut.

1. Jalur Perdagangan
Perdagangan merupakan metode penyebaran Islam yang paling kentara, bahkan dapat dikatakan sebagai jalur pertama dan utama penyebaran awal
Islam. Menurut Tomé Pires, sekitar abad VII sampai abad XVI lalu lintas perdagangan yang melalui Nusantara sangat ramai. Dalam proses ini, pedagang
Nusantara dan pedagang asing (Islam) dari Gujarat dan Timur Tengah (Arab dan Persia) bertemu dan saling bertukar pengaruh. Sebagian dari para pedagang
asing ini tinggal di wilayah dekat pantai, yang disebut pekojan. Lama-lama jumlah mereka semakin banyak, demikian juga pengaruh Islam di tempat tinggal
mereka. Para pedagang itu menjalin kontak dengan para adipati wilayah pesisir dan perlahan-lahan dan para bangsawan memeluk Islam, rakyatnya dengan
mudah mengikuti.

2. Jalur Perkawinan
Saluran penyebaran Islam selanjutnya adalah melalui perkawinan. Perkawinan anak-anak kaum bangsawan (adipati) ataupun raja punya dampak lebih.
Perkawinan juga tidak hanya terjadi antara para saudagar dan rakyat pribumi biasa atau antara para saudagar dan kaum berdarah biru, tetapi juga di antara
putra-putri kesultanan Islam itu sendiri. Contohnya perkawinan antara raja Majapahit bernama Brawijaya V dan Putri Campa. Contoh lain adalah perkawinan
antara Prabu Siliwangi (raja Pajajaran/Sunda) yang beragama Hindu dan Subanglarang (putri Mangkubumi Mertasinga/Singapura) yang beragama Islam.
3. Saluran Pendidikan
Perkembangan Islam yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama dan mubalig. Di pondok-pondok pesantren, kaum muda (santri) dari
berbagai daerah dan kalangan menimba pengetahuan tentang Islam. Pesantren-pesantren awal yang ada pada saat itu, di antaranya sebagai berikut.

a. Pesantren Ampel Denta (Surabaya) yang didirikan oleh Sunan Ampel .

b. Pesantren Sunan Giri (Surabaya) yang didirikan oleh Sunan Giri. Pesantren ini terkenal hingga Maluku. Banyak santri dari Maluku (khususnya wilayah
Hitu) datang berguru pada Sunan Giri atau para kiai dari Giri diundang mengajar ke Hitu.

Selain menjadi pendidik di pesantren, beberapa ulama atau kiai diminta menjadi penasihat agama atau guru bagi para bangsawan keraton. Contohnya
Kiai Ageng Selo menjadi penasihat dan guru Sutawijaya (pendiri Kesultanan Mataram), atau Syekh Yusuf Al- Makassari menjadi penasihat Ageng Tirtayasa
(Sultan Banten).

4. Saluran Ajaran Tasawuf


Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau hal-hal yang bersifat magis. Ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam cerita-
cerita babad dan hikayat dari masyarakat setempat. Ajaran ini mudah berkembang, terutama di Jawa, karena ajaran Islam melalui tasawuf disesuaikan dengan
pola pikir masyarakat yang masih berorientasi agama Hindu. Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, di antaranya Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani,
Nurrudin ar-Raniri, Sunan Bonang Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.

5. Saluran Dakwah
Penyebaran Islam tidak dapat dilepaskan dari peranan para wali Ada sembilan wali yang menyebarkan Islam dengan cara berdakwah, yang disebut juga
wali sanga. Mereka dikenal telah memiliki ilmu serta penghayatan yang tinggi terhadap agama Islam.
WALI SONGO

Sunan Sunan Gunung


Gresik jati Sunan Ampel
Sunan Gresik datang ke tanah
Jawa pada tahun 1404 M Dikenal juga dengan nama Syarif Sunan yang lahir tahun 1401 M
Kedatangannya dianggap Hidayatullah atau Falatehan, wali dengan nama asli Raden Rahmat
sebagai permulaan keturunan Arab dari Gujarat ini ini adalah pendiri pesantren Ampel
masuknya Islam di Jawa. (bapaknya seorang mubalig dan Denta (Surabaya) dan juga salah
musafir besar bernama Syarif seorang pemrakarsa
Abdullah dan ibunya bernama pembangunan Masjid Demak.
Nyai Rara Santang, putri Prabu
Siliwangi) berjasa menyebarkan
agama Islam di Jawa Barat. Pada
masa pemerintahan Trenggana, ia
pindah ke Demak.
WALI SONGO

Sunan Kudus
Sunan Giri
Sunan bernama asli Raden Paku ini Sunan Bonang
adalah salah seorang santri Sunan
Ampel. la mendirikan pesantren Giri. Sunan Bonang Sunan dengan Sunan dengan nama asli Raden
Banyak santrinya berasal dari Maluku, nama asli Raden Maulana Ja'far Shadiq ini adalah putra dari
yang setelah berguru dengannya Makdum Ibrahim ini juga Raden Usman Haji atau Sunan
kembali ke Maluku untuk menyebarkan seorang seniman yang Ngundung dari Jipang (Blora, Jawa
tengah)
agama Islam di sana. la juga dikenal menciptakan gending Jawa,
sebagai seniman yang menciptakan Bonang dan Durma. la berasal
gending Jawa. Asmaradana dan Pucung, dari Tuban, wafat dan
la dimakamkan di Gresik, Surabaya.. dimakamkan di Tuban
pada tahun 1525 M.

Anda mungkin juga menyukai