Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL SKRIPSI

A. Judul
PENERAPAN METODE MUROJA’AH DALAM MENINGKATKAN
HAFALAN AL-QUR’AN DI RUMAH QUR’AN AT TAYBA KOTA
DEPOK.

B. Latar Belakang Masalah


Sebagai Negara muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah
panjang tentang bagaimana agama Islam masuk ke Indonesia. Mulai dari
awal mula sejarah masuknya Islam ke Indonesia hingga menjadi agama
dengan pemeluk terbesar di nusantara, tidak memakan waktu yang singkat
melainkan sudah terjadi sejak zaman kerajaan.
Ada banyak teori yang menyebutkan bagaimana awal mula sejarah
masuknya agama Islam ke Indonesia dan akhirnya menjadi agama yang
banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat di nusantara pada kala itu.
Teori-teori tersebut juga memiliki bukti sehingga dipercaya sejarah
masuknya agama Islam ke Indonesia sesuai dengan teori-teori yang ada.1
Pedagang Arab berperan penting dalam masuk nya islam ke Indonesia,
islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu melalui jalur darat dan
laut. Jalur darat melintasi jazirah Arab dan menjelajah ke daerah barat
menuju Gurun Sahara dan Afrika Tengah, sedangkan jalan timur melalui
Bashra, Bagdad, Damaskus, Samarkand, Bukhara, sampai ke daratan Cina,
jalur ini disebut juga jalur sutra, karena yang menjadi komoditas utama
dalam pedagangan saat itu adalah sutra. Kemudian jalur laut dimulai dari

1https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia,
Didownload pada hari kamis, 23 Juni 2022 sekitar pukul 15.00
1
jazirah Arab, India, dan Asia Tenggara melalui pelabuhan-pelabuhan laut
ini pedagang terus meluas dan berkembang sampai di Indonesia melalui
perdagangan dan islam pun ikut berkembang secara bertahap.
Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke indonesia di abad ke 7
atau 8, karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam di sekitar
selat Malaka. Selain pedagang ada juga dengan cara mendakwah, seperti
penyebaran ditanah jawa yang dilakukan oleh para walisongo. Mereka lah
sang pendakwah dan sang ulama yang menyebarkan islam dengan cara
pendekatan sosial budaya. Di jawa islam masuk melalui pesisir utara pulau
jawa dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah.
Di Mojokerto juga telah ditemukannya ratusan makam islam kuno. Di
perkirakan makam ini adalah makam para keluarga istana Majapahit. Di
kalimantan, islam masuk melalui pontianak pada abad 18. Di hulu sungai
Pawan, kalimantan barat di temukan pemakaman islam kuno. Di
kalimantan timur islam masuk melalui kerajaan Kutai, di kalimantan
selatan melalui kerajaan banjar, dan dari kalimantan tengah di temukannya
masjid gede di kota Waringin yang di bangun pada tahun 1434 M. Di
sulawesi islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.2
Walisongo mempunyai peran penting dalam penyebaran islam di Jawa,
banyak sekali bukti-bukti sejarah perkembangan islam yang disebarkan
oleh wali songo, dengan berbagai macam strategi dakwahnya.
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai orang
pertama yang menyebarkan islam di Jawa, strategi dakwahnya melalui
berdagang dan pendekatan politik untuk menyebarkan islam, selain itu
sunan Gresik juga mendirikan pesantren dan masjid.

2http://pgmi.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id/sejarah-masuknya-islam-di-indonesia,
Didownload pada hari kamis, 23 Juni 2022 pukul 15.45 wib
2
Sunan Ampel atau Raden Rahmad, wilayah dakwahnya berada
disekitar Surabaya. Ia juga mempunyai pesantren yang terletak didaerah
Denta, Surabaya. Strategi dakwahnya yang terkenal adalah mendidik para
da’i kemudian menikahkan dengan putri-putri penguasa Majapahit.
Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq, dengan wilayah dakwahnya di Kudus
Jawa Tengah. Sunan Kudus dikenal tegas dalam menegakkan ajaran syariat
islam, dimasa itu ia dikenal sebagai eksekutor Ki Ageng Pengging dan
Syeh Siti Jenar. Strategi dakwahnya adalah dengan mendekati masyarakat
melalui kebutuhan mereka. Ia mengajarkan membuat keris pusaka, alat-
alat pertukangan, kerajinan emas, dan lain sebagainya.
Sunan Giri atau Muhammad Ainul Yakin, penyebaran dakwahnya
pertama kali di Jawa dan menyebar cukup luas, meliputi Banjar,
Martapura, Kutai, hingga Nusa Tenggara dan Maluku. Sunan Giri Dikenal
sebagai raja sekaligus guru suci, strategi dakwahnya dengan memanfaatkan
kekuasaan, berdagang dan Pendidikan.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, ia lahir di Mesir adalah
putra Sultan Hud dan akan dijadikan pangeran sebagai penerus raja Mesir,
tetapi ia menolaknya dan memilih menyebarkan islam di Indonesia di
wilayah Jawa dengan ibunya. Strategi dakwahnya adalah dengan
menguatkan kedudukan politik dan menjalin hubungan dengan tokoh-
tokoh berpengaruh diwilayah Cirebon, Banten dan Demak.
Sunan Kalijaga atau Raden Said, ayahnya adalah bupati Tuban. Sunan
kalijaga adalah salah satu ulama wali songo yang sangat luas cakupan
dakwahnya di Jawa, sebelum menjadi ulama ia adalah seorang penjahat.
Sunan kalijaga mulai berdakwah di Cirebon di desa kalijaga untuk
mengislamkan penduduk indramayu dan pamanukan. Strategi dakwahnya
yang terkenal melalui seni dan budaya. Ia pintar mendalang, menciptakan
bentuk-bentuk wayang dan lakon carangan. Dalam pertunjukan dalangnya
3
ia tidak mematok tarif, tetapi dengan menyebut kalimosodo atau dua
kalimat syahadat sebagai tiket masuk. Dengan begitu orang-orang yang
menyaksikan pertunjukan wayang sunan kalijaga sudah masuk islam.
Sunan Muria atau Raden Umar Said, adalah anak dari sunan kalijaga
yang mewarisi darah seni dari ayahnya dan dianggap sebagai sunan
termuda dari wali songo. Strategi dakwahnya adalah melestarikan seni
gamelan dan boneka sebagai saran dakwah, ia juga menciptakan beberapa
lagu dan tembang untuk mempraktikan ajaran islam.
Sunan Bonang atau Raden Maulana makdum Ibrahim, adalah putra
Sunan Ampel, julukan Sunan Bonang adalah dari nama salah satu desa di
Kabupaten Rembang. Sunan Bonang dikenal pandai dengan ilmu fiqih,
ushuludin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan lain sebagainya. Daerah
dakwahnya adalah kediri, disana ia mengajarkan islam dengan wayang,
tembang, dan sastra. Karya sastra terkenal yang digubah Sunan Bonang
adalah Suluk Wujil.
Sunan Drajat atau Raden Qosim atau Syarifuddin, adalah putra bungsu
Sunan Ampel. Wilayah dakwahnya berada di Paciran, Lamongan. Strategi
dakwah yang terkenal dengan Pendidikan akhlak kepada masyarakat
dengan mendidik masyarakat memperhatikan kaum fakir miskin, selain itu
Sunan Drajat juga mengajarkan Teknik membuat rumah dan tandu. 3
Begitulah perjalanan islam masuk ke Indonesia melalui pedagang arab
hingga menyebar dan menjadi negara dengan mayoritas penduduknya
beragama islam.
Kita suci umat islam yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
malaikat Zibril untuk disebarkan kepada nabi Muhammad SAW yang

3https://tirto.id/nama-nama-asli-wali-songo-strategi-dakwah-wilayah-
persebarannya-garD, Didownload pada hari kamis, 23 Juni 2022 pukul 16.20 wib
4
mengandung didalamnya kebaikan-kebaikan untuk memberi petunjuk
kepada umat manusia. Turunnya Al-Qur’an adalah peristiwa besar yang
sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi.
Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.666 ayat, 77.934 kosa
kata, dan 333.671 huruf.4 Al-Qur’an sebagaimana dikemukakan Abd al-
Wahhab al-Khallaf adalah firman Allah SWT yang diturunkan melalui
Malaikat jibril (Ruh al- amin) kepada hati Rasulullah SAW, Muhammad
bin Abdullah dengan menggunakan Bahasa arab dan maknanya yang
benar, agar menjadi hujjah (dalil) bagi Muhammad SAW sebagai Rasul,
undang-undang bagi kehidupan manusia serta hidayah bagi orang yang
berpedoman kepadaNya, menjadi sarana pendekatan diri kepada Allah
SWT, dengan cara membacanya. Ia tersusun diantara dua mushaf yang
dimulai dengan surat al-Faatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik dari segi tulisan maupun
dari segi ucapannya, dari satu generasi ke generasi lain, terpelihara dari
berbagai perubahan dan pergantian, sejalan dengan firman Allah:
“sesungguhnya kami yang telah menurunkan al-Dzikr (Al-Qur’an) dan
kami pula yang memeliharanya.”5
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam ini mempunyai banyak
sekali kebaikan-kebaikan di dalamnya, bisa sebagai obat dan penyejuk
jiwa, banyak sekali isi kandung dalam Al-Qur’an yang berisi tentang
berbagai larangan dan perintah kita hidup di dunia dan bila mengikutinya
akan mendapatkan pahala dan hikmah yang besar dalam hidup dan
kehidupan.

4 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an,


(Jakarta: Gema Insani Pres, 2004), hlm.15
5 Abd al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-fiqh, (Jakarta: ak-Majelis al-A’la al-Indonesia

li al-da’wah al-Islamiyah, 1392H/1972M), hlm.23


5
Kehadiran Al-Qur’an yang demikian itu telah memberi pengaruh yang
luar biasa bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam
berbagai bidang kehidupan. Dalam rangka memahaminya kaum muslimin
telah menghasilkan berton-ton kitab tafsir yang berupaya menjelaskan
makna pesannya.6
Sejak awal pewahyuan Al-Qur’an hingga menjadi sebuah mushaf,
telah melalui proses panjang. Mulai dari Ayat yang pertama turun sampai
ayat yang terakhir turun, benar-benar terjaga kemurniaanya. Upaya untuk
menjaga dan memelihara ayat-ayat agar tidak terlupakan atau terhapus dari
ingatan terus-menerus dilakukan. Upaya-upaya tersebut dengan cara yang
sederhana yaitu Nabi Menghafal Ayat-ayat itu dan menyampaikannya
kepada para sahabat yang kemudian juga menghafalnya sesuai dengan
yang disampaikan Nabi. Upaya kedua yang dilakukan Umat Islam dalam
upaya pemeliharaan Al-Qur’an adalah mencatat atau menuliskannya
dengan persetujuan Nabi.
Penguatan dokumen ayat-ayat Al-Qur’an pada masa Nabi dilakukan
dengan Naskah-naskah yang dituliskan untuk Nabi atas Perintah Nabi,
Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan
membaca untuk mereka masing-masing serta Hafalan dari mereka yang
hafal Al-Qur’an.7
salah satu sumber mengatakan bahwa sebelum Mushaf seperti yang
kita gunakan sekarang untuk seluruh umat Islam ternyata banyak versi
yang hampir susunannya berbeda maupun kronologis turunnya ayat.
Secara umum, Mushaf-mushaf tersebut dibagi berdasarkan Mushaf-

6 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alfabet,


2005), Cet.I, hlm.2
7 Departemen Agama Republik Indonesia, Muqaddimah Al-Qur’an dan

Terjemahnya, (Semarang: PT.Karya Toha Putra, 2002), hlm.19


6
Mushaf Primer dan Mushaf-mushaf sekunder. Mushaf primer adalah
mushaf Independen yang dikumpulkan secara individual oleh sejumlah
sahabat nabi sedangkan mushaf sekunder adalah mushaf generasi
selanjutnya yang bergantung pada mushaf primer. Mushaf-mushaf tersebu
adalah, Mushaf-mushaf primer yang dimiliki oleh Mushaf Salim ibn
Ma’qil, Mushaf Umar bin Khattab, Mushaf Ubai bin Ka’ab, Mushaf Ibn
Mas’ud, Mushaf Ali bin Abi Thalib, Mushaf Abu Musa al-Asy’ari, Mushaf
Hafsah binti Umar, Mushaf Zayd ibn Tsabit, Mushaf Aisyah binti Abu
Bakar, Mushaf Ummu Salamah, Mushaf Abd Allah ibn Amr, Mushaf Ibnu
Abbas, Mushab ibn Zubayr, Mushaf Ubayd ibn ‘Umair dan Mushaf Anas
ibn Malik yang kesemuanya berjumlah 15 versi mushaf. Sementara itu,
juga terdapat 13 jumlah mushaf sekunder. Diantara mushaf-mushaf
tersebut adalah Mushaf Alqama bin Qais, Mushaf Al-Rabi’ Ibn Khutsaim,
Mushaf Al-Haris ibn Suwaid, Mushaf Al-Aswad ibn Yazid, Mushaf
Hithan, Mushaf Thalhah ibn Musharrif, Mushaf Al-A’masy, Mushaf Sa’id
ibn Jubair, Mushaf Mujahid, Mushaf Ikrimah, Mushaf Atha’ Ibn Abi
Rabah, Mushaf Shalih Ibn Kaisan dan Mushaf Ja’far al-Shadiq.8
pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar setahun setelah
rasulullah SAW wafat dan abu bakar menjadi khalifah telah terjadi
peperangan sengit di yamamah antara kaum muslim di satu pihak dan para
pengikut musailamah al kadzab di pihak lain. Mengingat akibat peristiwa
tersebut khususnya yang berkenaan dengan banyaknya para qari’ dan
hafidz al-qur’an yang sahid di peperangan itu telah menimbulkan
kekhawatiran pada umar bin khatab akan banyak lagi para qari’ dan hafidz
yang syahid atau wafat, baik dalam peperangan maupun lainnya. Dalam

8Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Yogyakarta: Forum Kajian


Budaya dan Agama, 2001), hlm. 158-159
7
pandangan Umar, dengan banyaknya para qari’ dan hafidz Al-Qur’an yang
wafat akan membawa implikasi pula kepada banyaknya Al-Qur’an yang
hilang. Karena dilatar belakangi kekhawatiran tersebut, umar kemudian
menyampaikan ide untuk mengumpulkan Al-Qur’an kepada khalifah abu
bakar.9
Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Umar, setelah khalifah abu bakar
wafat, maka yang menggantikannya adalah umar bin khattab. Mushaf yang
sebelumnya disimpan oleh abu bakar kini disimpan oleh umar. Selama
masa pemerintahan umar, tidak ada langkah-langkah baru yang telah
dilaksanakannya terhadap mushaf yang telah disimpannya itu. Hal ini
disebabkan oleh situasi dan kondisi pada waktu itu belum menghendaki
demikian. Selain itu, para sahabat sendiri sudah merasa tentram dengan
terkumpulnya Al-Qur’an dalam mushaf resmi itu. Meskipun demikian,
perhatian umar terhadap Al-Qur’an diarahkan dalam aspek pengajarannya
secara merata ke seluruh negeri islam dan pengawasan terhadap qira’at
yang dipakai oleh kaum muslimin dalam membaca Al-Qur’an agar tidak
menyimpang dari semestinya. Umar juga mengirim guru-guru Al-Qur’an
ke berbagai negeri islam, umar juga selalu mamantau dan memonitor qiraat
yang dipakai oleh guru-guru Al-Qur’an dalam memberikan pelajaran
kepada orang-orang islam yang berada di berbagai negeri islam itu.
Demikianlah kebijakan umar dalam melaksanakan pengajaran Al-Qur’an
sampai dia tewas dibunuh oleh seorang nashrani yang bernama abu
lu’lu’ah. Sepeninggal umar, mushaf resmi kemudian disimpan oleh
putrinya sendiri yang bernama hafshah. Setelah hafsah meninggal, baru
mushaf resmi tersebut diambil oleh khalifah marwan bin hakam, salah

9 H.A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an Verifikasi Tentang Otentitas Al-Qur’an,


(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hlm.215
8
seorang dari dinasti daulah umayah, yang kemudian membakarnya. alasan
yang dikemukakannya adalah isi dari mushaf tersebut termuat seluruhnya
di dalam Mushaf Al Imam dan dia khawatir, semakin lama nanti orang-
orang akan meragukan kebenaran mushaf ini. 10
Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman, pemerintahan ustman
ditandai dengan berbagai macam penaklukan. Lebih kurang enam tahun
lamanya waktu yang diperlukan untuk penaklukan-penaklukan tersebut.
Oleh karena perhatiannya pemerintah dan kaum muslimin banyak yang
tercurah kepada penaklukan dan perluasan daerah kekuasaan islam,
masalah pengajaran Al-Qur’an diserahkan sepenuhnya kepada mereka
yang hafal Al-Qur’an. Upaya pembukuan Al-Qur’an melalui satu versi
bacaan untuk seluruh umat Islam dilatar belakangi oleh karena di setiap
wilayah terkenal qira’ah sahabat yang mengajarkan Al-Qur’an kepada
setiap penduduk di wilayah tersebut. Penduduk Syam memakai qira’ah
Ubay bin Ka’b, yang lainnya lagi memakai qira’ah Abu Musa al-Asy’ary.
Maka tidak diragukan timbul perbedaan bentuk qira’ah di kalangan
mereka, sehingga membawa kepada pertentangan dan perpecahan di antara
mereka sendiri. Bahkan terjadi sebagian mereka mengkafirkan sebagian
yang lain, disebabkan perbedaan qira’ah tersebut.
Itulah sebabnya Khalifah ‘Utsman kemudian berpikir dan
merencanakan untuk mengambil langkah-langkah positif sebelum
perbedaan-perbadaan bacaan itu lebih meluas. Usaha awal yang
dilakukannya adalah mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius
serta mereka yang terkenal pandai memadamkan dan meredakan
persengketaan itu. Mereka sepakat menerima instruksi Utsman, yakni
membuat Mushaf yang banyak, lalu membagi-bagikannya ke setiap

10 Ibid, hlm.231-234
9
pelosok dan kota, sekaligus memerintahkan pembakaran selain Mushaf itu,
sehingga tidak ada lagi celah yang menjerumuskan mereka ke
persengketaan dalam bentuk-bentuk qira’ah. Karena itulah, Utsman
mengirim utusan kepada Hafshah guna meminjam Mushaf yang
terwariskan dari Umar. Dari Mushaf tersebut, lalu dipilihnya tokoh andal
dari kalangan senior sahabat untuk memulai rencananya. Pilihannya jatuh
kepada Zayd bin Stabit, ‘Abdullah bin Zubayr, Sai’id bin ‘Ash dan
‘Abdurrahman bin Hisyam mereka dari suku Quraisy, golongan Muhajirin,
kecuali Zayd bin Tsabit, ia golongan Anshar. Usaha yang mulia ini
berlangsung pada tahun 24 H. sebelum melakukan tugas ini Utsman
berpesan kepada mereka:
“Jika kalian berselisih pendapat dalam qira’ah dengan Zayd bin Tsabit,
maka hendaklah kalian menuliskannya dengan lughat Quraisy, karena
sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka.”11
Setelah memahami pesan di atas, bekerjalah tim ini dengan ekstra hati-
hati, yang kemudian melahirkan satu Mushaf yang satu dan dianggap
sempuna. Mushhaf ini digandakan dan dikirim ke daerah-daerah untuk
disosialisasikan kepada masyarakat demi meredam perbedaan bacaan di
antara mereka. Sedangkan Mushaf yang lainnya dibakar, kecuali yang
dimiliki Hafshah dikembalikan kepadanya.
Mengenai sistematika surat dalam Al-Qur’an, apakah taqifi atau taufiqi
menjadi perdebatan sejak dahulu dan perdebatan tersebut belum berakhir
pada saat ini. Pendapat yang pertama, bahwa Al-Qur’an adalah hasil tauqif
Nabi artinya susunan atau ututan surat didapat melalui ajaran beliau.
Pendapat yang pertama ini berdasarkan ungkapan Ibnu Al-Hasshar yang

11 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2012), hlm.193
10
dikutip dari buku karya Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. mengatakan
“urutan surat dan letak ayat-ayat pada tempatnya itu berdasarkan wahyu”.
Rasulullah saw. Letakkan ayat ini pada tempat ini. 12
Pendapat yang kedua yaitu pandangan yang mengatakan bahwa urutan
surat Al-Qur’an adalah berdasarkan Ijtihad sahabat. Pendapat ini
disandarkan pada banyaknya mushaf yang dimiliki oleh sahabat yang
berbeda, ada yang tertib urutannya seperti mushaf yang dikenal saat
sekarang ini, ada pula yang tertibnya berdasarkan kronologis turunnya
ayat.13 Pendapat yang kedua ini juga diperkuat oleh Teks Hadist Mutawatir
mengemukakan mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf.
Sebagai rujukan, Ibnu Abbas Radiallahu Anhuma berkata, Rasulullah
saw. Bersabda.14
“Jibril membacaka kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang
kali aku meminta agar huruf itu ditambah, iapun menambahkannya
kepadaku hingga tujuh huruf”
Dalam riwayat lain, disebutkan Umar bin Al-Khattab, ia berkata, “Aku
mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan dimasa hidup
rasulullah. Aku perhatikan bacaannya. Tiba-tiba ia membacanya dengan
banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga
hampir saja saya melabraknya saat ia sholat tetapi aku urungkan. Maka aku
menunggunya hingga ia selesai sholat. Begitu selesai, aku tarik pakaiannya
dan aku katakan kepadanya, “siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu
kepadamu?” ia menjawab, Rasulullah yang membacakannya kepadaku.
Lalu aku katakan kepadanya kamu dusta! Demi Allah, Rasulullah telah

12 Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an (mengungkap makna-makna tersembunyi Al-

Qur’an), (Jakarta, Al-Gazali Centre, 2008). hlm.152


13 Ibid, hlm.153
14 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar

Nusa, 2012), hlm.195


11
membacakannya juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti
bacaanmu. Namun ketika masalah ini diperhadapkan kepada Rasulullah,
Rasulullah membenarkan apa yang dibacakan oleh sahabat berdasarkan
qiraat yang paling mudah dipahami. Rasulullah saw. Berkata “begitulah
surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh
huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu diantaranya”. 15
Cara membaca Al-Qur’an harus pas, dari makhrojul hurufnya, tajwid,
dan tanda-tanda baca yang ada di dalam nya, karena salah pengucapan
maka akan merubah arti dari bacaan Al-Qur’an. Untuk itu banyak sekali
bermunculan majelis-majelis ilmu yang mengajarkan bagaimana cara
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, dari sekolah-sekolah formal
maupun nonformal. Dari sini dapat disimpulkan animo masyarat untuk
belajar dan mempelajari Al-Qur’an begitu besar.
Belajar dan yang mengajarkan Al-Qur’an adalah bernilai ibadah, Seperti
disebut dalam hadist yaitu:

ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم اْلقُ ْرآنَ َو‬
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an
dan mengajarkannya”16

Begitu besar keutamaan orang-orang yang belajar Al-Qur’an sehingga


mendapatkan kebaikan-kebaikan didalam belajar atau mempelajari Al-
Qura’an. Bukan hanya yang belajar Al-Qur’an nya saja, bahkan yang
mengajarkannya mendapatkan kebaikan.
Dan terdapat juga di dalam surat yunus ayat 57 bahwa Al-Qur’an juga
sebagai obat dan petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman yaitu:

15 Ibid, hlm.196
16 Kaokab, Kitab Al Arbain, (Cibinong: Nurul Furqon, 2016), hlm.39
12
‫ظة ِم ْن َر ِب ُك ْم َو ِشفَاء ِل َما فِي‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬
َ ‫اس قَدْ َجا َءتْ ُك ْم َم ْو ِع‬
َ‫ُور َوهُدًى َو َر ْح َمة ِل ْل ُمؤْ ِمنِين‬
ِ ‫صد‬ ُّ ‫ال‬
“wahai manusia! sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an)
dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang berada dalam dada, dan
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.”17

Bagaimana Al-Qur’an dapat sebagai petunjuk dan obat bagi siapa saja
yang belajar, mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan adalah sebagai
bentuk kewajiban umat islam dalam mempelajarinya karena bila dicermati
dan dipahami maksa isi kandungan Al-Qur’an dapat menjadi pedoman
hidup dan kehidupan.
Metode dalam mempelajari Al-Qur’an bermacam-macam. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa metode adalah
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan. 18
Dalam dunia pembelajaran, metode berarti cara yang berisi suatu
prosedur yang baku untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran,
khususnya kegiatan penyajian materi kepada siswa, atau cara
menyampaikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 19
Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu keutamaan yang besar, dan
posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan seorang
yang bercita-cita tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan

17 Kementrian Agama RI, Al Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Alfatih, 2002),


hlm.215
18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm.652
19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:

Remaja Posdakarya, 2000), hlm.201


13
ukhrawi agar manusia nanti menjadi warga Allah dan dihormati dengan
penghormatan yang sempurna.20 Dan sesungguhnya Allah bersama para
penghafal Al-Qur’an. Dia senantiasa mengulurkan bantuan dan
pertolongannya kepada mereka.
Setiap mukmin pasti ingin menghafal Al-Qur’an. Tetapi sayangnya
banyak kaum muslimin tidak bisa mewujudkannya. Mereka suka janji
pada diri sendiri, tapi pada akhirnya tidak ditepati. Suatu amalan menjadi
sah secara syar’i dan juga akan mendapatkan pahala jika diniatkan dengan
niat yang benar. Niat adalah sebuah amalan hati yang fungsinya
membedakan antara ibadah yang satu dengan yang lain. Juga membedakan
antara ibadah dengan adat kebiasaan biasa. Apakah kita menghafal Al-
Qur’an karena Allah SWT atau untuk selain Allah, misal agar dipuji orang-
orang disekitar atau untuk keduanya.
Saat ini banyak sekali penghafal-penghafal yang mampu
menyelesaikan hafalan Al-Qur’an sampai 30 juz dari berbagai usia yang
berbeda-beda dan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda pula.
Karna begitu banyaknya lembaga pendidikan formal maupun informal
yang melahirkan generasi-generasi penghafal Qur’an sehingga membuat
penulis tertarik untuk meneliti tentang metode apa yang dipelajari para
hafidz Qur’an ini sehingga dapat begitu mudah menghafalnya.
Tetapi ternyata tidak mudah dalam menghafal Al-Qur’an, ada banyak
sekali kendala-kendala yang terjadi. Penghafal Al-Qur’an harus konsisten
dalam menghafal apa yang sedang menjadi target hafalannya, tetapi tidak
sedikit yang mengalami kejenuhan dan kebosanan. Untuk itu, seorang
penghafal Al-Qur’an harus mampu bukan hanya menjaga hafalan tetapi

20 Sa’dulloh, 9 cara praktis menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008),


hlm.23
14
juga menjaga keadaan dirinya dan lingkungannya agar tidak jenuh dan
bosan, karna faktor lingkungan juga menjadi pengaruh dalam kegiatan
muroja’ah ini. Untuk itu tidak sedikit yang terjadi kegiatan muroja’ah ini
mendapat hambatan sehingga membuat target hafalan mundur dari target
yang telah ditentukan.
Kualitas hafalan ditentukan oleh beberapa hal. Salah satunya
ditentukan oleh perjuangan dalam menghafal, semakin gigih kita berjuang
dalam menghafal, semakin bagus pula kualitas hafalan kita. Selain itu,
kualitas hafalan juga ditentukan oleh doa-doa kita kepada Allah SWT.
Perjuangan dalam menghafal tentunya memiliki berbagai macam cara asal
masih dalam lingkup “perjuangan”. Ia akan mencapai puncak saat ia
selesai dalam perjuangannya. Ia harus mampu mengorbankan waktu,
energi, pikiran dan lain sebagainya hingga ia raih kesuksesan.
Sama seperti kita ambil tanah lalu kita tumpuk. Ambil lagi dan tumpuk
lagi hingga menjadi sebuah tumpukan. Diaduk aduk dan dipoles serta
dimasukan bata di dalamnya. Kita semakin senang dan tidak sabar untuk
menunggunya hingga menjadi sebuah bangunan yang besar. Begitulah
gambarannya.21
Sesungguhnya banyak ayat Al-Qur’an serta hadist Nabi SAW yang
menjelaskan keutamaan Al-Qur’an dan para penghafalnya. Allah SWT
juga telah mempersiapkan kedudukan yang tinggi bagi mereka di dunia
dan di akhirat. Kesempatan besar untuk meraih keutamaan ini adalah
dengan menghafal Al-Qur’an yang merupakan mukjizat. Oleh sebab itu
mereka menjadi ahli Allah SWT dan mendapat tempat khusus disisi Nya.
Berkenaan hal tersebut manusia terbagi menjadi tiga kelompok.

21 Ihda Hajarul Mufidah, Rahasia Hafalan Quran Mutqin Huffazh Juara Dunia,
(Solo: Gazzamedia, 2019), hlm.31-32
15
Kelompok pertama adalah kelompok yang mengherankan lagi sangat
aneh, yakni adanya Sebagian manusia yang mengetahui keutamaan-
keutamaan tersebut di atas, tetapi mereka tidak memiliki keinginan kuat
untuk meraih derajat yang tinggi ini serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Kelompok kedua, yakni mereka yang bergegas menuju kitab Allah
SWT. Mereka menghafal, mempelajari, serta mengajarkannya karena
mengharap keridhaan Allah SWT. Mereka senantiasa berlomba-lomba
meraih kebaikan, dan mempersembahkan suatu kebaikan bagi mereka
yang tiada yang lebih baik darinya sebelum dan sesudahnya.
Kelompok ketiga, yaitu mereka yang berusaha menghafalkan Al-
Qur’an, tetapi mereka mendapati kesulitan dan tidak menemukan orang
yang menunjukan cara, mengayomi serta memudahkan urusan mereka.22
Diantara pengelompokan di atas yaitu ada yang berusaha menghafal
Al-Qur’an, tetapi mereka mendapati kesulitan untuk mendapatkan wadah
atau tempat mereka dalam mempelajari Al-Qur’an. Menjawab dari
permasalah itu, saat ini banyak sekali Lembaga-lembaga formal dan
nonformal yang berfokus pada program kegiatan Pendidikan Al-Qur’an
yaitu Tahsin (perbaikan bacaan) dan Tahfidz (hafalan) untuk memberikan
tempat bagi siapa saja yang mau belajar Al-Qur’an, sehingga mereka
mendapat tempat dalam memudahkan mereka mempelajari Al-Qur’an.
Kesulitan lain dalam menghafal Al-Qur’an adalah, adanya rasa bosan
dan jenuh dalam proses menghafalnya, karena seorang hafidz Qur’an harus
konsisten dalam menghafal hafalan sebelumnya dan menambah hafalan
setelahnya yaitu dengan menggunakan metode muroja’ah. Butuh waktu
lama dalam menghafal 30 juz Al-Qur’an sehingga butuh kesabaran dan

22Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta, Insan


Kamil, 2010), hlm.9-10
16
konsisten dalam proses menghafalnya. Disini letak rasa jenuh dan bosan
dengan rutinitas yang mereka lakukan, sehingga tidak sedikit seorang
hafidz Qur’an yang mundur dari target hafalannya. Butuh kesabaran dan
ketekunan yang tinggi dalam menjalankan proses menghafal Al-Qur’an
agar dapat selesai menghafal dengan target yang telah ditentukan.
Tentukanlah suatu tempat tertentu yang memungkinkan untuk bisa
berkonsentrasi menghafalkan hafalan harian secara optimal, tempat itu
sebaiknya jauh dari kegaduhan, tempat obrolan orang-orang, sehingga
dapat kehilangan konsentrasi.
Rumah Qur’an At Tayba adalah Lembaga yang bergerak pada
kegiatan Pendidikan Al-Qur’an yang berfokus pada program Tahsin
(perbaikan bacaan) dan Tahfidz (hafalan) yang beralamat di jalan manggis
II No.61, Depok Jaya, Pancoran Mas, Kota Depok. Lembaga ini bernaung
di bawah Yayasan Thayyibah Ilmu Indonesia. Rumah Qur’an At Tayba
bertekat membangun peradaban Qurani untuk masyarakat muslim
Indonesia. Selain itu, Lembaga ini juga berkomitmen mencetak kader-
kader Qurani yang memiliki kompetensi untuk menyebarkan dakwah
Pendidikan Al-Qur’an keseluruh daerah di Indonesia.
Untuk itu penulis sangat tertarik meneliti di Rumah Qur’an At Tayba,
karna letaknya yang dekat dengan tempat tinggal penulis, sehingga
diharapkan dapat memudahkan penelitian ini. Dan dari program kegiatan
nya terdapat Tahfidz (hafalan) yang sesuai dengan judul yang penulis buat
yaitu metode hafalannya dengan menggunakan metode muroja’ah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis sangat
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Metode
Muroja’ah Dalam Meningkatkan Hafalan Al Qur’an Dirumah
Qur’an At Tayba Kota Depok

17
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ada beberapa
pokok masalah yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut:
a. Santri belum bisa disiplin waktu dalam muroja’ah.
Waktu-waktu dalam bermuroja’ah adalah Ketika shalat,
muroja’ah dengan teman, dan waktu khusus muroja’ah sendiri.
Tidak konsisten akan mempengaruhi terhadap target hafalan yang
akan dicapai setiap harinya, sehingga bisa berpengaruh pada
lamanya hafalan yang akan dicapai. Karena, cepat atau lambatnya
hafalan itu diselesaikan tergantung pada konsistensi dalam
bermuroja’ah atau menambah hafalan selanjutnya.
b. Pengaruh teman dekat dalam bermuroja’ah.
Salah satu yang mempengaruhi lancarnya hafalan adalah
pengaruh teman dekat untuk membantu kita bermuroja’ah, teman
yang rajin akan memberikan motivasi-motivasi yang baik sehingga
menambah semangat untuk menyelesaikan hafalan.
c. Rasa bosan dan jenuh dalam melakukan muroja’ah hafalan Al-
Qur’an.
Rasa bosan dan jenuh adalah manusiawi, oleh karena itu
seorang penghafal Al-Qur’an harus sadar dengan kewajibannya
dalam menyelesaikan target hafalan, tidak boleh berlarut dalam
kemalasan sehingga membuat terlena dalam menyelesaikan
hafalannya, lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan dan
kelancaran dalam penyelesaian hafalan seorang penghafal Qur’an,
bila rasa bosan muncul harus cepat-cepat ditangani dengan
melawan rasa itu.

18
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan beberapa identifikasi
masalah di atas yang berkaitan dengan metode muroja’ah maka penulis
membatasi permasalahan pada perlunya perhatian khusus bagi santri
dalam penerapan metode muroja’ah untuk meningkatkan hafalan Al-
Qur’an. Penulis memfokuskan penelitian dirumah Qur’an At Tayba
Kota Depok.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah diatas, maka diperlukan perumusan
masalah sebagai berikut: bagaimana penerapan metode muroja’ah
dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an dirumah Qur’an At Tayba kota
Depok?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode muroja’ah di rumah Qur’an At
Tayba Kota Depok.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan
metode muroja’ah di rumah Qur’an At Tayba Kota Depok.
3. Untuk mengetahui hasil dari penerapan metode muroja’ah di rumah
Qur’an At Tayba Kota Depok.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
terkait. Adapun manfaat ini dapat ditinjau dari segi teoritis dan segi praktis.
1. Manfaat teori

19
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta dapat
dijadikan bahan kajian bagi para pembaca. Khususnya untuk
mengetahui dan memahami bagaimana penerapan metode muroja’ah
ini sangat berperan penting dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan metode muroja’ah di Rumah Qur’an At Tayba Kota
Depok.
3. Manfaat Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan lembaga rumah Qur’an
dalam meningkatkan kualitas hafalan santriwati terutama dilingkungan
asrama yang dipimpin.
4. Manfaat Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan
untuk penerapan pembelajaran yang lebih baik bagi calon hafidzah
dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an.

F. Kajian Teori
1. Metode Muroja’ah
a. Pengertian metode muroja’ah
Sebelum mulai menghafal target hafalan harian, pertama-tama
harus memperbaiki terlebih dahulu bacaan Al-Qur’an, ini bisa
dilakukan dengan menyimak atau mendengarkan seorang qari’ atau
hafidz terpercaya. Kemudian, hendaknya membaca beberapa
halaman Al-Qur’an dihadapannya untuk meyakinkan pengucapan
yang benar. Lakukan kegiatan tersebut terus menerus, hingga
setelah selesai menghafalnya. Jika hal itu tidak mudah, hendaklah
mendengarkan kaset-kaset dari para syaikh yang terpercaya seperti
20
mendengarkan kaset mushaf mu’allim miliknya syaikh Al-Hushari
supaya memudahkan bacaan.
Sesungguhnya, memperbaiki bacaan Al-Qur’an bisa membantu
hafalan dengan baik dan menghemat waktu. Tidak perlu melakukan
hal-hal sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang, yang
terlanjur mulai menghafal tanpa memperbaiki cara pengucapan
kata terlebih dahulu. Akibatnya, ketika mengalami kesalahan dalam
hafalan, harus memulai lagi dari awal untuk memperbaiki cara
pengucapan. Ini bisa menyebabkan kebosanan dan kelelahan, atau
bahkan mungkin bisa menyebabkan putus asa dan berhenti
menghafal Al-Qur’an. Cara pengucapan yang benar merupakan
salah satu sebab yang membuat hafalan menjadi baik.23
Secara bahasa muroja’ah berasal dari bahasa arab roja’a yarji’u
yang berarti kembali. Sedangkan secara istilah ialah mengulang
kembali atau mengingat kembali sesuatu yang telah dihafalkannya.
Muroja’ah juga bisa disebut sebagai metode pengulangan berkala.
Ada beberapa materi pelajaran yang perlu untuk dihafalkan. Setelah
dihafalkan pun masih perlu untuk diulang atau di muroja’ah. Hal
yang perlu dilakukan dalam metode pengulangan berkala ialah
mencatat dan membaca ulang catatan.24
Muroja’ah yaitu mengulang kembali hafalan yang sudah pernah
dihafalkan untuk menjaga dari lupa dan salah. Artinya, hafalan
yang sudah diperdengarkan kepada ustadz/ustadzah atau kyai yang
semula sudah dihafal dengan baik dan lancar, kadang kala masih

23 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, Cepat Menghafal,


Kuat Hafalan dan Terjaga Seumur Hidup, (Surakarta: Insan Kamil, 2018), hlm.74-75
24 Alpiyanto, Menjadi Juara dan Berkarakter, (Bekasi: PT Tujuh Samudra, 2013),

hlm.184
21
terjadi kelupaan bahkan kadang-kadang menjadi hilang sama
sekali. Oleh karena itu diadakan muroja’ah atau mengulang
kembali hafalan yang telah diperdengarkan kehadapan guru atau
kyai.25
Muroja’ah merupakan metode utama dalam memelihara
hafalan Al-Qur’an supaya tetap terjaga dan bertambah lancar.
Memelihara hafalan Al-Qur’an memang bisa juga dilakukan
dengan mendengarkan bacaan orang lain atau kaset dan sebagai
lainnya. Bisa juga dengan melihat dan memperhatikan mushaf
tanpa melafazhkan dengan lisan.26
b. Teknik muroja’ah
Dalam bermurojaah hafalan Al-Qur’an, ternyata ada
bermacam-macam teknik yang bisa dilakukan oleh para hafidzah.
Yaitu: Dikutip dari Jurnal Metode Muraja’ah dalam Menjaga
Hafalan Al-Qur’an karya Ilyas, teknik muroja’ah hafalan Al-
Qur’an yang dapat diamalkan umat Muslim adalah sebagai berikut:
1) Murojaah sendiri
Seorang penghafal Al-Qur’an bisa memanfaatkan waktu
untuk ziyadah (menambah) dan muroja’ah hafalan Al-Qur’an.
Hafalan yang baru harus selalu diulang minimal dua kali setiap
hari dalam waktu satu minggu. Sementara hafalan yang lama
harus di muraja’ah setiap hari atau dua hari sekali. Artinya,
semakin banyak ayat yang dihafal, bertambah banyak pula
waktu yang dipergunakan untuk mengulangi hafalan.

25 Nurul Qomariah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah agar Anak
Hafal, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), hlm.48-49
26 Cece Abdulwaly, Rumuzut Tikrar Kunci Nikmatnya Menjaga Hafalan Al-Qur’an,

(Yogyakarta: Diandra, 2016), hlm.54


22
2) Murojaah dalam Shalat
Cara ini dapat dilakukan ketika seorang hafizh melakukan
shalat sendirian atau saat menjadi imam shalat. Setelah
membaca Surat Al-Fatihah, dilanjutkan membaca surat dan
ayat-ayat yang dihafal sesuai kondisi dan makmum yang ada
pada saat itu. Bila rutin murojaah satu halaman dalam setiap
rakaat shalat, dalam sehari bisa murojaah 10 halaman atau
setengah juz. Maka, dalam waktu dua bulan bisa
mengkhatamkan Al-Qur’an.
3) Murojaah Bersama
Seorang yang sedang menghafal Al-Qur’an dapat
melakukan muroja’ah bersama dengan dua teman atau lebih.
Teknik ini dapat dilakukan dengan duduk melingkar dan setiap
orang akan membaca satu, dua halaman, atau ayat per ayat.
Ketika salah satunya membaca, yang lain akan mendengarkan
sekaligus membetulkan bacaan yang salah. Bisa juga dilakukan
dengan melafalkan juz atau surat yang dihafal dari awal sampai
akhir secara bersama-sama.
4) Muroja’ah Kepada Guru
Teknik ini dilakukan oleh seorang murid atau santri untuk
melakukan setoran hafalan di depan gurunya. Nantinya, guru
akan mendengarkan, menyimak, mengoreksi, dan
membetulkan hafalan apa bila ada yang salah.27
Medote muroja’ah sepertinya mudah dilakukan hanya
mengulang-ulang bacaan lama dan bacaan baru, tetapi perlunya

27 https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-murojaah-dan-teknik-
mengulang-hafalan-alquran-1xLqRLlAi8c/full, didownload pada hari selasa, 28 juni 2022
sekitar pukul 15.00
23
konsistensi yang tulus yang harus dilakukan oleh seorang hafidzah
untuk menjaga hafalannya agar tetap melekat di dalam ingatan.
Untuk itu perlu kedisiplinan diri dan konsistensi tinggi untuk terus
bermuroja’ah, setiap saat setiap waktu dan perlu disadari bahwa
muroja’ah adalah satu-satunya jalan untuk menjaga hafalan.
Menurut Cece Abdulwaly dilihat dari segi strateginya metode
muroja’ah terbagi menjadi dua bagian:
1) Muroja’ah dengan melihat mushaf (bi an-nazhar). Cara ini
tidak memerlukan konsentrasi yang menguras kerja otak. Oleh
karena itu kompensasinya adalah harus siap membaca
sebanyak-banyaknya. Keuntungan muroja’ah seperti ini dapat
membuat otak kita merekam letak-letak setiap ayat yang kita
baca, ayat ini disebelah kanan halaman, ayat yang itu terletak
disebelah kiri halaman, atau lain semisalnya, juga bermanfaat
untuk membentuk keluwesan lidah dalam membaca, sehingga
terbentuk suatu kemampuan spontanitas pengucapan.
2) Muroja’ah tanpa melihat mushaf (bi al-ghaib) cara ini cukup
menguras kerja otak, sehingga cepat lelah. Oleh karena itu,
wajar hanya dapat dilakukan sepekan sekali atau tiap hari
dengan jumlah juz yang sedikit. Dapat dilakukan dengan
membaca sendiri di dalam dan di luar shalat, atau bersama
dengan teman. Keuntungan muroja’ah bi al-ghaib ini bagi
peserta didik yaitu guna melatih kebiasaan pandangan kita, jika
terus menerus kita melihat mushaf, maka untuk apa kita susah
payah menghafal Al-Qur’an.28

28 Cece Abdulwaly, Rumuzut Tikrar Kunci Nikmatnya Menjaga Hafalan Al-Qur’an,


(Yogyakarta: Diandra, 2016), hlm.63
24
c. Tujuan Muroja’ah
Muroja’ah Bertujuan untuk meningkatkan daya ingat, daya
hafal, daya pikir otak serta mengoptimalkan otak spiritual sehingga
menyebabkan perubahan prilaku secara simultan. Pengulangan atas
materi yang telah diajarkan untuk menguatkan dan menajamkan
daya ingat.
Menurut penelitian bahwa seorang siswa yang mampu hafal
ayat-ayat Al-Qur’an dapat meningkatkan daya ingat dalam
berbagai hal, bahwa seorang anak yang mampu menghafal Al-
Qur’an dapat menambah daya imunitas dan daya ketahanan tubuh,
adanya hubungan positif antara peningkatan kadar hafalan dengan
tingkat kesehatan psikologis (Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani,
guru besar psikologi, Universitas Al-Imam bin Saud). Pelajar/siswa
yang unggul dibidang hafalan Al-Qur’an memiliki tingkat
kesehatan psikologis yang jauh lebih baik. 29
2. Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Hafalan dari kata “hafal” yang artinya telah masuk ingatan.
Hafalan berarti dapat mengucapkan di luar tanpa melihat catatan. 30
Menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf definisi menghafal adalah
“proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau
mendengar, pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi
hafal”.31

29 Umar Al-Faruq & Al-Hafizh, 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Qur’an, (Surakarta: Ziyad

Books, 2014), hlm.135


30 Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2001), hlm.62


31 Abdul Aziz Abdul Ro’uf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung: PT

Syaamil Cipta Media, 2004), hlm.49


25
Penghafal Al-Qur’an biasanya disebut dengan sebutan haafidz
(bagi laki-laki) dan haafidzah (bagi perempuan). Kata ini berasal
dari kata haffadza yang artinya menghafal, berarti sebutan ini
ditujukan bagi orang yang sudah menghafalkan Al-Qur’an.32
b. Hukum Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an hukumnya adalah fardhu kifayah, karena
Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir maka penghafal Al-
Qur’an jangan sampai kurang dari bilangan standar mutawatir
supaya bisa terhindar dari dan tuduhan pemalsuan dan pengubahan
terhadap ayat-ayatnya. Apabila sebagian kaum muslimin ada yang
melakukannya maka gugurlah kewajiban muslim lainnya, akan
tetapi bila tidak terdapat satupun kaum muslimin tidak
melakukannya maka berdosalah seluruh kaum muslimin. Hal
demikian juga disampaikan oleh Syaikh Abdul Abbas di dalam
kitabnya yang berjudul As-Syafi, yakni ketika memberikan
penjelasan pada firman Allah dalam surat Al Qamar ayat 17

‫َولَقَدْ يَس َّْرنَا ْالقُ ْر ٰانَ ِل ِلذ ْك ِر فَ َه ْل ِم ْن ُّمدَّ ِكر‬


“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an Untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”33

Kemudian dalam surat selanjutnya Al-Qur’an adalah kalam Allah


yang diturunkan kepada nabi Muhammad yang digunakan sebagai

32 Lisya Chairani dan M.A. Subandi, Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.38
33 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2005), hlm.24


26
pedoman hidup dan sumber-sumber hukum. Allah SWT berfirman
dalam surat Al-Hijr ayat 9

‫ن‬
ََ ‫ظ ْو‬ ِ ‫ن ن ََّز ْلنَا‬
ُ ‫الذ ْك ََر َواِنَّا لَ َه لَحٰ ِف‬ َُ ‫اِنَّا نَ ْح‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”34

Maksud ayat tersebut berkaitan dengan jaminan Allah terhadap


kesucian dan kemurnian Al-Qur’an, serta penegasan bahwa Allah
sendirilah yang memeliharanya. Hal ini akan terbukti jika
diperhatikan dan dipelajari sejarah turunnya Al-Qur’an. Cara-cara
yang dilakukan Nabi Muhammad menyiarkan, memelihara,
membetulkan bacaan para sahabat dan melarang menulis selain
ayat-ayat Al-Qur’an dan lain sebagainya. Kemudian usaha
pemeliharaan Al-Qur’an ini dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’in
dan oleh generasi kaum muslimin yang datang sesudahnya sampai
kepada masa kini.35
c. Manfaat Menghafal Al-Qur’an
Allah SWT menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya.
Begitu pula dengan orang yang menghafal Al-Qur’an yang banyak
memiliki manfaat. Diantara manfaat menghafal Al-Qur’an adalah:
Didalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat tentang iman, amal,
ilmu dan cabang-cabangnya, aturan yang berhubungan dengan
keluarga, pertanian dan perdagangan, manusia dan hubungannya
dengan masyarakat, sejarah dan kisah-kisah, dakwah, akhlak,

34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syaamil Al-


Qur’an, 2007), hlm.262
35 Zaini Dahlan dkk., Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf

Universitas Islam Indonesia, 1995), hlm.245


27
negara dan masyarakat, agama-agama dan lain-lainnya. Seorang
penghafal Al-Qur’an akan mudah menghadirkan ayat-ayat itu
dengan cepat untuk menjawab permasalahan-permasalahan
diatas.36
d. Metode Menghafal Al-Qur’an
1) Bin-Nazhar yaitu: membaca dengan cermat ayat-ayat Al-
Qur’an yang akan dihafalkan dengan melihat mushaf secara
berulang-ulang.
2) Tahfizh yaitu: melafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-
Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang pada saat bin-nazhar
hingga sempurna dan tidak terdapat kesalahan. Hafalan
selanjutnya dirangkai ayat demi ayat hingga hafal.
3) Talaqqi yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan
kepada seorang guru atau instrukstur yang telah ditentukan.
4) Takrir yaitu mengulang hafalan atau melakukan sima’an
terhadap ayat yang telah dihafal kepada guru atau orang lain.
Takrir ini bertujuan untuk mempertahankan hafalan yang telah
dikuasai.
5) Tasmi’ yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik
kepada perseorangan ataupun jama’ah.37
3. Penelitian yang Relevan
Topik penelitian yang relevan tentang penerapan metode muroja’ah
dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an sebelumnya sudah pernah

36 Rofiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, Sukses Menghafal Al-Qur’an meski sibuk
kuliah, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), hlm.15
37 Lisya Chairani dan M.A. Subandi, Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.41


28
dilakukan oleh beberapa peneliti, diantara penelitian yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Skripsi saudari Suci Rahmadani (2021) pada Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang mengkaji tentang Efektivitas
Metode Muroja’ah Dalam Menghafal Al-Qur’an santri di Pondok
Pesantren Khadimul Ummah Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba. Dari skripsi tersebut dapat disimpulkan Pelaksanaan
metode muroja’ah dalam menghafal Al-Qur’an santri di Pondok
Pesantren Khadimul Ummah Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba menggunakan sistem menghafal One Day One Sheet
(satu hari satu lembar). Penelitian ini sama-sama membahas tentang
metode muroja’ah tetapi lebih merujuk kepada sistem
menghafalnya, sedangkan penulis lebih kepada penerapan
muroja’ahnya.38
b. Skripsi saudari Lulu Almarjan (2020) pada UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, yang mengkaji tentang proses kegiatan muroja’ah
para santri Takhossus Tahfizh, mengetahui rasa khauf yang nampak
pada sikap para santri takhossus Tahfizh, serta pengaruh kegiatan
muroja’ah yang rutin dilaksanakan terhadap sikap khauf yang
nampak pada diri para santri. Penelitian ini sama-sama membahas
tentang metode muroja’ah tetapi lebih merujuk kepada pengaruh
kegiatan muroja’ah pada sikap santri, sedangkan penulis lebih
kepada penerapan muroja’ahnya. 39

38 Suci rahmadani, Efektivitas Metode Muroja’ah Dalam Menghafal Al-Qur’an,

Skripsi, (Makassar: Universitas Muhammadiyah, 2021).


39 Lulu Almarjan, Pengaruh Rutinitas Muroja’ah Hafalan Al-Qur’an Terhadap Sikap

Khauf (Studi Pada Santriwati Takhossus Tahfizh di Rumah Qur’an Indonesia Panyileukan),
Skripsi, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2020).
29
c. Skripsi saudari Amsaka Novi Safi’i (2021) pada IAIN Ponorogo,
yang mengkaji tentang pengaruh pelaksanaan metode drill dan
muroja’ah terhadap keberhasilan menghafal Al-Qur’an dalam
pembelajaran PAI siswa kelas VII di MTsN 3 Madiun. Penelitian
ini sama-sama membahas tentang metode muroja’ah tetapi merujuk
kepada pengaruhnya dan dikombinasi dengan metode drill,
sedangkan penulis lebih kepada penerapan metode muroja’ah dan
tidak dikombinasi dengan metode drill. 40
d. Skripsi saudara M. Arinal Ihsan (2015) pada Universitas
Muhammadiyah Malang, yang mengkaji tentang pemanfaatan
perangkat smartphone sebagai pendamping dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari bertujuan mengembangkan aplikasi mobile
sebagai media pembantu mengingat hafalan bacaan Al-Quran,
Sehingga memudahkan para penghafal Al-Quran dalam menghafal
dan mengulang hafalannya. Penelitian ini sama-sama membahas
tentang metode muroja’ah tetapi merujuk kepada alat yang
digunakannya yaitu dengan menggunakan media smartphone
sedang penulis tidak menggunakan media smartphone tetapi
langsung meneliti tentang penerapan metode muroja’ahnya. 41

40 Amsaka Novi Safi’I, Pengaruh Pelaksanaan Metode Drill Dan Muroja’ah Terhadap

Keberhasilan Menghafal Al-Qur’an Dalam Pembelajaran PAI Siswa Kelas VII di MTsN 3
Madiun, Skripsi, (Ponorogo: IAIN, 2021).
41 M. Arinal Ihsan, Aplikasi Muroja’ah Al-Qur’an Sebagai Media Untuk Membantu

Menghafal Juz Amma Berbasis Android, Skripsi, (Malang: Universitas Muhammadiyah,


2015).
30
G. Metodologi Penelitian
a. Tempat
Tempat yang penulis pergunakan sebagai objek penelitian adalah di
Rumah Qur’an At Tayba yang terletak di Kota Depok
b. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah
tentang penerapan metode muroja’ah dalam meningkatkan hafalan Al-
Qur’an di Rumah Qur’an At Tayba Kota Depok, melalui sistem
obeservasi pada santriwati di Rumah Qur’an At Tayba Kota Depok.
c. Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang akan penulis lakukan adalah dengan
cara: observasi, wawancara, serta dokumentasi
1) Observasi
Observasi adalah tehnik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Metode
ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung
agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan objektif.
2) Wawancara
Wawancara adalah Teknik pelaksanaan pengumpulan data
dilapangan yang bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara tidak
hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang kali dengan
intensitas yang tinggi, dan isi dari wawancara harus terkonsep
dengan jelas mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian,
sehingga penulis mendapatkan informasi yang diperlukan dari hasil
wawancara tersebut.

31
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data mengenai hal-hal yang
berupa bukti kongkrit tentang kegiatan-kegiatan yang sedang
berlangsung dilapangan.
d. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Penulis akan melakukan editing dengan memeriksa data yang
terkumpul, menyederhanakan data agar bisa disajikan secara sistematis
serta menarik kesimpulan bagaimana cara menerapkan metode
muroja’ah dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an.

32
H. Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-


Qur’an, Jakarta: Gema Insani Pres, 2004.

Abd al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-fiqh, Jakarta: ak-Majelis al-A’la al-
Indonesia li al-da’wah al-Islamiyah, 1392H/1972M.

Alpiyanto, Menjadi Juara dan Berkarakter, Bekasi: PT Tujuh Samudra,


2013.

Abdul Aziz Abdul Ro’uf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah,
Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: PT


Bumi Aksara, 2005.

Amsaka Novi Safi’I, Pengaruh Pelaksanaan Metode Drill Dan Muroja’ah


Terhadap Keberhasilan Menghafal Al-Qur’an
Dalam Pembelajaran PAI Siswa Kelas VII di MTsN
3 Madiun, Skripsi, (Ponorogo: IAIN, 2021).

Cece Abdulwaly, Rumuzut tikrar Kunci Nikmatnya Menjaga Hafalan Al-


Qur’an, Yogyakarta: Diandra, 2016.

Departemen Agama Republik Indonesia, Muqaddimah Al-Qur’an dan


Terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha Putra,
2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil


Al-Qur’an, 2007.

H.A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an Verifikasi Tentang Otentitas Al-


Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010
33
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia,
Didownload pada hari kamis, 23 Juni 2022 sekitar
pukul 15.00.

http://pgmi.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id/sejarah-masuknya-islam-di-
indonesia, Didownload pada hari kamis, 23 Juni 2022
pukul 15.45 wib

https://tirto.id/nama-nama-asli-wali-songo-strategi-dakwah-wilayah-
persebarannya-garD, Didownload pada hari kamis,
23 Juni 2022 pukul 16.20 wib

https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-murojaah-dan-teknik-
mengulang-hafalan-alquran-1xLqRLlAi8c/full,
didownload pada hari selasa, 28 juni 2022 sekitar
pukul 15.00.

Ihda Hajarul Mufidah, Rahasia Hafalan Quran Mutqin Huffazh Juara


Dunia, Solo: Gazzamedia, 2019

Kaokab, Kitab Al Arbain, Cibinong: Nurul Furqon, 2016.

Kementrian Agama RI, Al Quran dan Terjemahan, Jakarta: Alfatih, 2002.

Lisya Chairani dan M.A. Subandi, Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Lulu Almarjan, Pengaruh Rutinitas Muroja’ah Hafalan Al-Qur’an


Terhadap Sikap Khauf Studi Pada Santriwati
Takhossus Tahfizh di Rumah Qur’an Indonesia
Panyileukan), Skripsi, (Bandung: UIN Sunan
Gunung Djati, 2020.

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera


Antar Nusa, 2012

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,


Bandung: Remaja Posdakarya, 2000.

34
M. Arinal Ihsan, Aplikasi Muroja’ah Al-Qur’an Sebagai Media Untuk
Membantu Menghafal Juz Amma Berbasis Android,
Skripsi, Malang: Universitas Muhammadiyah, 2015.

Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an (mengungkap makna-makna


tersembunyi Al-Qur’an), Jakarta: Al-Gazali Centre,
2008.

Nurul Qomariah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah agar
Anak Hafal, Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016.

Rofiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, Sukses Menghafal Al-Qur’an meski


sibuk kuliah, Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016.

Sa’dulloh, 9 cara praktis menghafal Al-Qur’an, Depok: Gema Insani,


2008.

Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2001.

Suci rahmadani, Efektivitas Metode Muroja’ah Dalam Menghafal Al-


Qur’an, Skripsi, Makassar: Universitas
Muhammadiyah, 2021.

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi sejarah Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka


Alfabet, 2005.

Umar Al-Faruq & Al-Hafizh, 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Qur’an,


Surakarta: Ziyad Books, 2014.

Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, Cepat


Menghafal, Kuat Hafalan dan Terjaga Seumur
Hidup, Surakarta: Insan Kamil, 2018

Zaini Dahlan dkk., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf Universitas Islam Indonesia, 1995.

35
I. Outline

Outline

PENERAPAN METODE MUROJA’AH DALAM MENINGKATKAN


HAFALAN AL-QUR’AN DIRUMAH QUR’AN AT TAYBA KOTA
DEPOK

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI


A. Metode Muroja’ah
1. Pengertian Metode Muroja’ah
2. Teknik Muroja’ah
3. Tujuan Muroja’ah
B. Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
2. Hukum Menghafal Al-Qur’an
3. Manfaat Menghafal Al-Qur’an
4. Metode Menghafal Al-Qur’an
C. Penelitian Yang Relevan
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat
B. Subjek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


A. Profil Rumah Qur’an At Tayba
B. Hasil Penelitian
C. Pemabahasan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

37
38

Anda mungkin juga menyukai