Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedatangan Islam di tanah Papua, sesungguhnya sudah sangat lama. Islam datang ke

sana melalui jalur-jalur perdagangan sebagaimana di kawasan lain di nusantara.

Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan

Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-

Budha mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran

Islam melalui jalar perdagangan Nusantara.

Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah

masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan.

Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-

tempat baru.

Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan

daerah lain di Indonesia. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit, masuknya

Islam ke kawasan ini adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam

berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni kerajaan Bacan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang lahirnya setiap kerajaan Islam di Papua ?

2. Bagaimana proses masuknya Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Papua ?

3. Bagaimana pengaruh Islam pada kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Papua ?

1|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.

Pembahasan mengenai 4 (Empat) kerjaan Islam di Papua tersebut karena sumber-

sumber yang kami baca dan pelajari bahwa keempat kerajaan Islam tersebut merupakan

adalah :

1. Merupakan wilayah kekuasaan kerjaan-kerajaan Islam dari Maluku

2. Merupakan kerajaan-kerajaan yang memperoleh pengaruh dari kerajaan-kerajaan

yang berada di Maluku.

Penjelasan tentang keempat kerajaan tersebut kami temui secara kolektif tanpa

terpisah-pisah atau dibahas satu-persatu, baik latar belakang lahirnya setiap kerajaan

tersebut maupun proses keislamannya.

1. Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati

dan Kerajaan Sailolof.

Sejak abad ke-16, selain di Kepulauan Raja Ampat yang termasuk wilayah

kekuasaan Sultan Bacan dan Sultan Ternate, kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir

Papua dari pulau Biak (serta daerah sebaran orang Biak) sampai Mimika merupakan bagian

dari wilayah mandala Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berdekatan dengan

wilayah Papua. Tidore menganut adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga propinsi-

propinsi Tidore seperti Biak, Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam sembilan distrik

(pertuanan).

Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional,

masing-masing adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau

Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara;

kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan

2|Page
Misool, dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau Misol. Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol

(sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan).

2. Proses Masuknya Islam di Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati

dan Kerajaan Sailolof.

Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang

Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten

Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan

cara khitanan. Di bawah ancaman penduduk setempat jika orang yang disunat mati, kedua

mubaligh akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian

penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa pemerintahan Sultan Mohammad al-

Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti

Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Thomas Arnold,

Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun

1521.

Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulaupulau di

sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan Bacan

kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di barat laut

Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim, para pemuka

masyarakat di pulau-pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun pesisir menganut

agama Islam, sebagian besar penduduk asli di pedalaman masih tetap menganut animisme.

Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan

dengan Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah,

Tenggara dan Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku

Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua alur

komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung

Onim Fakfak maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang

3|Page
perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku

Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan

bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir

pantai kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim Fakfak.

       Di Kepulauan Raja Empat sendiri terdapat beberapa Distrik Kerajaan-Kerajaan Islam yaitu :

a. Kerajaan Namatota

Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan

Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan generasi kelima.

Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-

1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah

menyebarkan agama Islam dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta,

selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja

Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih

pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang

minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum

kemudian dibebaskan.

b. Kerajaan Komisi

Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad

Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada

tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya yang artinya

“Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad

ke XV (1460-1541) penguasa pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima

Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang

menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak

diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk

Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa

pada tahun 1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan

4|Page
kerajaan Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang

kemudian dikenal dengan nama Raja Komisi

c. Kerajaan Fatagar

Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997,

menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814.

Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada

saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang dengan

ditemukannya puing-puing bekas reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di

daerah Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja

Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506

melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan

Kerajaan Rumbati.

d. Kerajaan Ati-Ati

Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja

yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk

dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-masing raja tersebut mendirikan mesjid dan

mesjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan

tetapi mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat dari

kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid

yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang dibangun

pada tahun 1931 oleh Raja ke-9.

e. Kerajaan Rumbati

Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah

memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan

membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah

dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi

5|Page
f. Kerajaan Pattipi

Masuknya Islam di Papua, khususnya di Teluk Patipi, memiliki keterkaitan

dengan masuknya agama Islam di Papua. Masuknya Islam di tanah Papua terdiri dari

tujuh versi, yaitu versi orang Papua, Aceh, Arab, Jawa, Banda, Bacan, serta versi Tidore

dan Ternate. Masing masing dengan argumentasinya yang berbeda-beda. Menurut orang

asli Papua Fakfak, yang masih kuat dengan adat dan legendanya, Islam bukan dibawa dan

disebarkan oleh Kerajaan Tidore, Arab, Jawa, atau Sulawesi. Akan tetapi, Islam sudah

berada di Pulau Papua sejak pulau ini diciptakan oleh Tuhan. 

g. Kerajaan Sekar

Informasi atau tentang situs-situs khusus Kerajaan Sekar sulit diperoleh, namun

dapat diyakini bahwa Kerajaan Sekar merupakan salah satu kerajaan dari 9 kerajaan

Islam yang berada di Kepulauan Raja Empat.

h. KerajaanWertuar

Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama Wertuar adalah

Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya, sedang Raja

kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey yang beristrikan Boko

Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore

adalah Raja ketujuh yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan

bahwa yang dilantik adalah Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate

dengan Sanempe adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti

mereka hidup dalam satu zaman. • Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja

tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh

Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar

Lama. Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja

Misool Abdul Majid.

6|Page
i. Kerajaan Arguni.

Di Semenanjung Onin terdapat tiga kerajaan tradisional, yaitu kerajaan

Rumbati, kerajaan Fatagar, dan kerajaan Atiati. Di samping tiga kerajaan tersebut di atas

ada pula beberapa kerajaan lain yaitu kerajaan-kerajaan yang pada mulanya berada di

bawah kekuasaan kerajaan Rumbati, tetapi kemudian berhasil memperoleh pengakuan

sebagai kerajaan tersendiri terutama pada masa awai pax neerlandica (1898).

1. Kerajaan Patipi,

2. Kerajaan Sekar,

3. Kerajaan Wertuar dan

4. Kerajaan Arguni.

Seperti halnya Kerajaan Sekar, informasi ataupun data lengkap dari kerajaan ini

sulit ditemukan.

3. Pengaruh Islam pada Masa Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan

Salawati dan Kerajaan Sailolof.

Pengaruh Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di daerah

Papua sangat unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan ”agama resmi” bagi

kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin dan di daerah Kowiai

(Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan keluarganya telah memeluk agama Islam, serta

adanya institusi resmi yang berkaitan pengaturan kehidupan masyarakat. Pengaruh raja

umumnya sangat besar dalam membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Akan tetapi di sisi

lain tampak pengamalan ajaran Islam sebagian penduduk Papua masih kurang mendalam

sehingga terjadi keadaan yang kontradiktif. Diterimanya Islam sebagai agama dan jalan

hidup masyarakat Papua, maka pranata-pranata kehidupan sosial budaya memperoleh warna

baru. Keadaan ini terjadi karena penerimaan mereka kepada Islam sebagai agama, tidak

terlalu banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah kemasyarakatan dan kebudayaan yang

telah ada sebelumnya. Apa yang dibawa oleh Islam pada mulanya datangnya, hanyalah

urusan-uruasan ‘ubudiyah (ibadat) dan tidak mengubah lembaga-lembaga dalam kehidupan

7|Page
masyarakat yang ada. Islam mengisi sesuatu dari aspek kultural mereka, karena sasaran

utama dari pada penyebaran awal Islam hanya tertuju kepada soal iman dan kebenaran

tauhid.

B. TEORI MASUKNYA ISLAM DI PAPUA

1. Teori Papua

Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian

rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah Fakfak, Kaimana, Manokwari dan

Raja Ampat (Sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan

bukan di bawa dan disebarkan oleh Kerajaan Ternate dan Tidore atau pedagang Muslim

dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua

itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatakan bahwa

agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan

mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya Nabi Adam dan Hawa berada di

daratan Papua.

2. Teori Aceh

Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah

kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8

Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di

Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam

tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI

(Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh

Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya,

kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun

1374 M.

3. Teori Arab

Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah

Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi
8|Page
bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di

perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid

Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari

sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam

dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni 1997,

dirumuskan bahwa :

a. Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan

diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan

sekitarnya)

b. Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

4. Teori Jawa

Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946,

menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang

kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon.

Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa

tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka

Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.

5. Teori Banda

Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak

dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak

melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang

telah lama menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi

yang pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan

jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah

ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi

akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian

penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

9|Page
6. Teori Bacan

Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang

dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat

kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250

M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke

Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.

Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding

yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau

disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan

bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua

pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka

masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman

masih tetap menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.

Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama

– nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja

ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah

kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah

terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.

7. Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)

Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada

tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin

ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja

ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan

gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan

dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat

kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan

10 | P a g e
Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa,

Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain.

Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada

abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku

( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut

merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana

ditulis sumber – sumber barat, Tomé Pires yang pernah mengunjungi nusantara antara

tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun 1521 M.

mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50

tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita

Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-

1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90

tahun yang lalu.

Proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau

kekuatan militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-

angsur melalui beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian

lembaga pendidikan pesantren dan lain sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama

dalam proses Islamisasi di nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya

melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah

masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-

kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar

pengaruhnya di tempat-tempat baru itu.

Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua

ini, sebagai berikut:

a. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau

yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol,

dan Beo di distrik Waigeo.

11 | P a g e
b. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut

tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.

c. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa

masjid kuno.

d. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima

manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar

berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan

tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat

kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu

tauhid, dan kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214

dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai

ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk

Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon

khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip

yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.

e. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang

dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.

12 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial budaya

memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek kultural mereka, karena sasaran pertama

Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada

masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarenakan pada saat itu tidak

ada generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tidak

memiliki wadah yang bisa menampungnya. Selain itu para raja di Maluku, Fak-fak dan

Kaimana masih membatasi peredaran agama Islam karena jangkauan saat itu masih susah

dicapai

B. Saran

Kami sebagai penyusun sangat yakin, walaupun Islam merupakan agama minoritas di

Papua, namun kehadiran Islam di Papua tetap memiliki sejarah. Harapan adanya situs yang

memuat secara lengkap tentang sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Papua sangat penting

khususnya dalam hal mempelajari sejarah kerajaan Islam di Nusantara. 

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai