Anda di halaman 1dari 3

KERAJAAN ISLAM DI TERNATE DAN NUSA TENGGARA

A. Kerajaan Islam di Ternate

Di timur Indonesia khususnya di pulau Sulawesi (Sulawesi Tengah) terdapat beberapa kerajaan
kecil seperti Kerajaan Banggai, Bongganan, Tompotika, Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Kerajaan-
kerajaan tesebut merupakan kerajaan yang paling besar kekuasaanya pada waktu itu. Sebelum Ternate
mengusai Banggai sejak tahun 1580-1624, Gowa sejak tahun 1624-1667 dan kembali lagi ke Ternate
sejak tahun 1667-1907, daerah ini terdapat beberapa kerajaan.

Semua yang berada dikerajaan-kerajaan tersebut adalah penduduk asli yang menggunakan
bahasa Aki. Kerajaan Banggai adalah kerajaan lokal yang pernah berkembang di Sulawesi Tengah.
Kerajaan yang merupakan gabungan dari sejumlah pemerintahan adat di Banggai Daratan dan
Banggai Kepulauan ini pernah menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Singasari, Majapahit,
Kesultanan Ternate, hingga Gowa. Di kawasan besar yang kemudian disatukan menjadi wilayah
kekuasaan Kerajaan Banggai di Sulawesi Tengah pada awalnya terdiri dari sejumlah kerajaan lokal
yang berdiri sendiri-sendiri.

Beberapa ratus tahun lamanya, teritorial Banggai yang dihuni oleh sejumlah kerajaan itu
menjalani kehidupan di bawah kordinasi Majapahit. Kerajaan Ternate yang berpusat di Maluku Utara
ditunjuk sebagai wakil Majapahit untuk mengelola negeri-negeri kecil yang ada di Banggai. Pada saat
itulah Kerajaan Banggai dibawah pemerintahan Kesultanan Ternate. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila corak dan bentuk bangunan istana Kerajaan Banggai menyerupai keraton-
keraton yang terdapat di Ternate dan Tidore dikarenakan adanya hubungan historis. Ternate
merupakan salah sebuah pulau yang termasuk wilayah Maluku Utara. Meskipun tidak secara jelas
apakah pada abad ke-XIV sebutan Ternate sudah ada pada pemberitaan kitab Negarakertagama,
karangan Prapanca, tetapi pasti pulau tersebut sudah termasuk Maluku yang sebutan terakhir ini telah
disebut-sebut dalam kitab tersebut bahkan juga sebutan Ambon.

Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam yang terletak di daerah Kepulauan
Maluku, tepatnya di wilayah Indonesia bagian timur. Secara geografis terletak di antara pulau
Sulawesi dan Irian Jaya letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu.
Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai The
Spicy Island (kepulauan rempah-rempah). Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaannya sekitar
abad ke 14- 16 M. Kesultanan Ternate menjadi kerajaan yang masyhur dan disegani oleh lawan.
Dalam sejarah masa lalunya, Kesultanan ini penuh dengan gejolak heroik melawan penjajah Portugis,
Spanyol, dan Belanda. Ketenaran Kesultanan Ternate lambat laun redup setelah wafatnya Sultan
Baabullah (1570-1585), sang pahlawan yang mampu mengusir Portugis dari wilayahnya. Pada akhir
abad ke-16 itulah tercatat sebagai masa menurunnya Kesultanan Ternate.

Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke
Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah
Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan
selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku.
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh,
sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan
pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah
Maluku, Banggai, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Historis Kesultanan Ternate Dengan Kerajaan Banggai Abad XVI”

B. Kerajaan Nusa Tenggara


1. Awal Masuknya Islam ke Nusa Tenggara

Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam
di lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kemungkinan masuknya
Islam ke Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi, yaitu melalui dakwah para mubalig dari
Makasar antara tahun 1540-1550. Kemudian berkembang kerajaan Islam di Lombok, salah
satunya adalah Kerajaan Selaparang.

2. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara

Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah ada di Pulau
Lombok. Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada diSelaparang(sering pula diucapkan
denganSeleparang), yang saat ini kurang lebih lebih berada di desa Selaparang, kecamatan
Swela,Lombok Timur.

Sejujurnya minim sekali yang dapat diketahui tentang sejarah Kerajaan Islam
Selaparang, terutama sekali tentang awal mula berdirinya. Namun, tentu saja terdapat
beberapa sumber objektif yang cukup dapat dipercaya. Salah satunya adalah kisah yang
tercatat di dalam daunLontaryang menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Selaparang tidak
akan pernah bisa dilepaskan dari sejarah masuknya atau proses penyebaran agama Islam
diPulau Lombok.

Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah


PemerintahanPrabuRangkesari. Pada masa itu Selaparang mengalami zaman keemasan,
memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya dari lombok terus
ke Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara Kerajaan Gowa dan
Lombok dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik,
dan Pemban Parwa.

Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut.
Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut
sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan
salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni PulauSumbawa, karena lebih dahulu direbut
sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula mematahkan
serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat. Selaparang pernah
dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun
1616 dan 1624Masehi, akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel
dapat ditawan dalam jumlah yang cukup besar pula.[7] Setelah pertempuran sengit tersebut,
Kerajaan Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya
dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian
dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang
sekarang ini. Dari wilayah kota yang baru ini, panoramaSelat Alasyang indah membiru dapat
dinikmati dengan latar belakang daratan PulauSumbawadari ujung utara ke selatan dengan
sekali sapuan pandangan. Dengan demikian, semua gerakan yang mencurigakan di tengah
lautan akan segera dapat diketahui.

Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah bagian belakang berupa
bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi, bertingkat-tingkat hingga ke hutan
Lemor yang memiliki sumber mata air yang melimpah. Berbagai sumber menyebutkan,
bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber
mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga
keSumbawaBarat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha,
dilantik dengan gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630Masehi) daerah
ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang.

Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November


1648Masehi, putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar
Pemban Aji Komala, dilantik diSumbawamenjadiSulthanSelaparang yang memerintah
seluruh wilayahPulau LombokdanSumbawa. Setelah terjadinya Perjanjian Bongayana pada
tanggal 18 November 1667, kerajaan- kerajaan yang ada di Nusa Tenggara mengalami
tekanan dari VOC. Dengan keadaan tersebut, maka pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke
Sumbawa pada tahun 1673.

Tujuan pemindahan tersebut adalah untuk mempertahankan kedaulatan kerajaan-


kerajaan Islam di pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Alasan
Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa adalah karena Sumbawa dipandang lebih
strategis dari pada pusat pemerintahan di Selaparang. Disamping itu juga mengingat adanya
ancaman dan serangan dari VOC yang terjadi terus menerus.

3. Kesultanan Bima

Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara.Rajanya yang


pertama masuk Islam ialah Ruma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan
Abdul Khair(1611-1640).Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan terhadap
intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC.

Ketika VOC mau memperbaharui perjanjian dengan Bima pada tahun 1668,Sultan
Bima,Tureli Nggampo,menolaknya.ketika Tambora merampas Kapal VOC pada 1675,raja
Tambora,Kalongkong dan para pembesarnya diharuskan menyerahkan keris-keris pusakanya
kepada Holsteijn.pada tahun 1691,ketika permaisuri Kerajaan Dompu terbunuh,Sultan Bima
ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai meninggal dalam Penjara.kerajaan-kerajaan di
Lombok,Sumbawa,Bima,dan lainnya selama abad XVIII dan akhir abad itu terus melakukan
pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC senantiasa mencampuri urusan
pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut,bahkan menangkapi dan mengasingkan raja-raja
yang melawan.

Anda mungkin juga menyukai