Kelompok 9
Ajeng Rindi R
Gregorius S D A
Rafi Alamsyah S
Veena Amandayucca
AWAL MASUK ISLAM KE NUSA
TENGGARA
Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa
Tenggara (Lombok). Islam di lombok diperkenalkan oleh Sunan
Perapen (putra Sunan Giri). Kemungkinan masuknya Islam ke
Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi, yaitu melalui dakwah
para mubalig dari Makasar antara tahun 1540-1550. Kemudian
berkembang kerajaan Islam di Lombok, salah satunya adalah
Kerajaan Selaparang.
KERAJAAN DI NUSA TENGGARA
Kerajaan Selaparang
adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Pusat
kerajaan ini pada masa lampau berada di Selaparang (sering pula
diucapkan dengan Seleparang), yang saat ini kurang lebih lebih
berada di desa Selaparang, kecamatan Swela, Lombok Timur.
. Namun, tentu saja terdapat beberapa sumber objektif yang cukup
dapat dipercaya. Salah satunya adalah kisah yang tercatat di dalam
daun Lontar yang menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan
Selaparang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sejarah
masuknya atau proses penyebaran agama Islam di Pulau Lombok.
• Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di
bawah Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itu Selaparang
mengalami zaman keemasan. Konon Sunan Perapen meneruskan
dakwahnya dari lombok ke Sumbawa. Selaparang juga
mengembangkan hubungan antara Kerajaan Gowa dan Lombok
dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban
Pejanggik, dan Pemban Parwa. Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan
yang tangguh, baik di darat maupun di laut. Laskar lautnya telah
berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut
sekitar tahun 1667-1668 Masehi.
•Pada tahun 1691, ketika permaisuri Kerajaan Dompu terbunuh, sultan Bima
ditangkap dan diasingkan ke Makasar hingga meninggal dalam penjara ,
•Pembicaraan mengenai sejarah Kesultanan Bima abad XIX dapat diperkaya
oleh gambaran terperinci dalam Syair Kerajaan Bima yang menurut telaah
filologi Henri Chambert-Loir diperkirakan dikarang sebelum tahun 1833,
sebelum Raja Bicara abdul Nabi meletakan Jabatan dan digantikan oleh
Putranya. Syair itu dikarang oleh Khatib Lukman, sekitar tahun 1830. Syair itu
ditulis dengan huruf Jawa dan berbahasa Melayu. Syair itu menceritakan
empat peristiwa yang terjadi di Bima pada awal abad XIX, yaitu letusan
Gunung Tambora(1815), saat wafat dan pemakaman Sultan Abdul Hamid pada
Mei 1819, serangan bajak laut dan Pemberontakan Sultan Ismail pada 26
November 1819.