Anda di halaman 1dari 2

Kerajaan Gowa-Tallo

1. Letak Kerajaan.
Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan Islam yang sudah lama berdiri di Indonesia.
Tepatnya pada abad ke 14 masehi. Yaitu pada tahun 1320, kerajaan ini berdiri di atas
tanah Sulawesi Selatan. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Gowa Tallo merupakan
perkumpulan dari 9 komunitas yang akhirnya membentuk suatu pemerintahan.
Kesembilan komunitas tersebut adalah Kalili, Saumata, Data, Parang-parang, Bissei,
Tombolo, Lakiung, Agangjene, dan Sero.

2. Kehidupan Politik.
Islam masuk ke daerah Makassar melalui pengaruh Kesultanan Ternate yang giat
memperkenalkan Islam di sana. Raja Gowa yang bernama Karaeng Tunigallo
selanjutnya masuk Islam setelah menerima dakwah dari Dato Ri Bandang. Selanjutnya
Karaeng Tunigallo memakai gelar Sultan Alaudin Awwalul-Islam (1605-1638). Pada
masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai
puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang
menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa
Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo
(Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan
Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Bone merupakan wilayah kekuasaan
Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka (Arung Palakka) menawarkan kerja sama
untuk membantu Belanda. Perang ini juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda
yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan
mencoba ingin memonopoli perdagangan.

3. Kehidupan Ekonomi.
Kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Gowa Tallo mengandalkan sektor
perdagangan maritim. Hal ini disebabkan letak Makassar yang strategis dan menjadi
bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku sehingga ramai dikunjungi
pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri.

4. Kehidupan Sosial.
Kehidupan masyarakat Gowa Tallo terikat dengan norma yang mereka anggap sakral.
Norma kehidupan masyarakat tersebut diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut Pangadakkang. Selain itu, kehidupan sosial masyarakat Gowa Tallo juga
masih bersifat feodal.

5. Kehidupan Budaya.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makassar juga mengenal pelapisan sosial
yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya
disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to
Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan
golongan “Ata”. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak
menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka
terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal
dengan nama Pinisi dan Lombo.

Anda mungkin juga menyukai