Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 3:

1.Lintang Mahardika
2.Raden Lugan
3.Fraza Eka
4.Nathanael
Kerajaan Goa Tallo
Keadaan Geografis
Letak Geografis Kerajaan Goa – Tallo Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal
dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi
Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai
Ujungpandang
Kehidupan Politik
Kondisi Politik Kerajaan Gowa Tallo
Penyebaran Islam yang ada di wilayah Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk
Robandang/Dato’ Ri Bandang yang berasal dari Sumatera, sampai pada abad
ke-17 Islam berkembang pesat di wilayah Sulawesi Selatan, bahkan raja
Makassar sendiri juga memeluk agama Islam.
Raja Makasar yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin.
Sejak kepemimpinan oleh Sultan Alauddin Kerajaan Makassar tumbuh
berkembang menjadi Kerajaan maritim dan mengalami perkembangan yang
pesat pada masa pemerintahan dari Raja Muhammad said pada tahun 1639
sampai tahun 1653
Kehidupan Ekonomi
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar menjadi
kerajaan maritim yang besar dan menjelma menjadi pusat perdagangan di
kawasan Indonesia bagian timur. Ada beberapa faktor yang
melatarbelakanginya: Malaka jatuh ke tangan Portugis, beralihnya para
pedagang, mundurnya peran Jawa, dan letaknya yang strategis. Meskipun harus
melayani kepentingan beragam pedagang yang berasal dari berbagai bangsa,
namun Kerajaan Makassar tetap mampu mengatur aktivitas perdagangan
tersebut secara tertib dan adil
Kehidupan Agama
Sebelum masuknya agama Islam, Masyarakat di wilayah Gowa menganut aliran
animisme. Kemudian ketika kepemimpian Raja I Mangaru Daeng Manrabbia
atau Sultan Alauddin I (Raja Gowa pertama yang menganut agama Islam)
Gowa Tallo menjadi pemerintahan Islam sehingga satu – persatu masyarakatnya
ikut menganut Islam

Kehidupan Sosial
Sebagai negara Maritim, sebagian besar masyarakat Makasar yaitu nelayan dan
pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya,
bahkan tak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran
hidupnya.

Walaupun masyarakat Makasar mempunyai kebebasan berusaha dalam


mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi kehidupannya mereka sangat terikat
dengan norma adat yang dianggap sakral. Norma kehidupan masyarakat
Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-
norma tersebut.
Di samping norma, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang
terdiri lapisan atas yang berarti golongan bangsawan dan keluarganya disebut
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka”
dan masyarakat bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan
“Ata”..
Kehidupan Budaya
Hukum Pangadakkang menjadi hukum rakyat yang beredar sebagai
adat atau budaya yang diyakini oleh rakyat Kerajaan Gowa Tallo ini.
Di mana di dalam aturan ini banyak mengatur tentang kehidupan
bermasyarakat.

Di dalam praktiknya, ada tigaa macam perbedaan nama kelas


masyarakat Gowa Tallo, yakni ada sebutan “to Maradeka” untuk
golongan masyarakat kelas menengah, Anakarung (Karaeng) untuk
masyarakat kelas atas, dan “ata” untuk masyarakat kelas bawah.

Faktor Kemunduran Kerajaan


Pertama, Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang
Sultan Hasanuddin karena wilayahnya dikuasai Gowa Tallo,lalu terjadilah
perang diantara mereka.
Akhirnya terjadi perjanjian Bongaya untuk mengakhiri
perang tersebut yang isinya :
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-
pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone
Lalu Gowa Tallo menyerah kepada Belanda tahun 1669.Dan Akhirnya, Belanda
menguasai Gowa Tallo dan mendirikan benteng di New Rotterdam.
Bukti Peninggalan

-Fort Rotterdam

Salah satu peninggalan bersejarah yang cukup mengagumkan dari kerajaan


Gowa-Tallo adalah Ford Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang. Ford Rotterdam
adalah sebuah benteng yang dibangun oleh I Manrigau Daeng Bonto Karaeng
Lakiung, yaitu Raja Gowa ke-9 pada tahun 1545. Fort Rotterdam sendiri terletak di
pesisir pantai sebelah barat Makassar.

Dahulu kala benteng yang dikenal dengan sebutan Benteng Panyyua oleh
masyarakat setempat berfungsi sebagai markas pasukan katak Kerajaan Gowa.
Nama Panyyua sendiri diambil karena bentuk bentengnya yang mirip dengan
seekor penyu yang hendak turun ke lautan.
-Balla Lompoa

Balla Lompoa atau rumah besar adalah sebuah istana tempat


tinggal sultan Gowa. Istana yang berdiri di atas lahan seluas sekitar 3
hektar ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Gowa-Tallo
yang masih berdiri hingga saat ini.

Balla Lompoa dibangun setelah diangkatnya Raja Gowa XXXV, I


Mengimingi Daeng Matutu, Karaeng Bontonompo yang bergelar
Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin pada tahun 1936. Balla
Lompoa terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota
Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
-Masjid Katangka

Peninggalan kerajaan Gowa-Tallo selanjutnya adalah Mesjid Katangka yang


bernama asli Masjid Al-Hilal. Mesjid Katangka merupakan masjid tertua yang
berada di provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kelurahan Katangka, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Mesjid yang sempat digunakan oleh kesultanan Gowa sebagai benteng pertahanan
ketika melawan penjajah ini memiliki desain unik perpaduan Jawa-Eropa-China.
Menurut sebuah prasasti, mesjid yang berdiri di tanah seluas 150 meter ini
dibangun pada tahun 1603. Namun, tak sedikit pula para peneliti yang
menyebutkan bahwa bangunan bersejarah itu dibangun pada awal abad ke-18

Anda mungkin juga menyukai