Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tentang
KERAJAAN GOWA TALLO

Disusun Oleh :

1. TINA AYUSOPIANA
2. MUJTAHIDIN HUSNAN
3. RAMLI AHMAD
4. TUNJUNG SARI
5. NIZAR ABIDIN

Kelas IX F

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KABUPATEN LOMBOK TENGAH
MTs NEGERI 2 LOMBOK TENGAH
Tahun Pelajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan serta rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kerajaan Goa Tallo” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih yang sangat banyak kepada semua pihak
yang telah membantu demi terselesainya makalah sejarah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dan inovatif sangat
kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jelantik. 04 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakanh....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Letak Kerajaan....................................................................................3
B. Raja-Raja Yang Memerintah..............................................................3
C. Kehidupan Ekonomi...........................................................................4
D. Kehidupan Sosial Budaya...................................................................5
E. Kehidupan politik...............................................................................6
F. Keruntuhan Kerajaan..........................................................................8
G. Peninggalan Sejarah............................................................................8
BAB III PENUTUP .....................................................................................12
A. Kesimpulan.......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan bercorak
Hindu di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-
masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan
masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk
persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih
dikenal dengan sebutan kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya
adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai
nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Sebelum abad ke 16, kerajaan-
kerajaan di Sulawesi masih bercorakkan Hindu, barulah ketika adanya dakwah
dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, perlahan-lahan kerajaan-kerajaan
tersebut mulai memeluk islam. Kerajaan gowa-tallo sendiri merupakan sebuah
Kerajaan yang bercorak Islam. Setelah bergabung menjadi Gowa Tallo, Raja
Gowa Daeng Manrabia menjadi Raja Gowa Tallo Karaeng Matoaya menjadi
perdana menteri (patih) dan bergelar Sultan Abdullah.
Letaknya strategis yaitu sebagai penghubung pelayaran Malaka dan
Jawa ke Maluku. Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas perdagangan
antar daerah pedalaman berjalan dengan baik. Di depan pelabuhan terdapat
gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin,
sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin. Jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis mendorong para pedagang mencari daerah atau pelabuhan
yang menjual belikan rempah-rempah. Halauan politik Mataram sebagai
kerajaan agraris ternyata kurang memperhatikan pemngembangan pelabuhan-
pelabuhan di Jawa. Akibatnya dapat diambil alih oleh Makassar. Kemahiran
penduduk Makassar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal besar jenis
Phinisi dan Lambo.
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah
sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada
di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini

1
dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau
Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini
berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14
Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang
bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung
Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke
lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu
dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang
berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng
Ujung Pandang.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu
“bagaimanakah bentuk kehidupan pemerintahan kerajaan Gowa Tallo ?”

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu “untuk
mengetahui bentuk kehidupan pemerintahan kerajaan Gowa Tallo”

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Letak Kerajaan

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan


Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis
Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur
pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur
maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat.
Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang
menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

B. Raja-Raja Yang Memerintah


Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng
Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah
Makassar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo)
sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan
Alaudin kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan
berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 –
1653).

3
(Daeng Mattutu Karaeng Bontonompo raja Gowa tallo ke-35)
Selanjutnya kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa
pemerintahannya Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu
dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat
menunjang keperluan perdagangan Makassar. Perluasan daerah Makassar
tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.

C. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makassar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang
sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh
beberapa faktor :
1. letak yang strategis
2. memiliki pelabuhan yang baik
3. jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan
banyak pedagang- pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makassar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makassar.
Pelayaran dan perdagangan di Makassar diatur berdasarkan hukum
niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA
PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka

4
perdagangan di Makassar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang
pesat.

Selain perdagangan, Makassar juga mengembangkan kegiatan


pertanian karena Makassar juga menguasai daerah-daerah yang subur di
bagian Timur Sulawesi Selatan.

D. Kehidupan Sosial Budaya


Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makassar
adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Makassar memiliki kebebasan untuk berusaha
dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka
sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma
kehidupan masyarakat Makassar diatur berdasarkan adat dan agama Islam
yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makassar sangat percaya
terhadap norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makassar juga mengenal
pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan
bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan
rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu
para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

5
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makassar banyak
menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran.
Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang
Makassar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.
Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makassar dan
terkenal sampai mancanegara.

E. Kehidupan politik
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk
Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama
Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makassar pun
memeluk agama Islam.
Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng
Ma’towaya Tumamenanga Ri Agamanna (Raja Gowa) yang bergelar Sultan
Alaudin yang memerintah Makassar tahun 1591 – 1638 dan dibantu oleh
Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan
Sultan Alaudin kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan
berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 –
1653).
Selanjutnya kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa
pemerintahannya Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu
dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat
menunjang keperluan perdagangan Makassar. Ia berhasil menguasai Ruwu,
Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke
Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur perdagangan di
Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja
yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang
kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di
Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makassar. Dengan

6
kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan
VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut
terjadi di daerah Maluku.

(Raja Gowa tallo ke-35)


Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin
sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai
Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan
dengan Makassar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makassar
dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone yaitu Aru
Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar mengadakan persetujuan kepada
VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru
Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai
ibukota kerajaan Makassar. Dan secara terpaksa kerajaan Makassar harus
mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667
yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makassar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makassar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makassar.
c. Makassar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makassar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

7
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar
terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan
Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan
melawan Belanda.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makassar, Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat
menguasai sepenuhnya kerajaan Makassar, dan Makassar mengalami
kehancurannya.

F. Keruntuhan Kerajaan
Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang
Hasanuddin karena wilayahnya dikuasai Gowa Tallo, maka dengan cepat
Belanda menyambutnya.
Belanda menyerang dari laut, sedangkan Aru Palaka menyerang dari
darat. Dengan tekanan yang demikian berat akhirnya Belanda mempu
memaksa Gowa Tallo menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).

G. Peninggalan Sejarah
1. Museum Balla Lompoa

(Istana Tamalate Balla Lompoa)


Museum Balla Lompoa adalah sebuah museum yang terletak di
tengah-tengah Kelurahan Sungguminasa. Museum ini didirikan pada
tanggal 11 Desember 1973. Balla Lompoa dapat diartikan rumah besar

8
atau istana bagi raja-raja dari Kerajaan Gowa.[1] Museum ini dibangun di
areal seluas 7663 m2 tahun 1936 di masa Raja Gowa ke-XXV. Luas
bangunan kayu 1144 m2. Bangunan ini terbuat dari bahan kayu jati
bercorak arsitektur tradisional. Ada juga terdapat teknik modern di
beberapa bagian tertentu, misalnya di persambungan kayu menggunakan
baut, bahkan bagian dapurnya menggunakan bahan batu bata.
2. Masjid Katangka

(Masjid Katangka tahun 1924)


Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya
telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut
dilakukan oleh Sultan Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur
Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa
(1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan
mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.
Mirip dengan pernyataan Prof. DR. M. Ahmad Sewang, pakar
Sejarah UIN Alauddin Makassar, bahwa memang pada masa kerajaan-
kerajaan dulu telah masuk Islam, ada semacam pengakuan atau legitimasi
yang harus datang dari Turki Utsmani sebagai spiritual power (Dunia
Islam masa itu) kepada raja terpilih. Beliau mencontohkan legitimasi
Sultan Buton oleh Turki Utsmani sekalipun beliau mengatakan tidak
sejauh itu pernah membahas masalah ini. Hanya saja, Bapak Prof. Sewang
menambahkan, bahwa Turki Utsmani adalah Khalifah.

9
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang
sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara).
Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik
yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari
Indonesia bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan
Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara.
3. Komplek Makam Raja Gowa Tallo

(komplek pemakam Raja-raja Gowa tallo)


Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang
dipakai sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di
RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang.
Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut
timur laut dalam wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian
(excavation) yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan
Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bah wa komplek makam
ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi
bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan
makam.
Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan di
dalam bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan
pelindung: Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir. Bangunan kubah
yang berasal dari kuran waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata.

10
Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat.
Perekat digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah
pada kompleks ini kurang lebih serupa dengan bangunan jirat dan kubah
dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan Katangka. Pada
kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan bercorak Islam terbesar
di Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa Tallo berdiri sekitar abad ke-16.
Kerajaan Gowa Tallo dikenal juga dengan Kerajaan Makassar.
Kerajaan Gowa-Tallo adalah kerajaan gabungan dari Kerajaan
Gowa serta Kerajaan Tallo yang dimiliki oleh dua bersaudara. Pada
pemerintahan Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Khallona, kedua
kerajaan ini dipersatukan.
Gowa dan Tallo bersatu atas dasar kesepakatan, sehingga
rakyatnya tidak memihak siapapun namun memiliki dua raja yang masing-
masing punya wilayah kekuasaan.
Baca artikel CNN Indonesia "Sejarah Kerajaan Gowa Tallo dan
Jejak Peninggalannya" selengkapnya di sini:

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.helpshared.com/2016/04/makalah-sejarah-kerajaan-makassar-
gowa-tallo.html
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210602104709-31-649361/
sejarah-kerajaan-gowa-tallo-dan-jejak-peninggalannya.

13

Anda mungkin juga menyukai