Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

KERAJAAN GOWA TALLO

Guru Pengajar : Eko Mardi Susilo, S.Pd.

Oleh :

Nama : Alfia Nur Aini


Kelas : XI IPS 1

SMA NEGERI 3 TUBAN


JL.Manunggal No. 14, Wire, Gedongombo, Kec
.Semanding.
Kabupaten Tuban ,jawa Timur 62391
Fax : 0356321997
Email : sma3tuban@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah yang membahas tentang
Kerajaan Kediri ini. Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menjadi sumber referensi siswa maupun guru sehingga pembaca
memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas mengenai sejarah Kerajaan Kediri.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan yang telah penyusun
lalui. Hal itu tentu mempengaruhi isi daripada makalah yang telah disusun ini.
Berkenan dengan hal tersebut, kesalahan dalam makalah pastilah ada. Oleh
karena itu, kami berharap agar pembaca dapat memberi kritik dan saran demi
tercapainya kesempurnaan makalah yang ini.

TUBAN. 1 OKTOBER 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar belakang 4
1.2 Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri 5
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri 6
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri 7
2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah 10
2.5 Raja-Raja Kerajaan Kediri Selanjutnya .............................................13
2.6 Sumber Sejarah Kerajaan Kediri 14
2.7 Runtuhnya Kerajaan Kediri 15
2.8 Prasasti, Candi dan Kitab peninggalan Kerajaan kediri .....................16
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan gambaran dari Tome Pires bahwa jaringan perdagangan


Sulawesi Selatan telah berkembang setidaknya pada Abad ke XVI, dimana
salah satu komoditi yang diperdagangkan menurut Pires ialah Beras.
Keterlibatan para pedagang-pedagang Sulawesi Selatan dalam dunia
pelayaran niaga dimungkinkan oleh keadaan Pesisir Sulawesi Selatan di Abad
ke XVI, paruh awal abad ke XVII di pesisir Sulawesi Selatan telah terbentuk
kota-kota pelabuhan/bandar niaga seperti; Siang (Pangkajene), Bacukiki,
Suppa, Nepo (Ballanipa), Tallo, dan Somba Opu. Bandar niaga inilah yang
dimanfaatkan penduduk dan penguasa setempat untuk memasarkan komoditi
andalannya dimana salah satunya adalah beras.

Keterlibatan penduduk di kota-kota pelabuhan tersebut kiranya


mengingatkan pada pernyataan Alfred Thyan Mahan, yang menyatakan
bahwa apabila keadaan pantai suatu negara memungkinkan penduduknya
turun kelaut, mereka akan lebih bergairah untuk mencari hubungan keluar
melalui laut. Dorongan untuk menjalin hubungan dengan wilayah luar
berkaitan dengan kecenderungan penduduknya untuk berdagang yang pada
gilirannya akan melibatkan kebutuhan untuk memproduksi barang dagangan.
Pernyataan ini menempatkan keadaan geografi sebagai faktor keterlibatan
penduduk dalam dunia kemaritiman, khususnya dalam kaitannya dengan
dunia perdagangan, itulah sebabnya tercatat dalam berbagai catatan para
pedagang asing dalam jumlah besar telah mengunjungi pelabuhan-pelabuhan
di daerah ini.
Kehadiran pedagang luar ke pelabuhan di wilayah Sulawesi Selatan
ini berpengaruh terhadap kebijaksanaan pemerintah setempat. Kerajaan yang
memiliki ambisi yang besar untuk dapat mengawasi kegiatan perniagaan di
kawasan itu adalah kerajaan Gowa-Tallo atau lazim disebut Kerajaan
Makassar. Itulah sebabnya setelah dua kerajaan itu membentuk satu kesatuan
di tahun 1528, dicanangkan usaha penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan
pesisir dan kerajaan agraris yang potensial di kawasan itu. Kebijaksanaan itu
berakibat kota pelabuhan-pelabuhan kerajaan taklukkan menjadi sirna. Pada
pihak lain kota-kota pelabuhan kerajaan Makassar berkembang sebagai pusat
perniagaan di kawasan itu.
Jika sebelumnya, antara kota pelabuhan Tallo dan kota pelabuhan
Gowa (Somba Opu) terpisah, namun kemudian berkat penghadiran penduduk
kota pelabuhan kerajaan taklukan maka daerah antara dua pelabuhan itu
mulai berkembang menjadi daerah kegiatan perniagaan; keseluruhan wilayah
itu yang kemudian dikenal dengan pelabuhan Makassar. Pemusatan kegiatan
perniagaan penduduk yang bergiat dalam dunia niaga/perdagangan dikawasan
itu yang akhirnya berhasil menempatkan kota pelabuhan itu sebagai pusat
perniagaan dan pelabuhan transito terbesar di kepulauan Nusantara.
Pelabuhan Makassar sendiri baru memperlihatkan gejala pertumbuhan
dengan pesat pada pertengahan abad XVI, kemudian meningkat lagi
perkembangannya di awal abad ke-XVII. Pertumbuhan itu sangat dipengaruhi
oleh dorongan pertumbuhan internal maupun pengaruh situasi perkembangan
niaga dari luar. Pertumbuhan internal bersumber dari adanya “ambisi”
penguasa kerajaan Gowa-Tallo untuk mengembangkan bandar niaganya
sebagai satu-satunya pelabuhan dagang dan pusat perdagangan di wilayah
tersebut.

B. Tujuan Penulisan
Dipilihnya kajian ini, karena dapat dikatakan bahwa rentang waktu
abad XVII yang oleh Anthony Reid disebut sebagai The age of Commerce
merupakan periode yang dinamis, yang memperlihatkan besarnya pengaruh
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan internal adalah terjadinya
perkembangan Kerajaan Gowa setelah bersatu dengan Kerajaan GowaTallo
dan adanya konflik perebutan hegemoni antara Kerajaan Gowa dengan
kerajaan Bone. Sedangkan pengaruh eksternalnya adalah konstalasi pertikaian
dan perebutan hegemoni antara kekuatan perdagangan Belanda, serta
terjadinya pergeseran jalur pelayaran dan jaringan perdagangan dari Jawa
timur ke Makassar. Kondisi ini berpengaruh pada penetapan dan
pengembangan jaringan perdagangan. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami hubungan antara kota pelabuhan dengan perkembangan
kebudayaan sebagai akibat interaksi antar bangsa yang menyertai hubungan
kegiatan perdagangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Berdirinya Gowa Tallo

Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang di kenal


dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
pusat kerajaan Gowa Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,Agangjene, Saumata,
Bissci, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan,
komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa,
tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului
datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan
saudaranya.

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar
dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan
pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah
Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini
memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu
melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu
wangsa Suku bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah
perang antar suku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis,
demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang
Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-
17.
B. Letak Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Gowa serta Tallo lebih diketahui dengan istilah Kerajaan


Makassar. Kerajaan ini terletak di wilayah Sulawesi Selatan. Makassar
sesungguhnya merupakan ibukota Gowa yang dahulu diucap selaku
Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang
penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan
daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pendagang, baik yang
berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pendagang yang berasal dari
daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan nusantara.

Anda mungkin juga menyukai