Disusun Oleh :
KELOMPOK 11
Marisa 1930206079
Dosen Pengampu :
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’Alamin, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta Alam. Atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “sejarah kesultanan melayu makassar dan maluku” ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Islam dan Peradaban Melayu
yang diampu oleh Ibu Dina Ariani, M.Ag.
Kami mengucapkan banyak terima kasih untuk para penulis –penulis di luar sana
yang telah menyumbangsihkan karya mereka yang saat ini dapat kami pakai sebagai
referesnsi dalam penulisan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, tetapi kami sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Karenanya, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari karya ini. Aamiin Ya Robbal ‘Alaamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Sejarah Kesultanan Makassar ....................................................................................... 3
B. Asal Usul Kerajaan Gowa ............................................................................................ 3
C. Keruntuhan Kesultanan Makassar ................................................................................ 7
D. Raja-Raja Kesultanan Makassar ................................................................................... 7
E. Peninggalan Kesultanan Makassar ............................................................................. 10
F. Sejarah Kesultanan Maluku........................................................................................ 10
G. Kerajaan Ternate dan Tidore ...................................................................................... 11
1. Kesultanan Ternate .............................................................................................. 11
2. Kesultanan Tidore ................................................................................................ 20
3. Kesultanan Jailolo ................................................................................................ 23
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 27
Kesimpulan ..................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yaitu kerajaan Gowa dan
Tallo yang membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu
kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar
sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai
nama ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa,
adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dan Suku Makassar yang berdiam di ujung
selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah
Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya, Kerajaan ini memiliki raja
yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin yang saat itu melakukan peperangan
yang dikenal dengan Perang Makassar (1006-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh
Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung
Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antar suku karena pihak Gowa memiliki
sekutu dari kalangan Bugis, demikian pula pihak Belanda-Bone memuliki sekutu
orang Makassar Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah
dilakukannya di abad ke 17.
Berbagai sumber menyebutkan, raja pertama dari kerajaan itu adalah bersaudara,
yaitu Sahajati di kerajaan Tidore, Masyhur Malamo di kerajaan Ternate, Kaicil Buka
di kerajaan Bacan, dan Darajati di kerajaan Jailolo. Keempat kerajaan itu merupakan
putra dari Ja'far Shadiq, yang ditengarai putra Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali
bin Abi Thalib. Hal itulah yang menjadi awal sejarah kesultanan Islam di Maluku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan dari makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana sejarah Kesultanan Makassar?
2. Kapan masa kejayaan Kesultanan Makassar?
3. Kapan masa kemunduran Kesultanan Makassar?
4. Bagaimana sejarah Kesultanan Melayu di Maluku?
5. Bagaimana sejarah Kesultanan Ternate?
6. Bagaimana sejarah Kesultanan Tidore?
7. Bagaimana Sejarah Kesultanan Jailolo?
C. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Kesultanan Makassar
2. Mengetahui Masa Kejayaan Kesultanan Makassar
3. Mengetahui Masa Kemunduran Kesultanan Makassar
4. Mengetahui Sejarah Kesultanan Melayu di Maluku
5. Mengetahui Sejarah Kesultanan Ternate
6. Mengetahui Sejarah Kesultanan Tidore
7. Mengetahui Sejarah Kesultanan Jailolo
BAB II
PEMBAHASAN
• Majid Katangka
Tanda-tanda awal kehadiran Islam ke daerah Maluku dapat diketahui dari sumber-
sumber berupa naskah-naskah kuno dalam bentuk hikayat seperti Hikayat Hitu,
Hikayat Baca dan hikayat-hikayat setempat lainnya. Sudah tentu sumber berita asing
seperti Cina, Portugis, dan lainnya amat menunjang cerita sejarah daerah Maluku itu.
Maluku terkenal dengan semerbak bunga cengkehnya, banyak orang asing tertarik
datang kesana untuk berdagang. Bahkan orang-orang Eropa berdatangan ingin
menguasai wilayah tersebut. Selain itu, Maluku juga dikenai dengan julukan Negeri
Seribu Pulau dan Jazirah al-Mulk (wilayah raja-raja).
Akses ke Maluku sangat mudah djangkau, karena Maluku merupakan salah satu
pusat lalu lintas pelayaran Internasional di Nusantara, selain Malaka dan Jawa. Pada
awalnya yang disebut dengan Maluku meliputi Ternate, Tidore, Makian, dan Moti
Secara keseluruhan, keempat wilayah itu disebut dengan “Moloku Kie Raha”, yang
artinya “Persatuan Empat Kolano (Kerajaan)".
Pada abad ke-13 M, di Maluku sudah muncul beberapa kolano (kerajaan) yang
memainkan penting dalam bidang perdagangan, yaitu Ternate, Tidore, Makian dan
Moti Pada perjalanan selanjutnya, sesudah terjadi perjanjian Moti pada abad ke-14
M, Kolano Makian pidah ke Bacan,danKolano Moti pindah ke Jailolo.
Sejak itulah, empat kolano di Maluku berubah nama menjadi Ternate, Tidore,
Bacan, dan Jailolo dan dari keempat itu, Kolono Ternate dan Tidorelah yang
mendapat perhatian dalam liputan sejarah Islam di Maluku. Berbagai sumber
menyebutkan, raja pertama dari kerajaan itu adalah bersaudara, yaitu Sahajati di
kerajaan Tidore, Masyhur Malamo di kerejaan Ternate, Kaicil Bukadi kerajaan
Bacan, dan Darajati di kerajaan Jailolo. Keempat kerajaan itu merupakan putra dari
Ja'far Shadiq, yang ditengarai putra Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin
AbiThalib. Hal itulah yang menjadi awal sejarah kesultanan Islam di Maluku.
Maluku terdapat dua kerajaan yang berpengaruh, yakni ternate dan tidore.
Kerajaan Ternate terdiri dari persekutuan lima daerah, yakni Ternate, Obi, Bacan,
Seram, Ambon, (disebut Uli lima) sebagai pimpinannya adalah Ternate. Adapun
tidore terdiri dari Makyan, Jailolo, dan daerah antara Halmahera-Irian.
Pada abad ke- 14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri 4 kerajaan yaitu
Jailolo, Ternate, Tidore dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh
seorang kolano. Keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu
Jafar Sadik, seorang bangsa Arab Keturunan Nabi Muhammad SAW.
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Mahrum (1465-1495 M). Raja
berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya. Zainal
Abidin giat menyebarkan agama islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan
sampai ke Filiphina selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M.
Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan
Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan
Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama islam juga tersebar sangat luas.
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk islam, Ternate memiliki peran yang
besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat islam di wilayah
timur nusantara dan bagian selatan Filiphina. Bentuk organisasi kesultanan serta
penerapan syariat islam yang diperkenalkan pertama kali oleh Sultan Zainal
Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa
perubahan yang berarti.
Salah satu warisan Islam di kerajaan Ternate ini adalah masjid Sultan Ternate
berbeda dengan masjid pada umumnya, Masjid Sultan Tenate yang disebut juga
Sigi Lamo. Masjid ini terkenal unik karena aturan-aturan adat yang tegas (Media
Indonesia-Masjid Sultan Ternate Memiliki Aturan yang Tegas, diakses 10
Februari 2016).
a. Kesultanan Ternate
1.) Sejarah Berdirinya Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah
salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan
salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Kerajaan Ternate juga
dikenal luas dengan nama Kesultanan Ternate. Sebutan ini disematkan
dalam nama Ternate sebagai penanda bahwa kerajaan ini bercorak Islam.
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan
Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad
ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan
di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan
militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup
wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan
kepulauan Filpina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik. Saat ini
tahta kesultanan dijabat oleh Sultan Syarifuddin Bin Iskandar
Muhammad Djabir Sjah yang menjabat sejak tahun 2016 menggantikan
Sultan Mudaffar Syah II.
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk
Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di
Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang
momole (kepalamarga). Merekalah yang pertama-tama mengadakan
hubungan dengan para pedagang yang dating dari segala penjuru
mencari rempah-rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan
bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena
aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang
sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna
pemimpin Tobona di adakan musyawarah untuk membentuk suatu
organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal
sebagai raja.
Tahun 1257 Momole Ciko permimpin Sampalu terpilih dan diangkat
sebagai kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo
(1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat dikampung Ternate, yang dalam
perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga oleh
penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampong besar
(belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin
besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka
mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Dibawah
pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang
dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil
menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar dibagian timur
Indonesia khususnya Maluku.
Sultan Khairun ini adalah salat satu dari empat Sultan Ternate yang
berhasil membawa kebesaran Ternate, tetapi kemudian ia dikhianati
oleh orang Portugis yaitu Lopez de Mesquita, yang mana pada sebuah
kesempatan Sultan diundang untuk menghadiri penjamuan besar,
kesempatan ini dimanfaatkan Portugis untuk membunuh Sultan, ketika
Sultan hendak masuk gerbang, 1a ditikam oleh Antorio Pimental atas
pernitah Lopes, dan jenazahnya dicincang oleh orang Portugis dan
dilemparkan ke Laut. Setelah itu, Putranya Sultan Babullah
menggantikannya sebagai penerus Sultan Ternate, pada masa
pemerintahannya Sultan Babullah tak hanya berhasil mengusir Portugis
dan Ternate, tetapi juga berhasil membawa kesultanan Ternate pada
masa keemasaanya, wilayah kekuasaannya pada waktu itu sampai
Kepulauan Sulu, Fulipin.
Dalam sejarah Nusantara, penguasa dari Kesultanan Ternate pada
abad ke-16, seperti Sultan Khairun dan Sultan Babullah dapat
disejajarkan dengan para penguasa besar daerah lain di Nusantara
seperti Sultan Trenggono di Kesultanan Demak, Fatahillah di
Kesultanan Banten, Sultan Alauddin di Aceh, dan Sultan Abdul Jalil di
Johor Kesultanan Ternate (1570-1610 M)juga menjadi salah satu
kerajaan islam terbesar di Kepulauan Nusantara. Pada waktu itu guru
agama banyak yang didatangkan dari Makkah, dan telah menjalin erat
dengan kerajaan Islam lain terutama dengan Demak, Banten, dan
Melayu.
b. Kesultanan Tidore
1.) Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah
raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama adalah Muhammad
Naqil yang naik tahta pada tahun 1081. Baru pada akhir abad ke-14,
agama Islam djadikan agama resmi Kerjaan Tidore oleh Raja Tidore ke-
11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat dakwah
Syekh Mansur dari Arab.
Informasi mengenai awal berdiri pusat kerajaan Tidore belum dapat
di pastikan hingga raja yang ke-4. Barulah pada era Jou Kolano
Balibunga, informasi mengenai pusat kerajaan Tidore sedikit terkuak,itu
pun masih dalam perdebatan. Tempat tersebut adalah Balibunga, namun
para pemerhati sejarah berbeda pendapat dalam menentukan di mana
lokasi Balibunga. Ada yang mengatakannya di utara Tidore, dan ada
pula yang menyebutnya di daerah pedalaman Tidore selatan, Dengan
demikian sejarah Tidore hanya berasal dari legenda. Data sejarah yang
berupa tulisan para pendatang Eropa baru berlangsung sejak awal abad
ke-16.
Pada tahun1495, syariat Islam mulai diterapkan dalam sistem
pemerintahan kerajaan. Gelar raja berubah menjadi sultan. Caliati naik
tahta dan menjadi penguasa Tidore pertama yang memakar gelar sultan
dengan nama Sultan Jamaluddin (1495-1512).Ia diislamkan oleh seorang
Arab, Syeikh Mansur, yang memberi nama Jamaluddin tersebut. Pada
waktu itu, pusat kerajaan berada di Gam Tina. Ketika Sultan Almansyur,
pengganti Jamaluddin, naik tahta pada 1512, ia memindahkan pusat
kerajaan dengan mendirikan perkampungan baru di Rum, Tidore Utara.
Pososi ibukota baru itu berdekatan dengan Ternate, diapit Tanjung
Mafugogo dan Pulau Maitara. Dengan keadaan laut yang indah dan
tenang, lokasi ibu kota baru yang cepat berkembang dan menjadi
pelabuhan yang ramai. Dalam sejarahnya, terjadi beberapa kali
perpindahan ibu kota Tidore dengan berbagai alasan.
PENUTUP
Kesimpulan
Sejarah Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yaitu kerajaan Gowa dan
Tallo. Kemudian, kerajaan bersatu di bawah kepemimpinan raja Gowa yaitu Daeng
Manrabba. Setelah menganut agama Islam, Ia bergelar Sultan Alauddin. Raja Tallo, yaitu
Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah, menjadi mangku bumi.
Bersatunya kedua kerajaan tersebut bersamaan dengan agama Islam ke Sulawesi Selatan.
Pusat pemerintahan dari Kerajaan Makassar terletak di Sombaopu. Letak kerajaan Makassar
sangat strategis karena berada di jalur lalu lintas pelayaran antara Malak dan Maluku.
Letaknya yang sangat strategis itu menarik minat para pedagang untuk singgah di pelabuhan
Sombaopu. Dalam waktu singkat, Makassar berkembang menjadi salah satu Bandar penting
di wilayah timur Indonesia.
Kerajaan Gapi atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara.
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Marhum pada 1257 ini juga merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Indonesia. Kerajaan Ternate berkembang paling masif dibanding
kerajaan di Maluku lainnya lantaran sumber rempah-rempah yang begitu besar dan militer
yang kuat.
Saat itu, banyak saudagar yang datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan Ternate,
di samping menyiarkan agama Islam. Setelah Sultan Mahrum wafat, diteruskan oleh Sultan
Harun dan kemudian digantikan oleh putranya, Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan
Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya. Usai Sultan Baabulah
meninggal pada 1583, tampuk kekuasaan dialihkan pada putranya, Sahid Barkat.
Sejarah peradaban Kerajaan Ternate yakni Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan
Ternate, Makam Sultan Baabullah, dan Benteng Tolukko.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/books/edition/Islamisasi_Kerajaan_Gowa/HOcUtQAtl00C?hl=
id&gbpv=1&dq=kesultanan+makassar&printsec=frontcover
Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara : Masa Seratus Tahun XVI dan XVII,
(Yogyakarta: Kurnia Semesta)
https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/stori/read/2021/05/08/200303079/raja-
raja-kerajaan-ternate
https://www.academia.edu/37514730/Buku_Islam_dan_Kebudayaan_Melayu_Nusantar
a
https://www.coinone.co.id/kerajaan-tidore/#more-19