Anda di halaman 1dari 8

Mursyid am IM Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada

Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya). (Al-Ahzab:23) 1. Hassan al-Banna (1928 - 1949) Siapakah Hasan Al-Banna? Beliau adalah Hassan Ahmad Abdul Rahman al-Banna, lahir di kota Al-Mahmudiya, di bagian Delta Nil Provinsi Buhaira, Mesir, pada hari Ahad, tanggal 14 Oktober tahun 1906. Beliau termasuk dalam keluarga pedesaan yang sederhana dari kebanyakan bangsa Mesir lainnya sebagai petani di sebuah desa Delta yang disebut dengan desa Syamsyirah. Kakeknya bernama Abdul Rahman, beliau adalah seorang petani dari keluarga sederhana, namun orang tua Hasan Al-Banna, Syeikh Ahmad tumbuh sebagai anak bungsu- jauh dari aktivitas bertani; karena keinginan dari ibunya, sehingga beliau ikut dalam belajar dan menghafal Al-Quran dan mempelajari hukum-hukum tajwid Al-Quran, dan kemudian belajar hukum syariah di Masjid Ibrahim Pasha di Alexandria, dan disaat menempuh pendidikan, beliau ikut bekerja di sebuah toko terbesar bagian reparasi jam di Alexandria, sehingga setelah itu beliau memiliki keahlian dalam memperbaiki jam dan berdagang. Selain itu, Orang tua Al-Banna juga memiliki keahlian dan menjadi bagian dari ulama hadits karena beliau pandai di bidang tersebut, sebagaimana beliau banyak melakukan aktivitas dalam mempelajari dan mengajar sunnah nabawiyah terutama kitab yang terkenal al-fathu Robbani fi tartiibi musnad imam Ahmad bin Hambal As-Syaibani, dan dalam kehidupan seperti itulah tumbuh Hassan al-Banna mencetak banyak karakter darinya. Awal Perjalanan Hassan al-Banna memulai pendidikannya di sekolah tahfizhul Quran di Al-Mahmudiyah, dan mampu mentransfer ilmu dari banyak penulis sehingaa orang tuanya mengirim beliau kepada para penulis di dekat kota Al-Mahmudiyah. Namun waktu yang beliau tempuh di tempat para penulis sangat padat sehingga tidak mampu menyempurnakan hafalan Al-Quran; oleh karena terikat dengan peraturan para penulis, dan pada akhirnya beliau tidak mampu meneruskannya, lalu melanjutkan pendidikannya di sekolah tingkat SMP, meskipun ada pertentangan dari ayahnya, karena beliau sangat antusias terhadap dirinya untuk bisa menjadi penghafal Al-Quran, dan tidak setuju anaknya masuk sekolah SMP kecuali setelah bisa mengkhatamkan Al-Quran di rumahnya. Setelah menyelesaikan sekolah SMP beliau masuk ke sekolah Al-Muallimin Al-Awwaliyah di Damanhour, dan pada tahun 1923 masuk kuliah di Fakultas Dar El-Ulum di Kairo dan lulus pada tahun 1927, dan selain itu, beliau juga mampu meraih lebih ilmulainnya dari ilmu-ilmu yang diterima pada saat kuliah, terutama pada kurikulum pendidikan yang diberikan saat itu; seperti pelajaran ilmu al-hayah, sistem pemerintahan, ekonomi politik, sebagaimana beliau menerima pelajaran tentang bahasa, sastra, hukum, geografi dan sejarah, sehingga dengan itu semua, membuat beliau matang dalam berbagai ilmu pengetahuan. Beliau memiliki perpustakaan yang besar dan luas di rumahnya, di dalamnya terdapat ribuan buku, yang berisi tentang buku-buku yang terkait dengan tema yang tersebut di atas, dan ditambah dengan adanya empat belas jenis majalah dari majalah mingguan yang diterbitkan di Mesir seperti majalah al-muqtatof, majalah al-fath, majalah Al-Manar dan lain-lainnya, dan hingga saat ini perpustakaan beliau masih ada di bawah pengawasan anaknya ustadz Saif al-Islam. Al-Banna menjalankan hidupnya selama 19 tahun sebagai guru sekolah dasar di Ismailia, setelah itu beliau bekerja di surat kabar harian Ikhwanul Muslimin, dan kemudian beliau menerbitkan majalah bulanan sendiri yang bernama As-Syihab yang di mulai pada tahun 1947; hal tersebut dilakukan agar dirinya dapat mandiri dan sebagai sumber mata pencaharian, namun akhirnya majalah tersebut dibredel oleh karena dibubarkannya jamaah ikhwanul muslimin pada tanggal 8 Desember 1948. Buku-buku karangan imam Hasan Al-Banna Tidak ada yang dimiliki oleh Hassan al-Banna dari literatur buku atau karangan-karangannya kecuali berupa risalah, baik kumpulan dan cetakan dengan judul buku Majmuah Rasail imam Hasan Al-Banna sebagai referensi utama dalam memahami pemikiran dan manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga memiliki buku mudzakarah yang dicetak beberapa kali dengan judul Mudzakirah dawah wa daiyah, selain itu beliau juga memiliki majalah dan riset-riset kecil dalam jumlah yang besar, seluruhnya tersebar dalam koran-koran dan majalah Ikhwanul Muslimin yang dimuat pada tahun tiga puluh dan empat puluhan tahun yang lalu.

2.

Hassan al-Hudhaibi (1949 - 1972) Sejarah singkat Hassan Al-Hudaibi

Hasan Al-Hudaibi lahir di desa Arab Al-Shawalihah, distrik Syibin Al-Qanatir, tahun 1309 yang bertepatan pada bulan Desember 1891 M. menghafal Quran di desanya sejak kecil, kemudian masuk sekolah formal di Al-Azhar yang semangat keagamaannya tinggi. Kemudian setelah itu pindah ke sekolah negeri dan mendapatkan ijazah SD pada tahun 1907, lalu masuk sekolah Aliyah Al-Khadiwiyah (setingkat SMA) dan mendapat gelar BA pada tahun 1911, kemudian meneruskan kuliah di bagian hukum, dan lulus darinya pada tahun 1915. Setelah itu menjalankan masa percobaan menjadi pengacara di Kairo dan secara bertahap menjadi pengacara yang sesungguhnya. Setelah menjadi pengacara, beliau bekerja sesuai profesinya di distrik Syibin Al-Qanatir, lalu untuk pertama kali dalam hidupnya dan tanpa diketahui oleh seorang pun, beliau pergi ke daerah Sohaj dan tinggal di sana hingga tahun 1924, dan di sana beliau menjadi jaksa. kemudian pindah ke daerah Qana, lalu pindah ke daerah Naja Hamady tahun 1925, lalu pindah lagi ke daerah El-Manshurah tahun 1930, dan tinggal di daerah Al-Mania selama satu tahun, kemudian pindah ke daerah Asyuth, lalu ke Zaqaziq, lalu ke Giza pada tahun 1933, dan pada akhirnya menetap di Kairo. Tahapan beliau menjabat sebagai jaksa diawali dengan menjabat sebagai direktur administrasi kepaniteraan, lalu menjadi ketua badan pemeriksa kejaksaan, lalu sebagai konsultan di mahkamah konstitusi. Kemudian mengundurkan diri sebagai jaksa setelah terpilih menjadi mursyid Ikhwanul Muslimin pada tahun 1951. Pertama kali beliau menjabat, dirinya dan para ikhwan lainnya ditangkap tanggal 13 Januari 1953, namun pada bulan maret pada tahun sama beliau dibebaskan kembali, setelah dijenguk oleh para senior dan jenderal revolusi sambil meminta maaf kepadanya. Kemudian ditangkap lagi untuk yang kedua kalinya pada akhir tahun 1954 dan divonis hukuman mati, namun akhirnya diberikan keringanan dengan hukuman seumur hidup. Kemudian hukuman dipindah dari penjara menjadi tahanan rumah, akibat menderita sakit dan usia lanjut. Kemudian pada tahun 1961 hukuman tahanan rumah dihapus atasnya. Dan beliau kembali ditangkap pada tanggal 23 Agustus 1965 di Alexandria dan dijatuhi hukuman dengan wajib lapor, kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 3 tahun, walaupun pada saat itu umur beliau telah mencapai 70 an tahun, dan kemudian diberikan izin keluar untuk ke rumah sakit selama 15 hari, kemudian dipindah ke rumahnya, lalu dikembalikan ke penjara untuk melengkapi masa tahanannya. Dan masa tahanannya menjadi panjang melewati batas yang dijatuhkan- hingga tanggal 15 Oktober tahun 1971. Dan beliau wafat pada hari kamis, jam 07 pagi waktu setempat, pada tanggal 14 Syawal 1939 bertepatan dengan tanggal 11 November 1973. Awal Hasan Al-Hudaibi mengenal Ikhwanul Muslimin Adapun awal begitu tertariknya beliau dengan dakwah Ikhwanul Muslimin adalah saat mendengar ceramah ustadz Hasan Al-Banna tentang masalah membersihkan jiwa, menumbuhkan perasaan, menggelorakan ruh. Ketika beliau mendengarkan uraiannya ada perasaan aliran darah yang deras dan kencang merasuk ke dalam jiwanya, bergelora ruhnya, akalnya, hatinya dan perasaannya, sehingga tidak membutuhkan waktu lama dan usaha yang keras, segera terdorong jiwanya untuk bergabung dengan dakwah yang penuh berkah ini, dakwah yang membawa kebenaran, dan siap bekerja untuknya, terikat dengannya serta komitmen untuk berjihad di jalannya. Pada saat itu Imam Hasan memandang telah terjadi kehancuran di tengah umat Islam sehingga perlu adanya kerja keras untuk menolong dan menyelamatkannya. Setelah mendengar uraian imam Hasan Al-Banna, beliau langsung menghadap, dan setelah berbicara singkat, beliau melakukan janji, ikatan dan baiat. Menjadi Mursyid am Pada tanggal 12 Pebruari tahun 1949 para pesuruh kerajaan Mesir Raja Farouk berhasil membunuh Hasan Al-Banna sehingga membuat kosong kursi Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, dan pada saat itulah, para pendiri Ikhwan berusaha mencari menggantinya, dan akhirnya mereka menetapkan Hasan Al-Hudaibi menjadi Mursyid Am Ikhwanul Muslimin. Pada 6 bulan pertama Hasan AlHudaibi menjabat sebagai mursyid secara tersembunyi dan diam-diam, tanpa tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai jaksa selama masa tersebut. Dan ketika pemerintahan An-Nuhas Pasya memberikan izin kepada lembaga pendiri Ikhwanul Muslimin untuk melakukan pertemuan, para anggota tersebut mempersilakan kepada Hasan Al-Hudaibi untuk memimpin pertemuan dan menjabat sebagai mursyid am Ikhwanul muslimin, namun saat itu beliau menolak permintaan mereka, karena beliau menganggap saat pemilihan atas dirinya menjadi Mursyid oleh anggota lembaga pendiri hanya pada marhalah sirriyah dan tidak mewakili pendapat anggota Ikhwan lainnya, dan beliau meminta untuk memilih Ikhwan lain menjabat sebagai mursyid, namun para Ikhwan lainnya menolak permintaan tersebut dan meminta beliau untuk melanjutkan jabatannya sebagai mursyid Ikhwanul muslimin, akhirnya beliau menerima permintaan utusan para Ikhwan dan setelah itu beliau mulai mengurus pengunduran diri dari pekerjaannya untuk fokus pada jabatan barunya yaitu mursyid Am Ikhwanul muslimin. Pada tanggal 17 Oktober 1951 Hasan AlHudaibi resmi menjadi mursyid am jamaah Ikhwanul muslimin. Setelah itu beliau melakukan jaulah ke berbagai tempat dan daerah yang terdapat di dalamnya anggota Ikhwanul Muslimin untuk menegaskan bahwa mereka mendukung keputusan tersebut.

Buku-buku karangan beliau 1. 2. Duat la qudhat Inna hadzal Quran 3. Al-islam wa ad-daiyah, kumpulan tulisan yang disusun oleh Asad Sayyid Ahmad

3.

Umar at-Tilmisani (1972 - 1986) Riwayat Hidup: Pada tanggal 4 bulan November tahun 1904, lahir di Jalan al-Husy depan Balghoriyah, desa ad-darb al-ahmar Kairo, seorang bayi yang bernama lengkap, Umar Abdul Fattah Abdul Qadir Mustafa AtTilmisany dan julukan At-Tilmisani bukan berasal dari Mesir asli, karena kakek dari bapaknya berasal dari daerah Tilmisani Al-Jazair, datang ke kota Kairo dan bekerja sebagai pedagang, dan menjadi pembesar dari kumpulan orang-orang kaya. Umar At-Tilmisani menikah pada umur yang sanagt muda, yaitu pada usia delapan belas tahun dan masih menjadi pelajar di sekolah umum tingkat atas (SMU-red) dan beliau tidak menikah lagi setelah sampai Allah mewafatkannya pada bulan Agustus 1979, setelah Allah memberikan kepadanya empat orang anak: Abid, Abdul Fattah, dan dua orang putri.

Dan ketika beliau berhasil menerima ijazah licence sebagai Sarjana Hukum, beliau bekerja sebagai pengacara, dan membuka kantor sendiri di daerah Syibin Al-Qanatir, dan pada tahun 1933 beliau bertemu dengan Ustadz Hassan al-Banna di rumahnya, yang mana ketika itu beliau tinggal di Jalan Abdullah Bek, gang Al-Yakniyah di distrik Al-khayamiyah, dan langsung berbaiat. Dan sejak saat itu beliau resmi menjadi anggota jamaah Ikhwanul Muslimin, dan menjadi orang pertama dari seorang pengacara yang mewakili Ikhwan untuk memberikan pembelaan atas anggota Ikhwan yang ditangkap di pengadilan Mesir. Awal mula bergabung dengan Ikhwanul Muslimin Awal mula bergabungnya Umar At-Tilimsani dengan jamaah Ikhwanul Muslimin adalah langsung dihadapan pendirinya yaitu Hasan Al-Banna pada tahun 1933, setelah beliau diajak oleh dua orang anggota Ikhwanul Muslimin; Izzat Muhammad Hasan dan Muhammad Abdul Aal untuk mengikuti pelajaran yang diisi oleh Imam Hasan Al-Banna. Beliau masuk penjara pada 1948 dan kemudian pada tahun 1954, dan saat dibebaskan dari penjara pada akhir bulan Juni 1971 seorang petugas militer menghampirinya dan berkata: Anda telah dibebaskan dan sekarang kumpulkan barang-barangmu untuk segera keluar dari tempat ini, dan pada saat waktu telah masuk malam; yaitu setelah waktu Isya, beliau berkata kepada petugas tersebut: bolehkah saya bermalam di sini untuk malam ini saja, lalu saya akan pergi nanti pada waktu pagi, karena saya telah lupa jalan-jalan di Kairo. Petugas tersebut berkata: Ini adalah bukan tanggung jawab saya, silakan keluar dari penjara, dan tidur di pintu masuk hingga waktu yang Anda inginkan, maka saya pun meminta taksi dan akhirnya kembali ke rumah dengan selamat. Di kota Ismailia saat terjadi pertemuan antara Sadat dan Ustadz Umar At-Tilimsani, dan al-akh Abdul Azhim Al-muthini, lalu Sadat berbicara dan menyerang Ikhwanul Muslimin, lalu meminta Umar untuk membalasnya, maka diapun mempersilakan kepadanya untuk melanjutkan. Dan ketika Sadat selesai berbicara, Umar menjawab dan berkata: Jika orang lain berkata seperti ini maka saya akan mengadukannya kepada Anda, namun karena Anda yang berkata seperti demikian, maka saya akan mengadukan Anda kepada Allah, maka Sadat pun berkata kepadanya: Tolong tarik pengaduan Anda wahai Umar, dan saat itu tubuhnya gemetaran, dan pertemuan berakhir tetapi kondisi masih tidak bersih karena Sadat masih saja melakukan pengkhianatan terhadap Ikhwanul Muslimin. Kemudian Sadat pada tahun 1981 menangkap Umar At-Tilimsani dan bersama ratusan orang dari para cendekiawan, Coptics, uskup, dan para penulis serta lain-lainnya, dan Umar At-Tilimsani meninggal pada hari Rabu, 13 Ramadan 1406 H bertepatan dengan tanggal 22 Mei 1986 pada usia 82 tahun, setelah dirawat di rumah sakit akibat penyakit menderanya dan usia tua, kemudian beliau dishalatkan di Masjid Umar Makram di Kairo, dan upacara pemakamannya diiringi oleh sejumlah orang yang begitu besar hingga mencapai lebih dari seperempat juta orang dan ada berpendapat setengah juta dari masyarakat Mesir dan para utusan yang datang dari luar Mesir. Begitu pula ikut hadir para pemuda yang berumur di bawah dan di atas dua puluh mereka datang dari kota-kota dan desa-desa di Mesir, mereka ikut berpartisipasi dalam mengikuti prosesi pemakaman ini, mereka berlari-lari kecil dengan bertelanjang kaki di

belakang mobil yang membawa jenazah, sementara air mata mereka membasahi wajah-wajah mereka, menangis atas meninggalnya sang dai pujaan nan kharismatik. Selain itu pula; pemerintah juga ikut berpartisipasi dan berbelasungkawa terhadap meninggalnya pemimpin Ikhwanul Muslimin tersebut.. dan ikut mengiringi pemakamannya, sebagaimana dihadiri pula oleh Perdana Menteri, Sheikh Al-Azhar saat itu, para anggota dari majma buhuts al-islamiyah (Akademi Penelitian Islam) dan ketua DPR/MPR, dan beberapa pimpinan dan tokoh Organisasi Kemerdekaan Palestina, dan beberapa tokoh dan ulama Mesir dan Islam serta sekelompok besar dari para diplomat; Arab dan dunia Islam. Beberapa tulisan Mursyid Am Umar At-Tilimsani:

1. Dzikroyat la mudzakirat 2. Syahid al-mihrab 3. Hassan al-Banna al-mulhim al-mauhub (Hassan alBanna dan inspirasi yang berbakat) 4. Wa badhu ma allamani al-ikhwan (beberapa sikap yang diajarkan oleh Ikhwanul Muslimin) 5. Fi riyadhi tauhid (dalam naungan tauhid) 6. Al-makhraj al-Islami min mazaq as-siyasi (Solusi Islam dari krisis politik) 7. Al-Islam wal hukumah ad-diniyah (Islam dan pemerintahan teokratis) 8. Islam wanzhratuhu as-samiyah lil marah (Pandangan Islam terhadap wanita) 9. wa qala an -naas walam aqul fi ahdi Abdun nasir (ungkapan orang-orang namun saya tidak ikut

mengatakannya pada masa pemerintahan Abdul Nasser) 10. Minsifatil abidin (beberapa karakteristik Abidin) 11.Ya hukkamal muslimin.. ala takhafunallah (Wahai para pemimpin Islam.. tidakkah kalian takut pada Allah) 12.Wala nakhafus salam walakin (kami tidak khawatir terhadap perdamaian, namun?) 13. Al-Islam wal Hayah (Islam dan kehidupan). 14. Haula risalah Nahwan nuur 15. Min fiqhil Ilam Al-Islami 16. Ayyam maas Sadat 18.Ara fiddiin wa siyasah (Beberapa pandangan tentang agama dan politik).

4.

Muhammad Hamid Abu Nasr (1986 - 1996) Riwayat hidupnya: Muhammad Hamid Abu An-Nasr, lahir pada tanggal 25 Maret 1913, di kota Manfaluth, propinsi Asyuth, Mesir. Sebuah daerah yang tumbuh di dalamnya Muhammad Hamid Abu An-Nasr, yang didirikan oleh kakeknya yang bernama Abu An-Nasr; seorang yang alim, Azahriy (ulama al-Azhar), penyair dan penulis dan merupakan salah satu pencetus kebangkitan kesusasteraan di Mesir di era Khadiwi Ismail, ikut juga berpartisipasi dalam penyusunan revolusi Arab. Muhammad Hamid Abu Nasr hidup dalam keluarga yang kuat dengan kehidupan agama, sastra, dan politik. Dan hal tersebut diterjemahkan dalam partisipasinya mendirikan asosiasi keagamaan, dan forum kesusasteraan dan berpartisipasi dalam sistem politik; sehingga beliau dipercaya menjabat sebagai Amin mali (bendahara) Asosiasi Pemuda Islam, dan Ketua Asosiasi Reformasi Sosial Masyarakat dan anggota Komite Sentral delegasi di Manfelot.

Pada tahun 1933 menerima sertifikat kompetensi, dan menjadi anggota dari Asosisasi Reformasi Sosial Masyarakat di Manfalout tahun 1932, dan anggota dari Syubbanul Muslimin tahun 1933, dan Pada 1934 1935 M melallui temannya al-marhum ustadz Mohamed Abdul Dayem mendapat kabar bahwa mursyid pertama Ikhwanul Muslimin Hassan al-Banna akan berkunjung ke Jamiyyah Syubbanul Muslimin di Asyuth, lalu beliau berbicara melalui telepon dengannya dan memintanya untuk untuk mengunjungi Manfalut untuk menyampaikan pidatonya disana. Dan setelah menyampaikan pidatonya mereka bertemu dan berdikusi bagaimana caranya mengembalikan umat Islam kepada Islam yang benar, dan saat itu beliau berkata kepada Imam Hasan Al-Banna berkata; namun hal ini bukanlah cara yang tepat untuk mengembalikan umat Islam pada masa keemasan dan kemuliaan masa lalu, beliau -Hasan Al-Banna- berkata kepadanya: jadi menurutmu bagaimana? Dan pada saat itu Muhammad Hamid Abu Nashr, berkata: Saya pada waktu itu sangat berjiwa muda, dan senjata tidak pernah lepas dari saya seperti dalam menyambut pengunjung yang mulia yang saya cintai sebelum saya melihatnya. Saya berkata kepadanya: jadi satu-satunya cara untuk kembali kepada kemuliaan umat seperti masa lalu adalah ini saya menunjukkan kepadanya senjata. Lalu beliau beliau turun dari tempat tidurnya seakan mendapatkan jawabannya, dan mendapatkan apa yang diinginkan, dan beliau berkata kepada saya: kemudian apa lagi? bicaralah lalu saya mendapatkan ucapan sebagai jawaban darinya dengan jelas, sambil mengeluarkan mushaf dari kopernya. Beliau berkata: apakah kamu mau berjanji dengan dua ini; mushaf dan senjata? Saya berkata: ya, dengan penuh kekuatan dan perasaan dan saya tidak mensifatinya, kecuali karena karunia Allah yang berlimpah, dan kebahagiaan yang abadi yang di inginkan Allah melalui ilmu-Nya. Dan setelah selesai berbaiat dengan bentuk seperti tadi. Secara santai imam Hasan Al-Banna berkata: selamat, semoga Allah memberkahi, inilah awal kemenanganmu.

Jamaah Ikhwanul Muslimin pada masa kepemimpinannya Jamaah Ikhwanul Muslimin di bawah kepemimpinan ustadz Muhammad Hamid berhadapan dengan banyak peristiwa terutama dalam kancah politik, secara kongkret pada masa beliau tokoh-tokoh yang muncul dalam pemilihan persatuan profesi, club-club pendidikan pada universitas dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Jamaah Ikhwanul Muslimin pada masa kepemimpinannya ikut turun dalam pemilu anggota dewan tahun 1987 dan berkoalisi dengan partai al-amal dan al-ahrar, sehingga berhasil memasukkan 36 orang anggota Ikhwan menjadi anggota parlemen. Dan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Ikhwanul Muslimin masuk ke DPR dan menjadi pemimpin oposisi dalam bentuk yang kongkret, sebagaimana saat itu jamaah ikut dalam melakukan perbaikan majelis syura pada tahun 1989, dan mengikuti pemilu parlemen pada tahun 1990 dan bersama-sama ikut menjadi oposisi dengan partai-partai lain dalam menentang terus diterapkannya undang-undang darurat dan tidak adanya jaminan yang cukup untuk dilangsungkannya pemilu yang bersih dan pada tahun 1992 jamaah Ikhwanul Muslimin juga ikut dalam pilkada yang ada di Mesir. Dan pada tahun 1993 pemimpin jamaah menolak pengangkatan presiden Husni Mubarak untuk yang ketiga kalinya sehingga membuat marah pemerintah saat itu, dan memasukkan 82 orang dari pimpinan Ikhwanul Muslimin pada daftar yang akan diajukan ke mahkamah militer pada tahun 1995, dan menjatuhkan hukuman penjara terhadap 54 orang dari mereka dalam persidangan ilegal. Kemudian Ikhwanul muslimin juga ikut dalam pemilihan majelis syura (MPR) yang dilaksanakan pada tahun 1995. Wafatnya: Muhammad Hamid Abu An-Nasr wafat dalam usia 83 tahun, yaitu tepat pada hari sabtu pagi tanggal 20 Januari 1996. Buku-buku karangan beliau: - Hakikat al-khilaf baina Al-Ikhwan al-muslimin wa Abdul Nasser. 5. Mustafa Masyhur (1996 - 2002) Riwayat hidup: Beliau lahir pada tanggal 15 September tahun 1921 di kota As-Sadin dari kota Manya al-qamh, propinsi Timur. Ikut dalam belajar pada penulis desa sejak dua tahun. Kemudian masuk sekolah dasar di desanya, kemudian masuk sekolah Idad di Manya Al-Qamh, lalu sekolah tsanawiyah (setingkat SMA) di Zaqaziq, setelah tinggal di Zaqaziq selama dua tahun mengikuti sekolah tsanawiyah, beliau pindah ke Kairo dan menyempurnakan sekolah tsanawiyahnya di sana, lalu masuk kuliah di universitas Kairo kuliah alulum, dan tamat pada tahun 1942. Mengenal jamaah Ikhwanul muslimin pada tahun 1936. Setelah lulus kuliah, beliau ditempatkan wajib militer pasukan udara dengan tugas spionase udara, kemudian pindah ke Alexandria, untuk menghabiskan waktu satu tahun dalam latihan, kemudian kembali ke Kairo untuk melakukan tugas sebagai pembawa berita melalui udara. Pada bulan Juni tahun 1954 beliau di pindah kerjakan ke Marsa matruh dan disana beliau ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara perang, lalu dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan diwajibkan kerja paksa, kemudian dipindahkan ke daerah Liman Torh dan dimasukkan ke dalam penjara lumpur Pada tahun 1965 beliau kembali dipenjara; hingga akhirnya dibebaskan pada masa presiden Anwar Sadat dan memangku jabatan penting sebagai Mursyid Am Ikhwanul Muslimin setelah meninggalnya ustadz Muhammad hamid Abu An-Nasr pada tahun 1996 Ketika beliau pindah ke Kairo untuk melanjutkan pendidikan di sana, saat beliau shalat di masjid suatu kampung tempat beliau tinggal, beliau melihat salah seorang jamaah memberikan majalah yang bernama At-Taaruf, dan mendengar pengumuman adanya pelajaran di masjid tersebut dan beliau diajak untuk menghadirinya, lalu beliau hadir dan mendengar salah seorang dari anggota Ikhwan berbicara tentang Islam, dan membuatnya sangat kagum akan penyampaian tersebut dan berambisi untuk terus menghadirinya. Dan dalam satu masjid tersebut di umumkan bahwa imam Al-Banna akan memberikan pelajaran pada hari selasa di kota AlHilmiyah, maka ustadz Mustafa datang menghadirinya, dan sangat kagum dengan penyampaian ustadz Al-Banna, dan berambisi untuk terus mengikutinya, dan pada akhirnya beliau masuk menjadi anggota Ikhwan pada tahun 1936 dan berbaiat untuk komitmen dengan dakwah Ikhwan.

Wafatnya beliau Beliau wafat pada hari Selasa tanggal 29 Oktober tahun 2002 pada usia 83 tahun akibat pendarahan otak. Karya beliau Al-jihad huwa as-sabil Tasaulat ala thariq ad-dakwah Munajat ala at-thariq Muqawwimat rajulul aqidah ala thariq ad-dakwah Wihdatul amal al-islami fi al-qatrul wahid Zaad ala at-thariq Al-qudwah ala thariq ad-dakwah, ad-dakwah al-fardiyah Al-hayah fi mihrab as-shalat al-islam huwal al-hall, min fiqh ad-dakwah Al-qaid al-qudwah wa mutathallibatuhu baina arrabbaniyah wal madiyah Qadhaya asasiyah ala thariq ad-dakwah at-tiyar al-islami wa dauruhu fi al-bina Qadhiyah azh-zhulm fi dhaui al-kitab wa as-sunnah Thariq ad-dakwah baina al-ashalah wa al-inhiraf min at-tiyar al-islami ila Syab misr

6.

Ma'mun al-Hudhaibi (2002 - 2004) Beliau Lahir di propinsi Sohaj, Mesir tanggal 28 Mei 1921, dan keluarganya berasal dari desa Arab AsShawalihah, distrik Syibin El-Qanatir, propinsi Al-Qolyubiyah, lalu setelah itu keluarganya banyak berpindah ke berbagai tempat dan kota di Mesir; karena orang tuanya adalah seorang Jaksa Hasan Al-Hudaibi, yang merupakan mursyid am kedua Ikhwanul Muslimin pada masa dari tahun 1951 hingga meninggal pada tanggal 13 Nopember 1973 Aktivitas Beliau

Ustadz Muhammad Mamun Al-Hudaibi menjalani masa pendidikan umum di berbagai sekolah di Mesir mulai dari tingkat ibtidaiyah hingga kuliah dan meraih sarjana pada kuliah hukum di Universitas Raja Fuad (sekarang universitas Kairo). setelah itu beliau ditetapkan sebagai wakil jaksa. Kemudian secara beransur menjabat sebagai Jaksa Penuntut Umum kemudian ditunjuk sebagai hakim. Kemudian setelah itu menjabat bidang peradilan hingga menjadi Ketua Pengadilan Banding di kejaksaan pemula di Kairo, yang merupakan akhir karirnya di pemerintahan di Mesir. Setelah itu bekerja di Arab Saudi dalam satu periode dan kemudian kembali ke Kairo untuk mencurahkan dirinya dalam dakwah. Akhirnya beliau menjabat sebagai ketua Pengadilan untuk Gaza pada tahun 1956. Bersama jamaah Ikhwanul Muslimin Ustadz Mamun Hudhaibi berpartisipasi dalam berbagai aktivitas dakwah dan harakah terutama dalam melakukan perlawanan rakyat saat terjadi agresi selasa atas Mesir pada tahun 1956 sehingga beliau ditangkap oleh pasukan pendudukan Israel. Kemudian beliau bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin, namun dirinya tidak terlepas dari penjara dan penangkapan pada masa pemerintahan Jamal Abdul Nasser pada tahun 1965 dan dipindahkan dari penjara perang dan Tora saat itu. Kemudian pada pemerintahan Sadat pada tahun 1971 dibebaskan dari penjara, dan kemudian mengajukan gugatan untuk menuntut kembali bekerja di bidang peradilan, maka Pengadilan pun mengangkatnya kembali namun pemerintah menolaknya untuk kembali bekerja tanpa memberikan justifikasi apapun. Jamaah mencalonkan beliau dan sekelompok Ikhwan lainnya pada pemilu tahun 1987 legislatif dan berhasil meraih 36 orang untuk menjadi anggota parlemen. Beliau menjadi anggota parlemen dari daerah pemilihan Al-Dokki, Propinsi Al-Giza. Kemudian pada saat itu pula beliau diangkat untuk menjabat sebagai juru bicara resmi fraksi Ikhwanul muslimin di Parlemen. Dan setelah itu, beliau terpilih sebagai Wakil Mursyid Am Ikhwanul Muslimin dan menjadi juru bicara jamaah Ikhwanul muslimin. Dan Pada hari Rabu sore, tanggal 22 Ramadan 1423 bertepatan dengan tanggal 27 November 2002 beliau terpilih menjadi Mursyid Am Ikhwanul Muslimin ke enam, menggantikan posisi ustadz Mustafa Masyur. Wafatnya Ustadz Mamun Al-Hudaibi meninggal setelah berbagai penyakit dan permasalahan kesehatan menyerang beliau, sehingga membuatnya sering keluar masuk rumah sakit untuk mendeteksi usus besarnya, kemudian meninggal setelah kembali ke rumahnya di Kairo.

7.

Muhammad Mahdi Akif (2004 -2010) Tokoh ini sudah berkecimpung dalam pergerakan Islam, khususnya dalam perjuangan Ikhwanul Muslimin sejak berusia 12 tahun. Walaupun tidak pernah menjadi tentara, beliau bersama remaja Mesir lain pernah berjuang melawan tentara Inggris di Terusan Suez pada 1951 dan berjuang melawan Yahudi di Palestina. Selepas perang, beliau kembali melatih pasukan Ikhwan.

Karena keaktifannya pada perjuangan Ikhwanul Muslimin, pada 1954, tujuh pemimpin utama Ikhwan termasuk Muhammad Akif, ditahan dan dijatuhkan hukuman mati, termasuk pemikir Islam terkemuka, Abdul Kadir Audah. Enam pemimpin disiksa, digantung dan dibunuh. Beliau ialah pemimpin ketujuh yang diputuskan oleh rezim Jamal Nasser untuk dibunuh. Pada saat waktu untuk syahid tiba, datang perintah supaya hukuman itu dibatalkan. Kerajaan Naseer mengubah pikiran agar hukuman itu dibatalkan. Kerajaan Nasser mengubah pikiran karena desakan dari negara Islam lain ketika itu. Walaupun terselamat daripada tali gantung, Muhammad Akif terpaksa menghabiskan usia mudanya dalam penjara hingga dibebaskan pada 1974 oleh kerajaan Anwar Sadat. 8. Muhammad Badie (2010 - )

Pada tanggal 16 Januari 2010 lalu, Ikhwanul Muslimin mendeklarasikan Mursyid Am yang baru, DR. Muhammad Badi Al-Majid Sami. Muhammad Badi' terpilih sebagai Mursyid Am ke-8 Ikhwanul Muslimin menggantikan Syaikh Mahdi Akif. Deklarasi yang juga merupakan konferensi pers itu dipimpin langsung oleh Syaikh Mahdi Akif yang mengumumkan Mursyid Am terpilih sekaligus memberikan sambutannya yang kemudian dilanjutkan sambutan Mursyid Am yang baru. Nama : MUHAMMAD BADI' AL-MAJID SAMI Tanggal dan tempat lahir : 7 Agustus 1943 Mahallah Kubra. Status Perkawinan: Beliau adalah suami dari Sayyidah Samiyah Shinawi mantan Direktur Sekolah dakwah Islam di Beni Suef, putri dari Haji Mohammad Ali Shinawi seorang officer (pilot) dari generasi pertama jamaah Ikhwanul Muslimin yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 1954 namun dianulir menjadi hukuman seumur hidup. Jumlah Anak: Beliau memiliki 3 anak laki dan wanita: 1. Ammar (Insinyur komputer), 2. Bilal (radiolog), 3. Doha (farmasi), Beliau juga mempunyai 4 orang cucu yaitu: Rua, Habib, Iyad dan Tamim. Pendidikan dan Prestasi: Bachelor of Veterinary Medicine Kairo pada tahun 1965. Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Assiut pada tahun 1965. Master of Veterinary Medicine dan seorang asisten guru pada tahun 1977 di Universitas Zagazig. Doctor of Veterinary Medicine dan guru dari tahun 1979 di Universitas Zagazig. Asisten Profesor fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 1983 Zagazig University. Ahli Kedokteran Hewan pada Institut hewan di Sanaa 1982-1986. Dosen Kedokteran Hewan di Universitas Kairo pada tahun 1987 cabang Beni Suef. Ketua Departemen Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan di Beni Suef pada tahun 1990 selama dua periode. Wakil dekan program Pascasarjana Universitas Beni Suef fakultas Kedokteran Hewan , pada tahun 1993 untuk satu periode. Menjadi pembimbing 15 thesis Master dan 12 disertasi doctoral (PhD), dan puluhan penelitian ilmiah di bidang dan spesialisasinya. Pekerjaan saat ini: Dosen tetap bidang Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Beni Suef. Aktivitas serikat buruh: Sekretaris Jenderal Jenderal Persatuan Dokter Hewan untuk dua periode. Bendahara persatuan profesi medis untuk satu periode.

Kegiatan sosial dan ilmiah: Anggota Asosiasi Dewan Kesejahteraan Islam di Mahalla al-Kubra. Anggota dewan club staf lembaga pendidikan Universitas Kairo selama 10 tahun, dan pengawas klub cabang di Beni Suef. Wakil Ketua Dewan lembaga dakwah Islam di Beni Suef pada tahun 1996. Ketua Asosiasi Perumahan anggota staf dan asisten Universitas Beni Suef. Ketua Dewan Direksi patologi dan patologi klinis setingkat negara. Ketua lembaga Journal of Veterinary Medical Research dari Fakultas Kedokteran Hewan Beni Suef selama 9 tahun. Ketua Service Center, Fakultas Kedokteran Hewan lingkungan Beni Suef. Pendiri Institut Kedokteran Hewan di Republik Arab Yaman, Sanaa, selama 4 tahun dari 1982-1986, serta mendirikan peternakan unggas dan hewan pribadi, dan penerjemahan kurikulum studi untuk bahasa Arab, dan mendirikan sebuah museum ilmiah dan bidang-bidang ilmiah lainnya pada institut kedokteran hewan. Amanah dakwah: Anggota kantor administrasi di Mahala al-kubra tahun 1975 . Ketua kantor administrasi Mahala tahun 1977. Ketua Asosiasi Pendidikan negeri di Yaman 1982-1986 Anggota Kantor Administrasi Beni Suef 1986. Ketua kantor administrasi Beni Suef pada tahun 1990. Ketua Departemen Pendidikan 1994 Anggota Maktab Irsyad Alami (internasional) sejak tahun 1996 (Utara dan Selatan dan Utara kemudian hulu Mesir sebagai pengawas Pendidikan dan generasi muda). Anggota dari Kantor maktab Irsyad alami dan penilik sistem pendidikan pada tahun 2007. Pengalaman bersama jamaah: Pengalaman pertama; kasus (militer): dipenjara pada tahun 1965 bersama ustadz Sayyid Quthb dan Ikhwanul Muslimin lainnya, dan dihukum 15 tahun, di mana dia menghabiskan waktu di penjara selama 9 tahun, dan meninggalkannya pada tahnggal 4/4/1974, dan kembali bekerja di Universitas Assiut, dan kemudian dipindahkan ke Universitas Zagazig, dan kemudian ia terbang ke Yaman, lalu kembali dari sana dan mengajar di Universitas Beni Suef. Pengalaman kedua: Dipenjara selama 75 hari dalam kasus lembaga dakwah Islam di Beni Suef pada tahun 1998, di mana ia menjadi ketua advokasi Beni Suef setelah penangkapan Haji Hasan Jaudah rahimahullah. Pengalaman ketiga; kasus (militer): Masalah anggota serikat buruh pada tahun 1999; di mana pengadilan militer memvonisnya lima tahun penjara, beliau menghabiskan waktu 3 tahun dan tiga perempat tahun, lalu keluar pada putaran pertama pada tiga perempat tahun pada tahun 2003. Pengalaman keempat: pada saat diadakan pemilu lokal pada bulan April 2008 beliau dipenjara selama satu bulan. Tulisan dan Buah Karya pada bidang Dakwah: Artikel dan Hadits pada situs (ikhwanonline.com) dan lain-lain. Tulisan dan tadabbur Al-Quran yang diterbitkan dalam Jurnal pada majalah (mujtama). Murajaah dan penyajian konsep dakwah. Nama Dr Mohammad Badi termasuk salah satu 100 tokoh terbesar di dunia Arab dalam enslikopedi ilmiah Arab yang diterbitkan oleh lembaga Informasi Ilmiah Mesir pada tahun 1999.

Anda mungkin juga menyukai