Anda di halaman 1dari 9

[

HAMZAH AL-FANSURI:
BIOGRAFI, KARYA-KARYANYA, DAN PENGARUHNYA TERDAHAP
PERADABAN ISLAM DI NUSANTARA

Disusun Oleh:
Nama: M. Yusuf Amin Nugroho

Jika anda menggunakan tulisan ini sebagai referensi sebagainya cantumkan


link berikut di footnote dan daftar pustaka.
Itulah etika di dunia penulisan ilmiah
http://www.tintaguru.com/2013/04/hamzah-al-fansuri-biografi-karya-dan.html
A. Pendahuluan

Kita tidak asing lagi dengan Syekh Hamzal al-Fansuri. Beliau dikenal
sebagai salah satu perlopor sastra melayu. Puisi-puisinya banyak
diperbincangkan dan menjadi rujukan sastrawan-sastrawan setelahnya.
Syeikh Hamzah Fansuri diakui salah seorang pujangga Islam yang sangat
populer di zamannya (Abad 16 dan 17), sehingga kini namanya menghiasi
lembaran-lembaran sejarah kesusasteraan Melayu dan Indonesia. Namanya
tercatat sebagai tokoh kaliber besar dalam perkembangan Islam di Nusantara
dari abadnya hingga ke abad kini.
Syekh Hamzah Fansuri, selain sebagai penyair atau pujangga, juga
merupakan salah satu tokoh sufi. Hampir semua penulis sejarah Islam mencatat
bahwa Syeikh Hamzah Fansuri dan muridnya Syeikh Syamsuddin Sumatrani
adalah termasuk tokoh sufi yang sefaham dengan al-Hallaj, faham hulul, ittihad,
mahabbah dan lain-lain adalah seirama. Disebabkan paham sufinya tersebut,
Syekh dari Aceh ini banyak mendapatkan kritik dan perlawanan dari golongan
yang tidak sepaham dengannya.
Makalah ini akan membahas mengenai biografi dan karya-karya Hamzah
Fansuri. Juga pemikiran, dan pengaruhnya dalam sejarah peradaban Indonesia.

B. Biografi

Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan


budayawan terkemuka yang diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16
sampai awal abad ke-17. Nama gelar atau takhallus yang tercantum di belakang
nama kecilnya memperlihatkan bahwa pendekar puisi dan ilmu suluk ini berasal
dari Fansur, sebutan orang-orang Arab terhadap Barus, sekarang sebuah kota
kecil di pantai barat Sumatra yang terletak antara kota Sibolga dan Singkel.
Sampai abad ke-16 kota ini merupakan pelabuhan dagang penting yang
dikunjungi para saudagar dan musafir dari negeri-negeri jauh.
Sayang sekali bukti-bukti tertulis yang dinyatakan kapan sebenarnya
Syeikh Hamzah Fansuri lahir dan wafat, di mana dilahirkan dan di mana pula
jasadnya dibaringkan dan di tanam, tak dijumpai sampai sekarang. 1 Tetapi dari
syair dan dari namanya sendiri menunjukkan bahwa sudah sekian lama beliau
berdominasi di Fansur, dekat Singkel, sehingga mereka dan turunan mereka
pantas digelari Fansur.
Pada ahli cenderung memahami dari syair-syairnya bahwa Hamzah
Fansuri lahir di tanah Syahmawi, tapi tidak ada kesepakatan mereka dalam
mengidentifikasikan tanah Syahmawi itu, ada petunjuk tanah Aceh sendiri ada
yang menunjuk tanah Siam, dan bahkan ada sarjana yang menunjuk negeri
Persia sebagai tanah yang di Aceh oleh nama Syamawi.2
Dalam buku Hamzah Fansuri Penyair Aceh, Prof. A. Hasymi menyebut
bahwa Syeikh Hamzah Fansuri hidup dalam masa pemerintahan Sultan Alaidin
Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997-1011 H-1589-1604 M) sampai ke
permulaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda Darma Wangsa Mahkota Alam
(1016-1045 H-1607-1636 M).
Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri telah
belajar berbagai ilmu yang memakan waktu lama. Selain belajar di Aceh sendiri
beliau telah mengembara ke pelbagai tempat, di antaranya ke Banten (Jawa
Barat), bahkan sumber yang lain menyebut bahwa beliau pernah mengembara
keseluruh tanah Jawa, Semenanjung Tanah Melayu, India, Parsi dan Arab.
Dikatakan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri sangat mahir dalam ilmu-ilmu
fikih, tasawuf, falsafah, mantiq, ilmu kalam, sejarah, sastra dan lain-lain. Dalam
bidang bahasa pula beliau menguasai dengan kemas seluruh sektor ilmu
Arabiyah, fasih dalam ucapan bahasa itu, berkebolehan berbahasa Urdu, Parsi,
Melayu dan Jawa.

C. Karya-karyanya

1
Abdul Hadi, W.M., Hamzah Fansuri, Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya: Bandung, 1995, hlm.
9-13
2
Narun Nasution, dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 1992,
hlm. 201
Syair-syair Syeikh Hamzah Fansuri terkumpul dalam buku-buku yang
terkenal, dalam kesusasteraan Melayu / Indonesia tercatat buku-buku syairnya
antara lain :
a. Syair burung pingai
b. Syair dagang
c. Syair pungguk
d. Syair sidang faqir
e. Syair ikan tongkol
f. Syair perahu
Karangan-karangan Syeikh Hamzah Fansuri yang berbentuk kitab ilmiah
antara lain :
a. Asfarul arifin fi bayaani ilmis suluki wa tauhid
b. Syarbul asyiqiin
c. Al-Muhtadi
d. Rubai Hamzah al-Fansuri

Karya-karya Syeikh Hamzah Fansuri baik yang berbentuk syair maupun


berbentuk prosa banyak menarik perhatian para sarjana baik sarjana barat atau
orientalis barat maupun sarjana tanah air. Yang banyak membicarakan tentang
Syeikh Hamzah Fansuri antara lain Prof. Syed Muhammad Naquib dengan
beberapa judul bukunya mengenai tokoh sufi ini, tidak ketinggalan seumpama
Prof. A. Teeuw juga r.O Winstedt yang diakuinya bahwa Syeikh Hamzah Fansuri
mempunyai semangat yang luar biasa yang tidak terdapat pada orang lainnya.
Dua orang yaitu J. Doorenbos dan Syed Muhammad Naquib al-Attas
mempelajari biografi Syeikh Hamzah Fansuri secara mendalam untuk
mendapatkan Ph.D masing-masing di Universitas Leiden dan Universitas
London. Karya Prof. Muhammad Naquib tentang Syeikh Hamzah Fansuri
antaranya :
- The Misticim of Hamzah Fansuri (disertat 1966), Universitas of Malaya
Press 1970
- Raniri and The Wujudiyah, IMBRAS, 1966
- New Light on Life of Hamzah Fansuri, IMBRAS, 1967
- The Origin of Malay Shair, Dewan Bahasa dan Pustaka, 19683

Menurut beberapa pengamat sastra sufi, sajak-sajak Syaikh Hamzah al-


Fansuri tergolong dalam Syi'r al- Kasyaf wa al-Ilham, yaitu puisi yang
berdasarkan ilham dan ketersingkapan (kasyafi yang umumnya
membicarakan masalah cinta Ilahi) 4.

D. Pemikiran dan Pengaruhnya

Banyak ualama Indonesia di kenal lantaran karya-karya mereka yang


tersebar di berbagai wilayah dunia Islam. Di antara ulama Indonesia yang
dikenal sebagai pengarang adalah Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah Fansuri,
Abdurrauf Singkel, dan Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari. 5
Di bidang keilmuan Syeikh Hamzah Fansuri telah mempelajari penulisan
risalah tasawuf atau keagamaan yang demikian sistematis dan bersifat ilmiah.
Sebelum karya-karya Syeikh muncul, masyarakat muslim Melayu mempelajari
masalah-masalah agama, tasawuf dan sastra melalui kitab-kitab yang ditulis di
dalam bahasa Arab atau Persia. Di bidang sastra Syeikh mempelopori pula
penulisan puisi-puisi filosofis dan mistis bercorak Islam, kedalaman kandungan
puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lan yang sezaman ataupun
sesudahnya. Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan 18 kebanyakan berada di
bawah bayang-bayang kegeniusan dan kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri. Di
bidang kesusastraan pula Syeikh Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang
memperkenalkan syair, puisi empat baris dengan skema sajak akhir a-a-a-a syair
sebagai suatu bentuk pengucapan sastra seperti halnya pantung sangat populer
dan digemari oleh para penulis sampai pada abad ke-20.
Di bidang kebahasaan pula sumbangan Syeikh Hamzah Fansuri sukar
untuk dapat di ingkari. Pertama, sebagai penulis pertama kitab keilmuan di
dalam bahasa Melayu, Syeikh Hamzah Fansuri telah berhasil mengangkat

3
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/02/syeikh-hamzah-al-fansuri.html. Diunduh,
Jumat 28 Juni 2012.
4
Samsul Munir Amin, Karamah Para Kiai, Pustaka Pesantren, Yogyakarta: 2008. Hlm. 317
5
Samsul Munir Amin, Sayyid Ulama Hijaz: Biografi Syaikh Nawawi al-Batani, Pustaka Pesantren:
Yogyakarta, 2009, hlm. 49.
martabat bahasa Melayu dari sekedar lingua franca menjadi suatu bahasa
intelektual dan ekspresi keilmuan yang canggih dan modern. Dengan demikian
keduudkan bahasa Melayu di bidang penyebaran ilmu dan persuratan menjadi
sangat penting dan mengungguli bahasa-bahasa Nusantara yang lain, termasuk
bahasa Jawa yang sebelumnya telah jauh lebih berkembang. Kedua, jika kita
membaca syair-syair dan risalah-risalah tasawuf Syeikh Hamzah Fansuri, akan
tampak betapa besarnya jasa Syeikh Hamzah Fansuri dalam proses Islamisasi
bahasa Melayu dan Islamisasi bahasa adalah sama dengan Islamisasi pemikiran
dan kebudayaan.
Di bidang filsafat, ilmu tafsir dan telaah sastra Syeikh Hamzah Fansuri
telah pula mempelopori penerapan metode takwil atau hermeneutika keruhanian,
kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri di bidang hermeneutika terlihat di dalam
Asrar al-arifin (rahasia ahli makrifat), sebuah risalah tasawuf klasik paling
berbobot yang pernah dihasilkan oleh ahli tasawuf nusantara, disitu Syeikh
Hamzah Fansuri memberi tafsir dan takwil atas puisinya sendiri, dengan analisis
yang tajam dan dengan landasan pengetahuan yang luas mencakup metafisika,
teologi, logika, epistemologi dan estetika. Asrar bukan saja merupakan salah satu
risalah tasawuf paling orisinal yang pernah ditulis di dalam bahasa Melayu,
tetapi juga merupakan kitab keagamaan klasik yang paling jernih dan cemerlang
bahasanya dengan memberi takwil terhadap syair-syairnya sendiri Syeikh
Hamzah Fansuri berhasil menyusun sebuah risalah tasawuf yang dalam isinya
dan luas cakrawala permasalahannya.6
Simaklah syair yang ditulis beliau berjudul Sidang Ahli Suluk pada
bagian I di bait 1:

Sidang Faqir empunya kata,


Tuhanmu Zahir terlalu nyata.
Jika sungguh engkau bermata,
lihatlah dirimu rata-rata.

6
Abdul Hadi W.M., op.cit., hlm. 14-16
Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, kehadiran Tuhan itu sangatlah Maha Nyata
(Zahir). Karena itu sang sufi, atau disebut sebagai Faqir, adalah orang yang telah
meninggalkan keterikatannya pada segala sesuatu di luar dirinya, dan memulai
perjalanan ruhaninya dengan melihat atau mengenali dirinya sendiri setiap
saat.
Selanjutnya Syeikh Hamzah Fansuri menegaskan bahwa untuk mengenal
Jati Diri, seorang sufi harus memulai dengan suatu metode tafakur tertentu,
suatu latihan tertentu. Suatu metode atau latihan yang sebenarnya juga banyak
digunakan oleh berbagai aliran mistik keagamaan atau spiritual di berbagai
belahan dunia, yang lebih dikenal dengan istilah meditasi. Selama ini pengertian
meditasi atau tafakur sering disalahtafsirkan hanya sebagai latihan pernapasan,
atau berzikir, atau merapal mantra.
Tetapi Syeikh Hamzah Fansuri menjelaskan dengan tepat esensi dari
tafakur atau meditasi atau latihan sufi di dalam syair berjudul Sidang Ahli
Suluk pada bagian I di bait 9:

Hapuskan akal dan rasamu,


lenyapkan badan dan nyawamu.
Pejamkan hendak kedua matamu,
di sana kaulihat permai rupamu.

Syeikh Hamzah Fansuri dengan sangat jelas menyatakan bahwa setiap


tafakur atau metode latihan sufi apa pun harus dimulai dengan hapuskan akal
dan rasamu, yang berarti suatu cara untuk menuju kepada kondisi No-Mind,
kondisi berada dalam Kesadaran Murni atau Kesadaran Ilahi. Untuk mencapai
kondisi No-Mind tersebut, maka seorang sufi harus lenyapkan badan dan
nyawamu, yang berarti melepaskan keterikatan terhadap tubuh dan berbagai
pemikiran atau nafsu (nyawa). Setelah itu, barulah sang sufi memejamkan kedua
mata inderawinya, untuk mengaktifkan mata-ruhaninya, guna melihat rupa
dari Jati Dirinya yang senantiasa berada dalam kondisi permai, kondisi bahagia
yang abadi. Inilah sesungguhnya inti dari tafakur atau meditasi menurut Syeikh
Hamzah Fansuri.7
Pada hakikatnya, menurut Hamzah, pemahaman akan Tuhan itu mudah,
hanya memerlukan kepasrahan dan keberanian karena Kekasih zahir terlalu
terang/Pada kedua alam nyata terbentang. Jadi, ciri khas pemahaman tasawuf
Hamzah adalah hakikat Allah itu dekat dan menyatu, hanya saja manusia tidak
menyadarinya.8
Dalam jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII Azumardi Azra menyebutkan bahwa faham Hamzah Fansuri
berpaham Wujudiyah, berbeda dengan Ar-Raniri yang memementingkan
Syariah dan dianggap sebagai perintis gerakan pembarahu Islam atau neo-
sufisme.9
Fahamnya tersebut mendapat pertentangan dari syekh Nuruddin ar-
Raniri. Dan untuk membasi faham wujudiyah ini, kitab-kitab berfaham
wujudiyah, seperti kitab-kitab hamzah fansuri bahkan dibakar di depan masjid
baiturrahman Aceh.10

E. Kesimpulan

Syekh Hamzah Fansuri telah begitu banyak memberikan sumbangan


terhadap peradaban Islam Nusantara. Karya-karyanya, baik puisi maupun yang
lainnya telah banyak memberikan inspirasi bagi generasi-generasi sesudahnya.
Melalui puisi-puisinya itu pula Syekh Hamzah Fansuri menyebarkan dakwah
islamiyah.
Meskipun paham sufinya mendapatkan pertentangan dari beberapa
kalangan sehinga menyebabkan buku-bukunya dibakar, tetapi namanya tidak
lekang oleh zaman. Sejarah pembakaran buku sebagaimana terjadi pada awal
masuknya Islam tidak boleh terulang. Buku, bagaimana pun kontroversialnya,
7
http://www.tumblr.com/tagged/hamzah-fansuri. diunduh 28 Juni 2012.
8
Budi Sudardi, Sastra Sufistik: Internalisasi Ajaran-ajaran Sufi dalam Sastra Indonesia, Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri: Solo, 2003. Hlm. 50.
9
Azumardy Azra, Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII,
Penerbit Mizan: Bandung, 1994. Hlm. 166-188
10
Samsul Munir Amin, Op. Cit. hlm 314
tetap merupakan sebuah produk intelektual dan hasil perenungan dari
penulisnya. Pembakaran buku, pengekangan kebebasan berpikir, justru akan
membuat peradaban berjalan mundur.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi, W.M., Hamzah Fansuri, Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya, Bandung,
1995.

Azumardy Azra, Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII, Penerbit Mizan: Bandung, 1994.

Budi Sudardi, Sastra Sufistik: Internalisasi Ajaran-ajaran Sufi dalam Sastra Indonesia,
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo, 2003.

Narun Nasution, dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah,


Jakarta, 1992.

Samsul Munir Amin, Karamah Para Kiai, Pustaka Pesantren, Yogyakarta: 2008.

Samsul Munir Amin, Sayyid Ulama Hijaz: Biografi Syaikh Nawawi al-Batani,
Pustaka Pesantren: Yogyakarta, 2009.

http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/02/syeikh-hamzah-al-fansuri.html.
Diunduh, 28 Juni 2012.

http://www.tumblr.com/tagged/hamzah-fansuri. diunduh 28 Juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai