HAMZAH AL-FANSURI:
BIOGRAFI, KARYA-KARYANYA, DAN PENGARUHNYA TERDAHAP
PERADABAN ISLAM DI NUSANTARA
Disusun Oleh:
Nama: M. Yusuf Amin Nugroho
Kita tidak asing lagi dengan Syekh Hamzal al-Fansuri. Beliau dikenal
sebagai salah satu perlopor sastra melayu. Puisi-puisinya banyak
diperbincangkan dan menjadi rujukan sastrawan-sastrawan setelahnya.
Syeikh Hamzah Fansuri diakui salah seorang pujangga Islam yang sangat
populer di zamannya (Abad 16 dan 17), sehingga kini namanya menghiasi
lembaran-lembaran sejarah kesusasteraan Melayu dan Indonesia. Namanya
tercatat sebagai tokoh kaliber besar dalam perkembangan Islam di Nusantara
dari abadnya hingga ke abad kini.
Syekh Hamzah Fansuri, selain sebagai penyair atau pujangga, juga
merupakan salah satu tokoh sufi. Hampir semua penulis sejarah Islam mencatat
bahwa Syeikh Hamzah Fansuri dan muridnya Syeikh Syamsuddin Sumatrani
adalah termasuk tokoh sufi yang sefaham dengan al-Hallaj, faham hulul, ittihad,
mahabbah dan lain-lain adalah seirama. Disebabkan paham sufinya tersebut,
Syekh dari Aceh ini banyak mendapatkan kritik dan perlawanan dari golongan
yang tidak sepaham dengannya.
Makalah ini akan membahas mengenai biografi dan karya-karya Hamzah
Fansuri. Juga pemikiran, dan pengaruhnya dalam sejarah peradaban Indonesia.
B. Biografi
C. Karya-karyanya
1
Abdul Hadi, W.M., Hamzah Fansuri, Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya: Bandung, 1995, hlm.
9-13
2
Narun Nasution, dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 1992,
hlm. 201
Syair-syair Syeikh Hamzah Fansuri terkumpul dalam buku-buku yang
terkenal, dalam kesusasteraan Melayu / Indonesia tercatat buku-buku syairnya
antara lain :
a. Syair burung pingai
b. Syair dagang
c. Syair pungguk
d. Syair sidang faqir
e. Syair ikan tongkol
f. Syair perahu
Karangan-karangan Syeikh Hamzah Fansuri yang berbentuk kitab ilmiah
antara lain :
a. Asfarul arifin fi bayaani ilmis suluki wa tauhid
b. Syarbul asyiqiin
c. Al-Muhtadi
d. Rubai Hamzah al-Fansuri
3
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/02/syeikh-hamzah-al-fansuri.html. Diunduh,
Jumat 28 Juni 2012.
4
Samsul Munir Amin, Karamah Para Kiai, Pustaka Pesantren, Yogyakarta: 2008. Hlm. 317
5
Samsul Munir Amin, Sayyid Ulama Hijaz: Biografi Syaikh Nawawi al-Batani, Pustaka Pesantren:
Yogyakarta, 2009, hlm. 49.
martabat bahasa Melayu dari sekedar lingua franca menjadi suatu bahasa
intelektual dan ekspresi keilmuan yang canggih dan modern. Dengan demikian
keduudkan bahasa Melayu di bidang penyebaran ilmu dan persuratan menjadi
sangat penting dan mengungguli bahasa-bahasa Nusantara yang lain, termasuk
bahasa Jawa yang sebelumnya telah jauh lebih berkembang. Kedua, jika kita
membaca syair-syair dan risalah-risalah tasawuf Syeikh Hamzah Fansuri, akan
tampak betapa besarnya jasa Syeikh Hamzah Fansuri dalam proses Islamisasi
bahasa Melayu dan Islamisasi bahasa adalah sama dengan Islamisasi pemikiran
dan kebudayaan.
Di bidang filsafat, ilmu tafsir dan telaah sastra Syeikh Hamzah Fansuri
telah pula mempelopori penerapan metode takwil atau hermeneutika keruhanian,
kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri di bidang hermeneutika terlihat di dalam
Asrar al-arifin (rahasia ahli makrifat), sebuah risalah tasawuf klasik paling
berbobot yang pernah dihasilkan oleh ahli tasawuf nusantara, disitu Syeikh
Hamzah Fansuri memberi tafsir dan takwil atas puisinya sendiri, dengan analisis
yang tajam dan dengan landasan pengetahuan yang luas mencakup metafisika,
teologi, logika, epistemologi dan estetika. Asrar bukan saja merupakan salah satu
risalah tasawuf paling orisinal yang pernah ditulis di dalam bahasa Melayu,
tetapi juga merupakan kitab keagamaan klasik yang paling jernih dan cemerlang
bahasanya dengan memberi takwil terhadap syair-syairnya sendiri Syeikh
Hamzah Fansuri berhasil menyusun sebuah risalah tasawuf yang dalam isinya
dan luas cakrawala permasalahannya.6
Simaklah syair yang ditulis beliau berjudul Sidang Ahli Suluk pada
bagian I di bait 1:
6
Abdul Hadi W.M., op.cit., hlm. 14-16
Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, kehadiran Tuhan itu sangatlah Maha Nyata
(Zahir). Karena itu sang sufi, atau disebut sebagai Faqir, adalah orang yang telah
meninggalkan keterikatannya pada segala sesuatu di luar dirinya, dan memulai
perjalanan ruhaninya dengan melihat atau mengenali dirinya sendiri setiap
saat.
Selanjutnya Syeikh Hamzah Fansuri menegaskan bahwa untuk mengenal
Jati Diri, seorang sufi harus memulai dengan suatu metode tafakur tertentu,
suatu latihan tertentu. Suatu metode atau latihan yang sebenarnya juga banyak
digunakan oleh berbagai aliran mistik keagamaan atau spiritual di berbagai
belahan dunia, yang lebih dikenal dengan istilah meditasi. Selama ini pengertian
meditasi atau tafakur sering disalahtafsirkan hanya sebagai latihan pernapasan,
atau berzikir, atau merapal mantra.
Tetapi Syeikh Hamzah Fansuri menjelaskan dengan tepat esensi dari
tafakur atau meditasi atau latihan sufi di dalam syair berjudul Sidang Ahli
Suluk pada bagian I di bait 9:
E. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi, W.M., Hamzah Fansuri, Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya, Bandung,
1995.
Azumardy Azra, Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII, Penerbit Mizan: Bandung, 1994.
Budi Sudardi, Sastra Sufistik: Internalisasi Ajaran-ajaran Sufi dalam Sastra Indonesia,
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo, 2003.
Samsul Munir Amin, Karamah Para Kiai, Pustaka Pesantren, Yogyakarta: 2008.
Samsul Munir Amin, Sayyid Ulama Hijaz: Biografi Syaikh Nawawi al-Batani,
Pustaka Pesantren: Yogyakarta, 2009.
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/02/syeikh-hamzah-al-fansuri.html.
Diunduh, 28 Juni 2012.