Anda di halaman 1dari 5

Abu Abdullah Muhammad bin Bakarat

“Ilmuwan Besar dari Baghdad”

Al Barakat dikenal sebagai seorang dokter dan filsuf. Ia dikenal


pula sebagai seorang saintis. Nama lengkapnya, Hibat-Allah ibn Ali ibn
Malka Abu'l-Barakat al-Baghdadi. Ia pun memiliki nama julukan, Awhad
al-Zaman atau orang ternama pada zamannya.
Julukan ini diyakini terkait dengan profesi Barakat sebagai
seorang dokter. Sebab, ia merupakan dokternya para khalifah
Baghdad, tempat ia tinggal. Ia juga dokter langganan para sultan dari
Dinasti Seljuk. Selain melakukan praktik kedokteran, ia juga mengajar
tentang kedokteran.
Barakat memiliki sejumlah murid kedokteran. Ia tak hanya dikenal
dengan julukannya Awhad al-Zaman, tapi juga memiliki reputasi luas
karena karya fenomenalnya yang berjudul Al Kitab al Mu'tabar.
Karya ini berisi esai-esai Barakat tentang filsafat. Dalam esainya
itu, ia menguraikan konsep-konsep dasar tentang filsafat alam dengan
analisis yang tajam. Kitab ini disusun saat ia mencapai usianya yang
matang.
Kitab al-Mu'tabar berisi refleksi-refleksi filosofis Barakat yang
dilakukannya dari waktu ke waktu. Terutama, mengenai logika, fisika,
ilmu pengetahuan alam, dan metafisika. Ia mengutip pula Kitab al-
Shifa yang ditulis cendekiawan Muslim ternama, Ibnu Sina.
Bahkan, dalam beberapa bagian bukunya, Barakat mengutip
sepenuhnya kalimat Ibnu Sina. Namun, ia pun menyanggah pemikiran
Ibnu Sina dan menguraikan alasan tak sependapat pemikirannya
dengan Ibnu Sina tersebut.
Barakat mengenalkan ide-ide alternatif yang menarik. Dan, ide
tersebut mengantarkan gaungnya pada perkembangan fisika modern.
1
Seperti, idenya mengenai gerak dan konsep tentang waktu. Pada
1938, seorang ilmuwan, Shlomo Pines, menaruh perhatian besar pada
ide inovatif Barakat itu.
Pemikiran Barakat tentang gerak, di antaranya mengenai
gerakan proyektil, yang memiliki kaitan dengan perkembangan
teknologi pada beberapa abad kemudian. Ini bermula dari
perbincangan mengenai bubuk mesiu yang ditemukan di Cina.
Bubuk mesiu tersebut menjadi sangat populer dalam perang
Eropa pada abad ke-15. Bubuk ini digunakan pihak-pihak yang bertikai
dalam peperangan untuk mendorong proyektil besar, guna
menghantam tembok-tembok pertahanan kota yang mereka serang.
Pada pertengahan abad ke-16, para pakar senjata di Eropa mulai
mencari cara lain untuk meningkatkan daya jangkau kekuatan artileri
mereka. Ada sisi lain dari perkembangan itu yang menjadi sebuah
polemik dalam bidang sains.
Sebab, ternyata gerak proyektil yang didorong bubuk mesiu itu
tak sesuai dengan konteks doktrin gerak yang diusung oleh Aristoteles.
Dalam konteks ini, berdasarkan hukum gerak Aristoteles mestinya
proyektil yang dilontarkan jatuh langsung ke tanah.Pada
kenyataannya, proyektil itu justru tak langsung jatuh ke tanah saat
terlontar dari selongsong meriam. Sebaliknya, benda tersebut bergerak
mengikuti sebuah lintasan melengkung. Bahkan, para pendukung
Aristoteles yang paling setia pun melihat cacat doktrin itu.
Kritik terhadap konsep gerak yang diusung Aristoteles,
sebenarnya bermunculan sebelum abad ke-15. Banyak cendekiawan
termasuk cendekiawan Muslim melontarkan kritik terhadap doktrin
gerak Aristoteles.

2
Misalnya, Joannes Philoponus yang lebih dikenal sebagai John
the Grammarian. Kritik itu lalu dikembangkan lebih jauh oleh
cendekiawan Muslim Ibnu Sina, Barakat, dan Ibnu Bajja dari Andalusia
pada abad ke-12.
Dalam konteks ini, Barakat menyatakan ada tenaga dorong dari
meriam untuk melontarkan proyektil. Hingga proyektil itu terdorong dan
mencapai jarak tertentu. Bukan seperti yang dilontarkan oleh
Aristoteles bahwa proyektil akan langsung jatuh ke bumi.
Hal itu tak akan terjadi, kata Aristoteles, jika ada penggerak yang
berhubungan dengan objek yang sedang bergerak. Saat penggerak tak
ada, objek itu akan langsung jatuh ke bumi. Pada kenyataannya,
proyektil itu tak langsung jatuh, tapi bergerak meniti garis lengkung.
Konsep yang diajukan oleh Barakat dan Ibnu Sina mengenai
gerakan proyektil ini, kemudian menjadi acuan pula bagi
pengembangan konsep dorongan dan momentum. Terutama, pada
pemikiran yang dikembangkan Galileo Galilei pada abad ke-17.
Pemikiran lain Barakat adalah mengenai akselerasi atau
percepatan. Ia mengatakan, percepatan gerak benda jatuh disebabkan
adanya gaya gravitasi yang menghasilkan kecenderungan alami benda
tersebut untuk jatuh.
Konsep pemikiran Barakat digunakan untuk mengantisipasi
hukum dasar mekanika klasik. Ia juga menjelaskan, percepatan yang
dialami benda berat yang jatuh merupakan kecenderungan alami.
Pemikiran dia ini mendorong lahirnya hukum dasar dinamika modern.
Paling tidak melalui pemikiran-pemikiran itu, Barakat telah
menyumbangkan banyak ide baru mengenai fisika yang berkaitan
dengan gerak. Selain mengemukakan hukum percepatan, dia juga
menyatakan gerak itu relatif.
3
Dalam Kitab al-Mu'tabar, Barakat memberi perhatian atas kondisi
yang saling memengaruhi antara kata-kata dan konsep. Misalnya, ia
mengembangkan teori inovatifnya tentang waktu. Ini terlontar setelah
ia menemukan sebuah kesimpulan.
Menurut Barakat, kata waktu yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari merupakan sebuah konsep fundamental. Ia mengatakan,
waktu merupakan sebuah entitas. Ia menegaskan pula bahwa waktu
adalah ukuran sesuatu yang terjadi bukan ukuran gerak seperti kata
Aristoteles.
Barakat memiliki pula kontribusi pemikiran dalam bidang
psikologi. Ia membahas tentang kesadaran diri. Hal ini pernah pula
diangkat oleh Ibnu Sina, terutama yang berkaitan dengan kegiatan ini.
Namun, Barakat melakukan kajian lebih dalam.

Kehidupan Barakat
Barakat hidup di abad ke-11 hingga abad ke-12. Ia lahir di Balad,
sebuah kota di wilayah Tigris, dekat Mosul, Irak. Ia dilahirkan di sebuah
keluarga Yahudi. Lama Muslim Heritage dan Wikipedia
mengungkapkan akhirnya Barakat memutuskan untuk memeluk Islam.
Saat menjalani profesinya sebagai seorang dokter, Barakat
memiliki saingan berat, yaitu seorang dokter Kristen bernama Ibn al-
Tilmidh. Di sisi lain, ia pun memiliki teman karib bernama Ishaq bin
Ibrahim bin Erza yang menulis sebuah buku berisi kata-kata sanjungan
terhadapnya.
Ibn Abi-Usyabi'a in juga menulis sebuah karya yang berisi
sejumlah anekdot dan ungkapan, serta daftar sejumlah karya Barakat
dalam bidang kedokteran. Ini dianggap sebagai sebuah karya biografi
tentang Barakat yang lengkap.
4
Setumpuk Karya Barakat
Harus diakui, karya fenomenal Abu'l-Barakat al-Baghdadi
adalah Kitab al-Mu'tabar. Karya ini berisikan beragam pemikiran
Barakat dalam sejumlah bidang, terutama filsafat dan sains. Namun,
ada sejumlah karya lain yang ditulis Barakat.
Di antaranya adalah karya dalam bidang kedokteran. Barakat
memang dikenal pula sebagai seorang dokter. Karyanya dalam bidang
kedokteran adalah risalah mengenai farmakologi yang berjudul Sifat
Barsha'tha, dan berisi resep obat-obatan dari India.
Terdapat tiga salinan karya tersebut yang tersimpan di
perpustakaan Turki. Selain itu, ada risalah lain tentang farmakologi
yang ditulis oleh Barakat, yaitu risalah yang ia beri judul Tiryaq Amir al-
Arwah.
Salinan karya tersebut tersimpan di Perpustakaan Kitapsaraydi
Manisa, Turki. Ada pula risalah lain mengenai pemikiran intelektual
yang berjudul Maqala fi'l-'Aql. Karya tersebut disimpan di perpustakaan
di Iran dan Leipzig, Jerman.
Ada pula risalah Barakat yang diberi judul Risala fi Sabab Zuhur
al-Kawa-kib Laylan wa Khafa'iha Naharan. Dalam risalahnya ini, ia
menjelaskan mengapa bintang bisa terlihat di langit pada malam hari.
Karya ini ditulis untuk menjawab pertanyaan Sultan Muhammad Tapar.
Manuskrip tentang karyanya itu disimpan di perpustakaan di
Berlin, Jerman, dan Hiderabad, Pakistan. Juga, ada risalah mengenai
kajian astronomi soal piring universal. Risalah ini berjudul Risala fi al-
Amal bi al-Safiha al-Afaqiyyah.
Naskah risalah itu tersimpan di perpustakaan di Nidge, Turki.

Anda mungkin juga menyukai