Anda di halaman 1dari 5

Nomor Dokumen BPI/TD/2A/SKL- /2021

Pertemuan 7
Materi Menyayangi Keluarga
Standar Kompetensi 3. Berkepribadian matang, Berakhlak Mulia dan bermanfaat
bagi orang lain
Kompetensi Dasar 3.1 Memiliki Ghiroh (Rasa Cemburu) pada keluarganya
3.5 Menyayangi yang muda
3.6 Menghormati yang tua
Tujuan Pembelajaran 1. Memiliki rasa girah terhadap keluarga
2. Menyayangi orang yang lebih kecil
3. Menghormati orang yang lebih besar

Islam mengajarkan kita agar menumbuhkan sikap saling menyayangi kepada yanglebih muda
dan menghormati kepada yang lebih tua. Apalagi dalam kehidupan di lingkungan keluarga. Apakah
diantara kalian memiliki kakak maupun adik? Bagaimanakah sikap kalian terhadap mereka sebagai
bentuk kasih sayang? Sudahkah kalian memenuhi hak mereka sebagai saudara kalian? Pada
pertemuan kali ini kita akan mempelajari materi tentang menyayangi keluarga. Mari kita simak
bersama-sama!

I. Pengantar
Islam menganjurkan umatnya untuk menjalin hubungan baik dengan sesama
manusia. Apalagi dalam kehidupan seorang pasti ia memiliki keluarga, meskipun
keluarga tersebut tidak utuh. Keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat. Kita
harus memperhatikan sikap kita terhadap keluarga agar tercipta suasana yang
harmonis.
II. Pendalaman Materi
A. Girah terhadap Keluarga
Menurut Almarhum Hamka, girah artinya cemburu terkait kehirmatan dan
kecintaan baik pada skala diri maupun agama. Seorang mukmin akan muncul
girahnya atau cemburunya jika kehormatan dirinya, keluarganya, saudaranya,
agamanya direndahkan, dihina, dilecehkan, dinistakan, dan sebagainya. Girah
adalah kecemburan dalam beragama. Cemburu itu bukan sekedar marah, kesal,
atau jengkel, melainkan perasaan tidak rela karena haknya direnggut dan berhasrat
besar untuk merebut haknya kembali.
B. Menghormati yang Lebih Besar dan Menyayangi yang Lebih Kecil
Orang tua adalah mereka yang memiliki umur lebih tua, pengalaman hidup
yang lebih banyak, pengetahuan yang lebih luas, dan amal yang lebih banyak.
Sudah kewajiban bagi yang muda untuk menghormati yang tua. Sementara, bagi
yang tua hendaknya menyayangi yang lebih muda. Hal tersebut sebagaimana hadis
berikut.
َ ِ‫يرنَا َويُ َو ِّق ْر َكب‬
‫يرنَا‬ َ ‫س ِمنَّا َم ْن لَ ْم يَ ْر َح ْم‬
َ ‫ص ِغ‬ َ ‫لَ ْي‬
“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak
menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi)
Hadis ini menerangkan tentang adab atau sopan santun dalam Islam ketika
kita bergaul dengan anak muda atau orang tua, yang masing-masingnya memiliki
hak yang pantas diberikan baginya. Terhadap yang lebih tua, hendaklah kita
menghormati dan memuliakannya, karena mereka memiliki keutamaan. Adapun
terhadap yang lebih muda, hendaklah kita menyayangi dan lemah lembut
kepadanya, karena pada diri yang lebih muda akal dan ilmunya masih kurang.
Mereka perlu dibimbing dan dipenuhi kebutuhannya serta tidak menghukumnya
apabila tidak sengaja melakukan kesalahan. Demikianlah Islam mengajarkan akhlak
mulia, saling menghormati dan menyayangi antar sesama muslim yang membuah-
kan rasa persaudaraan dan persatuan diantara kaum muslimin.
1. Menghormati Orang yang Lebih Tua
a. Mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara
Dalam sebuah kisah, tiga orang sahabat yang bernama „Abdurrahman bin
Sahl, Huwaishah bin Mas‟ud, dan Muhaishah bin Mas‟ud r.a. mendatangi
Rasulullah saw. untuk mengadukan suatu permasalahan. Setelah sampai di
hadapan beliau, mulailah „Abdurrahman bin Sahl berbicara dan dia adalah
yang paling muda diantara mereka. Maka Nabi pun menegurnya seraya
bersabda, “Hendaknya yang memulai berbicara adalah yang lebih tua.”
(H.R. Bukhari)
b. Orang yang lebih muda mengucapkan salam terlebih dahulu kepada yang
lebih tua.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Yang lebih muda mengucapkan
salam kepada yang lebih tua, yang berjalan kaki mengucapkan salam
kepada yang duduk dan yang sedikit mengucapkan salam kepada yang
banyak.” (H.R. Bukhari)
c. Mengankat orang yang paling tua sebagai pemimpin.
Bahwasanya Qais bin „Ashim pernah berwasiat kepada anak-anaknya
menjelang kematiannya, “Bertakwalah kalian kepada Allah dan angkatlah
yang paling tua diantara kalian sebagai pemimpin. Karena sesungguhnya
suatu kaum apabila mereka mengangkat yang paling tua diantara mereka
sebagai pemimpin, maka mereka akan mampu menggantikan kedudukan
ayah-ayah mereka. Apabila mereka mengangkat yang paling muda diantara
mereka sebagai pemimpin, maka tindakan itu berarti meremehkan orang-
orang yang sebaya dengan mereka.” (H.R. Bukhari)
2. Menyayangi Orang yang Lebih Muda
a. Mencium anak-anak
Bahwasanya Rasulullah saw. pernah mencium al-Hasan bin Ali sementara di
sisi beliau ada al-„Aqra bin Habis at-Tamimi yang sedang duduk. Kemudian
al-„Aqra berkata, “Sesungguhnya aku memiliki 10 anak, namun aku tidak
pernah mencium seorang pun dari mereka.” Lalu Rasulullah saw.
memandangnya seraya bersabda:

‫َم ْه ََل َي ْر َح ْم ََل يُ ْر َح ْم‬


“Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)
b. Bercanda dengan anak kecil

َ ‫طنَا َحتَّى يَقُو َل ِِلَخٍ ِلي‬


‫ص ِغ ْي ٍر يَا‬ ُ ‫سلَّ َم لَيُ َخا ِل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫َان النَّ ِب ُّي‬
َ ‫ك‬
ُ ‫أ َ َبا‬
‫ع َم ْي ٍر َما فَ َع َل النُّغَ ْي ُر‬
“Dahulu Nabi biasa bergaul dengan kami sampai-sampai beliau mengatakan
kepada adik laki-lakiku yang masih kecil, “Wahai Aba Umair, apa yang
dilakukan nughair (burung kecil peliharaannya)?” (H.R. Bukhari)
c. Mengusap kepala anak kecil

َ ‫ف َوأ َ ْقعَ َدنِى‬


‫علَى ِحجْ ِر ِه‬ ُ ‫سلَّ َم يُ ْو‬
َ ‫س‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫هللا‬
ِ ‫سو ُل‬ ُ ‫س َّمانِي َر‬
َ
‫سي‬ِ ْ‫علَى َرأ‬
َ ‫س َح‬
َ ‫َو َم‬
“Aku diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Yusuf, beliau mendudukkan
aku di pangkuan beliau dan mengusap kepalaku.” (H.R. Bukhari)
d. Memeluk anak kecil
Ya‟la bin Murrah bercerita, kami keluar bersama Rasulullah saw. dan kami
diundang untuk menyantap hidangan. Ternyata al-Husain sedang bermain di
jalan. Maka, segera Nabi maju mendahului orang-orang, kemudian memben-
tangkan kedua tangan beliau. Namun, anak itu justru berlari ke sana-sini
sementara beliau bercanda dan tertawa bersamanya sampai akhirnya beliau
berhasil menangkapnya. Beliau memegang dagu al-Husain dengan salah
satu tangannya dan tangan yang lain memegang kepalanya kemudian beliau
memeluknya, lalu beliau bersabda, “Husain (bagian) dariku dan aku (bagian)
dari Husain, Allah mencintai orang yang mencintai Husain.” (H.R. Bukhari)
e. Memberikan buah kepada orang yang paling muda
Abu Hurairah r.a. berkata, “Kebiasaan Rasulullah saw. apabila diberi buah-
buahan, beliau mendoakan,

ٍ‫صا ِعنَا بَ َركَةً َم َع بَ َركَة‬


َ ‫اللَّ ُه َّم بَ ِار ْك لَنَا فِي َم ِد ْينَتِنَا َو ُم ِ ّدنَا َو‬
“Ya Allah, berikanlah keberkahan buat kami di kota kami, mud kami dan sha’
kami, keberkahan demi keberkahan.” Kemudian beliau memberikan buah
tersebut kepada anak yang paling kecil di sebelah beliau.” (HR. al-Bukhari no.
362)
III. Wawasan
Menghormati orang tua harus kita lakukan sebagai kewajiban kita sebagai anak.
Kemudian, siapakah yang harus kita dahulukan antara ibu dan bapak? Dari Abu
Hurairah r.a. berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‟Wahai
Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?‟ Nabi saw. menjawab,
„Ibumu!‟ Dan orang tersebut kembali bertanya, „Kemudian siapa lagi?‟ Nabi saw.
menjawab, „Ibumu!‟ Orang tersebut bertanya kembali, „Kemudian siapa lagi?‟ Beliau
menjawab, „Ibumu.‟ Orang tersebut bertanya kembali, „Kemudian siapa lagi?‟ Nabi saw.
menjawab, „Kemudian, Ayahmu.‟” (H.R. Bukhari dan Muslim)
IV. Tokoh Inspirasi
Kisah Sayidina Ali dan Kakek Tua

Pada suatu ketika Sayyidina Ali r.a. sedang tergesa-gesa berjalan menuju masjid
untuk melakukan jamaah shubuh. Akan tetapi dalam perjalanan, di depan beliau ada
seorang kakek tua yang berjalan dengan tenang. Kemudian Sayyidina Ali memperlambat
langkah kaki agar tidak mendahului, karena memuliakan dan menghormati kakek tua
tersebut.
Hingga hampir mendekati waktu terbit matahari barulah beliau sampai dekat pintu
masjid. Dan ternyata kakek tua tersebut berjalan terus tidak masuk ke dalam masjid, yang
kemudian Sayyidina Ali r.a. akhirnya mengetahui bahwa kakek tua tersebut adalah seorang
Nasrani.
Pada saat Sayyidina Ali r.a. masuk ke dalam masjid beliau melihat Rasulullah beserta
jamaah sedang dalam keadaan ruku‟. (Sebagaimana diketahui bahwa ikut serta rukuk
bersama dengan imam sama dengan masih mendapatkan satu rakaat). Rasulullah waktu itu
memanjangkan waktu ruku‟nya hingga kira-kira dua ruku‟. Kemudian Sayyidina Ali r.a. ber-
takbiratul ihram dan langsung ikut serta ruku‟.
Setelah selesai shalat para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai
Rasulullah tidak biasanya engkau rukuk selama ini, ada apakah gerangan?”. Dalam riwayat
lain Sayyidina Ali bertanya juga bertanya langsung kepada Rasulullah SAW.
Beliau menjawab, “Ketika aku rukuk dan membaca subhana rabbiyal adhimi sepeti biasanya
dan hendak mengangkat kepalaku, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril ra meletakkan
sayapnya dipunggungku dan menahanku dalam waktu yang cukup lama. Setelah ia
menangkat sayapnya aku mengangkat kepalaku.” Ketika ditanya oleh para sahabat alasan
Jibril ra melakukan itu, Rasulullah mengaku juga tidak tahu dan tidak sempat menanyakan
itu. Kemudian malaikat Jibril AS datang dan berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai
Muhammad, sesungguhnya waktu itu, Ali sedang bergegas menuju masjid untuk jamaah
Shubuh, sedang di perjalanan ada seorang kakek tua Nasrani berjalan di depannya. Ali juga
tidak mengetahui kakek tua itu seorang Nasrani. Ali tidak mau mendahuluinya karena dia
sangat menghormati dan memuliakan kakek tua tersebut. Kemudian aku diperintah oleh
Allah SWT untuk menahanmu saat rukuk sampai Ali datang dan tidak terlambat mengikuti
jamaah Shubuh”
Selain itu Allah SWT juga memerintah malaikat Mikail untuk menahan matahari
menggunakan sayapnya hingga matahari tidak bersinar sampai jama‟ah selesai.
Demikianlah hikmah kisah teladan Sayyidina Ali karramallahu wajhah yang sangat
menghormati dan memuliakan orang yang tua walaupun beragama Nasrani.

V. Evaluasi
Kedua orang tua Andi sudah meninggal dunia. Andi sekarang kelas VIII. Ia hidup
bersama dua adiknya, satu perempuan usia terpaut 1 tahun dan satu laki-laki yang
masih kelas VII. Adik perempuannya sudah balig, namun seringkali ia pergi bersama
teman laki-laki sekolahnya. Apa yang harus dilakukan Andi?

Anda mungkin juga menyukai