Anda di halaman 1dari 6

Mawaridatusy shofiyyah 9E/20

Cerita inspiratif berdasarkan botol

Kisah Adel Dan Botol


Orientasi
Hai namaku Adel, aku adalah cucu kesayangan kakek. Iya itu dulu sebelum beliau terkena
penyakit jantung, dan disinilah aku berada di rumah sakit menatap iba kakekku yang
terbaring lemah diranjang. “Ibu apakah kakek bisa sembuh?” Tanyaku kepada ibu. “Tidak tau
nak, kita berdoa saja ya,” balas ibuku dengan perasaan iba. Karena hari sudah menjelang
malam aku dan ibu berniat pulang karena besok waktu aku kesekolah.”ayo kita pulang, besok
kamu sekolah kan?” Tanya Ibu. Aku menganggukkan kepala, sambil melihat kakek yang
hanya terbatas kaca besar “kakek cepat sembuh ya, Abel sayang kakek,” sambil melambaikan
tangan.
Diperjalanan keheningan melenda kami berdua. Tidak ada yang memulai topik semua sibuk
dengan isi pikiran masing-masing sampai ketika ibu memulai pembicaraan “Abel nanti kalau
seandainya kakek pergi jangan menangis ya?” Aku tertegun mendengar perkataan ibu.
Ibu yang melihat sifat aku begitu langsung berkata “ Abel harus mengikhlaskan kepergian
kakek nanti, agar kakek tenang ok.” mendengar itu aku mengajukan kepala.

Perumitan peristiwa
Dua hari ini aku sudah tidak menjenguk kakek lagi dirumah sakit, entahlah ibu aku mungkin
sibuk dengan pekerjaannya. Aku tidak mau mengganggunya karena pasti dia akan marah
meskipun ibuku belum pernah memarahiku.
Dan disinilah aku berdiam diri dikamar sejak tadi pulang sekolah, entahlah aku merasa bosan
karena biasanya aku bermain sama kakek ketika ibu bekerja. Tapi sekarang kakek masih
sakit, aku mengalihkan pandanganku ke nakas kamar ada sebuah album isinya foto aku
dengan kakek. Saat aku ingin mengambilnya aku dikejutkan dengan suara tangis ibuku.
Karena tidak biasanya ibu menangis waktu pulang kerja, karena penasaran aku
menghampirinya. Aku bertanya dan jawabannya bikin aku terkejut.
Kita bergegas menuju kerumah sakit setelah mendengar berita kakekku sudah meninggal
dunia. Dan benar saja setelah kita sampai selimut kakek sudah tertutup sampai bagian wajah,
aku berlari dan memeluk kakek erat sambil menangis tersedu-sedu.
Ibu yang melihatnya merasa terpukul dan ikut serta memeluk kakek. “ Adel udah ya biarin
kakek pergi dengan tenang ya.” Ucap ibu sambil mengusap punggungku. Aku yang
mendengar itu langsung memeluk ibu.
Seminggu setelah kematian kakek aku sudah mengikhlaskan beliau, ya meskipun aku sering
merasa bosan karena sekarang aku dirumah tidak ada teman. Kalau Kalian bertanya apakah
aku tidak memiliki saudara? Jawabannya tidak karena aku anak tunggal, ya mungkin itu juga
yang disebut aku cucu kesayangan karena akulah cucu satu satunya beliau.

Komplikasi
Karena hari ini hari Sabtu dan ibuku libur kerja dan akhirnya kita memutuskan untuk
membuat bolu dan cemilan yang lain. Ibuku ini wanita hebat karena bisa menjadi dua peran
sebagai ayah dan ibu tentu saja, aku bangga dengan beliau.
Sampai suatu ketika ada bel berbunyi berhasil menghentikan aktivitas kita, ternyata tamu
tersebut adalah pengacara kakek.
Sang pengacara menyampaikan surat wasiat yang berisi harta waris ditangan ibu dan aku
pada saat umur 20tahun akan mencari, dan ada satu wasiat lagi yang membuat sang
pengacara keheranan ternyata berisi botol kaca dan mineral diberikan ke aku.
Setelah pengacara itu pulang aku bertanya kepada ibu apa hubungannya dengan botol
tersebut,? Ibu menjawab pertanyaan katanya kamu yang harus cari tau, itu membuatku
semakin penasaran.
Saat sekolah aku membawa botol pemberian kakek sambil mencari inspirasi apa maksud dari
itu semua. Sampai suatu ketika “wih apa tuh, lu dapat botol doang sebagai warisan dari
kakekmu?” ledek temen aku. Aku ingin membalas tapi dia malah menyela “ cih botol ginian
tidak ada yang berharga, mending dibuang ketempat sampah” ucapan remeh temenku.
Helaan nafas dari mulutku memang sudah bisa aku mendapat cacian seperti itu karena itu
orang mamang nggak baik.
Saat bel istirahat tiba aku pergi ke kantin, disana aku melihat botol mineral, botol jus, botol
minuman kaca. Ya meskipun harganya berbeda tetapi tetap cocok untuk harga pelajar. Tiba-
tiba ada yang memanggil namaku, aku pun mengalihkan pandanganku ke meja yang diisi
sahabatku dan aku pun menghampirinya.
“Adel aku turut berdukacita cita ya,” ucap Sera sahabatku. “iya nih aku juga ya del,” ucap
Luna. “eh btw Del, lu dapat harta wasiat tidak?” ucap Aca sambil menaik turunkan alisnya.
Aku yang mendengar itu memutar bola mataku malas, memang kebiasaan itu anak yang lain
mengucap berdukacita ini malah harta waris, Pingin aku lelang aja nih sahabatku siapa tau
laku.
“Iya gua dapat Ca, tapi masalahnya bukan itu sekarang.” Ucap aku malas.
“Emang apa Del, masalahnya keknya serius banget” ucap sahabatku penasaran. Aku
menghela nafas dan menceritakan tentang wasiat kakek yang memberiku botol tanpa diduga
sahabatku malah tertawa terpingkal-pingkal, aku mengerutkan dahi emangnya ada yang lucu?
“Sumpah nih ya Del, bukannya apa-apa tapi botol ini tuh nggak ada gunanya” ucap Aca
sambil memutar-mutar botol kaca pemberian kakek. Ucapannya disetujui juga oleh dua
sahabatku.
Sekali lagi aku menghela nafas berusaha untuk sabar menghadapi sahabatku yang tidak ada
gunanya, dan akhirnya kantin berjalan dengan tenang dan damai sampai bel masuk berbunyi.
Semua siswa berbondong-bondong masuk kelas untuk pelajar selanjutnya.
Beberapa jam sudahku lalui dan akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang yap
waktu pulang, aku menunggu jemputan ibuku sambil sesekali memandangi botol pemberian
kakek. Sampai suara klakson mobil mengagetkanku ternyata mobil ibu sudah sampai aku pun
menaikinya.
Diperjalanan ibu memberitahuku kalau ia mau ke toko parfum karena parfum dirumah habis,
aku mengiyakan ajakan tersebut. Beberapa saat kemudian sampailah kita di toko parfum
langganan ibu, aku ikut turun dan melihat berbagai macam parfum ditaruh didalam botol dan
ternyata harganya fantastis.
Aku heran kenapa beda dengan botol yang aku lihat di kantin sekolah tadi, padahal sama aja
botol apa isinya ya yang bikin mahal?
Sesibuk itu aku bertengkar dengan pikiranku sampai ibu mengagetkanku untuk pulang karena
iya sudah selesai membeli parfum kesukaannya. Aku melihat parfum tersebut harganya
mahal tetapi berkualitas sangat wangi dan tahan lama, pantas saja ibu menyukainya.
Resolusi
Saat dimobil ibu bertanya “Adel udah berhasil menemukan jawabannya.?” Dan aku pun
mengakukan
“Iya Bu, Adel udah tau.” jawab aku, iya betul aku mengetahuinya setelah aku melihat botol
yang ada di kantin sekolah dan parfum ternyata berbeda dan yang membuat itu berbeda
adalah isinya. Ibu tersenyum mendengar jawabanku.
20 tahun kemudian aku membuka usaha sendiri dari hasil uang wasiat dari kakek karena
sudah mencari, aku membuka usaha jus yang dikemas dalam botol. Ya usahaku laris manis
banyak yang menyukainya karena katanya kemasannya praktis dan rasanya enak.
Aku senang karena ternyata banyak cuan yang aku dapat sampai bisa memiliki pabrik sendiri
dan sudah memiliki cabang di seluruh Indonesia

Koda
Rupanya, itulah maksud dari warisan kakek. Botol yang sama bernilai tergantung dari isinya.
Botol seumpama manusia yang pada dasarnya sama. Namun, memiliki hati dan pandangan
yang berbeda. Kebaikannya tidak dilihat dari fisik, namun justru dari isi hatinya meliputi:
keimanan, kejujuran, kemuliaan, kebaikan dengan manusia lain.
Nama: Mawaridatusy Shofiyyah
Kelas: 9E
No: 20

Pelangi

Kiasan warnamu begitu indah


Merah, kuning, hijau bercahaya
Menambah suasana jadi cerah
Menghiasi pelangi yang berwarna

Kau membuatku bahagia


Kau membuatku sirna
Saat lelah aku menjadi semangat
Saat aku sedih semua hilang begitu saja

Pelangi yang indah ciptaan sang Kuasa


Indah warnamu jauh di sana
Pelangi, kau muncul setelah hujan
Tapi tidak di setiap hujan

Pelangi..
Kau temani aku di saat sendiri Temani aku dalam sepi
Walau begitu kau datang hanya sementara
Bukan ntuk selamanya..
‫‪Mawaridatusy Shofiyyah‬‬
‫‪Kelas: 9E‬‬
‫‪No: 20‬‬

‫‪AZ zumar ayat 53‬‬


‫ي الَّ ِذي َْن اَ ْس َرفُ ْوا َع ٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ْم ۞‬ ‫قُلْ ٰي ِعبَا ِد َ‬
‫اَل تَ ْقنَطُ ْوا ِم ْن رَّحْ َم ِة هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ يَ ْغفِ ُر ال ُّذنُ ْو َ`‬
‫ب َج ِم ْيعًا ۗاِنَّ ٗه‬
‫هُ َو ْال َغفُ ْو ُ`ر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬

‫‪An najm ayat 39-42‬‬


‫ف يُ َرى ‪.‬‬ ‫ان ِإاَّل َما َس َعى ‪َ .‬وَأ َّن َس ْعيَهُ َس ْو َ‬ ‫ْس لِِإْل ْن َس ِ‬‫َوَأ ْن لَي َ‬
‫ك ْال ُم ْنتَهَى‬‫ثُ َّم يُجْ َزاهُ ْال َج َزا َء اَأْل ْوفَى ‪َ .‬وَأ َّن ِإلَى َربِّ َ‬

‫‪Al Imran ayat 159‬‬


‫ت فَظًّا‬ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّم َن هّٰللا ِ لِ ْن َ‬
‫ت لَهُ ْم ۚ َولَ ْو ُك ْن َ`‬
‫ف َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ‬ ‫ك ۖ فَا ْع ُ‬ ‫ب اَل ْنفَضُّ ْو̀ا ِم ْن َح ْولِ َ‬ ‫َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل ِ‬
‫ت فَتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن‬ ‫اورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْم َ‬
‫لَهُ ْم َو َش ِ‬
‫هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِي َْن‬

Anda mungkin juga menyukai