Anda di halaman 1dari 10

Mengenal lebih dekat sosok Asy-Syaikh Maulana Habib Luthfi Bin Yahya

Oleh : Dani Fadhlurrohman

Pendahuluan

Islam yang disebarkan dikawasan Asia Tenggara khususnya di Indonesia oleh beberapa
ilmuan dipengaruhi oleh ajaran para sufi, bahkan warna sufistik yang konon menyebabkan orang
non islam atau ateis tertarik mempelajari islam, perkembangan sufisme adalah salah satu faktor
yang memungkinkan terjadinya islamisasi di kawasan Nusantara. Contoh dari tokoh-tokoh sufi
Indonesia dimasa lalu seperti Walisongo, Hamzah Fansuri, Syeikh Yusuf Makasari, Syeikh
Abdurrauf as-Singkili, dan Syeikh Siti Jenar yang mana mereka berperan besar mengislamkan
hampir seluruh penduduk Indonesia dahulu.

Dalam artikel ini, penulis berusaha untuk menulis salah satu Biografi tokoh Sufi
kontemporer yang saat ini juga sangat dihormati dan dikagumi oleh umat islam di Indonesia
yaitu Asy-Syaikh Habib Muhammad Luthfi Bin ‘Ali Bin Hasyim Bin Yahya Pekalongan beserta
silsilah beliau hingga tersambung oleh Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Penulis berharap
dalam penulisan biografi beliau ini, penulis pribadi dan para pembaca artikel ini bisa mengambil
pelajaran dan hikmah dari tauladan-tauladan Asy-Syaikh Habib Muhammad Luthfi Bin ‘Ali Bin
Hasyim Bin Yahya Pekalongan.

Biografi dan Silsilah Asy-Syaikh Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya

Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dilahirkan di Pekalongan pada hari Senin,
pagi tanggal 27 Rajab tahun 1367 H yang bertepatan tanggal 10 November, tahun 1947 M.
Dilahirkan dari seorang syarifah, yang memiliki nama dan nasab: sayidah alKarimah as Syarifah
Nur binti Sayid Muhsin bin Sayid Salim bin Syarifah Nur binti Sayid Muhsin bin Sayid Hasan
bin Sasyid Imam A’lawi bin Sayid al Imam Muhammad bin al Imam ‘Alawi bin Imam al kabir
Sayid Abdullah bin Imam Salim bin Imam Muhammad bin Sayid Sahal bin Imam Abd Rahman
Maulana Dawileh bin Imam ‘Ali bin Imam ‘Alawi bin Sayidina Imam al Faqih al Muqadam bin
‘Ali Ba Alawi.

Sementara nasab beliau dari jalur ayah: Al-Habib Muhammad Luthfi bin Al-Habib Ali
bin Al-Habib Hasyim bin Al-Habib Umar bin Al-Habib Thoha bin Al-Habib Muhammad bin Al-
Habib Syekh bin Al-Habib Ahmad bin Al-Imam Yahya Ba’Alawy bin Al-Habib Hasan bin Al-
Habib Alwy bin Al-Habib Ali bin Imam Alwy an-Nasiq bin Imam Muhammad Maulad Dawileh
bin Imam Ali Maula Darrak bin Imam Alwy al-Ghuyyur bin Imam Al-Faqih al-Muqaddam
Muhammad Ba’Alawy bin Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Imam Ali Khali
Qasam Bin Imam Alwy bin Imam Muhammad bin Imam Alwy Ba’Alawy bin Imam Ubaidullah
bin Imam Ahmad Alwy Ba’Alawy bin Imam Ubaidullah bin Imam Ahmad Al-Muhajir bin Imam
Isa an-Naqib ar-Rumi bin Imam Muhammad an-Naqib bin Imam Ali al-Uraidhi bin Imam Ja’far
Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husein Ash-Sibth
bin Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidatina Fathimah Azzahro binti Muhammad
Rasulullah Saw.

Segudang jabatan yang diemban beliau, tidak membuat Habib Luthi merasa capek dan
merasa berat memikul amanah. Saat ini Habib Luthfi bin Ali Yahya baru saja dipercaya
menjabat sebagai Ketua Umum MUI kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya dan sebagai
Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Disamping beliau seorang Mursyid1 Thoriqoh Sadzaliyah, juga

1
Mursyid adalah sebutan untuk seorang guru pembimbing dalam dunia thoriqoh, yang telah memperoleh
izin dan ijazah dari guru mursyid Shohibuth thoriqoh yang muasalnya dari Rasulullah Saw untuk mentalqin dzikir /
sebagai Rais Aam dari Jam’iyyah Ahlit Thoriq Al-Mu’tabaroh An Nahdiyyah hasil Muktamar
(konferensi, rapat, atau perundingan) Thariqoh ke-9 dan ke-10 yang digelar di kota Pekalongan
(salah satu Badan Otonom NU).2

Karya-karya Beliau

Ada beberapa penulis ketahui terkait karya-karya Habib Lutfi bin Yahya, diantaranya :

Anwar al-Nujum : Kitab Tafsir Biografi Nabi

Kitab ini beliau tulis pada akhir tahun 1980-an atau awal tahun 1990-an. Beliau
mengatakan jika kitab “Anwar al-Nujum” ini belum selesai. Kitab ini secara umum memberikan
penjelasan (tafsir) atas Qs. At-Taubah ayat 128. Melalui jendela tafsiran ayat terebut, Habib
Luthfi hendak lebih dalam dan jauh lagi mengulas tentang biografi Nabi Muhammad SAW,
menyelami samudra keutamaan, kemuliaan, kesempurnaan, dan keluhuran sosok pribadi beliau.
Jadi, kita ini adalah tafsir biografis (tafsir al-sirah) dari Nabi Muhammad Saw. Jumlah
keseluruhan naskah dari kitab Anwar al-Nujum yang beliau tulis sebanyak 52 halaman, ditulis
dalam bahasa Arab dengan corak aksara Arab Naskhi.3

Buku berjudul Secercah Tinta Jalinan Hamba dengan Sang Pencipta, (Pekalongan: Menara
Publisher, 2012).

Dalam buku ini menjelaskan mozaik-mozaik tasawuf. Pembahasan pertama dimulai


dengan keistimewahan Nabi Muhammad SAW, pengenalan kedudukan sahabat nabi, Syaidina
Ali bin Abi Thalib, Sayyidah Fathimah, wasilah dzuriyyah Nabi Saw. Bab selanjutnya
membahas tentang sekitar ahlu sunnah. Bab berikutnya baru membahas tentang Thariqoh,
mengamalkan ajaran Tasawuf dan lain-lain. Bab terakhir, beliau menjelaskan tentang Abdul
Muthalib dan segala hal yang keterkaitannya dengan tasawuf.4

wirid thoriqoh kepada orang-orang yang datang meminta bimbingannya.


2
https://pecintahabibina.wordpress.com/2012/12/16/profil-habib-muhammad-lutfi-bin-yahya-2/, diakses
pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 22.55 wib.
3
https://www.nu.or.id/post/read/74885/anwar-al-nujum–kitab-tafsir-biografi-nabi-karya-habib-lutfi , diakses
pada tanggal 16 Juni 2017 pukul 06.27 wib.
Pemikiran-pemikiran Beliau

Pemikiran Pendidikan Sufistik Habib Lutfi

Pendidikan sufistik Habib Lutfi adalah pendidikan syariat dengan tujuan tasawuf. Setiap
orang yang belajar ilmu tasawuf harus melewati ilmu syariat atau yang dikenal dengan ilmu
fiqih. Karena ilmu fiqih adalah dasar dari pendidikan tasawuf. Sedangkan pendidikan tasawuf
adalah pendidikan yang mengatur iman, amal, Islam dan ihsan. Tujuan pendidikan sufistik
menurut Habib adalah untuk melatih diri dalam membersihkan jiwa dan hati (tazkiyatul qulub
wa tazkiyatun nafs) sehingga dekat dengan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Habib Luţfi yang merupakan penggagas utama dari Al-Muttaqo As-Sufy Al-Alamy atau
Konferensi Sufi Dunia yang berlangsung di Jakarta 16 Juli 2011 ini membagi tasawuf menjadi
tiga tingkatan, yaitu: pertama, tasawuf mubtadiin, atau tasawuf bagi pemula, tasawuf ini terlahir
dari sunnah Nabi Muhammad SAW, yang membentuk akhlaq dan adab, misalnya seseorang
berwudhu setelah membasuh muka setelah melakukan niat.

Esensi dari pendidikan sufistik menurut Habib Luţfi (Risalah: 2011, 35), bukan pada źikir
atau ucapan semata, tetapi lebih pada nilai perbuatan dan dakwah dengan tujuan mendirikan
agama Allah yang rahmatal lil‟alamin. Bagi Habib Luţfi, pendidikan sufistik yang
mengedepankan kejernihan hati dan ajaran universal kemanusiaan akan mampu menjadi
alternatif solusi berbagai problematikan umat Islam dunia.

Oleh karena itu, berdasarkan pembagian tingkatan tasawuf menurut Habib Luţfi diatas,
peneliti menyimpulkan bahwa pemikiran pendidikan sufistik Habib Luţfi berporos pada empat
hal, yaitu, pendidikan sabar, pendidikan sabar, pendidikan ridha dan cinta Allah SWT. Yang
akan kami uraikan secara detail berikut ini.

Pemikiran Pendidikan Kesabaran

Pendidikan sabar menurut Habib Luţfi adalah sikap menahan diri dan membawanya
kepada yang diperintahkan oleh syari‟at Allah SWT dan akal serta menghindarkannya dari apa
4
https://diskursusidea.blogspot.co.id/2014/08/resensi-buku-tentang-kh-habib-muhammad.htm?m=1 ,
diakses pada tanggal 16 Juni 2017 pukul 06.50 wib.
yang dibenci keduanya. Menurut Khalim, sabar bagi seorang sufi adalah menyengaja hidup
dalam keadaan faqir, sehingga keadaan tersebut menuntut untuk bersabar tanpa mengenal
keluhan.

Pendidikan kesabaran sangat berperan dalam mengatasi problem ekonomi, keluarga,


lingkungan berdakwah dalam suatu masyarakat. Sebuah kesabaran memang ada batasnya, akan
tetapi jika kesabaran itu kembali kepada keimanan, batas kesabaran itu akan menjadi nilai
tambah dalam ilmu sabar.

Orang sabar akan menghadapi sesuatu dengan sikap solutif yang tidak terlepas dari al-
Qur‟an dan Hadiś nabi. Sebagai contoh, ketika seseorang dimusuhi oleh orang yang dengki
kepada dirinya, ketika emosi berperan disitulah letak batas kesabaran, akan tetapi semuanya akan
cair ketika sabar dengan batasnya, ikut berbicara: Ya Allah selamatkan diriku dari segala macam
penyakit hati, diantaranya penyakit dengki atau iri hati.

Pemikiran Pendidikan Kezuhudan

Al-Junaid mengatakan bahwa zuhud adalah kosongnya tangan dari kepemilikan dan
kosongnya hati dari pencarian. Sufyan Tsauri, mengatakan, zuhud terhadap dunia adalah
membatasai keinginan untuk memperoleh dunia, bukannya memakan makanan kasar, atau
memakai jubah dengan kain kasar.

Pendidikan zuhud menurut Habib Lutfi adalah suatu sikap yang tidak tergila-gila dan
terpedaya oleh urusan dunia dan gemerlapnya. Seseorang yang berzuhud ditengah-tengah
kenikmatan yang ada di dunia dan lebih menyibukkan dirinya dengan Sang Pemberi nikmat. Ia
memutuskan kenikmatan dan kelezatan dari dirinya agar tidak sampai di sibukkan oleh nikmat
tersebut hingga melupakan Sang Pemberi nikmat.

Jika hal itu ia lakukan dengan konsisten, maka Dia akan mendekatkannya pada-Nya,
bahkan akan memberikan kuasa takwin (pengadaan) di tangannya. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
menjelaskan, “seorang „ alim tanpa zuhud akan menjadi beban siksaan bagi kalangan (generasi)
semasanya, karena ia berbicara tentang keikhlasan, juga tanpa tanpa realisasi amal, sehingga
pembicaraanya tidak mengena hati mereka, apalagi menetap. Merekapun hanya mendengar tanpa
tergerak untuk melaksanakannya.
Pendidikan zuhud menurut Habib Lutfi diibaratkan seseorang yang melihat kecantikan
seorang wanita kemudian segera dikembalikan kepada Sang pencipta. Karena keabadian
kecantikan tersebut menjadi hilang termasuk unsur keturunan, dan bagaikan orang melihat
matahari di pagi hari ternyata tenggelam di waktu sore hari begitu pula ketika melihat keadaan
bulan tenggelam di pagi hari.

Dari pemikiran pendidikan zuhud Habib Lutfi di atas dapat peneliti gambarkan bahwa
mendidik sikap zuhud tidak harus menjauhi dunia, karena pada dasarnya pendidikan zuhud
adalah mengosongkan hati selain Tuhan. Dunia yang dibenci oleh para sufi, menurut Abu Hasan
al-Syazili13 adalah dunia yang memperbudak manusia. Kesenangan dunia adalah tingkah laku
syahwat yang hanya permainan dan senda gurau yang akan melupakan Allah.

Menurut peneliti, berdasarkan keterangan pendidikan zuhud menurut Habib Lutfi di atas,
tidak ada larangan bagi salik untuk menjadi meliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak
bergantung pada harta yang dimiliknya. Salik sendiri adalah nama lain dari (pengembara) sufi
dalam rangka mencari Tuhan Yang Maha Esa.

Pemikiran Pendidikan Kecintaan Kepada Allah SWT.

Habib Lutfi mengibaratkan pendidikan cinta kepada Allah SWT, bagaikan minyak
dengan api sehingga jika minyaknya semakin banyak maka cahayanya akan semakin terang dan
bertambah. Cinta kepada Allah dari sebab ma’rifat kepada-Nya sehingga muncullah kekuatan
iman dan cinta dari-Nya. Menurut Dhahir, orang sufi menyebut terminologi cinta dengan sesuatu
yang dirindukan dan memasukkan sifat-Nya kepada wanita cantik, setelah itu mereka berusaha
mengaitkan ikatan antara kedua cinta tersebut sehingga meleburlah sifat fana.

Menurut Habib Lutfi dalam aplikasi konsep pendidikan cinta Allah SWT adalah
perumpamaan: seberapa jauh seseorang mengenal tanah air menjadi sebuah tolak ukur atau kadar
cinta seseorang kepada Allah SWT dan Rasul-nya. Jika benar seseorang mencintai tanah air akan
menambah ma’rifat, keyakinan, serta beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan
pendidikan cinta tersebut seseorang akan menjaga dan menggali ilmu segala potensi ilmu
pengetahuan yang ada dalam tanah air. Sehingga akan melahirkan para ilmuan yang
menumbuhkan jati diri dalam beriman, berbangsa, dan bernegara.
Pudarnya suatu bangsa, jika cinta kepada tanah air dan bangsa-nya pudar (melentur)
terlebih jika suatu bangsa tidak mengenal para leluhur dan nenek moyangnya sebagai pendiri
bangsa dan negara dalam tanah air, maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang rapuh. Seperti
halnya umat Islam bila melentur kadar cintanya kepada Nabinya, imannya pun akan rapuh
sehingga akan menjadi sebab umat yang mudah dihancurkan. Semuanya akan menjadi kokoh
bila kecintaan umat kepada Nabi SAW yang kemudian akan melahirkan rasa cinta kepada
bangsa dan tanah airnya, namun tidak akan diperoleh apabila tidak disertai kejernihan sanubari
serta menghilangkan egoisme yang menutupi kebutuhannya sehingga tidak menyadari atas umat
Islam segala kekurangannya. Dalam dunia tasawuf hal tersebut sangat berperan yang melahirkan
kesucian dalam mencintai Allah SWT, Rasul-Nya, dan bangsa umat Islam.

Pemikiran Pendidikan Ridha

Ridha ialah menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT kepadanya. Rela
berjuang di jalan Allah SWT, rela menghadapi kesukaran, rela berkorban harta, pikiran bahkan
jiwa. Pendidikan ridha menurut Habib Lutfi adalah menerima segala perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya dari hal-hal yang wajib sampai hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Pendidikan ridha adalah suatu sifat dan sikap memfitrahkan (memurnikan) motivasi dan
keyakinan serta melapangkan diri terhadap segala amr (perintah) dan musibah (ujian) Allah
SWT. Ridha menurut Simuh, adalah buah dari tawakkal. Dimana jika seorang sufi telah benar-
benar melaksanakan tawakkal maka dengan sendirinya ia akan sampai pada maqam ridha.
Aplikasi pendidikan ridha menurut Habib Lutfi adalah hendaklah setiap hamba yang
melaksanakan aktivitasnya mengerti bahwa hal itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT.

Akan tetapi, tidak hanya diperintahkan untuk menjalankan seluruh aktivitas ibadah
dengan, sekedarnya. saja, atau semata-mata menggugurkan kewajiban saja, atau ternodai oleh
beberapa keinginan lainnya seperti mendapatkan kehormatan dan pujian dari makhluk-Nya.
Orang yang dapat mengaplikasikan pendidikan ridha adalah orang yang tidak ada tujuan dan
pamrih apa-apa melainkan untuk menghambakan dirinya dengan Allah SWT, sehingga Allah
SWT meridhai dan mencintainya. Kualitas dari suatu perbuatan, tindakan, dan aktivitas diri
terletak pada kualitas niat, i’tikad, tujuan dan maksudnya.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pendidikan ridha adalah mendidik
kondisi kejiwaan atau sikap mental agar senantiasa menerima dengan lapang dada atas segala
karunia yang diberikan atau musibah yang ditimpakan kepadanya. Ia akan senantiasa merasa
senang dalam setiap situasi yang meliputinya. Sikap mental semacam ini adalah merupakan
maqam tertinggi yang dicapai oleh seorang sufi.5

Penutup

Kesimpulan

Biografi dan Silsilah Asy-Syaikh Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya

5
Pemikiran Pendidikan Sufistik KH. Habib Luthfi bin Yahya (dalam penulisan ilmiah Respon Jama’ah
Kanzus Shalawat di Pekalonngan, 2011).
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dilahirkan di Pekalongan pada hari Senin,
pagi tanggal 27 Rajab tahun 1367 H yang bertepatan tanggal 10 November, tahun 1947 M.
Dilahirkan dari seorang ayah dan ibunya seorang sarifah, dari sanad ayah dan ibunya
bersambung hingga Rasulullah Saw.

Karya-karya Beliau

Anwar al-Nujum : Kitab Tafsir Biografi Nabi

Secercah Tinta Jalinan Hamba dengan Sang Pencipta, (Pekalongan: Menara Publisher, 2012).

Pemikiran-pemikiran Beliau

Pemikiran Pendidikan Kesabaran

Pendidikan sabar menurut Habib Luţfi adalah sikap menahan diri dan membawanya
kepada yang diperintahkan oleh syari‟at Allah SWT dan akal serta menghindarkannya dari apa
yang dibenci keduanya.

Pemikiran Pendidikan Kezuhudan

Pendidikan zuhud menurut Habib Lutfi adalah suatu sikap yang tidak tergila-gila dan
terpedaya oleh urusan dunia dan gemerlapnya. Seseorang yang berzuhud ditengah-tengah
kenikmatan yang ada di dunia dan lebih menyibukkan dirinya dengan Sang Pemberi nikmat. Ia
memutuskan kenikmatan dan kelezatan dari dirinya agar tidak sampai di sibukkan oleh nikmat
tersebut hingga melupakan Sang Pemberi nikmat.

Pemikiran Pendidikan Kecintaan Kepada Allah SWT.

Habib Lutfi mengibaratkan pendidikan cinta kepada Allah SWT, bagaikan minyak
dengan api sehingga jika minyaknya semakin banyak maka cahayanya akan semakin terang dan
bertambah.
Pemikiran Pendidikan Ridha

Ridha ialah menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT kepadanya. Rela
berjuang di jalan Allah SWT, rela menghadapi kesukaran, rela berkorban harta, pikiran bahkan
jiwa.

Daftar Pustaka

Website

Ginanjar Sya’ban, 2017. Anwar al-Nujum: Kitab Tafsir Biografi Nabi Karya Habib Luthfi.
https://www.nu.or.id/post/read/74885/anwar-al-nujum-kitab-tafsir-biografi-nabi-karya-
habib-lutfi

https://diskursusidea.blogspot.co.id/2014/08/resensi-buku-tentang-kh-habib-muhammad.htm?
m=1

Muhamad Daerobi, 2014. Resensi Buku Tentang KH. Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya.

Thobiby Qolby, 2012. Profil. Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.

https://pecintahabibina.wordpress.com/2012/12/16/profil-habib-muhammad-lutfi-bin-
yahya-2/

Jurnal

Respon Jama’ah Kanzus Sholawat, 2011. Pemikiran Pendidikan Sufistik KH. Habib Luthfi bin
Yahya. Halaman 12-16.

Anda mungkin juga menyukai