Anda di halaman 1dari 3

Biografi Abdul Wahab Hasbullah - Pendiri

Nahdatul Ulama

K.H. A. Wahab Hasbullah

K.H. A. Wahab Hasbullah


Lahir: 31 Maret 1888 Jombang, Jawa Timur
Meninggal: 29 Desember 1971
Dikenal karena: Rais Am Syuriah Nahdlatul Ulama, Pahlawan Nasional Indonesia
Gelar: K.H.
Pendahulu: K.H. M. Hasyim Asy'arie
Pengganti : K.H. Bisri Syansuri
Agama: Islam
Anak: K.H.M. Wahib Wahab,

Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah (KH Abdul Wahab Chasbullah Kyai Wahab) adalah seorang
ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan
modern, dawahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum
Soeara Nahdlatul Oelama atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Bersama dengan KH Hasyim
Asy'ari menghimpun tokoh pesantren dan keduanya mendirikan Nahdlatul Ulama (Kebangkitan
Ulama) pada tahun 1926. Kiai Wahab juga berperan membentuk Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi).
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Kiai Wahab bersama Hasyim Asy'ari dari
Jombang dan Kiai Abbas dari Cirebon merumuskan Resolusi Jihad sebagai dukungan terhadap
perjuangan kemerdekaan. Sesudah Hasyim Asy'ari meninggal dunia, Kiai Wahab menjadi Rais Am NU.
Dia meningkatkan dukungan NU kepada Pemerintah Indonesia dalam memenangi perang melawan
Pemerintah Belanda.

Kelahiran
KH Abdul Wahab Hasbullah lahir di Jombang, Jawa Timur pada 31 Maret 1888. Ayahnya adalah KH
Hasbulloh Said, Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya
bernama Nyai Latifah. dan mempunyai cicit bernama Rizky Fadlullah

Pendidikan
Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah juga seorang pelopor dalam membuka forum diskusi antar ulama,
baik di lingkungan NU, Muhammadiyah dan organisasi lainnya. Ia belajar di Pesantren Langitan
Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada Syaikhona R.
Muhammad Kholil Bangkalan Madura, dan Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Hadratusy
Syaikh KH. M. Hasyim Asyari. Disamping itu, Kyai Wahab juga merantau ke Makkah untuk berguru
kepada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani dengan hasil nilai istimewa.

Aktivitas di Nahdatul Ulama


KH. Abdul Wahab Hasbulloh merupakan bapak Pendiri NU Selain itu juga pernah menjadi Panglima
Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Ia juga tercatat sebagai anggota DPA
bersama Ki Hajar Dewantoro. Tahun 1914 mendirikan kursus bernama Tashwirul Afkar.

Tahun 1916 mendirikan Organisasi Pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan, kemudian pada 1926
menjadi Ketua Tim Komite Hijaz. KH. Abdul Wahab Hasbulloh juga seorang pencetus dasar-dasar
kepemimpinan dalam organisasi NU dengan adanya dua badan, Syuriyah dan Tanfidziyah sebagai
usaha pemersatu kalangan Tua dengan Muda
Pelopor Kebebasan Berpikir
KH. A. Wahab Hasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan Umat Islam Indonesia,
khususnya di lingkungan nahdhiyyin. KH. A. Wahab Hasbullah merupakan seorang ulama besar
Indonesia. Ia merupakan seorang ulama yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan
terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Untuk itu kyai Abdul Wahab Hasbullah membentuk
kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada 1914.

Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Tetapi berkat prinsip
kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan dan topik-topik yang dibicarakan mempunyai
jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini menjadi sangat populer dan
menarik perhatian di kalangan pemuda. Banyak tokoh Islam dari berbagai kalangan bertemu dalam
forum itu untuk memperdebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting.

Tashwirul Afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren. Ia juga menjadi ajang komunikasi
dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasional sekaligus jembatan bagi komunikasi antara
generasi muda dan generasi tua. Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas
berpikir dan bertindak, maka jelas pula kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi
kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Bersamaan dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, Kyai Abdul Wahab Hasbullah bersama
KH. Mas Mansur menghimpun sejumlah ulama dalam organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan
Tanah Air) yang mendapatkan kedudukan badan hukumnya pada 1916. Dari organisasi inilah Kyai
Abdul Wahab Hasbullah mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang
kurang-lebih sealiran dengannya. Di antara ulama yang berhimpun itu adalah Kyai Bisri Syansuri
(Denanyar Jombang), Kyai Abdul Halim, (Leimunding Cirebon), Kyai Alwi Abdul Aziz, Kyai
Mashum (Lasem) dan Kyai Cholil (Kasingan Rembang). Kebebasan berpikir dan berpendapat yang
dipelopori Kyai Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan
terpentingnya kepada kaum muslimin Indonesia. Kyai Wahab telah mencontohkan kepada generasi
penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa
keberagamaan yang kental. Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh
spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip kebebasan berpikir
dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan
dengan pisau analisis keislaman.

Pernah suatu ketika Kyai Wahab didatangi seseorang yang meminta fatwa tentang Qurban yang
sebelumnya orang itu datang kepada Kyai Bisri Syansuri. Bahwa menurut hukum Fiqih berqurban
seekor sapi itu pahalanya hanya untuk tujuh orang saja, terang Kyai Bisri. Akan tetapi Si Fulan yang
bertanya tadi berharap anaknya yang masih kecil bisa terakomodir juga. Tentu saja jawaban Kyai Bisri
tidak memuaskan baginya, karena anaknya yang kedelapan tidak bisa ikut menikmati pahala Qurban.
Kemudian oleh Kyai Wahab dicarikan solusi yang logis bagi Si Fulan tadi. Untuk anakmu yang kecil
tadi belikan seekor kambing untuk dijadikan lompatan ke punggung sapi, seru kyai Wahab.

Dari sekelumit cerita di atas tadi, kita mengetahui dengan jelas bahwa seni berdakwah di masyarakat
itu memerlukan cakrawala pemikiran yang luas dan luwes. Kyai Wahab menggunakan kaidah
Ushuliyyah Maa laa yudraku kulluh, laa yutraku julluh, Apa yang tidak bisa diharapkan semuanya
janganlah ditinggal sama sekali. Di sinilah peranan Ushul Fiqih terasa sangat dominan dari Fiqih
sendiri.

Seorang Inspirator GP Ansor


Dari catatan sejarah berdirinya GP Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU). Berawal dari
perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan,
organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh dan pembinaan
kader. KH. Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH. Mas Mansyur yang berhaluan
modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat
untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam. Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para
pemuda yang mendukung KH. Abdul wshab hasbulloh yang kemudian menjadi pendiri NU
membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air).

Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya
mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru
Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab Hasbullah ulama besar sekaligus guru besar
kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW
kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama
Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap,
perilaku dan semangat perjuangan para Sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan
ANO harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang
dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam.

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam
struktur organisasi NU. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10
Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen)
pemuda NU. Dimasukkannya ANO sebagai salah satu departemen dalam struktur kelembagaan NU
berkat perjuangan kiai-kiai muda seperti KH. Machfudz Siddiq, KH. A. Wahid Hasyim, KH. Dachlan.

Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah wafat di Jombang pada 29 Desember 1971. Beliau dianugerahi gelar
Pahlawan Nasional pada 7 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo bersama dengan Djamin
Ginting, Sukarni Kartodiwirjo, dan HR Muhammad Mangundiprojo. (Sumber: Wikipedia)

Posted by muhamad nurdin fathurrohman Posted on 11:58 AM

Anda mungkin juga menyukai