Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul
Kerajaan Maritim di Indonesia disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
WSBM serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai kerajaan
maritime yang ada di Indonesia. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman yang telah membantu pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa
manfaat khususnya bagi saya dan orang lain yang telah membaca makalah kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini kami susun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar makalah ini
selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.

Penulis

Kelompok 2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah mencatat bahwa kehidupan bahari bangsa Indonesia
sudah lahir jauh sebelumnya, hal ini dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah
maupun sejarah. Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna,Seram dan Arguni yang dipenuhi
oleh lukisan perahu-perahu layar,menggambarkan bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia merupakan bangsa
pelaut, selain itu ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia
dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kit asudah melakukan hubungan dengan bangsa lain
yang tentunya menggunakan kapal-kapal yang laik layar.Kerajaan Sriwijaya (683 M 1030 M) memiliki
armada laut yang kuat,menguasai jalur perdagangan laut dan memungut cukai atas penggunaan
laut.Pengaruhnya meliputi Asia Tenggara yang mana hal ini dikuatkan oleh catatan sejarah bahwa
terdapat hubungan yang erat dengan Kerajaan Campa yang terletak di antara Camboja dan Laos. Bangsa
Indonesia dengan karakteristik sosial budaya kemaritiman, bukanlah merupakan fenomena baru.
Fakta sejarah menunjukan bahwa fenomena kehidupan kemaritiman, pelayaran dan perikanan
beserta kelembagaan formal dan informal yang menyertainya merupakan kontinuitas dari proses
perkembangan kemaritiman Indonesia masa lalu. Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di
laut haruslah menjadi penyemangat generasi sekarang dan yang akan datang. Bentuk implementasinya masa
kini, bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa Indonesia wilayahnya adalah dua pertiga
adalah lautan dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan pembangunan bangsa sekarang dan yang akan
datang. Bentuk implementasinya masa kini, bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa
Indonesia wilayahnya adalah dua pertiga adalah lautan dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan
pembangunan bangsa.
B. Maksud dan Tujuan
Makalah yang berjudul Sejarah Kemaritiman Indonesia dibuat dengan
maksud memenuhi tugas kuliah mata kuliah WSBM. Tujuan pembuatan makalah ini adalah
menjelaskan/mengulas kembali tentang mengapa Indonesia disebut sebagai Negara maritim dan
mengetahui kerajaan kerajaan maritim yang pernah berjaya di Indonesia sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya wilayah maritim untuk masyarakat Indonesia.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan :
1) Apa saja kerajaan maritim di Indonesia dan kejayaannya pada masa lalu
2) Bagaimana kejayaan kerajaan maritim Indonesia saat ini
3) Bagaimana sejarah Kemaritiman Bugis Makassar

BAB II
PEMBAHASAN
1. Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia
Sejarah perjalanan bangsa mencatat bahwa ada dua kutub kekuasaan kerajaan maritime yang
menjadi soko guru Negara maritime nusantara. Keduanya adalah Sriwijaya yang didirikan pada
abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi dan Majapahit pada abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.
Bersamaan dengan itu, di Wilayah Timur Nusantara muncul pula Kerajaan Gowa sebagai
kerajaan maritime besar yang dibuktikan dengan adanya ekspansi kekuasaan dari berbagai
kerajaan di Sulawesi Selatan, bahkan di Nusantara bagian Timur seperti Kerajaan Wollo di
Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara, dan lainlainnya ditambah dengan keperkasaan dan kepiawaian pelaut-pelaut Bugis Makassar dalam
mengarungi samudera yang terkenal dan dikagumi seantero nusantara.
Sebenarnya diantara kerajaan-kerajan maritime Nusantara yang pernah tumbuh dan Berjaya,
terdapat tujuh di antaranya yang mencolok, yaitu:
1) Kerajaan Tarumanegara di Tanjung Periok Jakarta pada abad ke-3 hingga tahun 690 M
2) Dinasti Sanjayawangsa dan Chailendrawangsa yang menguasai Jawa Tengah dari abad ke-7
hingga abad ke-10
3) Kerajaan Dharmawangsa di Jawa Timur tahun 991-1016 M
4) Kerajaan Melayu Srivujaya (Sriwijaya) masa pemerintahan Balaputradewa dan
Dharmaphala di Sumatera Selatan abad ke-8 hingga abad ke-9 M
5) Kerajaan Samdera Pasee (Pasai) tahun 1225-1524 M
6) Kerajaan Banten tahun 1481-1531 M
7) Kerajaan-kerajaan di bagian Timur Nusantara pada abad ke-17
1.1 Kerajaan Sriwijaya
Faktor-faktor yang mendorong Sriwijaya tumbuh mejadi kerajaan maritim yang cukup besar adalah seperti berikut
ini.
Palembang terletak di muara Sungai Musi. Di hadapannya terdapat pulau-pulau yang menjadi pelindung
pelabuhan, sehingga baik sekali sebagai pusat perdagangan.
Letaknya strategis di tepi jalur perdagangan nasional maupun internasional. Jalan dagang Indonesia
bagian barat ke Indonesia bagian timur. Secara internasional terletak pada jalur perdagangan antara India
dan Cina.
Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberi kesempatan besar bagi Sriwijaya untuk
mengembangkan kekuasaannya di laut, terutama Asia Tenggara.
Sriwijaya mempunyai kemampuan melindungi pelayaran dan perdagangan,karena memiliki armada laut
yaang kuat dan tangguh.
Karena didukung faktor-faktor di atas,berkembanglah Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang besar.
Sriwijaya berhasil menguasai daerah di sekitarnya, bahkan sampai ke daerah Ligor (Thailand). Daerah-daerah
yang dikuasai antara lain: Tulangbawang, Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Kra,Jawa Tengah, Tanjung pura,
Lampung, dan daerah-daerah lain. Karena wilayahnya yang sangat luas dan menguasai lautan, Sriwijaya
disebut sebagai kerajaan bertaraf nasional pertama. Negara maritim adalah suatu negara yang lebih
mengutamakan bidang perdagangan dan pelayaran. Negara maritim didukung armada laut yang kuat guna
melindungi pelayaran dan perdagangannya. Letak Sriwijaya yang sangat strategis menyebabkan banyak
pedagang dari luar negeri singgah di pelabuhannya, seperti India, Persia, Birma, Filipina, dan Cina. Kerajaan
Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke 13M. Kemunduran ini terjadi karena adanya beberapa
faktor, di antaranya adalah faktor alam, ekonomi, politik, dan militer.

a.

Faktor Alam
Ditinjau dari faktor alam, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena kota Palembang
semakin jauh dari laut. Hal tersebut terjadi karena adanya pengendapan lumpur yang dibawa
oleh Sungai Musi dan sungai lainnya. Hal ini menyebabkan kapal-kapal dagang yang datang ke
Palembang semakin berkurang.
b. Faktor Ekonomi
Ditinjau dari faktor ekonomi, kota Palembang yang semakin jauh dari laut menjadi tidak
strategis lagi. Karena tidak banyak kapal dagang yang singgah, sehingga kegiatan
perdagangannya menjadi berkurang. Akibatnya pajak sebagai sumber pendapatan semakin
berkurang. Hal ini memperlemah posisi Sriwijaya.
c. Faktor Politik
Perekonomian Sriwijaya yang semakin lemah itu menyebabkan Sriwijaya tidak mampu lagi
mengontrol daerah kekuasaannya. Akibatnya, daerah-daerah bawahannya berusaha untuk
melepaskan diri.
d. Faktor Militer
Dalam segi militer, kemunduran Sriwijaya disebabkan adanya serangan militer dari kerajaan
lain antaranya sebagai berikut :
Adanya serangan Dharmawangsa pada tahun 992M.
Adanya serangan dari Kerajaan Colamandala yang berlangsung tiga kali,yaitu pada
tahun 1023M, 1030M, dan 1068M.
Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, Kerajaan Singasari menduduki Melayu.
Pendudukan oleh Majapahit sekitar tahun 1377M.. Akibat beberapa serangan tersebut,
berakhirlah peranan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim sekaligus sebagai kerajaaan
yang bertaraf nasional pertama.
1.2 Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terkaya dan mempunyai jumlah perahu dan kapal terbesar di dunia. Namun juga
merujuk kitab-kitab musuh Majapahit misalnya Kidung Sundayana, Hikayat Banjar, Hikayat Raja-raja
Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah dan sebagainya. Dari situ, terungkaplah berapa jumlah kapal milik
Majapahit yang sekitar 2800 perahu/kapal ( minimal ), kerajaan Makasar 200 kapal, kerajaan Siam 100 kapal,
kerajaan Cina 100 kapal, kerajaan Portugis 43 kapal.KerajaanMajapahit berkembang bukan hanya dari basis
ekonomi pertanian namun juga pengembangan kegiatan pelayaran dan perdagangan sebagai sebuah negara maritim.
Perdagangan laut itu bukan hanya dilakukan antara satu daerah dengan daerah lain di Nusantara, tetapi juga
perdagangan internasional dengan kawasan yang lebih luas. Pigeaud berpendapat bahwa barang-barang impor telah
dikenal oleh masyarakat Majapahit hingga pedalaman seperti tekstil dari India dan barang-barang dari Cina seperti
mata uang,barang-barang pecah belah dan batu mulia. Chao Ju-Kua memberikan kesaksian bahwa komoditas Cina
yang dibeli oleh para pedagang Jawa mencakup emas, perak,sutera, pernis, dan porselin. Begitu berkembangnya
daya beli para pedagang Jawa sehingga menyebabkan Kekaisaran Cina pernah melarang perdagangan dengan Jawa
karena menyebabkan terjadinya penyedotan mata uang Cina ke Jawa melalui perdagangan rempah-rempah,
khususnya lada. Perlu diingat bahwa Tome Pires yang berkunjung di pelabuhan-pelabuhan di Jawa pada awal abad
XVI mendengarkan dengan telinganya sendiri bahwa kebesaran Majapahit sudah beredar di kalangan banyak orang
pada waktu itu. Ia mengatakan bahwa: They say that the island of Java used to rule as far as the Moluccas (Maluco)
on theeastern side and (over) a great part of the west; and that it had almost all this for a longtime past until about a
hundred years ago, when its power began to diminish until it came to its present state. Kemunduran Majapahit
sebagai akibat dari perebutan kekuasaan di antara keluarga kraton mengakibatkan ketidakmampuannya untuk
mengontrol daerah-daerah yang dikuasai sejalan dengan berkembangnya agama Islam di pelabuhan-pelabuhan
yang dikuasai Majapahit.

1.3 Kerajaan Gowa


Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi
yang terkenal adalah Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwahd ari Datuk ri Bandang dan
Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera
mengikutinya. Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan
itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Makassar tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai karena
letaknya di tengah- tengah antara Maluku, Jawa,Kalimantan, Sumatra, dan Malaka. Banyak pedagang dari
Malaka, Aceh, dan Maluku yang pindah ke Makassar. Para pedagang Makassar membawa beras dan gula dari Jawa
dan daerah Makassar sendiri ke Maluku yang ditukarkan dengan rempah-rempah. Rempah-rempah
itu lalu dijual ke Malaka dan pulangnya membawa dagangan, seperti kain dari India, sutra dan tembikar dari
Cina, serta berlian dari Banjar.
Pada Bidang Politik, Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alaudin (1591 1639). Raja berikutnya
adalah Muhammad Said(1639 1653) dan dilanjutkan oleh putranya, Hasanuddin (1654 1660). Sultan
Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi
Selatan, termasuk Kerajaan Bone. VOC setelah mengetahui Pelabuhan Sombaopu cukup ramai dan banyak
menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan dagang. Utusan itu diterima
dengan baik dan VOC sering datang ke Makassar
untuk berdagang. Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersamasama menyerbu Banda (pusat rempah- rempah).
Belanda juga menganjurkan agar Makassar tidak menjual beras kepada
Portugis. Namun, semua permintaan VOC itu ditolak. Antara Makassar dan VOC sering terjadi konflik karena
persaingan dagang.
2. Kejayaan Kemaritiman Indonesia
Berkaca dari masa lalu, melihat bagaimana kejayaan masa lampau diperoleh karena
mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan politik
suatu negara, maka menjadi suatu hal yang wajar bila sekarang ini Indonesia harus lebih
mengembangkan laut demi tercapianya tujuan nasional. Indonesia menyandang predikat Negara
Maritim atau negara kepulauan, predikat ini mustahil ditinggalkan, lain halnya dengan predikat
Negara Agraris yang suatu saat bisa berganti dengan industri. Konsekwensi sifat maritim itu
sendiri lebih mengarah pada terwujudnya aktifitas pelayaran di wilayah Indonesia. Dalam kalimat
ini bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dalam membangun perekonomian akan senantiasa
dilandasi oleh aktivitas pelayaran.
Kilasan sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu
mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena, paradigma masyarakatnya
yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi,
politik dan sosial.
Laut Indonesia merupakan urat nadi perekonomian nasioaldan penggerak lalu lintas ekonomi
dunia. Indonesia secara natural lahir dan tumbuh sebagai Negara dan bangsa maritim, luar dan
dalam. Hanya faktanya, Indonesia saat ini masih belum menjadi Negara maritime dalam pengertian
yang sesungguhnya. Sebab, hingga sekarang Indonesia belum menjadi actor atau pelaku kelautan

yang cukup mempuni, baik ditingkat domestic maupun global. Padahal, laut Indonesia merupakan
urat nadi perekonomian nasional dan penggerak lalu lintas ekonomi dunia.
Dunia maritim Indonesia telah mengalami kemunduran yang cukup signifikan, kalau pada zaman
dahulu mencapai kejayan baik dalam bidang politik maupun ekonomi, sekarang ini tidak tampak
sedikit pun kemajuan yang dapat dilihat. Ironis memang, Indonesia yang mempunyai potensi laut
sangat besar di dunia kurang begitu memperhatikan sektor ini. Padahal, laut menjadi salah satu
faktor dalam mempertahankan eksistensi wilayah suatu negara Bahkan barang siapa yang
menguasai laut, ia akan menguasai dunia, demikian dalil yang dikemukakan oleh Mahan, wajar
saja kalau Mahan mengeluarkan pernyataan tersebut, dalam karyanya yang berjudul The Influence
of Sea Power Upon History (1660-1783), yang terbit untuk pertama kalinya pada tahun 1890 dan
telah mengalami cetakan ulang beberapa kali.
Berdasarkan tinjuan sejarah dari berbagai kerajaan di Nusantara pada masa lalu, Indonesia
sebenarnya adalah negara yang berwatak maritim. Namun demikian, watak kemaritiman tersebut
saat ini sudah tidak lagi eksis, beberapa kalangan berkesimpulan agar dapat menjadi bangsa yang
kuat dan disegani dimata internasional maka Indonesia harus kembali berwawasan maritim dan
bukannya berorientasi daratan (land minded).

3. Sejarah Kemaritiman Bugis Makassar


Sekitar tahun 1600, jauh sebelumnya datangnya orang-orang Belanda, raja Gowa yang ke-14 I
MANGURANGI DG MANRABIA SULTAN ALAUDDIN mendirikan keratin Somba Opu, dan
disekelilingnya itu berdiam 2000 kepala keluarga Portugis.
Orang-orang Makassar pada masa itu amat berani berlayar mengarungi lautan luas, sehingga orang
Portugis menggelar mereka Celebes De Makassares, yang berarti orang-orang Makassar yang
ulung dan mahsyur dan De Berumde Makassar kata orang-orang Belanda. Hal ini telah diperkuat
dengan adanya bukti dalam buku Lontara Lagaligo pada abad X Sawerigading (putera raja Luwu
II) sudah melayani negeri-negeri seperti Maluku, Ternate, Gorontalo, Cina, Jawa, Malaka, Posi
Tauna, Asia Tenggara, Kamboja, dan Madagaskar. Dimana Sawerigading mengadakan pelayaran
dengan maksud muhibah dan pengenalan dunia.
Kehidupan kota Makassar sebagai kota pelabuhan yang dikenal oleh dunia internasional sangat
erat hubungannya dengan tumbuhnya satu kerajaan maritime yang dikenal dengan kerajaan Gowa
terutama dalam abad XVI. Sebuah sumber Portugis yang dapat dipergunakan sekedar untuk
mengungkapkan bahagian-bahagian gelap dari sejarah ini. Diterbitkan dalam tahun 1944 oleh
Armando Costesao, yaitu terjemahan dalam bahasa inggris, catatan perjalanan Tom Pires yang
berjudul SUMAORIENTALE dalam tahun 1513. Sumber itu menyajikan tentang orang
Makassar. Dikatakan bahwa orang Makassar itu telah melakukan perdagangan dengan orang
Malaka, Jawa, Borneo, Siam dan semua negeri-negeri antara Pahan dan Siam. Orang Makassar itu
lebih menyerupai orang Siam. Mereka adalah bjak-bajak laut yang ulung dengan perahunya yang
banyak. Dengan perahu-perahu mereka mengarungi lautan, melakukan pembajakan sampai teluk
Pegu(Pilipina), ke Maluku, ke Bandan, dan semua pulau disekitar pulau Jawa. Mereka itu adalah
orang-orang tak beragama. Disamping itu dikatakan bahwa banyak pula diantara mereka yang
tidak menjadi bajak-bajak laut itu, terdiri atas pedagang-pedagang cekatan. Mereka melakukan
perdagangan dengan menggunakan perahu layar yang besar dan bagus bentuknya. Mereka
membawa beras yang putih sekali, jug membawa emas sedikit. Barang-barang dagangan mereka

itu ditukarkan dengan brentangi-brentangi dan bahan-bahan pakaian dan cambay dan sedikit dari
orang-orang Benggali dan Keling. Mereka banyak mengambil bezoe dan kemenyan. Kaum
mereka mempunyai bentuk tubuh yang bagus-bagus, semuanya memakai keris atau tombaktombak yang tajam. Mereka menjelajahi dunia dan semua orang takut pada mereka. Penyamunpenyamun lainnya tak dapat berbuat apa-apa untuk melawan sampan-sampan jongka mereka yang
sanggup membela diri.
Menurut Prof.B.J.O. Schrieke, seorang sarjana Sosiologi dan sejarah bahwa sampai pada
permulaan abad XVI peranan Gowa di nusantara ini, belumlah dapat dikatakan berarti. Perniagaan
rempah-rempah di bahagian-bahagian Nusantara ini masih dikuasai oleh bangsa Melayu dari
Malaka dan Johor dan juga orang-orang dari Jawa. Keadaan itu berlangsung sampai
ditaklukkannya Malaka oleh Aceh yang mulai mengembangkan kekuatannya di bagian barat
nusantara. Kegiatan perniagaan berpindah ke pulau Jawa, dimana pengaruh Portugis masih sangat
kecil. Akan tetapi dengan timbulnya persaingan-persaingan antara negeri-negeri pesisir dengan
negeri-negeri pedalaman Jawa maka akhirnya pusat perniagaan rempah-rempah berpindah ke
Makassar, dan lebih meningkatnya lagi, sesudah tahun 1625.
Dari keterangan-keterangan ini, dapat diperoleh bahwa sampai pada permulaan abad XVI
pengembaraan pembajak-pembajak dan kapal-kapal niaga orang Makassar yang berasal dari
jazirah selatan Sulawesi Selatan seperti yang diceritakan oleh Tom Pires itu, adalah orang
Makassar dalam arti suku bangsa (ethnis), yang mempergunakan bahasa sendiri(bahasa Makassar)
yang mendiami pesisir Makassar ujung selatan jazirah Sulawesi Selatan mulai dari pesisir
Makassar (sekarang) atau muara sungai-sungai Tallo-Jeneberang sampai Bantaeng di selatan yang
meliputi negeri-negeri, Galesong, Takalar, Topejawa, Laikang, Cikoang, Bangkala. Sampai
sekarangpun negeri-negeri itu disebut negeri-negeri orang Makassar. (paasanganna
Mangkasaraka).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, tidak bisa dibantahkan lagi bahwa sesungguhnya Indonesia terlahir sebagai Negara
maritim. Hal ini terbukti dari berbagai fakta sejarah yang ada, serta bukti kejayaan nenek
moyang kita pada masa kerajaan kerajaan, ditambah dengan peninggalan peninggalan
sejarah yang makin menguatkan fakta tersebut. Namun keadaan maritim Indonesia saat ini
justru mengalami kemunduran yang signifikan, dikarenakan visi maritim tida lagi jelas dan
tidak mampunya masyarakat Indonesia melihat potensi dari posisi strategis nusantara.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita kembali kapada visi maritim yang dulu seperti
diterapkan nenek moyang kita, karena sejatinya Indonesia menyandang predikat Negara
Maritim atau negara kepulauan. Sehingga dengan mengoptimalkan letak strategis dari
Indonesia dan kekayaan sember daya bahari yang melimpah, maka bukan mustahil jika
Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani dan diperhitunkan di dunia dalam bidang maritim
layaknya dimasa jayanya dulu.
Saran
Sebaiknya pemerintah bersama pemimpin pemimpin lainnya menciptakan persepsi kelautan
yang tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali kehidupan dan masa depan bangsa.
Dengan persepsi demikian tersebut dapat memacu kesadaran akan arti penting maritim dalam
pembangunan nasional.
Beberapa fungsi laut yang harusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan berbasis maritim adalah; laut sebagai media pemersatu bangsa, media
perhubungan, media sumberdaya, media pertahanan dan keamanan sebagai negara kepulauan
serta media untuk membangun pengaruh ke seluruh dunia, yang tujuan akhirnya tentulah
penguasaan laut nasional yang dapat menegakkan harga diri bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar WSBM, 2011.Wawasan Sosial Budaya Maritim. Makassar: UPT.MKU Unhas
https://www.scribd.com/doc/51580890/SEJARAH-KERAJAAN-MARITIM-DIINDONESIA
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/02/kilas-balik-maritim-nusantara

TUGAS WSBM KELOMPOK 2


KERAJAAN MARITIM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

Anda mungkin juga menyukai