Anda di halaman 1dari 27

Statika dan Dinamika Fluida

BAB
VI

6.1 Pendahuluan
6.2 Sifat-Sifat Fluida
6.3 Persamaan Hidrostatika
6.4 Penerapan Persamaan Hidrostatika
6.5 Prinsip Pascal
6.6 Prinsip Archimedes
6.7 Aliran Tunak dan Persamaan Kontinuitas
6.8 Persamaan Bernouli
6.9 Viskositas dan Hukum Stokes
6.10 Bilangan Reynolds dan Gejala Turbulensi
6.11 Aliran Fluida dalam Pipa
AL
6.12 Gerak Obyek Dalam Fluida
N

6.1 Pendahuluan
FI

Secara makroskopik, materi dapat digolongkan ke dalam benda padat dan fluida.
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir, yaitu zat cair dan gas. Molekul-molekul di
dalam fluida mempunyai kebebasan lebih besar untuk bergerak sendiri-sendiri. Dalam
zat cair gaya interaksi antara molekul-molekul yang disebut gaya kohesi masih cukup
besar, karena jarak antara molekul-molekul tidak terlalu besar. Akibatnya zat cair masih
tampak sebagai satu kesatuan, kita masih dapat melihat batas-batas zat cair. Selain itu,
zat cair tidak mudah dimampatkan. Lain halnya dengan gas, molekul-molekul gas dapat
dianggap sebagai suatu sistem partikel bebas dimana gaya kohesi antara molekul sangat
kecil. Di samping itu, gas lebih mudah dimampatkan daripada zat cair.
Klasifikasi materi ke dalam 3 keadaan tidaklah selalu jelas. Beberapa fluida,
seperti gelas atau ter (pitch) mengalir sangat lambat sehingga berperilaku seperti benda
padat untuk interval-interval waktu yang biasanya digunakan untuk bekerja dengan
benda-benda tersebut. Plasma, yang merupakan gas yang sangat terionisasi tidak cocok
untuk digolongkan ke dalam salah satu dari keadaan di atas Plasma seringkali

VI- 1
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

dinamakan “keadaan ke empat dari materi” untuk membedakannya dari keadaan padat,
cair, dan gas. Bahkan beberapa ilmuwan percaya bahwa apa yang dikenal sebagai koloid
(suspensi dari partikel-partikel kecil di dalam zat cair) juga dianggap sebagai keadaan
atau fase tersendiri dari materi. Akan tetapi pada buku ini hanya membahas 3 keadaan
yakni padat, cair, dan gas.
Statika adalah kajian fluida dalam kondisi tanpa gerakan (diam) atau tidak ada
netto gaya dalam fluida. Statika pada hakikatnya adalah studi tentang fluida diam atau
bergerak dengan gerakan linier yang konstan.
Untuk kasus fluida yang bergerak, gerakan fluida adalah sedemikian rupa
seolah–olah gerakannya seperti gerakan benda padat. Ini tidak berarti partikel-
partikelnya diam. Partikel-partikel fluida tetap bergerak berupa gerak molekuler yang
random (gerak Brown) Gerak random ini menghasilkan: proses mikroskopis seperti
difusi molekuler.

Ciri fluida diam:


AL
* Momentum rata-rata dari molekul-molekul dalam fluida sama dengan nol.
* Tidak mengalami deformasi (perubahan bentuk ), stress geser di mana-mana
N

sama dengan nol.


FI

* Resultante gaya dalam semua arah yang bekerja pada elemen fluida sama dengan
nol.

6.2 Sifat-Sifat Fluida


Fluida yang real mempunyai sifat-sifat seperti : densitas, viskositas,
kompresibilitas dan tegangan permukaan. Beberapa sifat fluida dapat juga merupakan
kombinasi dari beberapa sifat-sifat, seperti viskositas kinematik merupakan kombinasi
antara viskositas dinamik dengan densitas. Dalam membahas sifat fluida kita meninjau
fluida sebagai suatu kontinum, bukan fluida yang terdiri dari partikel-partikel. Sifat
suatu kontinum bergantung pada struktur molekul dari fluida dan gaya-gaya antar
molekul.

a. Tekanan dan Densitas (rapat massa).


Ada suatu perbedaan di dalam cara sebuah gaya permukaan beraksi pada suatu
fluida dan pada suatu benda padat. Bagaimana kita dapat melakukan gaya pada suatu

VI- 2
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

fluida? Jika kita menekan suatu permukaan air dengan ujung pensil, maka pensil dengan
mudah menembus air karena gaya pada suatu titik di permukaan air tidak dilawan oleh
molekul-molekul air. Jika kita ingin melakukan gaya pada permukaan air kita harus
melakukannya pada daerah yang agak luas dan pada arah tegak lurus permukaan.
Karena gaya yang dilakukan oleh zat cair pada suatu permukaan harus selalu
mempunyai arah tegak lurus permukaan, maka dalam membahas gaya dalam fluida
dipergunakan besaran fisis skalar yang disebut tekanan yang didefisikan sebagai besar
gaya normal per satuan luas. Satuan tekanan adalah N/m2, dyne/cm2, atau Pascal (Pa).
Suatu fluida yang mengalami tekanan akan mengarahkan sebuah gaya pada
setiap permukaan yang bersentuhan dengan fluida tersebut. Tinjaulah suatu permukaan
tertutup yang mengandung suatu fluida seperti pada gambar (6.1). Suatu elemen luas

pada permukaaan tertututp ini dinyatakan dengan vector S  nˆS dengan n̂ adalah
vector dengan satuan tergak lurus elemen luas dengan arah ke luar permukaan.

Gaya yang dilakukan oleh fluida pada elemen


   
permukaan S adalah F  pS . Karena F
AL
S

dan S mempunyai arah sama, maka tekanan p
N

dapat ditulis :
FI

F
Gambar 6.1 Suatu elemen luas s p
S
Densitas adalah ukuran konsentrasi dari suatu massa persatuan volume. Densitas
dinyatakan dengan:
massa
 (6.1)
volume
Cara menentukannya dengan mengambil ratio (perbandingan) antara massa zat di suatu
tempat dengan volume tempat tersebut. Volume tempat harus cukup kecil sekaligus
cukup besar sehingga tidak terdapat variasi densitas yang signifikan di dalam sub region
(bagian-bagian kecil) didalam volume tersebut. Bila volume yang kita ambil terlalu
kecil, maka bisa saja mengandung jumlah molekul yang berbeda dalam waktu yang
berbeda. Satuan SI massa jenis adalah kg/m3. Kadang-kadang massa jenis dinyatakan
dalam satuan gr/cm3. Massa jenis dari berbagai zat diberikan pada Tabel 6.1.

VI- 3
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Densitas air pada pada T=4C adalah 1000 Kg/m3. Perkalian antara percepatan gravitasi
dengan  disebut berat spesifik yang dinyatakan dengan   g . Untuk air murni

densitas (max =1 gr/cm3, terjadi pada T=4C. Untuk T>4C dan T<4C densitas air
murni lebih kecil dari pada 1000 kg/m3.
Tabel 6.1 NIlai Massa Jenis dari Beberapa Zat

Padat Cair Gas


Zat  (Kg/m3) Zat  (Kg/m3) Zat  (Kg/m3)
Alumunium 2.7x103 Air(40C) 1.00x103 Udara 1.29
Besi dan baja 7.8x103 Darah, plasma 1.03 x103 Helium 0.179
Tembaga 8.9x103 Darah,seluruh 1.05 x103 Carbon 1.98
Timah 11.3x103 Air laut 1.025 x103 Dioksida
Emas 16.3x103 Air raksa 13.6 x103 Air (uap) 0.598
Beton 2.3x103 Alcohol Ethyl 0.79 x103 (100oC)
Granit 2.7x103 Bensin 0.68 x103
Kayu 0.3-0.9x103
Galss 2.4-2.8x103
Es balok 0.197x103
Tulang 1.7-2.0x103
AL
b. Viskositas.
Viskositas menyatakan ukuran dari resistensi fluida terhadap aliran. Viskositas
N

merupakan ciri dari fluida real. Fluida ideal adalah fluida non – viscous atau inviscous
FI

(tak kental). Stress geser (shear stress) ada bila fluida adalah kental.

Newton membuat postulat : ”stress geser berbanding lurus dengan gradien kecepatan
normal terhadap aliran”. Stress geser ditulis sebagai
du
  (6.2)
dz
dimana  = konstanta pembanding=viskositas dinamik.
Satuannya:  = (N det/m2) = (Kg/m det).

z u

Gambar 6.1 Profil kecepatan fluida

VI- 4
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Viskositas kinematik  dinyatakan sebagai:



 ;  : (m2/det) (6.3)

Viskositas kinematik bergantung pada suhu.

40  10 6
 (6.4)
20  Tc
dengan Tc = suhu(C)
Suatu fluida yang viskositas dinamiknya bergantung pada suhu (dan sedikit)
pada tekanan, tetapi tidak bergantung pada gradien normal terhadap arah aliran (du/dz)
disebut fluida Newton.
Untuk fluida Newton stress gesernya berubah secara linier dengan laju shear (du/dz).
Fluida yang tidak memenuhi persamaan (1) disebut fluida non-Newton. Ada 3
group fluida non-Newton :
1) Fluida yang stress gesernya bergantung pada shear rate (laju shear) secara tidak
linier tetapi tidak bergantung pada waktu.
2) Fluida yang stress gesernya tidak hanya bergantung secara tidak linier dengan shear
AL
rate tetapi juga bergantung pada waktu.
3) Fluida yang visco elastic yang memperlihatkan karakteristik zat padat elastik
N

(elastic solid) dan fluida yang viscous (viscous fluid).


FI

 Fluida Bingham
Fuida pseudo plastic
Fuida Newton

Fuida dilatan

du/dz

Gambar 6.2 Stres geser berbagai macam fluida

c. Kompresibilitas atau Elastisitas.


Fluida dapat mengalami perubahan bentuk (deformasi) akibat stress geser atau
mengalami kompresi dari luar. Kompresibilitas dituliskan sebagai:

VI- 5
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

K 
 p2  p1 
v2  v1  v1 
(6.5)
p

v v1 
dimana v1 dan v2 adalah volume pada p1 dan p2.
Untuk gas, K bervariasi dengan tekanan. Untuk zat cair K bervariasi dengan
tekanan dan sedikit suhu. Kompresibilitas dapat dinyatakan dalam persatuan massa.
Massa : v = konstan.

d v   dv  vd  0


atau dv  vd
dv d
 (6.6)
v 

Dalam limit persamaan (6.5) dapat ditulis sebagai :


dp
K  (6.7)
dv v 
Subtitusi (6.6) ke dalam persamaan (6.7) menghasilkan :
AL
dp
K (6.8)
d  
N

Satuan dari K dalam persamaan (6.8) adalah satuan tekanan yaitu gaya persatuan luas
FI

karena d/ tidak berdimensi.


Hubungan antara K dan tekanan untuk suhu T = 20C diberikan oleh:
K = (2.18x109+6.7 p) N/m2
dengan p = tekanan
Air dengan T=20C pada
- tekanan atmosfer (p = 0), maka K = 2.18x109 N/m2.
- tekanan p = 1000 atm, maka K = 2,86 x 109 N/m2
d. Tegangan Permukaan dan Kapilaritas
Efek dari tegangan permukaan dapat kita lihat dalam kejadian sehari-hari,
misalnya:
* Tetes air yang kecil di dalam udara atau gelembung gas di dalam air
mempunyai bentuk bola.
* Air yang dituangkan kedalam suatu gelas yang bersih dapat mencapai ketinggian
yang sedikit lebih tinggi dari mulut gelas.
VI- 6
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

* Pipet yang dicelupkan kedalam air menyebabkan air naik kedalam pipet.
Kejadian-kejadian di atas terjadi akibat dari tegangan permukaan. Tegangan permukaan
adalah hasil dari perbedaan gaya tarik menarik antar molekul fluida yang didekat
permukaan dengan gaya tarik menarik antar molekul fluida yang jauh dari permukaan.
Untuk membawa molekul fluida ke permukaan dan membentuk suatu permukaan bebas
membutuhkan energi. Energi persatuan luas ini disebut dengan tegangan permukaan.
Kita dapat mempergunakan suatu alat sederhana untuk menunjukan peristiwa
tegangan permukaan. Suatu kawat dibengkokkan agar berbentuk U dan seutas kawat
lurus lain dipasang sehingga dapat bergerak pada kaki kawat, seperti pada gambar 6.7.
Jika alat ini kita celupkan ke dalam larutan air sabun dan diangkat ke luar, maka kawat
lurus akan tertarik ke atas jika berat w1 tidak terlalu besar.
Kawat lurus ini dapatdibuat setimbang dengan meletakkan pemberatkedua w 2.
ternyata gaya yang sama F = w1+w2 akan membuat kawat lurus berada dalam keadaan
setimbang pada setiap posisi, tak bergantung pada luas selaput sabun, selama
temperature sabun adalah tetap.
AL
N
FI

F = 2l

Kawat w1
lurus
w2

Gambar 6.3 Kawat Horizontal


Misalkan l adalah panjang dari kawat lurus, karena selaput air sabun mempunyai dua
permukaan, maka panjang total dari permukaan adalah 2l. tegangan permukaan 
didefinisikan sebagai hasil bagi gaya permukaan oleh panjang permukaan, yaitu :

VI- 7
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

F
 (6.9)
2l
Dalam satuan SI tegangan permukaan dinyatakan dalam N/m. peristiwa di atas dapat
ditinjau dengan cara lain, yakni misalkan kawat lurus digerakkan ke bawah sejauh y oleh
gaya F = w1 + w2. kerja yang dilakukan adalah sebesar Fy, dan luas selaput sabun
bertambah sebesar 2ly. Kerja yang dilakukan persatuan luas adalah :
Kerja Fy F
   (6.10)
Tambahanluas 2ly 2l
Jadi tegangan permukaan tidak lain adalah kerja yang dilakukan untuk menambah luas
permukaan sebesar satu satuan luas.
Kita telah membahas gaya permukaan zat cair, selain itu masih ada batasan-batasan lain
dimana juga terjadi lapisan perbatasan. Kita dapat mempunyai batas antara dinding
padat dan zat cair, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.4

Selaput padat-uap
AL
uap
padat Selaput
N

Cair-uap
FI

Zat cair

Selaput padat- cair

Gambar 6.4 selaput permukaan


Untuk tiap selaput kita dapatkan gaya permukaan, misalkan :
pc = tegangan permukaan selaput padat-cair
pu = tegangan permukaan selaput padat-uap
cu = tegangan permukaan selaput cair-uap
Jika tempat ketiga selaput ini kita isolir, maka bagian ini berada dalam keadaan
seimbang di bawah empat buah pengaruh gaya. Tiga dari gaya-gaya ini adalah tegangan
permukaan. Gaya keempat adalah gaya tarik antara selaput vpermukaan dengan dinding,
dan disebut gaya adhesi (A). jika syarat kesetimbangan dipergunakan maka diperoleh :
Fx = cu sin - A = 0
VI- 8
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Fy = pu - pc - cu cos = 0


Atau A = cu sin
pu - pc = cu cos (6.11)
Dengan  adalah sudut kontak
Pengaruh tegangan permukaan yang paling dikenal adalah naiknya zat cair dalam pipa
kapiler. Jika sudut kontak  < 900, maka zat cair akan naik dalam tabung sampai tercapai
suatu ketinggian y, seperti pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4 Gaya-gaya tegangan permukaan pada zat cair dalam tabung kapiler. Zat cair
naik jika  < 90o dan turun jika  > 90o
Jika tabung mempunyai jejari r, maka zat cair bersentuhan dengan tabung sepanjang 2
r . Jika kita tinjau zat cair dalam silinder dengan tinggi y dan jejari r dan selaput
permukaan cair-uap dari zat cair ini, maka gaya ke atas total adalah :
F  2r cu cos 

Jika rapat massa zat cair adalah  , maka gaya ke bawah adalah gaya berat W adalah :

w  gr 2 y
AL
Syarat kesetimbangn gaya-gaya adalah :
gr 2 y  2r cu cos atau
N

2 cu cos
FI

y (6.12)
gr
Peristiwa kapiler seperti ini memberikan keterangan tentang naiknya air dalam akar
tanaman, naiknya minyak dalam sumbu kompor dan sebagainya.

Contoh 1 :
Rangka kawat berada di bawah permukaan air
karena adanya tegangan permukaan. Bila massa
Rangka
kawat gabus 3,5 gram, volumenya 7 cm3, dan tegangan
permukaan air 72 dyne/cm, maka tentukanlah
harga r minimum agar rangka kawat tersebut
tetap berada di bawah permukaan
air. Abaikan berat rangka kwat tersebut dan gaya
gabus
apung padanya. Diketahui : g = 980 cm/s2 dan
rapat massa air 1 gr/cm3.

VI- 9
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Jawab :
Arah tegangan permukaan di anggap vertical ke bawah.

kawat Fke bawah  Fke atas


Mg + 2 (2 r )   V g

Mg + 4 rmin  = Vg , atau

rmin 
Vg  mg
=
1.gr / cm3 7.cm3   3,5.gr980.cm / s 2 
4 43,1472.dyne / cm
rmin = 3,79 cm.

6.3 Persamaan Hidrostatika


Tinjau suatu elemen fluida berbentuk kotak seperti terlihat pada gambar berikut:
Berat elemen fluida :
 mg   dx dy dz g dz
 g dx dy dz
Ditinjau resultante gaya pada arah-z.
dy
 Fz  0  p0 dxdy  berat elemen fluida  pdxdy
dx
AL
 p0 dxdy  g dx dy dz  pdxdy
 p0  g dz  p
N

dp dp
0   g atau   g (6.13)
dz dz
FI

Persamaan (6.13) dikenal sebagai persamaan statika fluida atau lebih dikenal sebagai
persamaan hidrostatika.

6.4 Penerapan Persamaan Hidrostatika


dp   g dh (6.14)

Ada banyak kejadian di dalam masalah statika fluida, di mana perubahan densitas dalam
arah z kecil, sehingga dapat dianggap konstan.

Dengan menganggap  konstan dalam arah z, integrasi persamaan (6.14) menghasilkan :


p   gh  konstan (6.15)
p
atau  gh  konstan (6.16)

VI- 10
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Karena persamaan (6.16) ini berlaku umum maka kita dapat menuliskannya sebagai :
p1 p2
 gh1   gh = konstan
  2

atau p1  p 2   g h1  h2  (6.17)


Persamaan (6.17) ini dikenal sebagai “persamaan manometer” karena berguna untuk
memecahkan persoalan-persoalan manometer.
Manometer terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
 manometer terbuka
 manometer tertutup
Manometer terbuka terdiri dari pipa U yang sebagian berisi fluida dengan densitas
tertentu. Bagian kiri dari pipa U dihubungkan dengan suatu bejana yang tidak diketahui
tekanannya. Sementara di bagian kanannya terbuka dimana tekanannya sama dengan
tekanan atmosfer.

Contoh 2:
Kita ingin menentukan tekanan p2 dengan menerapkan persamaan (6.17) lihat gambar.
AL
Sebelum menerapkan persamaan (6.17), kita harus menentukan terlebih dahulu level
referensi untuk menentukan h1 dan h2 dari persamaan (6.17).
N

p2=patm Penerapan persamaan (6.17)


memberikan :
FI

p1  p 2   g h1  h2 
  g H  ( H  h) 
h p 2  p1  gh
p2 H p 2  p atm  gh; p atm  0
p 2  gh
H-h
Level referensi

Contoh 3:
Berikut ini memperlihatkan suatu manometer mercuri (Hg) dimana bagian kiri dari pipa
U dihubungkan dengan suatu bejana berisi air dan bagian kanannya terbuka (lihat
gambar). Ketinggian air di dalam bejana adalah H. Tentukan tinggi air di dalam bejana
(H)!
Jawab:

VI- 11
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Dapat ditentukan H dengan menerapkan persamaan (6.17) secara bertahap, yaitu antara
titik 1 dan 2, kemudian antara titik 2 dan 3.
Penerapan rumus (6.17) antara 1 dan 2,
(3) (1)
memberikan :
Air
H 1m p1  p 2   g h1  h2 
h1
(2) 1m patm  p2  2  Hg g (1)
h3
h2 antara 2 dan 3 :
p2  p3   g h2  h3 
Hg
p 2  p atm   air g H  1 (2)
Persamaan (1) ditambah persamaan (2) menghasilkan :

p1  p3  2  Hg g   air g H  1

H 
2 Hg   air g  2 Hg   air 
 air g  air
 Hg
H 2  1  2(13,6)  1  26,2 m
 air
AL
6.5 Prinsip Pascal
N

Gambar (6.3) memperlihatkan sebuah cairan di dalam sebuah silinder yang dilengkapi
FI

dengan sebuah penghisap. Tekanan p di titik A yang berjarak h dari permukaan


diberikan oleh :
p = p0 + gh
Jika tekanan luar ditambahkan sebesar  p0 yang sembarang, ternyata tekanan di titik A
juga bertambah sebesar  p0. hasil ini mula-mula dinyatakan oleh ilmiawan Perrancis
bernama Blaise Pascal (1623-1662) dan kemudian disebut “Prinsip Pascal”. Prinsip ini
biasanya dinyatakan sebagai berikut :
“ Tekanan yang dilakukan di dalam zat cair yang tertutup diteruskan ke setiap bagian
dari zat cair dan dinding-dinding tempat fluida tanpa mengalami perubahan nilai”

VI- 12
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Jika suatu fluida bersifat tak dapat dimampatkan,


h1
maka suatu perubahan tekanan pada suatu bagian
akan diteruskan sesaat ke bagian yang lain.
Dalam fluida yang dapat dimampatkan,
po F perubahan tekanan pada suatu bagian menjalar ke
bagian lain dari fluida sebagai suatu gelombang
dengan kecepatan jalar gelombang bunyi di
A dalam fluida tersebut. Sekali gangguan
perubahan tekanan ini berakhir dan

Gambar 6.5 Fluida yang dilengkapi keseimbangan tercapai lagi, didapatkan bahwa
dengan sebuah penghisap prinsip Pascal tetap berlaku. Pada fluida
termampatkan perubahan tekanan menyebabkan perubahan temperature juga.

6.6 Prinsip Archimedes


Jika suatu benda berada pada suatu fluida yang diam, maka setiap bagian permukaan
benda mendapatkan tekanan yang dilakukan oleh fluida. Gaya resultan yang bekerja
AL
pada benda mempunyai arah ke atas, dan disebut gaya apung. Kita dapat menentukan
besar gaya apung secara sangat sederhana sebagai berikut : tinjaulah benda berbentuk
N

silinder yang dicelupkan seluruhnya ke dalam


FI

fluida yang rapat massanya f, seperti pada


Gambar 6,4. Fluida mengarahkan tekanan p1
= 1gh1 pada permukaan atas silinder.
Gaya yang dikerahkan oleh fluida pada
h2 h1 F1
permukaan atas silinder adalah F1 = P1A =
H = h1-h2 fgh1A. sedang gaya yang dikerahkan pada

F2 permukaan bawah silinder adalah F2 = P2A =


fgh2A. resultan gaya yang dikerahkan oleh
Gambar 6.6 Benda dalam fluida diam
fluida, yakni gaya apung, Fb, arahnya ke atas
dan besarnya :
Fb  F2  F1   f g h2  h1 A   f gHA   f gV (6.18)

Besaran V = hA adalah volume silinder, dan produk f gV = mfg adalah berat fluida
yang dipindahkan yang volumenya sama dengan volume silinder. Jadi gaya apung yang

VI- 13
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

bekerja pada silinder adalah sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh silinder.
Hasil ini pertama kali dikemukakan oleh Archimedes, dan disebut Prinsip Archimedes
yang berbunyi sebagai berikut :
“ Setiap benda yang tyerendam seluruhnya ataupun sebagian di dalam fluida
mendapat gaya apung yang berarah ke atas, yang besarnya adalah sama dengan
berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut”.
Gravitasi spesifik suatu benda adalah rasio tak berdimensi dari berat benda dengan berat
zat dengan volume yang sama yang diambil sebagai standard.
 Untuk benda padat dan benda cair, zat yang diambil sebagai standard adalah air pada
T = 20 °C atau T = 68 °F.
 Untuk gas, zat yang diambil sebagai standard adalah CO 2 dan H2 padaT = 0 °C atau
T = 32 °F dan P = 1 atm = 14,7 lb/m² = 101,3 kPa.

Gravitasi spesifik suatu zat = (berat zat) / (berat dari air dengan volume yang sama)
= (berat spesifik dari zat) /(berat spesifik dari air)
= (zat) / (air)
AL
= (densitas zat)/ (densitas air)
N

Contoh 4 :
FI

Berapakah bagian dari volume seluruhnya sebuah gunung es yang terbuka ke udara?
Massa jenis es adalah c = 0,92 gr/cm3 dan massa jenis air laut a = 1,03 gr/cm3 dan
kedua jenis benda tersebut berada dalam wadah yang sama.
Jawab :
Berat gunung es adalah : We =  e Veg
Besaran Ve adalah volume gunung es, berat air laut yang dipindahkan adalah sama
dengan gaya apung : Fa =  a Vag
Karena es berada dalam keadaaan setimbang, maka Fa = We sehingga :
 a Va g =  e Veg dan,

Va  e 0,92
   89%
Ve  a 1,03
Volume air yang dipindahkan Va adalah volume dari bagian es yang tercelup,
sehinggga 11% dari gunung es tersebut adalah terbuka ke udara.

VI- 14
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

6.7 Aliran Tunak dan Persamaan Kontinuitas.


Salah satu cara untuk menjelaskan gerak suatu fluida adalah dengan membagi-bagi
fluida tersebut menjadi elemen-elemen volume yang sangat kecil yang dinamakan
partikel-partikel fluida dan mengikuti gerak masing-masing partikel ini. Prosedur ini
pertama kali dikembangkan oleh Joseph Louis Lagrange (1763-1813). Cara ini sangat
sukar untuk dicerna, namun oleh Lagrange (1707-1783) dibuat sederhana dengan
meninggalkan untuk menspesifikasi massa jenis dan kecepatan fluida di setiap titik di
dalam ruang pada setiap saat.
Untuk memahami sifat penyederhanaan yang akan kita buat, pertama-tama kita
meninjau karakteristik umum dari aliran fluida, yaitu :
1. Aliran fluida dapat merupakan aliran fluida tunak (steady state) atau tidak tunak (non
steady). Jika kecepatan fluida di setiap titik adalah konstan terhadap perubahan
waktu, maka aliran fluida dikatakan tunak. Sedang aliran tak tunak, kecepatan
berubah taidak menentu dari titik ke titik.
2. Aliran fluida merupaka aliran bertolak (rotational) atau aliran tidak bertolak
(irrotational). Jika elemen fluida di setiap titik aliran tidak nberolak. Sebuah kincir air
AL
yang dicelupkan ke dalam fluida yang bergerak, jika kincir bergerak tanpa berotasi,
maka fluida adalah tidak berolak. Jika kincir bergerak dan beotasi, maka gerak fluida
N

adalah berolak.
FI

3. Aliran fluida dapat termampatkan (compressible) atau tidak termampatkan


(incompressible). Untuk kasus termampatkan, rapat massa fluida berubah sedang
kasus tidak termampatkan, rapat massa fluida dipandang tidak berubah.
4. Aliran fluida juga dapat merupakan aliran kental (viscous) atau tidak kental
(nonviscous). Keadaan viskositas (sifat kekentalan) gerak fluida merupakan analogi
dari gesekan di dalam gerak benda padat.
Di dalam aliran tunak v pada suatu titik tertentu adalah tetap. Jika kita perhatikan suatu
titik P di dalam fluida, maka tiap partikel fluida yang sampai ke titik P akan
mempunyailaju dan arah yang sama. Begitu halnya dengan titik Q dan R. jadi, jika
diikuti gerak suatu partikel, akan didapatkan suatu lengkungan yang disebut garis arus,
seperti pada gambar 6.7. Kecepatan partikel suatu titik mempunyai arah garis singgung
dari garis arus pada titik tersebut.

VI- 15
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

R
Jika kita mengambil beberapa buah garis
Q v
arus sehingga membentuk sebuah tabung,
seperti ditunjukkan pada Gambar 6.71

Gambar 6.7 Gerak partikel fluida


Batas dari sebuah tabung seperti ini terdiri dari garis-garis arus dan selalu sejajar dengan
kecepatan partikel fluida sehingga berlaku sebagai suatu pipa yang tidak bocor. Fluida
yang masuk ke dalam suatu ujung akan keluar dari ujung yang lain. Gerak fluida di
dalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan dinding tabung, meskipun besar.

V
1
A
2
P
V
AL
A 2

1
Gambar 6.8 Suatu tabung aliran
N

Kecepatan fluida dapat berbeda dari suatu titik lain di dalam tabung. Misalkan pada titik
FI

P besar kecepatan adalah v1 dan pada titik Q adalah v2. kemudian misalkan A1 dan A2
adalah luas penampang tabung aliran tegak lurus garis-garis arus pada titik P dan Q
(Gambar 6.8).
Dalam selang waktu dt suatu elemen fluida bergerak sejauh v dt. Jadi massa elemen
fluida yang melalui titik P dalam selang waktu dt adalah :
Dm =  1A 1v1 dt (6.7)
Dan fluks massa adalah
dm1
 1 A1v1
dt
Pada titik Q fluks massa mempunyai nilai :
dm2
  2 A2 v2
dt

VI- 16
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Untuk fluida yang tunak tidak ada partikel fluida yang kewluar melalui dinding sehingga
dm2 dm2
jumlah massa menembus tiap penampang h  aruslah sama. Jadi, 
dt dt
Sehingga
1 A1v1   2 A2 v2 (6.8)
Atau  R v = tetap
Hasil kali A.v adalah fluks vouleatau debit (volume fluida yang melewati suatu
penampang per detik). Persamaan (6.8) menunjukkan bahwa semakin besar luas
penampang, kecepatan fluida semakin kecil, sebaliknya makin kecil luas penampang
kecepatan fluida semakin besar.

6.8 Persamaan Bernouli


Persamaan bernouli merupakan sebuah hubungan fundamental di dalam mekanika fluida
yang diturunkan dari teorema kerja tenaga. Teorema kerja tenaga menyatakan bahwa
kerja yang dilakukan oleh gaya resultan yang beraksi pada sebuah sistem tersebut.
Tinjaulah aliran tunak, tak terperaskan dan tidak kental dari suatu fluida pipa seperti
AL
ditunjukan pada gambar 6.8. Fluida mengalir dari ujung A ke ujung B karena tekanan
antara kedua ujung ini.
N

Bagian fluida sepanjang  l1 terdorong ke kanan oleh gaya F1 = A1p1 yang ditimbulkan
FI

oleh p1. Setelah selang waktu  t, ujung kanan bergerak sejauh  l2. Kerja yang
dilakukan oleh gaya F1 pada titik A adalah :
 W1+ = F1  l1 = P1 A1  l1
Sedangkan gaya F2 melakukan kerja pada titik B, sebesar :
 W1 = -F2  l2 = -P2A2  l2
Jadi kerja total yang dilakukan adalah :
 Wtot = A1P1  l1 – P2A2  l2
Karena fluida fluida yang ditinjau bersifat tak terperaskan maka :
m
A1  l1 = A2  l2 =

Sehingga kerja gaya total yang dilakukan adalah :
m
 W = (P1 –P2 )

VI- 17
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

v2

A2,P2 F2

v1

F1 A1,p1 y2

y1 l1

Gambar.6.9 Zat cair dalam pipa bergerak karena ada perbedaan tekanan

Jika tidak ada gaya gesekan, maka kerja  W akan menjadi tambahan energi mekanik
total pada elemen fluida. Tambahan energi mekaonik total ini adalah sama dengan
jumlah perubahan energi kinetik dan energi potensial, yaitu :
1 
AL
 E =  mv22  mv12   mgy2  mgy1 
1
2 2 
Karena  F =  E, maka :
N

P1  P2  m   1 mv22  1 mv12   mgy2  mgy1  atau


FI

 2 2 
1 1
P1 +  2  gy1  P2  v22  gy2 (6.9)
2 2
Persamaan (6.9) dikenal sebagai persamaan Bernoulli. Karena titik A dan titik B dapat
dipilih dimana saja di sepanjang tabung aliran, maka persamaan Bernoulli dapat ditulis
secara umum :
1 2
P v  gh  K
2
Contoh 1 :
Air dengan massa jenis  = 103 kg/m3 mengalir melalui pipa pertama (A1 = 4 x 10-3 m2)
-3
yang bersambung dengan pipa kedua (A2 = 2 x 10 m2) seperti terlihat pada gambar.
Kecepatan aliran air pada pipa 2 adalah 2,5 m/s. Hitunglah :

VI- 18
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

a. kecepatan aliran pada


pipa 1 v1
b. Beda tekanan antara v2
kedua bagian pipa
A
A1 p2
(p1-p2) p1
c. Berapa kg air yang
keluar dari mulut
pipa 2 selama 10 y2
y1
detik.

Jawab :
a. A1v1 = A2 v2
V1 = 0.0
b. p1 + ½  v12 +  gy1 = p2 + ½  y22 +  gy2
p1-p2 = ½  (v22 –v22), karena y1 = y2 (pipa horizontal )
AL
p1-p2 = ½ (103 Kg/m3) {(2,5 m/s)2 – (1,25 m/s)2}
= 2343,75 N/m2
N

c. m =  V =  (V/t)t =  (Av)t
FI

dengan m = massa, V = Volume, t = waktu, v = kecepatan


m2 =  A2 v2 t = ( 103 kg/m3 ) (2x10-3) (2,5m/s) (10 s) = 50 kg

Contoh 2 :
Sebuah tangki tertutup berisi air setinggi 1,5 m. Di atas permukaan air terdapat udara
yang tekanannya 3000 Pa lebih tinggi dari tekanan udara luar. Pada alas tangki terdapat
sebuah lubang berpenampang 5 cm 2. Hitunglah :
a. Kecepatan air keluar dari lubang tersebut
b. Fluks volume (debit) yang keluar dari lubang.
Diketahui penampang tangki >> penampang lubang. Dan g = 10 m/s 2.

VI- 19
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Jawab :
A2 A1
a. A1 v1 = A2v2  v1 = .V2  0 1
A1
Karena A1 >> A2 maka A2
H y1
p1 + ½  v12 +  gy1 = p2 + ½  y22 +
2
 gy2
y2

Untuk v1 = 0 dan p1 = po (tekanan udara luar)


½  v22 =  p1  p 2   g  y1  y 2  ,
atau untuk (p1-p2) = 3000, dan (y1-y2), atau

 2 p1 p0 
1 / .2
 2(3000.Pa) 
1/ 2

V2 =   2 gh  3  2(10 / s 2 )(1,5m)  6.m / s
  
3
 10 Kg / m 
b. Q = A2v2 = (5 cm2) (6 m/s) = 5x10 -4 m2 (6 m/s)
= 3x10-3 m3/s.
AL
6.9 Viskositas dan Hukum Stokes
N

Viskositas digambarkan sebagai gesekan internal. Ia berada pada semua zat cair dan gas,
FI

dan pada umumnya berupa gesekan antara-antara lapisan-lapisan perbatasan dari fluida
dimana lapisan yang satu bergerak terhadap lapisan yang lain. Pada zat cair, viskosiyas
berperan sebagai gaya kohesif antara molekul-molekul. Pada gas, ia muncul dari
tumbukan antar molekul-molekul.

Fluida yang berbeda akan memiliki


Plat bergerak v F
viskositas yang berbedapula. Sirup lebih
viskos daripada air, lemak lebih viskos
fluida daripada oli mesin, zat cair umumnya
L
lebih viskos daripada gas. Viskositas
dapat dinyatakan lebih kualitatif dengan “
Plat stasioner v = 0
koefisien viskositas” , diberi symbol .
Suatu lapisan tipis dari fluida ditempatkan diantara dua plat. Satu plat stasioner (tidak
bergerak) dan yang lain dibuat bergerak (Gambar 6.73). fluida melakukan kontak

VI- 20
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

langsung dengan tiap-tiap plat dalam bentuk gaya adesif antar-antara molekul zat cair
dan plat. Permukaan atas fluida bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan
v sebagai kecepatan plat bagian atas. Makin ke bawah, kecepatan fluida makin kecil dan
permukaan fluida yang melakukan kontak dengan plat stasioner kecepatanya nol.
Kecepatan yang timbul dibagi dengan jarak antara dua plat (tebal lapisan fluida), yakni
v
, sebagai “gradien kecepatan”.Untuk membuat plat atas bergerak diperlukan sebuah
L
gaya F, yang sebanding dengan luas permukaan kontak antar fluida dan masing-masing
plat A, dan kecepatan gradient kecepatan F  vA/L. makin viskos fluida, makin besar
gaya yang diperlukan untuk mendorong plat ke atas.

Dengan demikian, gaya bersangkutan sebanding dengan koefisien viskositas, , yakni :


Av
F
L
FL
Atau   . Satuan SI untuk  adalah N.s/m2 = Pa.s (pascal second). Dalam cgs
Av
AL
satuannya adalah dyne.s/cm2 dan satuan ini disebut Poise (P). viskositas juga sering
dinyatakan dalam centi poise (cp), yang sama dengan seratus poise (1Pa.s + 10 P =
N

1000cp). Table 6.7 menyajikan koefisien viskositas dari beberapa fluida.


FI

Contoh 4 :
Sebuah bola logam (jejari R, rapat massa  l) dijatuhkan tanpa kelajuan awal pada
permukaan suatu zat cair (rapat massa  c, koefisien kekentalan dinamik ). Tentukan
percepatan bola tersebut pada saat kecepatannya 0.25 kecepatan awal. Percepatan
gravitasi bumi g. Jawab :
B =  c(4/3 R3) g F = 6Rv
Wb-B-F = mb a, atau
(4/3 \R3)  l g – (4/3  R3)  c g - 6Rv = (4/3R3)  l .a

   c  9  
a   L  g   .v
2 
(*)
 L   2 L R 

VI- 21
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Tabel 6.7 Koefisien Viskositas Untuk beberapa Fluida


Fluida Temperatur (0C) Koef. Viskositas, (Pa.s)
Air 0 1.8x10-3
Air 20 1.0x10-3
Air 100 0.3x10-3
-3
Darah keseluruhan 37 0.
-3
Darah plasma 37 0.10
Ethyl alkohol 20 1.2x10-3
Oli mesin (SAE10) 30 200x10-3
Gliserin 20 1500x10-3
Udara 20 0.018x10-3
Hidrogen 0 0.009x10-3
Uap air 100 0.013x10-3

6.10 Bilangan Reynolds dan Gejala Turbulensi


AL
Dari eksperimen orang mendapatkan bahwa ada 4 faktor yang menentukan apakah suatu
N

aliran laminar atau turbulen.


Kombinasi dari 4 faktor ini disebut bilangan Reynolds, NR dan didefinisikan dari :
FI

vD
NR 

Dengan  adalah rapat massa fluida, v adalah kecepatan rata-ratanya,  viskositas, dan
D adalah garis tengah pipa.
Bilangan Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi, sehingga harganya tidak bergantung
lagi pada sistem satuan yang dipakai. Hasil-hasil eksperimen menunjukkan bahwa jika
untuk aliran harga bilangan reynoldnya adalah antara 0-2000, maka aliran bersifat
laminar, sedang di atas beraliran turbulen. Untuk bilangan Reynold 2000 – 3000 terdapat
daerah transisi, aliran dapat berubah dari laminar menjadi turbulen, atau sebaliknya. Jadi
untuk aliran air dalam pipa bergaris tengah 1 cm, pada temperature 20 o, aliran bersifat
laminar, jika :
VD
 2000 , atau jika v  20 sm/detik

VI- 22
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Di atas kecepatan 30 cm/detik aliran air adalah turbulen. Udara yang mengalir pada pipa
yang sama berkecepatan sama mempunyai NR = 216. Ini berarti aliran udara di atas
bersifat laminar. Aliran akan menjadi turbulen jika kecepatan lebih dari 420 cm/detik.

6.11 Aliran Fluida dalam Pipa


Marilah kita lihat apa jadinya dengan persamaan Bernouli jika fluida bersifat kental.
Kita dapat tuliskan persamaan Bernoulli dalam bentuk :
p1  p2
g
  y 2  y1  
2g

1 2
v2  v12  (6.10)

Ingat bahwa hubungan di atas diperoleh dari prinsip-prinsip kerja-energi, yaitu kerja
yang dilakukan pada suatu sistem itu adalah sama dengan pertambahan energi mekanik
total sistem tersebut. Dalam bentuk seperti ini, tiap suku dalam persamaan (6.10),
mempunyai satuan tinggi panjang. Tiap suku disebut head. Suku ini disebelah kiri
disebut head tekanan, suku pertama disebelah kanan ketinggian, dan suku kedua disebut
head kecepatan.
AL
Jika zat cair bersifat kental, maka kita harus memperhitungkan kerja yang dilakukan
oleh gaya gesekan. Untuk hal khusus fluida yang mengalir melalui suatu pipa dengan
N

penampang serba sama. Dengan panjang L dan garis tengah D, maka v1 = v2. Jkia fluida
FI

adalah tak kental, harus diperhitungkan adanya energi hilang karena gesekan, energi
hilang ini dinyatakan sebagai head hilang atau head gesekan. Ini diberikan oleh :
Lv 2
hL  f (6.11)
D2 g
Dengan v kecepata rata-rata fluida, dan fluida adalah factor gesekan yang bergantung
pada bilangan Reynold NR.. Untuk aliran dalam pipa dengan penumpang serba sama dan
terletak miring, maka head tekanan haruslah sama dengan jumlah head ketinggian dan
head gesekan :
p1  p 2 Lv 2
 ( y 2  y1)  f (6.12)
g D2 g
64
Untuk aliran laminar (NR  2000), faktorgesekan f dapat ditentuka dari f 
NR

VI- 23
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

6.12 Gerak Obyek Dalam Fluida


Bilamana suatu obyekbergerak relative terhadap suatu fluida. Fluida akan mengarahkan
semacam gaya gesekan pada obyek. Gaya ini yang dikenal sebagai “ gaya tarik “ (Drag
Fforse) disebabkan oleh viskositas fluida dan juga,pada kecepatan besar, bagian
belakang obyek relative turbulen. Karakteristik gerak obyek relative terhadap fluida,
menggunakan definisi lain dari bilangan Reynold :
vL
Re 

dengan  dan  masing-masing adalah rapat massa dan viskositas dari fluida. V adalah
kecepatan yang relative terhadap fluida. Re < 1, berarti obyek yang bergerak cukup kecil
seperti tetesan serbuk, dan gerak molekul, aliran umumnya laminar dengan gaya viskos
(drag Fp) secara eksperimental berbanding langsung dengan laju obyek.
FD = k v (6.13)
Besar k bergantung pada ukuran dan bentuk serta bertanggung pada viskositas fluida.
Untuk bentuk bola berjari-jari r :
AL
K = 6r
Jadi gaya tarik (drag force) pada sebuah bola kecil, jika aliran adalah laminar, diberikan
N

oleh persamaan yang dikenal sebagai “persamaan Stokes”.


FI

ED = 6rv
Untuk bilangan Reynold yang besar (umumnya harganya 1-10), akan terjadi turbulen
pada bagian belakang benda, dan gaya tarik akan lebih besar dari yang diberikan oleh
persamaan stokes untuk bola. Eksperimen menunjukkan bahwa untuk kasus turbulen ini
gaya tarik tambah sebanding dengan kuadrat kecepatan benda (FDv2).
Tinjau sebuah obyek bermassa m yang jatuh ke dalam fluida. Obyek akan berada di
bawah pengaruh gaya gravitasi mg, gaya apung FB, dan gaya tarik FD,. berdasarkan
hukum Newton II jumlah gaya-gaya yang bekerja pada obyek adalah :
Gaya apung FB sama dengan berat fluida yang
FB F
dipindahkan.
FB =  FVg dengan  F adalah rapat massa fluida.
V adalah volume obyek dan g adalah percepatan
gravitasi. mg

VI- 24
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

Kita dapat juga menulis mg =  0Vg dengan  0 adalah rapat massa obyek.

Dengan menggunakan persamaan (6.13) kita dapatkan :


(  o-  l)Vg-kv = ma
Suku pertama menyatakan berat efektif obyek di dalam fluida. Suatu saat gaya tarik
sama dengan berat efektif obyek dan pada titik ini percepatan sama dengan nol dan
kecepatan menjadi maksimum. Kecepatan maksimum (v1) ini disebut “ kecepatan
terminal” (sedimentation velocity) dan besarnya adalah :
Vg
VT = (  0 -  F)
k
Adanya percepatan gravitasi g tentu saja pengaruhi gaya sentrifugal sehingga untuk
obyek yang berotasi pada suatu sumber putar, g dapat diganti dengan 2 r dengan 
adealah kecepatan sudut dari rotor dan r adalah jarak obyek dari sumbu putar. Jadi :
V 2 r
vl   0   l  (6.14)
k
AL
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebuah baju pelampung yang rapat massanya 0,2
N

rapat massa air. Seseorang yang massanya 60 kg dan


rapat massanya 0,9 rapat massa air, menggunakan
FI

baju pelampung tersebut yang membuat tiga-


perempat bagian badannya berada dibawah
permukaan air (rapat massa air 1000 kg/m 3 dan
asumsikan bahwa baju pelampung yang berada
dibawah permukaa air sama dengan bagian badan
orang dalam air). Hitung voume baju pelampung.

2. Sebuah bejana selinder berjari-jari r dan tingginya H d = 2r


diisi dengan cairan yang homogen. Berapa tinggi
cairan yang diisikan agar tekanan cairan ke dinding
bejana sama dengan gaya dorong (apung) cairan
didasar bejana.(abaikan tekanan udara di permukaan
cairan)

VI- 25
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

3. Tangki tertutup pada gambar berikut suhunya 200C. Kalau tekanan di titik A ialah
90.000 Pa (mutlak), berapakah pekanan mutlak di titik B dalam pascal ?
A B
A B
Udara 2 m
4m Udara
3

2 4m
2m
Air

4. Sistem pada Gambar-3 bersuhu 200C. Kalau tekanan di titik A 2000 lbf/ft 2 tentukan
tekanan di titik B, C, dan D dalam pound per kaki persegi !

1 2
Udara Udara C
2 ft
3 ft B
Udara
A 4 ft
3
5 ft
Air 2 ft
D
AL
5. Sebuah batu, berat di udara 90N bila dicelupkan di dalam air beratnya 50 N.
Tentukan volume batu tersebut dan gravitasi spesifiknya!
N

6. Sebuah tangki terbuka berisi air setinggi 2 m. Pada jarak 50 cm dari permukaan
FI

air dibuat suatu lubang kecil. Berapa jauh air yang keluar dari tangki mengenai
tanah?
Jawab : x = S3 m
2 . Dalam tangki tertutup terdapat air
setinggi 2 m. perbedaan tekanan 50 cm
udara di atas air (dalam tangki)
dengan tekanan udara luar
2m
3 2
sebesar 4.5x10 N/m . Pada dasar
tangki terdapat lubang dengan
luas penampang 1 cm2. Hitunglah
massa air yang keluar dari lubang x
tersebut selama 1 menit.
Diketahui luas penampang tangki jauh lebih besar dari luas penampang lubang.
Jawab: m = 42 kg

VI- 26
Fisika Dasar
Statika dan Dinamika Fluida

3. Air mengalir pada pipa 1 (A1 = 4x103 m2) yang bersambungan dengan pipa (A2 = 2 x
10-3 m2), pipa tersebut terletak di atas bidang datar, kecepatan pipa pada aliran
adalah 2 m/det. Hitunglah
a) Volume air ayng keluar pada pipa 2 selama 1 menit.
b) Beda tekanan antara kedua bagian pipa (p1 – p2)
Jawab : a) V = 0.48 m3 b) p 6 x 103 N/m2.
4. Sebuah tangki air yang lebar berisi air setinggi 30 cm. Pada dasar tangki ada sebuah
lubang dengan luas 5 cm2. Air keluar dari lubang membentuk aliran kontinu. Berapa
laju keluar volume air ( dalam satuan liter/detik).
Jawab : 1.225 liter/s.
5. Sebuah tangki silindris mempunyai tinggi 30 cm, dan luas penampang 500 cm 2.
tangki tersebut mula-mula penuh berisi air. Berapa lama waktu diperlukan agar
seluruh isi tangki mengalir ke luar melalui lubang seluas 6 cm 2 pada dasar tangki.
Jawab: t = 1.02 detik.
6 Mesin pemadam kebakaran memompa 250 kg air tiap menit dari danau. Air keluar
pada ketinggian 5 meter di atas permukaan danau dengan laju 10 m/s. bila energi
AL
hilang karena gesekan diabaikan, berapa besar daya yang harus dimiliki mesin.
Jawab : P = 417 watt.
N
FI

VI- 27
Fisika Dasar

Anda mungkin juga menyukai