Disusun Oleh :
Kelas :
2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun
judul makalah yang penulis ajukan adalah “KERAJAAN MAKASSAR”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis
tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat
membangun tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yakni kerajaan Gowa dan
Tallo yang membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu
kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar
sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai
nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal
dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah
kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah
sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin,
yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku
Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku
karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-
Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC
yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
PEMBAHASAN
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama
Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo,
Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui
berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk
Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului
datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya.
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di
daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam
di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah
Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang
paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang
dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan
Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang
Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan
Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang
Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini
terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu
disebut sebagai Ujung pandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang
penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah
Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia
bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat.
Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan
besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
a. Kehidupan Politik
Perkembangan Kerajaan Makassar tidak terlepas dari peranan raja-raja yang
memerintah. Ada raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makassar antara lain
sebagai berikut :
4. Raia Mapasomba
Raja Mapasomba (lmampasomba Daeng Nguraga dikenal sebagai
Sultan Amir Hamzah) adalah putra Sultan Hasanuddin yang turun takhta
setelah menyerah kepada Belanda. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar
Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda yang tujuannya agar
Makassar tetap dapat bertahan. Namun, pada kenyataannya Mapasomba
jauh lebih keras dari pada Sultan Hasanuddin sehingga Belanda kemudian
mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadapi perlawanan yang
dilakukan Mapasomba.
b. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
Kerajaan Goa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling
berhubungan dengan baik. Orang kemudian mengenal keduanya sebagai Kerajaan Makasar,
yang sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang disebut Ujungpandang. Kerajaan Makasar
merupakan kerajaan maritim, penghasil rempah-rempah. Membentuk jalur perdagangan
Nusantara yang sangat terkenal pada abad ke-16 dan 17 Masehi dan mempunyai hubungan
diplomasi yang baik dengan kerajaan Ternate di Maluku. Sebelum abad 16 M, raja-raja
Makasar belum memeluk Islam, setelah kedatangan Dato' Ri Bandang, seorang penyiar
Islam dari Sumatra, Makasar berkembang menjadi kerajaan Islam. Sultan Alaudin adalah
raja Makasar pertama yang memeluk agama Islam, yang berkuasa dari tahun 1591 sampai
1638 M. Nama asli Sultan Alaudin adalah Karaeng Ma'towaya Trumamenanga Ri
Agamanna. Di bawah kekuasaannya Makasar tumbuh menjadi kerajaan maritim. Para pelaut
mengembangkan perahu jenis Pinisi dan Lambo.
Setelah Sultan Alaudin meninggal, digantikan oleh Muhammad Said pada tahun 1638 -
1653 M. Raja berikutnya adalah Sultan Hasanuddin yang berkuasa dari tahun 1653. Pada
masa pemerintahan Sultan Hasanuddin Makasar menjadi gemilang, majunya perdagangan
dan melakukan ekspansi. Kerajaan yang berhasil dikuasai Makasar di Sulawesi Selatan
adalah Lawu, Wajo, Soppeng dan Bone. Sultan Hasanuddin berniat menguasai jalur
perdagangan Indonesia bagian timur, sehingga harus menghadapi VOC sebelum menguasai
Maluku yang kaya akan lada. Keberanian Hasanuddin melawan Belanda menyebabkan ia
mendapatkan julukan Ayam Jantan dari Timur. Kisah tentang keberanian Hasanuddin
silahkan baca di artikel sejarah Sultan Hasanuddin Ayam jantan dari timur. Pada tahun 1667
dengan bantuan Raja Bone, Belanda berhasil menekan Makasar untuk menyetujui Perjanjian
Bongaya. Perjanjian ini berisi 3 kesepakatan, yaitu :
Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669 Map Somba putranya berusaha
meneruskan perjuangan ayahnya melawan Belanda. Belanda yang sangat menghargai
tindakan kooperatif dari Mapa Somba harus mempersiapkan armada perang. Pelaut Makasar
sangat tangguh ini ditunjang dengan keahlian mendesain berbagai kapal yang kuat dan indah
seperti Pinisi, Lambo dan Padewalang yang dapat mengarungi daerah nusantara bahkan
sampai ke India dan Cina. Makasar memiliki hukum perdagangan yang disebut Ade
Alloping Bicaranna Pabbahi'e, juga mengadopsi hukum-hukum Islam dan menjalin
kerjasama dengan Kerajaan Islam seperti Demak dan Malaka.
1. Fort Rotterdam
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah
benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai
sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545
oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada
masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti
menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak
turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa
penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang
berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung
Pandang.
2. Masjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami
beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud
(1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan
Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling
awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.
Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak
abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo,
Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir barat
muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng Tallo.
Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan
sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bah wa komplek makam
ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi bangunan, dan
kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.
Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat
digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini
kurang lebih serupa dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate,
Aru Pallaka, dan Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad
XII Masehi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah
Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan
Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,
Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat
perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima
Islam dari Gresik.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang
berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di
Indonesia Timur dapat dikuasainya
Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII
kemudian sampai mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi
penjajahan. Dalam pada itu, sistem pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa
XXXVI Andi Idjo Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang
merdeka dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom.
Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja
Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.
3.2 Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Makassar (Gowa Tallo) di wilayah nusantara pada masa
yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam
sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi
dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa.
Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya
bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa
http://suwandi-sejarah.blogspot.com/2010/09/kerajaan-gowa-tallo.html
http://evieliszna.blogspot.com/2015/04/makalah-kerajaan-makasar.html
http://viliakartika.blogspot.com/2014/04/makalah-kerajaan-gowa-tallo.html