Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“ KERAJAAN MAKASSAR”

Disusun Oleh :

Dinda Nabila Marwah (08)

Kelas :

XII Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP) 2

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

SMK WIRA BUANA 01 , BOGOR

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun
judul makalah yang penulis ajukan adalah “KERAJAAN MAKASSAR”

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis
tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi.

Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat
membangun tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa
mendatang.

Bogor, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1


1.2 Rumusan masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Makassar............................... 2


2.2 Letak Kerajaan Makassar...................................................... 4
2.3 Tokoh – Tokoh Kerajaan Makassar........................................... 4
2.4 Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Makassar…......... 6
2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Makassar………….….................... 9
2.6 Masa Kemunduran Kerajaan Makassar……………………… 10
2.7 Peninggalan – Peninggalan Kerajaan Makassar….................. 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13

DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yakni kerajaan Gowa dan
Tallo yang membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu
kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar
sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai
nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal
dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah
kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah
sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin,
yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku
Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku
karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-
Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC
yang pernah dilakukannya di abad ke-17.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Makassar ?
1.2.2 Dimana Letak Kerajaan Makassar?
1.2.3 Siapa Saja Tokoh – Tokoh Kerajaan Makassar ?
1.2.4 Bagaimana Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Makassar ?
1.2.5 Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Makassar ?
1.2.6 Apa Saja Peninggalan Kerajaan Makassar ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Makassar.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Makassar
1.3.3 Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Makassar.
1.3.4 Untuk mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Makassar.
1.3.5 Untuk mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Makassar.
1.3.6 Untuk mengetahui apa saja peninggalan Kerajaan Makassar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Makassar

Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama
Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo,
Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui
berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk
Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului
datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya.

Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di
daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam
di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah
Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang
paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang
dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan
Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang
Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan
Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang
Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.

2.2 Letak Kerajaan Makassar

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini
terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu
disebut sebagai Ujung pandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang
penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah
Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia
bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat.
Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan
besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

2.3 Tokoh – Tokoh Kerajaan Makassar

Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Ia


merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama islam yang memerintah dari
tahun 1591 – 1638. dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah.

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di


Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan
pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir
Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat
tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal
dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het
Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di
Katangka, Makassar.

2.4 Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Makassar

a. Kehidupan Politik
Perkembangan Kerajaan Makassar tidak terlepas dari peranan raja-raja yang
memerintah. Ada raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makassar antara lain
sebagai berikut :

1. Sultan Alauddin (1591-1639 M)


Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya
Tumamenanga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang
memeluk agama lslam. Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan
Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan (dunia
maritim). Dengan perkembangan tersebut menjadikan kesejahteraan rakyat
Makassar meningkat.

2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)


Pada pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar
maju pesat seba bandar transit, bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah
mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku
berperang melawan Belanda.

3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)


Sultan Hasanuddin adalah putra Sultan Muhammad Said. Pada masa
pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.
Makasar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan
memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan
sebagian Flores). Berkat penguasaan wilayah tersebut seluruh aktivitas
pelayaran dan perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat
Kerajaan Makassar.

Hal tersebut ditentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di


Maluku yang pusatnya di Ambon terhalang oleh kekuasaan Makassar.
Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan
peperangan. Bahkan pertentangan itu sering terjadidi Maluku. Keberanian
Sultan Hasanuddin memporak-porandakan pasukan Belar di Maluku
mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Oleh karena keberanian Sultan
Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda memberikan julukan kepada Sultan
Hasanudin “Ayam Jantan dari Timur”.

Untuk menguasai Makassar, Belanda melakukan politik devide et impera


yang kemudian menjalinhubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah
oleh Raja Aru Palaka yang pada waktu itu sedang melakukan
pemberontakan terhadap Makassar. Pasukan Belanda yang dibantu Aru
Palaka berhasil mendesak Makassar dan dapat menguasai kota kerajaan.
Akhirnya Sultan Hasanuddin terpaksa harus menandatangani Perjanjian
Bongaya pada tahun 1667 M yang isinya antara lain sebagai berikut :

1) VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yaitu kompeni


dagang Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.
2) Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar
yang diberi nama Benteng Rotterdam.
3) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar wilayah Makassar.
4) Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Meskipun telah menandatangani Perjanjian Bongaya, orang-orang


Makassar tetap melakukan perlawanan yang berlangsung selarna dua tahun
dengan pusat pertahanan Sombaopu. Namun, Belanda tetap berupaya
merebut pertahanan itu dengan menghancurkan dinding benteng dan
akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah.

4. Raia Mapasomba
Raja Mapasomba (lmampasomba Daeng Nguraga dikenal sebagai
Sultan Amir Hamzah) adalah putra Sultan Hasanuddin yang turun takhta
setelah menyerah kepada Belanda. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar
Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda yang tujuannya agar
Makassar tetap dapat bertahan. Namun, pada kenyataannya Mapasomba
jauh lebih keras dari pada Sultan Hasanuddin sehingga Belanda kemudian
mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadapi perlawanan yang
dilakukan Mapasomba.

b. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :

 Letak yang strategis,


 Memiliki pelabuhan yang baik
 Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan
banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional


dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris,
Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.Pelayaran dan
perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’
ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum
niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan
kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di
bagian Timur Sulawesi Selatan.

c. Kehidupan Sosia Budaya


Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya,
bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran
hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam
mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat
dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat
Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG.
Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping
norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari
lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan
masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-
benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai
pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama
Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar
dan terkenal sampai mancanegara.

2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Makassar

Kerajaan Goa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling
berhubungan dengan baik. Orang kemudian mengenal keduanya sebagai Kerajaan Makasar,
yang sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang disebut Ujungpandang. Kerajaan Makasar
merupakan kerajaan maritim, penghasil rempah-rempah. Membentuk jalur perdagangan
Nusantara yang sangat terkenal pada abad ke-16 dan 17 Masehi dan mempunyai hubungan
diplomasi yang baik dengan kerajaan Ternate di Maluku. Sebelum abad 16 M, raja-raja
Makasar belum memeluk Islam, setelah kedatangan Dato' Ri Bandang, seorang penyiar
Islam dari Sumatra, Makasar berkembang menjadi kerajaan Islam. Sultan Alaudin adalah
raja Makasar pertama yang memeluk agama Islam, yang berkuasa dari tahun 1591 sampai
1638 M. Nama asli Sultan Alaudin adalah Karaeng Ma'towaya Trumamenanga Ri
Agamanna. Di bawah kekuasaannya Makasar tumbuh menjadi kerajaan maritim. Para pelaut
mengembangkan perahu jenis Pinisi dan Lambo.

Setelah Sultan Alaudin meninggal, digantikan oleh Muhammad Said pada tahun 1638 -
1653 M. Raja berikutnya adalah Sultan Hasanuddin yang berkuasa dari tahun 1653. Pada
masa pemerintahan Sultan Hasanuddin Makasar menjadi gemilang, majunya perdagangan
dan melakukan ekspansi. Kerajaan yang berhasil dikuasai Makasar di Sulawesi Selatan
adalah Lawu, Wajo, Soppeng dan Bone. Sultan Hasanuddin berniat menguasai jalur
perdagangan Indonesia bagian timur, sehingga harus menghadapi VOC sebelum menguasai
Maluku yang kaya akan lada. Keberanian Hasanuddin melawan Belanda menyebabkan ia
mendapatkan julukan Ayam Jantan dari Timur. Kisah tentang keberanian Hasanuddin
silahkan baca di artikel sejarah Sultan Hasanuddin Ayam jantan dari timur. Pada tahun 1667
dengan bantuan Raja Bone, Belanda berhasil menekan Makasar untuk menyetujui Perjanjian
Bongaya. Perjanjian ini berisi 3 kesepakatan, yaitu :

1. VOC mendapat hak monopoli perdagangan di Makasar.


2. Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makasar, dan Makasar harus
melepas kerajaan daerah yang dikuasainya seperti Bone, Soppeng.
3. Mengakui Aru Palaka sebagai raja Bone.

Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669 Map Somba putranya berusaha
meneruskan perjuangan ayahnya melawan Belanda. Belanda yang sangat menghargai
tindakan kooperatif dari Mapa Somba harus mempersiapkan armada perang. Pelaut Makasar
sangat tangguh ini ditunjang dengan keahlian mendesain berbagai kapal yang kuat dan indah
seperti Pinisi, Lambo dan Padewalang yang dapat mengarungi daerah nusantara bahkan
sampai ke India dan Cina. Makasar memiliki hukum perdagangan yang disebut Ade
Alloping Bicaranna Pabbahi'e, juga mengadopsi hukum-hukum Islam dan menjalin
kerjasama dengan Kerajaan Islam seperti Demak dan Malaka.

2.6 Masa Kemunduran Kerajaan Makassar

Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama napasomba. Sama


seperti ayahnya, sultan ini menentang kehadiran belanda dengan tujuan menjamin eksistensi
Kesultanan Makasar. Namun, Mapasomba gigih pada tekadnya untuk mengusir Belanda dari
Makassar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda
mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan
Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya. Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas
kesultanan Makassar.

2.7 Peninggalan – Peninggalan Kerajaan Makassar

1. Fort Rotterdam
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah
benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai
sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545
oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada
masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti
menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak
turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa
penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang
berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung
Pandang.

2. Masjid Katangka

Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami
beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud
(1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan
Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling
awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.

3. Kompleks makam raja gowa tallo

Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak
abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo,
Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir barat
muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng Tallo.
Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan
sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bah wa komplek makam
ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi bangunan, dan
kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.
Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat
digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini
kurang lebih serupa dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate,
Aru Pallaka, dan Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad
XII Masehi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah
Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan
Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,
Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat
perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima
Islam dari Gresik.

Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang
berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di
Indonesia Timur dapat dikuasainya

Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII
kemudian sampai mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi
penjajahan. Dalam pada itu, sistem pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa
XXXVI Andi Idjo Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang
merdeka dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom.
Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja
Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.

3.2 Saran

Dari keberadaanya Kerajaan Makassar (Gowa Tallo) di wilayah nusantara pada masa
yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam
sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi
dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa.
Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya
bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa

http://suwandi-sejarah.blogspot.com/2010/09/kerajaan-gowa-tallo.html

http://evieliszna.blogspot.com/2015/04/makalah-kerajaan-makasar.html

http://viliakartika.blogspot.com/2014/04/makalah-kerajaan-gowa-tallo.html

Anda mungkin juga menyukai