Anda di halaman 1dari 10

Makalah Kerajaan Islam di Pulau Jawa

Disusun oleh:
1) Endang Sulistianingsih (10)
2) Ismatul Maula (19)
3) Khoirur Rohmah (21)
4) Diana Susilowati (09)
5) Alfiyan Khoirul Soleh

SMA NEGERI 3 BANGKALAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
rahmat dan karuniaNYA. Sehingga karya tulis yang berjudul "SEJARAH KERAJAAN
ISLAM DI PULAU JAWA" ini dapat terselesaikan.

Penulis menyampaikan ungkapan terimakasih kepada kepala sekolah SMAN 3


Bangkalan bapak Drs. H. Iskandar, M.pd dan guru pengajar sejarah indonesia ibu
kamilya S,pd yang telah memberi kesempatan dan petunjuk bagi penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini penulis buat dengan maksud agar dapat membantu siswa dalam
memahami pelajaran sejarah indonesia terutama pada bab Islamisasi dan silang
budaya di Nusantara. Tujuannya agar siswa dapat mengetahui bagaiman islam
masuk istana raja. Dengan ini penulis benar benar berharap makalah ini bisa di
jadikan petunjuk dalam belajar baik teori maupun praktik .

Meskipun karya tulis ini belum sempurna penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat. Tak ada gading yang tak retak demikan pula dengan makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaanya di
kemudian hari.

BANGKALAN, 14 MARET 2020

PEN
ULPUSTAKA
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL...............................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................II
DAFTAR
ISI......................................................................................III
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan
masalah............................................................................1
1.3 Tujuan
praktikum..........................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
3.1. kerajaan di pulau jawa………………………………………………2
BAB 3 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................3
4.2 Saran………………………………………………………………………..4
BAB 4 DAFTAR PUSTAKA.................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam lahir di Jazirah Arab. Islam berkembang sampai ke Indonesia dibawa oleh pedagang
dari Arab, Persia, dan Gujarat, sekitar abad ke-7 hingga abad ke-8. Islam diterima dengan baik
dan berkembang dengan pesat di Indonesia. Faktor pendorong Islam cepat berkembang di
Indonesia :

1. Syarat masuk Islam mudah

2. Islam bersifat terbuka

3. Tidak mengenal sistem kasta

4. Disebarkan secara damai

5. upacara sedehana dan biaya murah

6. Runtuhnya kerajaan majapahit

Di pulau Jawa, ada sembilan tokoh penyebar agama Islam yang dikenal sebagai Wali Sanga
(wali sembilan). Peranan Wali Sanga antara lain:

1. Sebagai penyebar agama Islam

2. Pendukung berdirinya kerajaan Islam

3. Penasehat Raja

4. pendukung berkembangnya kebudayaan daerah yang disesuaikan dengan Islam

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang berkembang di
Indonesia dan bagaimana pemerintahannya.

C. Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang
berkembang di Indonesia dan bagaimana pemerintahannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.


Beberapa kerajaan islam yang ada di Jawa adalah:

1. Kerajaan Demak

Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini
pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah
kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini
memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan
bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa
dan wilayah timur Nusantara.

Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden
Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah.tercatat terdapat lima orang yang
memimpin demak sebagai raja yaitu: raden patah, pati unus, sultan trenggana, sunan prawata dan arya
penangsang

Di bidang ekonomi, Kerajaan Demak berperan penting karena menjadi daerah penghubung antara
penghasil rempah-rempah di timur dengan Malaka sebagai pasar di barat.Perdagangan Kerajaan
Demak juga maju terlihat dari aktivitas kegiatan ekspor produk ke wilayah lain melalui pelabuhan-
pelabuhan yang dimilikinya.Komoditas yang diekspor Kerajaan Demak antara lain beras, madu dan lilin.
Pelabuhan milik Kerajaan Demak sering menjadi tempat transit kapal-kapal dagang yang hendak ke
Selat Malaka dan sebaliknya.Kerajaan Demak mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan
sebagai penghasil makanan terutama beras.Melalui kegiatan pertanian dan perdagangan tersebut,
kehidupan ekonomi masyarakat di kerajaan Demak berkembang lebih baik.

Salah satu tradisi atauadat istiadat pada masa Kerajaan Demak yang masih berlangsung hingga
sekarang adalah upacara Sekaten. Upacara ini bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad pada bulan Maulud, atau orang-orang biasanya menyebut dengan kata Maulid Nabi.

upacara syawalan merupakan upacara terdisional masyarakat demak yang tinggal di sekitar pantai,
yaitu berupa upacara sedekah laut. Dan perayaan Grebeg Besar diselenggarakan tiap tahun sekali
dalam rangkaian Hari Raya Idul Adha (Qurban), dimaksudkan sebagai tradisi penghormatan dan rasa
syukur atas perjuangan para leluhur, khususnya sehubungan kegiatan syi’ar Islam yang dilaksanakan
walisongo terutama Sunan Kalijaga.
Dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan
Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-
pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di
serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten
(Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon

2. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Islam Demak. Kerajaan Pajang
didirikan oleh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging yakni di lereng Gunung Merapi.
Ia adalah menantu Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang. Pasca
membunuh dan merebut kekusaan Demak dari Aria Penangsang, seluruh kekuasaan
dan benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan
Hadiwijaya dan sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.

Islam yang semula berpusat di pesisir utara Jawa (Demak) dipindahkan ke pedalaman
membawa pengaruh yang besar dalam penyebarannya. Selain Islam yang mengalami
perkembangan, politik juga mengalami perkembangan. Pada masanya, Jaka Tingkir
memperluas kekuasaannya ke arah timur hingga Madiun di area pedalaman tepi aliran
sungai Bengaawan Solo. Pada tahun 1554 Jaka Tingkir mampu menduduki Blora dan
Kediri pada 1577. Karena Kerajaan Pajang dengan raja-raja di Jawa Timur sudah
bersahabat, pada tahun 1581 Jaka Tingkir mendapat pengakuan sebagai sultan Islam
oleh raja-raja penting di Jawa Timur

3. Kerajaan Mataram

Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi bupati di
Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya,
putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan
wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram.

Sutawijaya ternyata tidak puas menjadi bupati dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa.
Oleh karena itu, Sutawijaya mulai memperkuat sistem pertahanan Mataram. Hal itu ternyata diketahui
oleh Hadiwijaya sehingga ia mengirim pasukan untuk menyerang Mataram. Peperangan sengit terjadi
pada tahun 1582. Prajurit Pajang menderita kekalahan. Keadaan Sultan Hadiwijaya sendiri pada saat itu
sedang sakit. Beberapa waktu kemudian Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu, terjadilah perebutan
kekuasaan di antara para bangsawan Pajang. Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat
Bupati Demak) datang menyerbu Pajang untuk merebut takhta. Hal itu tentu saja ditentang keras oleh
para bangsawan Pajang yang bekerja sama dengan Sutawijaya, Bupati Mataram. Akhirnya, Pangeran
Pangiri beserta pengikutnya dapat dikalahkan dan diusir dari Pajang.Setelah suasana aman, Pangeran
Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan
pusat pemerintahannya ke Mataram pada tahun 1586. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan
Mataram.Kerajaan Mataram Islam sempat dimpin oleh 6 orang raja, yaitu sebagai berikut :

1) Ki Ageng pemanahan
2) Panembahan senapati
3) Raden Mas Jolang
4) Raden Mas Rangsang
5) Amangkurat 1 (anak sultan Ageng)
6) Amangkutat 2 (Raden Mas Rahmat)

Secara geografis, kerajaan Pajang terletak di daerah pedalaman. Letak geografisnya yang
berada di pedalamann didukung tanah yang subur, menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah
pertanian (agraris) yang cukup berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada
masa itu. Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat terlihat dari
dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa. Perpaduan dua unsur ekonomi,
yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di
nusantara.

Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan Agung
melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan memindahkan
banyak para petani ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu
masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah
garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.

Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni
pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang merupakan
akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada
pemujaan roh nenek moyang

4. Kerajaan Banten

Sekitar awal abad ke-16 Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu mempunyai bandar-bandar
penting seperti Sunda Kelapa (Jakarta), Banten dan Cirebon.Kerajaan Pajajaran ini mengadakan kerja
sama dengan pemerintahan Portugis sehingga Portugis diizinkan untuk mendirikan benteng dan kantor
dagang di sini. Seluruh perekonomian di tanah Sunda Kelapa pada saat itu dikuasai oleh Portugis.Guna 
membendung pengaruh dari Portugis di wilayah Pajajaran ini Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak
memberi perintah kepada Fatahilah.Ia adalah panglima perang Demak diperintahkan menaklukkan
bandar-bandar di Pajajaran sekitar tahun 1526. Akhirnya pasukan Fatahilah berhasil menguasai Banten
dan merebut pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta) pada tanggal 22 Juni 1527.

Secara geografis, Kerajaan Banten terletak di provinsi Banten. Hal ini yang menjadikan Kerajaan
Banten sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang melewati Selat Sunda.
Kehidupan Ekonomi Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang
menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah: (1)
letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan; (2) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para
pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka namun langsung menuju Banten; (3) Banten mempunyai
bahan ekspor penting yakni lada.

Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki,
Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut
asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan
Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

Kehidupan Sosial-budaya

Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat
secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan
Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir
ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan
mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan
tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam

Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena sultan
memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa
meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah
merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang
lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang
dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama
Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira sejak abad ke-7. Kerajaan-Kerajaan Islam yang
berkembang di Indonesia antara lain: Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan
Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan
Cirebon, Kerajaan Goa-Tallo, Kerajaan Ternate dan Tidore. Islam berkembang pesat di
Indonesia dibuktikan dengan Agama Islam merupakan agama yang mendominasi wilayah
Indonesia. Selain itu sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia termasuk
dalam sistem pemerintahan monarki, karena para penguasa masih ada ikatan keturunan.

B. Saran

Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan mengenai
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam
dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Referensi

http://id.wikipedia.org

http://kulimijit.blogspot.com

http://jeparaku.multiply.com

http://118.96.151.46

Anda mungkin juga menyukai