Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

BANGUNAN – BANGUNAN BERSEJARAH


GURU MAPEL : HALIMATUSSADIAH HARAHAP, S.Pd

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK 5 :

1. FERDINAN
2. DWI PANDU KUSUMA
3. PUTRI FEBY UTAMI
4. SELA TANTRIA
KELAS XI IPS - 1

SMAN 1 PEKAITAN
KEC. PEKAITAN KAB. ROKAN HILIR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga
kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan kami
semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun
pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari aspek
kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh
keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada
segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Teluk Bano II, Januari 2022


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………. 2

A. Kesultanan Mataram …………………………………………………………………….. 2

B. Kerajaan Demak…………………………………………………………………………. 2

C. Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ………………………………………………… 3

D. Kerajaan Mataram ………………………………………………………………………. 3

1. Kutagara ……………………………………………………………………………… 4

2. Negara Agung ……………………………………………………………………….. 4

3. Mancanegara …………………………………………………………………………. 4

4. Pesisiran ……………………………………………………………………………… 4

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………….…….. 5

A. KESIMPULAN …………………………………………………………………………. 5

B. SARAN………………………………………………………………………………….. 5

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri Kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha yang cukup kokoh, kuat dan tangguh, bahkan sampai saat ini hasil
peradabannya masih dapat disaksikan. Misalnya, candi Borobudur yang merupakan
peninggalan Budha Mahayana dan candi Roro Jonggrang di desa Prambanan. Demikian juga
halnya dari segi literatur, seperti buku Pararaton dan Negara Kertagama. Wajarlah jika
Vlekke menyebut kerajaan-kerajaan pra-Islam, khususnya Singosari dan Majapahit, sebagai
Empire Builders of Java.
Setelah agama Islam datang di Jawa dan Kerajaan Majapahit semakin merosot
pengaruhnya di Masyarakat, terjadilah pergeseran di bidang politik. Menurut Sartono
Kartodirjo, islamisasi menunjukkan suatu proses yang terjadi cepat, terutama sebagai hasil
dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama Islam di Jawa. Di samping
kewibawaan rohaniah, para wali juga berpengaruh dalam bidang politik, bahkan ada yang
memegang pemerintahan. Otoritas karismatik mereka merupakan ancaman bagi raja-raja
Hindu di pedalaman.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah bagaimana penjelasan tentang kerajaan-kerajaan Islam di
pulau Jawa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesultanan Mataram
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad
ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng
Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit.
Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di “Bumi
Mentaok” yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja
berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng
Pemanahan. Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan
sekitarnya, termasuk Madura.
Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya
firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa
akhir menjelang keruntuhannya. Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan
relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat
hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura
Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di
Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.

B. Kerajaan Demak
Para ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara Majapahit hancur
beberapa waktu sebelumnya. Menurut sumber sejarah lokal di Jawa, keruntuhan Majapahit
terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengan candrasengkala, Sirna Hilang Kertaning
Bhumi yang berarti memiliki angka tahun 1400 Saka. Raja pertama kerajaan Demak adalah
Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak
dari tahun 1500- 1518 M. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah merupakan
keturunan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V.
Di bawah pemerintahan Raden Fatah, kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena
memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi sebuah kerajaan maritim karena letaknya di jalur
perdagangan antara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu Kerajaan Demak disebut juga
sebagai sebuah kerajaan yang agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor Kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan
Samudra Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
cukup luas, meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
Kalimantan.
Daerah-daerah pesisir di Jawa bagian Tengah dan Timur kemudian ikut mengakui
kedaulatan Demak dan mengibarkan panji-panjinya. Kemajuan yang dialami Demak ini

2
dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh
Portugis, maka para pedagang yang tidak simpatik dengan kehadiran Portugis di Malaka
beralih haluan menuju pelabuhan-pelabuhan Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan
dan Gresik. Pelabuhan-pelabuhan tersebut kemudian berkembang menjadi pelabuhan transit.
Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demak juga tumbuh menjadi pusat
penyebaran agama Islam. Para wali yang merupakan tokoh penting pada perkembangan
Kerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebih menyebarkan Islam kepada
penduduk Jawa. Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di luar Pulau Jawa. Penyebaran
agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di daerah Kalimantan Timur
dilakukan oleh seorang penghulu dari Kerajaan Demak yang bernama Tunggang Parangan.
Setelah Kerajaan Demak lemah maka muncul Kerajaan Pajang.

C. Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat


Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah negara dependen yang berbentuk
kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilaksanakan menurut
perjanjian/kontrak politik yang dibuat oleh negara induk Kerajaan Belanda bersama-sama
negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta. Kontrak politik terakhir antara negara induk
dengan kesultanan adalah Perjanjian Politik 1940. Sebagai konsekuensi dari bentuk negara
kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950
status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (bersama-sama dengan
Kadipaten Pakualaman) diturunkan menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mengikuti kerajaan Mataram, wilayah Kesultanan Yogyakarta pada mulanya dibagi
menjadi beberapa lapisan yaitu Nagari Ngayogyakarta (wilayah ibukota), Nagara Agung
(wilayah utama), dan Manca Nagara (wilayah luar). Keseluruhan wilayah Nagari
Ngayogyakarta dan wilayah Nagara Agung memiliki luas 53.000 karya (sekitar 309,864500
km persegi), dan keseluruhan wilayah Manca Nagara memiliki luas 33.950 karya (sekitar
198,488675 km persegi). Selain itu, masih terdapat tambahan wilayah dari Danurejo I di
Banyumas, seluas 1.600 karya (sekitar 9,3544 km persegi).

D. Kerajaan Mataram
Setelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglah Kerajaan Pajang di bawah
pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Di bawah kekuasaannya, Pajang berkembang baik. Bahkan
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusaha merebut kekuasaannya. Tokoh yang
membantunya mengalahkan Arya Penangsang di antaranya Ki Ageng Pemanahan (Ki Gede
Pemanahan). Ia diangkat sebagai bupati (adipati) di Mataram. Kemudian putranya, Raden
Bagus (Danang) Sutawijaya diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya dan dibesarkan di istana.
Sutawijaya dipersaudarakan dengan putra mahkota, bernama Pangeran Benowo.
Pada tahun 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Penggantinya, Pangeran Benowo
merupakan raja yang lemah. Sementara Sutawijaya yang menggantikan Ki Gede Pemanahan

3
justru semakin menguatkan kekuasaannya sehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke
tangannya. Sutawijaya segera memindahkan pusaka Kerajaan Pajang ke Mataram.
Sutawijaya sebagai raja pertama dengan gelar: Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin
Panatagama. Pusat kerajaan ada di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta sekarang.
Panembahan Senapati digantikan oleh puteranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613).
Mas Jolang kemudian digantikan oleh puteranya bernama Mas Rangsang atau lebih dikenal
dengan nama Sultan Agung (1613-1645).
Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah Mataram mencapai zaman keemasan.
Dalam bidang politik pemerintahan, Sultan Agung berhasil memperluas wilayah Mataram ke
berbagai daerah yaitu, Surabaya (1615), Lasem, Pasuruhan (1617), dan Tuban (1620). Di
samping berusaha menguasai dan mempersatukan berbagai daerah di Jawa, Sultan Agung
juga ingin mengusir VOC dari Kepulauan Indonesia. Kemudian diadakan dua kali serangan
tentara Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629. Mataram mengembangkan birokrasi
dan struktur pemerintahan yang teratur. Seluruh wilayah kekuasaan Mataram diatur dan
dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
1. Kutagara
Kutagara atau Kutanegara, yaitu daerah keraton dan sekitarnya.
2. Negara Agung
Negara agung atau negari agung, yaitu daerah-daerah yang ada di sekitar Kutagara.
Misalnya, daerah Kedu, Magelang, Pajang, dan Sukawati.
3. Mancanegara
Mancanegara yaitu daerah di luar negara agung. Daerah ini meliputi mancanegara wetan
(timur), misalnya daerah Ponorogo dan sekitarnya, serta mancanegara won (barat),
misalnya daerah Banyumas dan sekitarnya.
4. Pesisiran
Pesisiran yaitu daerah yang ada di pesisir. Daerah ini juga terdapat daerah pesisir kulon
(barat), yakni Demak terus ke barat, dan pesisir wetan (timur), yakni Jepara terus ke
timur.
Mataram berkembang menjadi kerajaan agraris. Dalam bidang pertanian, Mataram
mengembangkan daerah-daerah persawahan yang luas. Seperti yang dilaporkan oleh Dr. de
Han, Jan Vos dan Pieter Franssen bahwa Jawa bagian tengah adalah daerah pertanian yang
subur dengan hasil utamanya adalah beras. Pada abad ke-17, Jawa benar-benar menjadi
lumbung padi. Hasil-hasil yang lain adalah kayu, gula, kelapa, kapas, dan hasil palawija.
BAB III
4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jawa adalah wilayah yang dahulunya banyak terdapat kerajaan-kerajaan. Kehadiran
Islam di pesisir utara pulau Jawa dapat dibuktikan berdasarkan arkeologi, hikayat, legenda,
serta berita-berita asing. Islamisasi yang terjadi di daerah pesisir utara Jawa dari bagian
timur-barat lambat laun menghasilkan munculnya kerajaan Islam, mulai dari kerajaan Demak
ke barat Cirebon dan Banten, dari Demak ke pedalaman muncul kerajaan Pajang dan
Mataram dll.

B. Saran
Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan, saran yang dapat penulis
sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui sejarah perkembangan Islam di Jawa kita dapat
menghormati dan menghargai hasil jerih payah mereka dalam menegakkan Islam di daerah
Jawa walaupun harus berkorban nyawa dalam memerangi Belanda yang pernah menguasai
daerah-daerah di Kalimantan.
DAFTAR PUSTAKA
5

Ahmad al-Usairy, 2003,Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana

H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, 2003, Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Jakarta: PT. Pustaka
Utama Grafiti

I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA kelas XI, Jakarta:Erlangga

Muljana, Slamet. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di


Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS. 2005

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II.
Edisi ke-4. Jakarta: Balai Pustaka . 1993.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ngayogyakarta_Hadiningrat

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam

Anda mungkin juga menyukai