Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LAHIRNYA MATARAM ISLAM DAN


GERAKAN PRIBUMISASI ISLAM DI JAWA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Nusantara
Yang dibina oleh Bapak Nanang Zamroji, M.Pd. I

Disusun Oleh :

Pebri Prasetyo
NIM : 2186206167

FAKULTAS ILMU DAN PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisdapat menyelesaikan makalah dengan judul “Lahirnya Mataram Islam
dan Gerakan Pribumisasi di Jawa”. Tujuan penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas matakuliah Islam Nusantara bagi program studi PGSD
Universitas Nahdlatul Ulama Blitar tahun akademik 2021/2022. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dari banyak


pihak, sehingga dengan kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis
menghaturkan terimkasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan makalah ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Zainuddin, M.Pd. selaku Rektor Universitas


Nahdlatul Ulama’Blitar.
2. Bapak Nanang Zamroji, M.Pd. I selaku Dosen Pengampu matakuliah
Islam Nusantara.
3. Orang tua yang selalu mendoakan serta memberikan motivasi.
4. Teman-teman yang selalu mendukung untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan


berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Blitar, 10 Maret 2022

Pebri Prasetyo

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Biografi, Politik dan Pemerintahan Sultan Agung Serta Karya Sastra.........3

a. Biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo.................................................3

b. Politik dan Pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo......................3

c. Karya Sastra Sultan Agung Hanyokrokusumo..........................................4

B. Poros Ajaran Mataram Islam Versi Sultan Agung........................................4

C. Aktualisasi Islam di Jawa..............................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................7

A. Kesimpulan...................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan sejarah Indonesia memiliki beberapa


peninggalan kerajaan-kerajaan dahulu yang pernah berkuasa pada sebagian
wilayah nusantara, seperti Kerajaan Pajang, Kerajaan Kutai, Kerajaan
Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram dan masih banyak
kerajaan yang berkembang sampai terbentuknya Negara Kedaulatan
Rakyat Indonesia.

Perkembangan kerajaan-kerajaan nusantara banyak yang


berkembang pada pulau Jawa, khususnya pada kawasan Yogyakarta
dahulu pernah berdiri sebuah Kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Mataram
Islam yang beribukota atau berpusat pada jamannya di kawasan Kotagede.

Dari sisi sejarah, Kotagede merupakan situs sejarah peninggalan


kerajaan Mataram Islam yang berdiri sejak tahun 1532 M. Kotagede
sendiri dibangun sebagai ibukota kerajaan Mataram pada masa
pemerintahan Ki Ageng Pemanahan dan putranya, diawali ketika Ki
Ageng Pemanahan mendirikan sebuah permukiman diwilayah Alas
Mentaok yang sekarang dikenal dengan nama Kotagede. Kawasan ini
merupakan pemberian dari Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang, atas
jasanya dalam menumpas musuh kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Arya
Penangsang. Wilayah ini kemudian disebut Kerajaan Mataram, dengan
pusat pemukiman Kotagede.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan tentang biografi, politik dan pemerintahan


Sultan Agung serta karya sastranya ?
2. Bagaimana poros ajaran Mataram Islam versi Sultan Agung ?

1
3. Bagaimana aktualisasi Islam di Jawa ?
4. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui tentang biografi, politik dan pemerintahan Sultan Agung


serta karya sastranya.
2. Mengetahui poros Ajaran Mataram Islam Versi Sultan Agung.
3. Mengetahui aktualisasi Islam di Jawa.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

C. Biografi, Politik dan Pemerintahan Sultan Agung Serta Karya Sastra


D. Biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo

Merupakan sultan ke-3 yang memerintah Kesultanan Mataram. Di


bawah kempemimpinannya, Mataram berkembang cukup pesat dan
menjadi kerajaan besar di Nusantara. Salah satu perjuangan beliau
yang membekas adalah perlawanannya terhadap VOC di Batavia.
Sultan Agung Hanyokrokusumo memiliki nama kecil Raden Mas
Jatmiko yang berarti sopan dan rendah hati. Beliau juga diberi
nama Pangeran Rangsan yang artinya bergairah. Sultan Agung
merupakan anak pertama dari Prabu Hadi Hanyakrawati dan Ratu
Mas Adi Dyah Banawati putri dari Prabu Wijaya. Sultan Agung
lahir di Mataran (Yogayakarta tepatnya Kota Gede) pada 14
November 1593. Sultan Agung merupakan penguasa yang
berusaha mengembangkan agama Islam di pulau Jawa. Latar
belakang pendidikan yang diterima beliau adalah pengetahuan
agama yang didapat dari beberapa wali. Wali yang sangat berperan
dan berpengaruh terhadap Sultan Agung adalah Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga dijadikan guru dan dianggap sebagai penasehat
atau pembimbung Sultan Agung di bidang Agama. Dari Sunan
Kalijaga, beliau mendapatkan ajaran tentang agama.

E. Politik dan Pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo

Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan ketika diperintah


oleh Sultan Agung (1613-1645 M). Di bawah kekuasaannya,
Mataram mampu menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk
Madura. Selain itu, kerajaan yang terletak di Kotagede,

4
Yogyakarta, ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk
mencegah didirikannya loji-loji dagang di pantai utara. Masa
kekuasaan Kerajaan Mataram Islam berakhir pada 1755 M, setelah
ditandatangi Perjanjian Giyanti yang disepakati bersama VOC.
Dalam kesepakatan tersebut, Kesultanan Mataram dibagi menjadi
dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan
Nagari Kasunanan Surakarta.
Sultan Agung merupakan penguasa lokal pertama yang melawan
Belanda melalui kongsi dagang VOC (Vereenigde Ooos Indische
Compagnie) Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia
dilakukan pada 1623 dan 1629. Perlawanan terjadi karena Sultan
Agung menyadari bahwa kehadiran VOC dapat membahayakan
hegemoni kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa. Saat itu,
kekuasana Mataram Islam dari Pasuruan hingga CIrebon. Selain
itu, alasan lainnya VOC akan menghambat penyebaran agama
Islam di Jawa yang dilakukan Sultan Agung.

F. Karya Sastra Sultan Agung Hanyokrokusumo

Dalam bidang kebudayaan, Sultan Agung berusaha menyesuaikan


unsur-unsur kebudayaan Indonesia Asli, antara Hindu dan Islam.
Kebudayaan itu misalnya, grebeg disesuikan dengan hari raya Idul
Fitri dan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang saat ini dikenal
sebagai Grebeg Puasa dan Grebeg Maulud. Sultan Agung
mengenalkan penanggalan tahun saka dan kitab filsafat Sastra
Gendhing. Keberhasilan lain dalam bidang kebudayaan, yaitu
dapat mengubah perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan
peredaran bulan, sehingga telah dianggap menuliskan tinta emas
pada pemerintahannya. Berkat usahanya memajukan agama dan
kebudayaan Islam, ia mendapatkan gelar Susuhunan yang selama
ini diberikan kepada wali. Di lingkungan keraton Mataram Islam,
Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa Bagongan yang harus

5
dipakai oleh para bangsawan. Tujuannya agar menghilangkan
kesenggang satu dengan yang lain.

G. Poros Ajaran Mataram Islam Versi Sultan Agung

Seiring perpindahan pusat kekuasaan Islam dari pesisir ke


pedalaman dan surutnya peran para wali, perkembangan dakwah Islam ke
pedalaman ternyata tidak mengalami penurunan, melainkan terus
berkembang pesat. Dakwah Islam melalui jalur politik mencapai
puncaknya pada masa Sultan Agung (1613-1645). Masyarakat Jawa sangat
tergantung pada tata cara beragama dan berbudaya para penguasa atau
golongan diatasnya. Dalam istilah Romawi Kuno disebutkan sebuah
slogan “Une Roi, Une Loi, Une Foi” artinya satu raja, satu hukum, dan
satu agama. Agama raja adalah agama rakyat.

Rakyat Mataram yang masih dominan melaksanakan tradisi –


tradisi mistis peninggalan kerajaan Majapahit dinilai Sultan Agung sebagai
suatu tradisi yang tetap dijaga bukan harus di kubur dan digantikan dengan
budaya Islam. Hal demikian dilakukan Sultan Agung untuk menarik
perhatian masyarakatnya yang kala itu belum mampu untuk meninggalkan
ritual-ritual peninggalan kerajaan majapahit yang kuat dunia mistisnya.
Alhasil Sultan Agung lebih memilih jalan untuk mengkolaborasikan tradisi
tersebut dengan budaya Islam sebagai upaya Islamisasi di Jawa.

H. Aktualisasi Islam di Jawa

Agama (Islam) dan budaya mempunyai independensi masing-


masing, tetapi keduanya mempunyai wilayah tumpang tindih. Bisa
dibandingkan dengan independensi antara filsafat dan ilmu pengetahuan.
Orang tidak bisa berfilsafat tanpa ilmu pengetahuan, tetapi tidak bisa
dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah filsafat.

Di antara keduanya terjadi tumpang tindih dan sekaligus


perbedaan-perbedaan. Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki
norma-normanya sendiri. Karena bersifat normatif, maka ia cenderung

6
menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia, karenanya
ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung untuk
selalu berubah. Perbedaan ini tidak menghalangi kemungkinan manifestasi
kehidupan beragama dalam bentuk budaya.

Maka muncullah tari 'seudati', cara hidup santri, budaya


menghormati kyai dan sebagainya, dengan wawasan budaya dari agama
secara langsung diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat tanpa
mempersoalkan dalilnya. Umat Islam abangan yang menjauhi 'ma lima'
(mabuk, berjudi, mencuri, berbuat amoral, mengisap ganja) belum tentu
dengan alasan keagamaan tetapi sangat boleh jadi karena alasan-alasan
budaya, misalnya ketaatan kepada kyai atau orang tua. Tumpang tindih
antara agama dan budaya akan terjadi terus-menerus sebagai suatu proses
yang akan memperkaya kehidupan dan membuatnya tidak gersang.

Kekayaan variasi budaya akan memungkinkan adanya


persambungan antara berbagai kelompok atas dasar persamaan-persamaan,
baik persamaan agama maupun budaya. Upaya rekonsiliasi antara budaya
dan agama bukan karena kekhawatiran terjadinya ketegangan antara
keduanya, sebab kalau manusia dibiarkan pada fitrah rasionalnya,
ketegangan seperti itu akan reda dengan sendirinya. Sebagai contoh adalah
redanya semangat ulama dalam mempersoalkan rambut gondrong. Jika
sebuah stadion sebaiknya mempunyai mushalla, meskipun kecil, bukan
berarti untuk mencegah tabrakan antara shalat dengan sepak bola, akan
tetapi karena pada kenyataannya pertandingan sepak bola hampir selalu
diadakan ketika waktu shalat Asar masuk. Jadi akomodasi ini bukan
dilakukan karena terpaksa akan tetapi adalah sesuatu yang timbul secara
alami, menandai terjadinya proses pribumisasi.

7
8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kerajaan-kerajaan nusantara banyak yang


berkembang pada pulau Jawa, khususnya pada kawasan Yogyakarta
dahulu pernah berdiri sebuah Kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Mataram
Islam yang beribukota atau berpusat pada jamannya di kawasan Kotagede.
Sultan Agung Hanyokrokusumo Merupakan sultan ke-3 yang memerintah
Kesultanan Mataram. Sultan Agung merupakan penguasa yang berusaha
mengembangkan agama Islam di pulau Jawa. Kerajaan Mataram mencapai
puncak kejayaan ketika diperintah oleh Sultan Agung (1613-1645 M).
Sultan Agung merupakan penguasa lokal pertama yang melawan Belanda
melalui kongsi dagang VOC (Vereenigde Ooos Indische Compagnie)
Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada 1623
dan 1629. Selain itu, alasan lainnya VOC akan menghambat penyebaran
agama Islam di Jawa yang dilakukan Sultan Agung. Dalam bidang
kebudayaan, Sultan Agung berusaha menyesuaikan unsur-unsur
kebudayaan Indonesia Asli, antara Hindu dan Islam. Seiring perpindahan
pusat kekuasaan Islam dari pesisir ke pedalaman dan surutnya peran para
wali, perkembangan dakwah Islam ke pedalaman ternyata tidak
mengalami penurunan, melainkan terus berkembang pesat. Rakyat
Mataram yang masih dominan melaksanakan tradisi – tradisi mistis
peninggalan kerajaan Majapahit dinilai Sultan Agung sebagai suatu tradisi
yang tetap dijaga bukan harus di kubur dan digantikan dengan budaya
Islam. Agama (Islam) dan budaya mempunyai independensi masing-
masing, tetapi keduanya mempunyai wilayah tumpang tindih. Tumpang
tindih antara agama dan budaya akan terjadi terus-menerus sebagai suatu
proses yang akan memperkaya kehidupan dan membuatnya tidak gersang.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Gischa, Serafica, 2021, Biografi Sultan Agung, Penguasa Mataram yang Tangkas
dan Cerdas, Diakses 10 Maret 2022

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/26/142305969/biografi-
sultan-agung-penguasa-mataram-yang-tangkas-dan-cerdas?page=all

Ningsih, Widya Lestari, Kerajaan Mataram Islam: Pendiri, Kehidupan Politik,


dan Peninggalan, Diakses 10 Maret 2022

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/27/180905579/kerajaan-
mataram-islam-pendiri-kehidupan-politik-dan-peninggalan?page=all

Daniswari, Dini, 2022, Biografi Sultan Agung, Perjuangan dan Hasil Sastra,
Diakses 10 Maret 2022

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/11/114855778/biografi-
sultan-agung-perjuangan-dan-hasil-sastra?page=all#page2

Ahad, 2015, Pribumisasi Islam, Diakses 10 Maret 2022

https://www.nu.or.id/taushiyah/pribumisasi-islam-iQMNK

11

Anda mungkin juga menyukai