Anda di halaman 1dari 19

KERAJAAN ISLAM DIINDONESIA

(KERAJAAN MATARAM,CIREBON,BANTEN DAN PERLAK)

Pembimbing : Fathiah,S.Pd.I.MM

OLEH :

KELOMPOK 2

1. Aisyah Mahirah 6. Hafizha Nathasya


2. Aisyah Ramadani 7. Helga Dwiyanti
3. Auliyah Ramadani 8. Nabila Sari
4. Amelia Lestari 9. Nida Khairani
5. Dayangku farhana zahira 10. Tania
11. Zahara Putri N
Kelas XII IPA 1
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
NyaSehingga kami dapat Menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya. Makalah yang
berjudul “ Kerajaan islam di Indonesia “ disusun dalam rangka melengkapi tugas mata
Pelajaran Sejarah kebudayaan islam dengan guru pembimbing ibu Fathiah,S.Pd.I.MM.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah “ Kerajaan


islam diindonesia (Kerajaan mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan banten dan Kerajaan
perlak )” ini sehingga dapat sehinnga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.kami
mohon maaf jika didalam makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia .semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………...iii

BAB I……………………………………………………………...1

PENDAHULUAN………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang…………………………………...............1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………..2
1.3 Tujuan penulisan………………………………………....2
1.4 Metode Penulisan………………………………………...2

BAB II …………………………………………………………….3

KERAJAAN MATARAM…………………………………………...3

2.1 Berdirinya Kerajaan Mataram…………………………...3

2.2 Masa Kejayaan ………………………………………….3

2.3 Keruntuhan Kerajaan mataram …………………………4

BAB III……………………………………………………………5

KERAJAAN CIREBON………………………………………….5

3.1 Berdirinya Kerajaan Cirebon ………………………….5

3.2 Masa kejayaan Cirebon………………………………...6

3.3 Keruntuhan Kerajaan Cirebon ………………………...6

BAB IV…………………………………………………………...8

KERAJAAN BANTEN ………………………………………….8

4.1 Berdirinya Kerajaan banten……………………………8

4.2 Masa kejayaan banten………………………………….9

iii
4.3 Keruntuhan Kerajaan banten …………………………..9

BAB V ……………………………………………………………11

KERAJAAN PERLAK……………………………………………11

5.1 Berdirinya Kerajaan perlak …………………………….11

5.2 Masa kejayaan perlak…………………………………...12

5.3 Keruntuhan Kerajaan perlak…………………………….12

BAB VI…………………………………………………………….13

PENUTUP…………………………………………………………13

6.1 Kesimpulan ……………………………………………...13

6.2 Saran……………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kerajaan adalah suatu sistem pemerintahan yang pemimpinnya adalah seorang raja
atau sultan yang memiliki kekukuasaan dan pangkat yang tertinggi ,namun banyak raja
atau sultan itu dipilih melalui keturunan.Di Indonesia juga sudah lama masuknya sistem
Kerajaan pada masa masuknya Agama hindhu budha tetapi lama kelamaan terbentuklah
Kerajaan islam.

kerajaan islam adalah kerajaan yang sebagian besar rakyatnya beragama islam dan
agama islam dijadikan sebagai agama nasional hukumnya berdasar pada ajaran
islam.Masa kerajaan Islam di Indonesia adalah masa berdirinya kerajaan-kerajaan Islam
di berbagai daerah, seperti di Jawa dan Sumatera. Berkembangnya agama Islam di
Nusantara sekitar abad ke-13 didukung oleh beberapa faktor, termasuk faktor lalu lintas
perdagangan laut Nusantara. berdirinya kerajaan Islam diawali dengan masuk dan
berkembangnya agama Islam pada abad ke-6 Masehi oleh para pedagang asing seperti
Arab, Persia, Gujarat, dan India. Berkembangnya agama Islam di Nusantara
mempengaruhi berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pemerintahan.

Terdapat beberapa Kerajaan islam yang ada di Indonesia yaitu Kerajaan mataram,
Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten dan Kerajaan perlak.kerajaan Kerajaan ini memiki
banyak sekali peristwa Sejarah seperti bagaimana caranya Kerajaan tersebut berperan
dalam membangun Kerajaan tersebut agar maju, dan apa saja peristiwa yang dialami oleh
raja atau kesultanan yang memimpin Kerajaan islam tersebut.

Di pulau jawa sendiri terdapat Kerajaan islam yaitu contohnya Kerajaan


mataram ,Kerajaan Cirebon dan Kerajaan banten .Kerajaan mataram islam adalah
Kerajaan yang berdiri pada abad ke -17 di pulau Jawa. Kerajaan Cirebon masuknya islam
kecirebon menurut catatan dari Tome pires ,sejak lebih kurang tahun 1470-1475 sudah
ada pengaruh islam dicirebon. Lalu Kerajaan banten berdiri pada tahun 1526 .

1
Di Sumatera pula ada Kerajaan perlak yang terletak diAceh Timur berdirinya
Kerajaan ini pada tahun 840 yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Sayyid Maulana Abdul
Aziz Syah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah :

1.2.1 Sejarah berdiri,masa kejayaan dan runtuhnya kerajaan Mataram

1.2.2 Sejarah berdiri,masa kejayaan dan runtuhnya Kerajaan Cirebon

1.2.3 Sejarah berdiri,masa kejayaan dan runtuhnya Kerajaan

1.2.4 Sejarah berdiri,masa kejayaan dan runtuhnya Kerajaan

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Untuk mengetahui proses islamisasi yang terjadi di Kerajaan Nusantara.

1.3.2 Untuk mengetahui peran dari pemimpinnya dan peristiwa apa yang terjadi pada
masa Kerajaan tersebut.

1.3.3 Untuk mengetahui apa saja peninggalan -peninggalan kerajaannya.

1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana perkembangannya hingga mencapai masa kejayaaan


sampai keruntuhanannya dari kerajaan kerajaan tersebut.

1.4 METODE PENULISAN


Metode penulisan makalah ini bersifat kualitatif dengan melalui tahapan
penelitian Pustaka yang didapatkan dari karya dan sumber sumber yang relevan seperti
buku Sejarah,artikel jurnal,tesis dan juga sumber media lainnya yang membahas tema
yang berkaitan dengan materi kami.

2
BAB II

KERAJAAN MATARAM

2.1 Berdirinya kerajaan Mataram

Berdirinya Kerajaan Mataram Islam dimulai ketika Panembahan Senopati atau


Danang Sutawijaya membantu Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir mengalahkan Arya
Penangsang. Sutawijaya merupakan putra dari Ki Ageng Pemanahan, salah satu orang
kepercayaan Sultan Hadiwijaya. Setelah mampu menumpas pemberontakan, Sultan
Hadiwijaya memilih mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Pajang yang berpusat di
sekitar Surakarta. Sebagai bentuk balas budi atas bantuan penumpasan pemberontakan,
Ki Ageng Pemanahan diberi hutan Mentaok (sekarang Kotagede, Yogyakarta) oleh Sultan
Hadiwijaya.

Pada tahun 1575, Sutawijaya menggantikan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, yang


wafat dengan gelar Senopati Ing Ngalaga, yang berarti panglima di medan perang.
Setelah menggantikan ayahnya, Sutawijaya berusaha melepaskan diri dari pengaruh
Kerajaan Pajang yang kemudian menimbulkan konflik diantara keduanya. Tak berselang
lama, Sultan Hadiwijaya sakit dan akhirnya wafat. Usaha memerdekakan Mataram pun
semakin mudah karena Kerajaan Pajang mengalami konflik internal. Pada tahun 1586,
Sutawijaya mendirikan Kerajaan Mataram Islam dan mengangkat dirinya dengan gelar
Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama.

2.2 Masa kejayaan kerajaan Mataram

Masa kejayaan

Masa kejayaan dari kerajaan ini ialah saat dipimpin oleh Sultan Agung
Hanyokrokusumo pada tahun 1613 sampai 1645 Masehi, yang diketahui berhasil untuk
menyatukan Pulau Jawa dengan menundukkan raja-raja lainnya. Pada saat itu kerajaan
mataram berkuasa di beberapa wilayah, yaitu jawa tengah, jawa timur, dan sebagian jawa
barat.

3
Pengaruh Sultan Agung menyebar pada bidang ekonomi, agama, budaya, hukum, dan
pemerintahan. Pada bidang ekonomi Sultan Agung memberikan tanah kerajaan kepada
petani dan membentuk forum komunikasi sebagai binaan. Sultan Agung juga menerapkan
pajak yang tidak membebani rakyat.Sultan Agung juga tidak lupa untuk menerapkan
aturan sesuai dengan hukum Islam, memberi kesempatan para ulama untuk bekerja sama
dengan kerajaan, hingga membentuk kalender Jawa.Sultan Agung turut mengembangkan
potensi kebudayaan, seperti seni tari, wayang, gamelan, dan Serat Sastra Gendhing karya
Sultan Agung

2.3 Keruntuhan kerajaan Mataram

Runtuhnya kerajaan Mataram adanya

Perpecahnya Mataram menjadi II yaitu mataram Yogya dan Surakarta, Faktor


internal yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno adalah perebutan
kekuasaan di antara para keturunan raja-raja. Konflik juga dipicu oleh adanya
keputusan pakubuwana II yang ingin memindahkan ibukota kerajaan dari
Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745.

4
BAB III

KERAJAAN CIREBON

3.1 Berdirinya Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon

Menurut Sulendraningrat yang menjadi dasar pada naskah Babad Tanah Sunda dan
Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah
desa kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama kelamaan, daerah ini berkembang
menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran),
karena bercampurnya para pendatang dari berbagai macam suku, agama, bahasa, adat,
dan mata pencaharian yang berbeda-beda. Mengingat sebagian besar mata pencaharian
masyarakat adalah sebagai nelayan, maka nelayan menjadi mata pencarian rakyat
Cirebon, mereka juga menangkap rebon (udang kecil), serta menjadi penghasil terasi,
petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi dari udang rebon inilah
berkembang sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda: air rebon) yang kemudian menjadi
Cirebon. Dengan dukungan pelabuhan yang ramai, Cirebon berkembang menjadi kota
besar dan pelabuhan penting di pesisir utara Jawa. Selain itu, Cirebon menjadi cikal bakal
pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Perkembangan Kerajaan Cirebon bermula dari Ki Gedeng Tapa, seorang saudagar


kaya di Pelabuhan Muarajati. Ia membuka hutan ilalang dan membangun sebuah gubuk
(rumah kecil) dan tajug (atap bangunan suci). Sejak itu, pendatang mulai menetap dan
membentuk masyarakat baru di desa Caruban. Kuwu atau kepala desa Caruban pertama
adalah Ki Gedeng Alang-Alang. Sementara sebagai pangraksabumi atau wakilnya adalah
Raden Walangsungsang, cucu Ki Gedeng Tapa. Setelah Ki Gedeng Alang-Alang wafat,
Walangsungsang atau Kian Santang diangkat menjadi penggantinya dengan gelar
Pangeran Cakrabuana. Meski Pangeran Cakrabuana adalah putra dari raja Pajajaran, ia
tidak mendapatkan hak sebagai putra mahkota karena memeluk Islam, seperti ibunya.
Ketika Ki Gedeng Tapa wafat, Walangsungsang justru mendirikan istana Pakungwati dan

5
membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, orang yang dianggap sebagai
pendiri Kesultanan Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Usai
menunaikan ibadah haji, ia dikenal sebagai Haji Abdullah Iman dan tampil sebagai raja
Cirebon pertama yang aktif menyebarkan agama Islam kepada rakyatnya

3.2 Masa Kejayaan Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon berhasil mencapai puncak kejayaannya sejak dipimpin oleh salah
satu dari sembilan wali songo yaitu Syarif Hidayatullah atau biasa disebut Sunan Gunung
Jati. Sunan Gunung Jati juga menjadi sosok kunci dalam penyebaran dan pengajaran
agama Islam di Cirebon.Sepanjang masa berkuasanya, Sunan Gunung Jati berhasil dalam
melakukan ekspansi dan memperluas wilayah kekuasaannya, hingga Banten, Sunda
Kelapa, dan Rajagaluh tujuan untuk memperluas pengaruh kekuasaannya, di samping
untuk menyebarkan agama Islam.

Dalam bidang perekonomian, Sunan Gunung Jati sangat berhasil dalam memanfaatkan
letak geografis Cirebon yang bertengger di pesisir pantai utara Jawa. Ia membuka
diplomasi hingga jauh ke luar negeri hingga berhasil membangun hubungan diplomatik
dengan Campa, Malaka, India, Cina, dan Arab. Hubungan diplomatik yang baik ini
membawa hasil yang baik hingga menciptakan iklim ekspor dan impor barang dan jasa di
Kerajaan Cirebon dengan negara-negara yang bekerja sama dengannya

3.3 Keruntuhan Kerajaan Cirebon

Runtuhnya kerajaan Cirebon tidak lepas dari kehadiran VOC di pulau Jawa dan
kebangkitan kekuatan kerajaan islam yakni Banten di wilayah Barat dan Mataram di
Wilayah Timur. Kerajaan Cirebon runtuh bukan disebabkan kekalahan dalam medan
pertempuran namun karena perpecahan yang terjadi didalam Kerajaan. keruntuhan
Kerajaan Cirebon sendiri setelah wafatnya Panembahan Ratu II atau Pangeran Girilaya
akibat dibunuh ketika berkunjung ke Kesultanan Mataram. kunjungan Pangeran Girilaya
ke Kesultanan Mataram tidak lain kunjungan antara menantu dan mertua, pasalnya
Amangkurat 1 adalah mertua dari Pangeran Girilaya, pada saat itu, Pangeran Girilaya
juga membawa kedua anaknya yang tidak lain adalah putra mahkota yakni Pangeran

6
Mertawijaya dan Pangeran Kertawijaya dan Kedua anak Pangeran Girilaya pun tidak
diperkenankan pulang ke Cirebon.

Selama 16 tahun Kerajaan Cirebon tidak memiliki raja, selama itu pula, sistim
pemerintahkan dipimpin oleh jaksa pepitu (7 Jaksa) dimana Pangeran Wangsakerta
sebagai Ketua. Tepat pada tahun 1678 dua putra Mahkota berhasil dibebaskan oleh
pemberontak Trunojoyo yang didukung oleh Cirebon dan Banten sehingga berhasil
membawa kembali dua putra mahkota ke Cirebon. Dalam pemberontakan itu, juga
berhasil mengusir Amangkurat 1 dari istana dan wafat dalam pelarian.Setelah kedua putra
mahkota kembali ke Cirbeon, barulah keduanya diangkat menjadi raja dan kerajaan
Cirebon dibagi menjadi 3 bagian. pada saat itu juga menandai keruntuhan kerajaan
Cirebon.Setelah pembagian Kesultanan Cirebon, Kepemimpinan dipimpin oleh anak
pertama Panembahan Ratu II yaitu Pangeran Syamsudin Martawijaya yang kemudian
dinobatkan sebagai Sultan Sepuh I sedangkan Kanoman dipimpin adiknya yang bernama
Pangeran Muhammad Badrudin Kartawijaya kemudian dinobatkan sebagai Sultan Anom
I

7
BAB IV

KERAJAAN BANTEN

4.1 Berdirinya Kerajaan Banten

Awal Berdirinya Kerajaan Banten Pulau Jawa menjadi pusat berkembangnya agama
Islam dalam kurun waktu abad 15-16 Masehi. Perkembangan agama Islam tersebut bukan
hanya berpengaruh terhadap keyakinan penduduk dan kebudayaannya namun juga
berdampak pada lahirnya kerajaan-kerajaan baru yang bercorak Islam. Pasca kehancuran
Majapahit, Demak menjadi kerajaan perdana yang muncul di Jawa. Kehadiran kerajaan
Demak yang tidak dapat dilepaskan dari peran para ulama yang disebut sebagai wali
songo atau wali sembilan ternyata juga berpengaruh terhadap lahirnya kerajaan lain yang
bercorak Islam seperti Cirebon dan Banten. Mengenai Banten, kerajaan ini terletak di
bagian barat pulau Jawa.Lahirnya kerajaan Banten tidak dapat dilepaskan dengan salah
satu ulama yakni Sunan Gunung Jati atau Fatahillah, ia adalah penyebar Islam di wilayah
Jawa Barat. Keberadaan kerajaan Banten sebagai kerajaan bercorak Islam di Jawa bagian
barat mampu menggeser pengaruh dari kerajaan Pajajaran.

Hingga kemudian kerajaan yang salah salah satu peninggalannya berupa masjid yang
memiliki menara berbentuk mercusuar itu mampu memainkan peranan penting dalam
perdagangan lintas pulau di Nusantara bahkan dunia. Sebelum memasuki periode Islam,
sesungguhnya Banten telah cukup dikenal pada masa itu dengan nama Banten Girang.
Besar kemungkinan jika Banten Girang pra-Islam adalah bagian dari wilayah kerajaan
Sunda Jelas kiranya bahwa berdirinya Banten tidak dapat dilepaskan dari usaha yang
dilakukan oleh Sunan Gunung Jati. Ia bukan hanya bertugas mendakwahkan Islam namun
ia juga telah mampu membangun kekuatan politik yang patut diperhitungkan oleh lawan-
lawannya. Perkembangan Banten sebagai wilayah yang independen, terlepas dari Demak
terjadi stelah kematian Sultan Trenggono

4.2 Masa Kejayaan Kerajaan Banten

8
Puncak kejayaan Kerajaan Banten adalah Pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh
Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu Fatah Abdulfatah (1651 - 1683). Sultan Ageng Tirtayasa
merupakan seorang pemimpin yang berani, mampu, dan memiliki pandangan atau
wawasan ke masa depan. Sultan Ageng Tirtayasa mengembangkan Kerajaan Banten
hampir mencapai separuh Jawa Barat, Selat Sunda, hingga Lampung. Piagam Bojong
menunjukkan bahwa pada tahun 1500-1800 M, Lampung telah dikuasai oleh kesultanan
Banten. dia membuat pelabuhan Banten menjadi pelabuhan internasional yang membuat
perekonomian Banten naik dengan pesat, membangun benteng pertahanan disepanjang
pantai banten dan memperbaiki prasarana di Banten. dia juga berhasil memajukan
angkatan perang Banten agar dapat memerangi VOC yang ingin mengambil alih
perdagangan rempah di Nusantara.

Sultan Ageng Trisatya juga mengembangkan pendidikan dan kebudayaan islam di


Banten. Dia mengirim utusan untuk pergi ke mekkah agar dapat menjalin hubungan
dengan dunia islam. Dia menunjang perkembangan seni dan sastra islam, seperti
gamelan, wayang kulit, syair dan hikayat. Dia juga telah banyak membangun pesantren
dan masjid besar, seperti Masjid Agung Banten

4.3 Masa Keruntuhan Kerajaan Banten

Kemunduran yang dialami Kerajaan Banten dimulai dengan konflik internal antara
Sultan Ageng Trisatya dan anaknya, Sultan Haji atau Sultan Nashar Abdul Qahhar. Dia
merupakan seorang pemuda yang bersahabat dengan VOC dan terpengaruh gaya hidup
Barat. Sultan Haji tidak setuju dengan kebijakan ayahnya yang anti-belanda dan ingin
damai dengan VOC. Dia memberontak dan mengumumkan dirinya sebagai raja baru di
ibu kota baru, Kaibon. VOC memanfaatkan konflik yang terjadi diantara ayah dan anak
ini agar dapat mengadu domba dan melemahkan Kerajaan Banten dengan cara
mendukung Sultan Haji dengan memberikan pasokan senjata dan pasukan. Yang pada
akhirnya, tahun 1683, Sultan Ageng Trisatya pun ditangkap oleh VOC dan meninggal
dalam tahanan pada tahun 1692.

Selama hidupnya setelah ayahnya meninggal, Sultan Haji dijadikan boneka oleh VOC,
dia menyerahkan perdagangan rempah2 lada dan garam pada VOC. Lalu, meninggal pada
tahun 1690 sehingga masa pemerintahannya digantikan oleh anaknya, Sultan Zainul
Abidin. Sultan Zainul Abidin mencoba banyak hal agar dapat terlepas dari genggaman

9
VOC, seperti membangun kembali angkatan laut, menjalin hubungan dengan kerjaan
lain, dan mengirim utusan untuk mencati bantuan. Akan tetapi usahanya tidak
membuahkan hasil, dia terus mendapatkan tekanan dari VOC.Pada tahun 1808, muncul
dekrit yang mengatakan bahwa Kerjaan Banten menjadi bagian dari Hindia Belanda
secara sepihak. Raja terakhir dari Kerajaan Banten yaitu Sultan Muhammad Syarifuddin
menolak dekrit itu dan melawan Daendles.Namun, dia dikalahkan, ditangkap dan dilucuti
pada tahun 1813 dan Kesultanan Banten pun Dihapuskan oleh pemerintah kolonial
inggris. Sultan Muhammad Syarifuddin dibuang ke ambon dan meninggal disana pada
tahun 1833.

10
BAB V

KERAJAAN PERLAK

5.1 Berdirinya Kerajaan Perlak

Kerajaan Perlak disebut sebagai kesultanan Islam pertama di Nusantara dan Asia
Tenggara berdasarkan seminar para ahli pada akhir September 1980 di Rantau Kuala
Simpang, Aceh Timur. Istilah Peureulak atau Perlak sendiri berasal dari nama dari pohon
kayu yang digunakan untuk dibuat perahu oleh para nelayan. Orang-orang Aceh
menyebutnya sebagai Bak Peureulak.

Kerajaan atau Kesultanan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara yang
diproklamirkan pada 1 Muharram 225 H/ 840 M, dengan sultan pertamanya Sultan
Alauddin Sayyid Maulana Abdil Aziz Syah. Kesultanan Perlak berakhir pada tahun 1292
M.16 Hal ini sesuai dengan disatukannya ke kerajaan Pasai di Samudera Gedong, Aceh
Utara sekarang. kesultanan perlak berdiri pada 1 muharam 225 H (840 M) yang dimana
raja pertamanya adalah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah yang dimana
semulanya raja tersubut bernama Saiyid Abdul Aziz. namun pada hari berdirinya
kesultanan itu.

Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah sebagai kenangan dan penghargaan
kepada rombongan nahkoda khalifah yang memiliki peran perkembangan perlak.Raja
Abdul Aziz Syah diketahui kepemimpinannya selama tahun 225 sampai dengan 249 H
atau pada thun 849 m hingga 964 masehi. Raja selanjutnya dilanjutkan oleh Sultan
Alaidin Saiyid Maulana Abdrrahin Syah. kursi kerjaan perlak yang diisi oleh Sultan
Alaidin Saiyid Maulana Abbas Syah ditahun 285-300 H, ditahun 302 H kepemimpinan
diganti oleh Sultan Alaidin saiyid Maulana Ali Mughayar Syah, Kepemimpinan yang
bersilih ganti hingga banyaknya 18 kali dan raja terakhir yang dipimpin oleh Sultan
Makhdum Alaidin Malik saiyid Abdul Aziz Syah Johan yang mempimpin selama 662-
692 H atau 1263-1292 dan akhirnya kerjaan perlak runtuh

11
5.2 Masa Kejayaan Kerajaan Perlak

Masa kejayaan kerajaan ini berhasil didapatkan pada masa pemerintahan Muhammad
Amin Syah Johan Berdaulat II. Kerajaan ini mampu berkembang terutama di bidang
pendidikan Islam dan dakwah Islamiah dimasa ini jg,raja mengawinkan dua putrinya
dengan pangeran dari Kerajaan Samudera Pasai, yakni Putri Ganggang Sari dan Putri
Ratna Kumala sehingga mendorong kesejahteraan kesultanan ini. namun itu,kerajaan
perlak sangat la tenar di kalangan bangsa arab dan non-arab yang lebih penting juga pada
saat bandar khalifah. menurut Ali Hamsyh dalam bukunya sejarah masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia,Bandar Khalifah telah menjadi pelabuhan ang penting
dan persinggahan mereka dalam perjalanan ke cina atau balik ke asia barat

5.3 Masa Keruntuhan Kerajaan Perlak

Awal penyebab runtuhnya Kerajaan terjadi saat Penyerangan dari Kerajaan Sriwijaya
ke Perlak Pesisir membuat pertahanan semakin memburuk bahkan sampai membuat
Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah wafat. Setelah itu, kemunculan Kerajaan Perlak
membuat kerajaan-kerajaan baru banyak bermunculan, salah satunya Kerajaan Malaka.
Perkembangan Kerajaan Malaka yang melesat maju membuat pusat perniagaan dan
pelayaran Perlak menurun. Dan Kerajaan Perlak mengalami keruntuhan pada tahun
1292. Kesultanan Perlak runtuh diakibatkan setelah rajanya yang ke-18, Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan wafat pada 1292 M. Tetapi, ketika masih berkuasa beliau
melakukan politik persahabatan dan menikahkan kedua putrinya yaitu Putri Ganggang
Sari dengan raja kerajaan Samudera Pasai, Malik Al-Saleh dan Putri Ratna Kemala
menikah dengan Raja Parameswara dari Samudra Malaka.

Setelah itu, kematiannya Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan membuat
keadaan Perlak semakin tidak stabil. Sebab, anggota keluarga kerajaan saling berebut
kekuasaan pemerintahan. Dan karena masalah ini dilihat oleh para pedagang, akhirnya
para pedagang memutuskan untuk pergi ketempat lain, yakni Pasai. Kerajaan ini
kemudian diambil alih oleh Raja Samudra Pasai yaitu putra dari Putri Ganggang dan
Sultan Malik Al-Saleh yang bernama Muhammad Malik Al-Zahir, setelah diambil alih

12
kemudian Kerajaan perlak digabungkan dengan kerajaan Samudera Pasai dan menjadi
daerah kerajaanya.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Masuknya Islam ke Indonesia melalui para pedagang arab yang berniaga ke Indonesia
sekaligus berdakwah. Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira sejak abad ke-7.
Kerajaan-Kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia antara lain yang telah kita bahas
yaitu kerajaan Mataram,kerajaan Cirebon,kerajaan Banten,kerajaan Perlak Agama Islam
merupakan agama yang mendominasi wilayah Indonesia menjadi bukti bahwa islam
berkembang pesat diindonesia.Selain itu pemerintahan kerajaan mengunakan
pemerintahan monarki, karena para penguasa masih ada ikatan keturunan.

6.2 Saran

kami mohon maaf sebesar-besarnya karna kami tau bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga dibutuhkannya kritik dan saran dari Bapak/Ibu
guru guna untuk kelancaran dalam proses pembelajaran.
Akhir kata kami selaku pembuat makalah Mohon maaf jika terdapat salah kata,
salah sikap dan pengetikan makalah ini.Karena kami selaku pembuat, masih dalam tahap
proses belajar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin, F., & Ananda, R. A. (2018). Kedatangan dan Penyebaran Islam di Asia
Tenggara: Telaah Teoritik tentang Proses Islamisasi Nusantara. Analisis: Jurnal Studi
Keislaman, 18(2), 67-100.

Permana, R. (2015). Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. Jurnal dinus. ac. id, 1, 1-
27.

Asri, Z. (1996). Kerajaan Islam Periode Awal di Sekitar Perairan Selat Malaka.

Hardhi, T. R. (2016). Dakwah Sunan Gunung Jati dalam Proses Islamisasi di


Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568. Risalah, 3(11).

Prasetyo, A. Raja Sufi dari Kesultanan Banten: Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul
Kadir (1596-1651 M) (Bachelor's thesis, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta).

Nursyarief, A. (2014). Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah


(Perspektif Kerajaan Islam). Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,
17(2), 256-271.

Mihara, S. (2018). Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara. Rihlah:


Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 6(1), 13-32.

Zamzami, R. (2018). Sejarah Agama Islam di Kerajaan Mataram pada Masa


Penembahan Senapati (1584-1601). JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), 2(2), 153-
165.

Lisailiyah, N. (2023). PERKEMBANGAN KERAJAAN MATARAM SETELAH


ISLAM MUNCUL DI INDONESIA. NIHAIYYAT: Journal of Islamic Interdisciplinary
Studies, 2(1), 63-74.

14
Syafrizal, A. (2015). Sejarah islam nusantara. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 2(2), 235-
253.

Muljana, S. (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara


Islam di Nusantara. LKiS Pelangi Aksara.

15

Anda mungkin juga menyukai