Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH INDONESIA KUNO

Perkembangan kerajaan-kerajaan Indonesia yang bercorak Hindu dan Budha sampai tahun 1500 dari
berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya (Kerajaan Mataram)

Dosen Pengampu: Drs. Zul Asri, M.Hum


Rini Afriani, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 6:


1. Maharani (22046195)
2. Muhammad Rezki (22046124)
3. Arif Tri Wiranda (22046082)
4. Agry Pradiya Sukma (21046162)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan penulis kemudahan untuk
dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul " Perkembangan kerajaan-kerajaan Indonesia yang
bercorak Hindu dan Budha sampai tahun 1500 dari berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi,
sosial, dan budaya (Kerajaan Mataram)” sesuai dengan waktu yang ditentukan. Penulisan
makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Kuno yang
diampu oleh Bapak Drs. Zul Asri, M.Hum.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan masukan baik
berupa kritikan maupun saran untuk menjadikan makalah ini lebih baik dari segi isi maupun
yang lainnya. Penulis mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan
makalah ini. Akhir kata, Penulis ucapkan terimakasih dan selamat membaca.

Padang, 12 maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1 Kerajaan Mataram ......................................................................................................... 2
2.2 Terbentuknya Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra ................................................. 3
2.3 Perkembangan dan hubungan kedua dinasti ................................................................. 8
2.4 Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno ........................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 10
4.2 Saran ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan terbesar era nusantara yang berdiri
sekitar abad 8 dan diperkirakan berpusat di Jawa Tengah. Ahli berpendapat bahwa letak
kerajaan Mataram Kuno ada di Medang dan Poh Pitu.

Dikutip dari buku Sejarah 2 oleh Sardiman A.M, M.Pd., letak Poh Pitu sendiri sampai
sekarang belum begitu jelas. Dalam beberapa catatan sejarah, hanya dijelaskan bahwa letak
Mataram di kelilingi gunung, pegunungan dan sungai-sungai. Catatan itu kemudian dipadukan
dengan kondisi geografis sekarang yang dulunya adalah wilayah kekuasaan Mataram Kuno.
Banyak ahli yang menganggap sangat mungkin Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung
Sumbing, dan Sindoro adalah pegunungan di sebelah utara kerajaan Mataram Kuno.

Kemudian di sebelah barat terdapat Pegunungan Serayu, di sebelah timur terdapat Gunung
Lawu, serta di sebelah selatan berdekatan dengan Laut Selatan dan Pegunungan Seribu.
Sedangkan sungai-sungai yang ada, misalnya Sungai Bogowonto, Progo, Opak, dan
Bengawan Solo. Sedangkan Poh Pitu kemungkinan berada diantara Kedu Sampai sekitar
Prambanan.
1.2 Rumusan masalah
✓ Apa itu kerajaan Mataram?
✓ Bagaimana terbentuknya Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra?
✓ Bagaimana perkembangan dan hubungan kedua dinasti tersebut?
✓ Bagaimana keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno?

1.3 Tujuan
✓ Mengetahui kerajaan Mataram?
✓ Mengetahui terbentuknya Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra?
✓ Mengetahui perkembangan dan hubungan kedua dinasti tersebut?
✓ Bagaimana keruntuhan Dinasti tersebut?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan Mataram
A. Lahirnya kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram Kuno merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di wilayah Jawa
Tengah, diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-VII M. Nama Kerajaan Mataram pertama
kali dikenal dari sebuah prasasti yang ditemukan di Canggal, Barat Daya Magelang Prasasti
tersebut berangka tahun 732 M, ditulis dengan huruf Pallawa dan diubah dalam bahasa
Sanskerta. Isinya memperingati didirikannya sebuah Lingga (lambing Ciwa) di atas bukit di
daerah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Prasasti tersebut diketahui bahwa Sanjaya telah
mendirikan sebuah kerajaan yang ditandai dengan didirikannya Lingga tersebut. Dalam
bukunya Soekmono, menjelaskan pada sekitar awal abad ke-VIII M, terdapat sebuah pulau
yang mulia, kaya akan emas dan hasil bumi, pulau tersebut bernama Yawadwipa. Pulau ini
awalnya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sanna, seorang raja yang arif, bijaksana dan
berbudi luhur, Namun pada abad yang sama, sang raja diserang oleh Purbasora dari Kerajaan
Galuh dan berhasil menyingkir ke daerah Gunung Merapi. Namun setelah Raja Sanna wafat,
kedudukan pemerintah pun digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Sanjaya
merupakan putra dari Sannaha, saudara perempuan Raja Sanna. Di tangannyalah sejarah
Kerajaan Mataram dimulai. Ia mendirikan sebuah Lingga di Gunung Wukir, Desa Canggal
membuktikan bahwa sudah berdiri sebuah kerajaan baru yang bernama Mataram. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang ada di dalam Prasasti Canggal dan Carita Parahyangan. Raja Sanjaya
dikenal sebagai seorang raja yang hebat, ia menaklukkan berbagai daerah di sekitar kerajaan
dan menciptakan ketenteraman serta kemakmuran bagi rakyatnya. Selain itu, Sanjaya juga
dikenal sebagai raja yang ahli dalam kitab- kitab suci serta keprajuritan.1
B. Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya sebetulnya Kerajaan Mataram sudah
berkembang dengan baik, hal ini tidak lain disebabkan Sanjaya sendiri merupakan raja yang
handal dan taat. Pada masa pemerintahannya, penduduk Mataram Kuno sudah menghasilkan
komoditi pertanian berupa olahan padi dan jenis lainnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian rakyat.
Setelah berakhirnya masa jabatan Sanjaya, ia digantikan oleh putranya, Rakai
Panangkaran. Di tangan sang raja inilah Kerajaan Mataram semakin berkembang. Rakai

1
Lestari, Dwi. (2020). Takhta Raja-raja Jawa. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

2
Panangkaran dikenal sebagai sosok yang berani, ia menaklukkan banyak kerajaan kecil di
sekitar Mataram. Pada masa ini juga terdapat dua kepercayaan, yaitu Buddha dan Hindu yang
hidup berdampingan dengan damai. Rakai Panangkaran sendiri merubah agamanya menjadi
Buddha Mahayana. Semenjak itulah, ia mendirikan sebuah Wangsa baru yang dikenal dengan
nama Wangsa Syailendra.
C. Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno
Perkembangan yang pesat dari Kerajaan Mataram Kuno terjadi pada masa
pemerintahan Sri Maharaja Watukumara Dyah Balitung 8-915 M). la berhasil menyatukan
kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan. Daerah kekuasaan Dyah Balitung
meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. la juga menyempurnakan sistem pemerintahan dengan
menambah susunan Hierarki serta membangun Candi Prambanan atau Loro Jonggrang.
Perkembangan ini disebabkan oleh Dyah Balitung merupakan seorang raja setelah
penggabungan dua dinasti. Dyah Balitung juga merupakan raja yang cakap dan dihormati oleh
rakyatnya.
Dyah Balitung memiliki seorang teknokrat intelektual yang handal bernama
Daksottama. Pemikirannya mempengaruhi gagasan sang Prabu, Dyah Balitung. Masa
pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Dinasti Sanjaya. Tahun 907, Dyah
Balitung membuat Prasasti Kedu atau Metyasih yang berisikan nama-nama raja Kerajaan
Mataram Wangsa Sanjaya. Selain itu, juga dijelaskan pertunjukkan wayang (mengambil lakon
Bima di masa muda) untuk keperluan upacara telah dikenal pada masa itu.2
2.2 Terbentuknya Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra

Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu-Buddha yang terletak di Jawa Tengah
bagian selatan pada abad ke-8. Kerajaan ini dipindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.
Dalam sejarahnya, Kerajaan Mataram Kuno sempat terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti
Sanjaya (Hindu) yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah bagian utara dan
Dinasti Syailendra (Buddha) di Jawa Tengah bagian selatan. Namun, pada akhirnya, Kerajaan
Mataram Kuno dapat disatukan setelah Rakai Pikatan yang berasal dari Dinasti Sanjaya
menikah dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra. Rakai Pikatan memimpin Kerajaan
Mataram Kuno sejak 840 hingga 856 M.
Kerajaan Mataram Kuno terpecah dan dipersatukan lagi oleh Rakai Pikatan. Rakai Pikatan
adalah raja keenam Kerajaan Mataram Kuno atau yang juga disebut sebagai Kerajaan Medang.

2
Hastuti H., Asri.Z., Zafri./ Nusantara Zaman Pengaruh Hindu dan Budha. Manggu Makmur Tanjung Lestari
2019 hal. 131

3
Masa pemerintahan Rakai Pikatan menjadi penanda bersatunya Dinasti Sanjaya dan Dinasti
Syailendra yang sebelumnya saling bersaing.
Setelah Kerajaan Mataram Kuno berdiri, raja yang pertama kali memegang kuasa atas
kerajaan tersebut adalah Raja Sanjaya dengan bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Raja Sanjaya dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, dan taat beribadah. Di bawah
pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram Kuno semakin meluas dan rakyatnya hidup lebih
sejahtera. Tidak hanya itu, Kerajaan Mataram Kuno juga menjadi pusat pembelajaran agama
Hindu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pendeta yang berkunjung dan tinggal di Mataram.
Setelah Raja Sanjaya wafat pada abad ke-8, kepemimpinan Kerajaan Mataram Kuno
dilanjutkan oleh putranya, Rakai Panangkaran. Kemudian, setelah Rakai Panangkaran wafat,
Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah
bagian utara, sedangkan Dinasti Syailendra memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak
Buddha di Jawa Tengah bagian selatan. Kerajaan Mataram Kuno mencapai kejayaan di bawah
Dinasti Syailendra, yang dipimpin oleh Sri Dharmatungga. Perkembangan terjadi di berbagai
bidang, mulai dari politik, ilmu pengetahuan, budaya, seni, hingga sosial. Selain itu, wilayah
kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno juga disebut-sebut semakin meluas mencapai
Semenanjung Malaka. Setiap kali berganti raja, Kerajaan Mataram Kuno terus mengalami
perkembangan dan berhasil mencapai masa emasnya. Lebih lanjut, Kerajaan Mataram Kuno
yang sebelumnya terpecah berhasil disatukan setelah Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya) menikah
dengan Pramodawardhani (Dinasti Syailendra).
Pramodawardhani merupakan putri mahkota dari Samaratungga, raja Kerajaan Mataram
Kuno yang berkuasa sejak 792 hingga 835 M. Dengan demikian, setelah Raja Samaratungga
wafat, Rakai Pikatan naik takhta memimpin Kerajaan Mataram Kuno sejak 840-856 M.
Sayangnya, pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani ternyata tidak disukai oleh
Balaputradewa, putra Samaratungga dari Dewi Tara. Akibatnya, terjadi perang saudara antara
Rakai Pikatan dengan Balaputradewa memperebutkan takhta kerajaan. Perang saudara berakhir
dengan kekalahan di pihak Balaputradewa, sehingga Rakai Pikatan meneruskan takhta
Kerajaan Mataram Kuno. Selama memerintah, baik Rakai Pikatan atau sang istri sama-sama
menjunjung tinggi toleransi beragama, mengingat keduanya beda agama. Untuk mendukung
toleransi perbedaan tersebut, Rakai Pikatan mendukung pembangunan candi bercorak Hindu
maupun Buddha. Pada 842, Candi Borobudur (Buddha) diresmikan. Sementara itu, karena
Rakai Pikatan beragama Hindu, dia membangun Candi Prambanan. Penyatuan Kerajaan
Mataram Kuno berhasil dilakukan di bawah kuasa Rakai Pikatan.
4
Dinasti Sanjaya dan Syailendra Banyak ahli yang berpendapat bahwa sejak abad VIll-X di
Kerajaan Mataram Kuno memimpin dua keluarga raja y berbeda. Hal ini berkaitan dengan isi
dari Prasasti Sojoments yang yang dikatakan bahwa ada dua buah keluarga yang memerintah
di Jawa pada rentang abad ke VIII-X M. Hal ini bisa saja bena lantaran dalam perjalanan
sejarahnya Kerajaan Mataram memang dipimpin oleh dua wangsa yang berbeda berganban,
yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syallendra Namun yang masih menjadi persoalan adalah
apakah kedua wangsa ini satu keturunan (keluarga) atau justru berbeda sama sekali secara
Di dalam bukunya Soekmono, menjelaskan bahwa setelah Prasasti Canggal tidak
ditemukan lagi prasasti yang memuat tentang Wangsa Sanjaya. Sebaliknya, justru ditemukan
prasast prasasti dari keluarga Syailendra. Hal ini disebabkan keluarga Sanjaya terdesak oleh
para Syailendra, sehingga kekuasaanna bergeser ke bagian Utara Jawa Tengah saja.
Prasasti yang menyebut nama Syailendra adalah Prasast Kalasan (778 S). Prasasti ini
mengenai pembangunan sebuah bangunan suci untuk Dewi Tara. Bangunan itu didirikan oleh
Raja Sri Maharaja Rakai Panangkaran atas permintaan para guru keluarga Syailendra, Selain
itu, dijelaskan bahwa sang raja mendirikan bangunan suci untuk para pendeta dan menghadiahi
tanah Desa Kalasa kepada para sanggha.
Menurut J.Ph. Vogel, keterangan dalam Prasast Kalasan tersebut mengindikasikan adanya
dua pihak yang bereda, yaitu Syailendraja yang didampingi guru-gurunya dan Rakal
Panangkaran EH van Naerssen juga mengatakan bahwa Prasasti Kalasan yang berbahasa
Sanskerta itu mervebut dua pihak, yaitu Raja Wangsa Syailendra yang disebut Permata Wangsa
Syailendra tanpa nama dan Rakai Pamangkaran,, maja bawahannya dari Wangsa Sanjaya. Ia
juga mengatakan bahwa keluarga Syallendra berasal dari Sumatera dan menganut agama
Buddha Mahayana, sedangkan keturunan Sanjaya beragama Siwa.
Dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno terdapat banyak candi dan prasasti yang membantu
kita untuk menemukan informasi terkait Kerajaan Mataram, bahkan kerajaan ini dikenal
sebagai periode yang kaya dengan candi-prasasti namun minim karya sastra. Berikut adalah
prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan:
a. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di Desa Canggal berangka
Tahun 732 Masehi dalam bentuk Candrasangkala. Prasasti ini menggunakan huruf pallawa dan
bahasa Sansekerta isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) yang
merupakan agama Hindu beraliran Siwa di Bukit Sthirangga Desa Kunjarakunja oleh Raja
Sanjaya Selain Raja Sanjaya, Prasasti Canggal juga menyebutkan tokoh lain seperti Sannaha
yang merupakan ibu dari Sanjaya, sekaligus sebagai saudara perempuan Raja Sanna.
5
b. Prasasti Metyasih/Balltung
Prasasti ini ditemukan di Desa Kedu, berangka tahun 907 M. Prasasti Metyasih yang
diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat dari
tembaga. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima
orang patihnya di Metyasih, sebab telah berjasa terhadap kerajaan serta memuat nama para raja
Mataram Kuno
c. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan yang ditulis pada tahun Saka 700 (778 M). Prasasti tersebut ditulis dalam
bahasa Sanskerta menggunakan huruf Pranagari. Dalam Prasasti Kalasan diterangkan bahwa
para penasihat keagamaan Wangsa Syallendra telah menyarankan agar Maharaja Tejapurnama
Panangkarana mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara dan biara untuk para
pendeta.
Berdasarkan keterangan yang ada dalam Prasasti kalasan ini, F.H. van Naerssen
berkesimpulan bahwa pada abad ke-8 M terdapat dua keluarga raja di Jawa, yaitu keluarga
Sanjaya dan Syailendra. Pendapat Naerssen ini didukung oleh Casparis."
d. Prasasti Klurak
Prasasti Klurak merupakan prasasti milik Wangsa Syailendra. Prasasti yang terdapat di
daerah Prambanan ini berangka tahun 782 M. Prasasti ini menyebutkan tentang pembuatan
Arca Manjustri yang merupakan perwujudan sang Bundha, Wisnu dan Sangha. Prasasti ini juga
menyebutkan nama raja yang berkuasa saat itu yang bernama Raja Indra.
e. Prasasti Ratu Boko
Prasasti berangka tahun 865 M ini menyebutkan tentang kekalahan Raja Balaputra Dewa
dalam perang saudara melawan kakaknya, Pradhowardhani dan melarikan diri ke Palembang.
f. Sumber Nusantara
Sumber ini menyatakan asal-usul wangsa Syailendra yang kemungkinan besar berasal dari
Sumatera dan pindah hingga berkuasa di Jawa, atau mungkin bangsa asli dari Pulau Jawa
namun mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya. Menurut beberapa sejarawan, keluarga
Svailendra berasal dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya
melakukan ekspansi ke tanah jawa pada abad ke-7 M dengan menyerang Kerajaan
Tarumanegara dan Ho-ling di Jawa Serangan Sriwijaya atas Jawa yang tidak mau berbakti
kepada Sriwijaya
Dari Prasasti Metyasih diketahui raja-raja dari Wangsa Sanjaya yang pernah berkuasa, Raja
Sanjaya yang pertama adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M) masa
pemerintahannya menjadi masa pendirian candi- candi Siwa di Gunung Dieng. Kesusastraan
6
tidak menjadi monopoli kelas profesional. Pendidikan puisi merupakan pendidikan yang wajib
diikuti oleh umum, terlebih bagi kalangan pegawai istana dan pemuka masyarakat. Rakal
Mataram Sang Ratu Sanjaya wafat sekitar pertengahan abad ke-8 M, kemudian digantikan oleh
putranya, Rakai Panangkaran.
Sri Manaraja Rakai Panangkaran (760-780 M), Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia
yang berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Masa pemerintahan Rakai Panangkaran
inilah dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, di dalamnya tersimpan patung Dewi
Tara. Terletak di Desa Kalasan, sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan. Kemudian ia
digantikan oleh Sri Maharaja Rakal Pananggalan. Rakai Pananggalan (780-800 M) berarti raja
mulla yang peduli terhadap siklus waktu. Rakai Pananggalan berjasa atas sistem kalender Jawa
Kuno. Saat pemerintahannya dibuat dan disahkan hukum-hukum yang mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara. Setelah wafat ia digantikan oleh Sri Maharaja Rakai Warak (800-
820 M). Rakai Warak, berarti raja mulia yang peduli pada cita-cita luhur. Pada masa
pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat. Berbagai macam
senjata diciptakan. Rakai Warak sangat mengutamakan ketertiban yang berlandaskan pada
etika dan moral. Selanjutnya yang memerintah di Dinasti Sanjaya adalah Sri Maharaja Rakai
Garung (820-840 M). Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala
macam rintangan.
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai
Pikatan (840 -856 M), Dalam Prasasti Tulang Air di Candi Perut (850 M), menyebutkan bahwa
Rakai Pikatan mencapai masa kemakmuran dan kemajuan. Pada masa pemerintahannya,
pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah Mataram, Namun, Rakai Pikatan dapat
mempertahankan negerinya dan memukul mundur pasukan Balaputera Dewa dan melarikan
diri ke Palembang.
Sedangkan pemerintahan Dinast Syailendra menun tea Poerbatjaraka, yaitu di Jawa Tengah
hanya ada satu keluarga raja yaitu keluarga Raja Syailendra a mengemukakan gagasannya itu
didasarkan atas sebutan gelar Dapunta pada Prasasti Sojomerto. Gelar ini juga ditemukan
dalam cerita Parahiyangan, disebutkan bahwa Raja Mandiminak mendapatkan putra Sang Sena
(Sanna) la memegang pemerintahan selama 7 tahun dan Mandiminak diganti oleh sang Sena
yang memerintah 7 tahun. Dari urutan para raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa
Mandiminak mulai berkuasa sejak tahun 703 M. Hal ini berarti masih ada satu orang lagi yang
berkuasa sebelum Mandiminak, Disebabkan teori Poerbatjaraka berdasarkan cerita
Parahiyangan, keluarga Syailendra diduga berasal dari Pulau Jawa yang berada di bawah
pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Sunda
7
dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awalnya beragama Siwa seperti kebanyakan keluarga
kerajaan seperti Tarumanegara dan Holing (Kalingga), Penggunaan bahasa Melayu Kuno pada
Prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa
keluarga Syailendra telah dipengaruhi bahasa, budaya, dan system politik Sriwijaya. Hal ini
menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah vassal.
(raja bawahan anggota Kedatuan Sriwijaya). Hal ini sering dengan kabar penaklukkan bumi
Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kota Kapur.
Adapun raja-raja yang pernah berkuasa dalam Dinasti Syailendra, dari berbagai
prasastiyang ditemukan yaitu,Raja Bhanu yang memerintah tahun 752-775 M, ia merupakan
raja pertama sekaligus pendiri Dinasti Syailendra. Pada masa pemerintahannya, Candi
Borobudur mulai dibangun. Bhanu kemudian digantikan oleh Raja Indra (782-812 M), masa
pemerintahannya membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M di daerah Prambanan.
Kemudian Raja Samaratungga (812-833 M), ia berperan menjadi pengatur segala dimensi
kehidupan rakyatnya. Sebagai Raja Mataram Buddha, Samaratungga sangat menghayati nilai
agama dan budaya pada masa pemerintahannya Candi Borobudur selesai dibangun.
Pramodhawardhani (883- 856 M), ia adalah Putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan
cantik. la bergelar Sri Kaluhunan, artinya seorang sekar yang menjadi tumpuan harapan bagi
rakyat.3
2.3 Perkembangan dan Hubungan kedua Dinasti

Selama kurun waktu 750-850 M, kawasan Utara Jawa Tengah dikuasai oleh para raja dari
Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu dan memuja Siwa. Hal itu terlihat dari karakter candi-
candi yang dibangun. Dalam kurun waktu yang sama, Wangsa Syailendra yang beragama
Buddha aliran Mahayana sudah condong ke aliran Tantryana berkuasa di bagian Selatan. Jawa
Tengah. Pembagian kekuasaan tersebut berpengaruh kepada karakter candi-candi yang
dibangun di masing pada masa itu. i wilayah masing
Dinasti Sanjaya dan Syailendra akhirnya dapat dipersatukan melalui pernikahan Rakai
Pikatan Raja Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani, Putri Maharaja Samarattungga dari
Dinass Syailendra. Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan atau Candi
Roro Jonggrang. Pembuatan kedua candi tersebut terdapat dalam Prasasti Siwagraha y yang
berangka tahun 856 M.

3
Hastuti H., Asri.Z., Zafri./ Nusantara Zaman Pengaruh Hindu dan Budha. Manggu Makmur Tanjung Lestari
2019 Hal. 122-129

8
Pada masa penggabungan Dinasti ini terjadi pemberontakan Balaputera Dewa. Balaputera
Dewa adalah Putera Raja Samaratungga dan Dewi Tara, Puteri Raja Sriwijaya. Dari Prasasti
Ratu Boko, terjadi perebutan takhta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami
Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan takhta tersebut, sebab ia
merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap takhta yang diberikan
kepada Rakai Pikatan yang merupakan keturunan Sanjaya. Perang saudara tersebut Balaputera
Dewa mengalami kekalahan dan melarikan diri ke Palembang.4
2.4 Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram mulai mundur setelah Raja Baltung wal tahun 910 M. Dyah Balitung
digantikan oleh teknokratnya ya Daksottama, yang saat menjadi raja bergelar Sri Maharaja Rak
Daksottama (915-919 M). Daksottama memang dipersiapkan ole Dyah Balitung untuk
menggantikannya sebagai Raja Mataram Hindu Kemudian Daksottama digantikan oleh Rakai
Dyah Tulodhong (919 921 M). Lebih kurang dua tahun memerintah Tulodhong digantikan oleh
Rakai Sumba Dyah Wawa (921-928 M) yang dinobatkan sebagai Raja Mataram pada tahun
921 M. la terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, namun ia tidak mampu mengatasi
kemelut yang ada dalam Kerajaan Mataram. Dyah Wawa kemudian digantikan oleh Sri
Maharaja Rakai Empu Sindok (929-930 M) Masa pemerintahan setelah Dyah Balitung yaitu
Daksa, Tulodhong Wawa, dan Mpu Sindok, Mataram Kuno selalu terancam serangan dari luar,
terutama Sriwijaya. Saat itu Mataram juga dilanda bencana alam dengan letusan Gunung
Merapi. Oleh sebab itu, Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur,
tepatnya di Medang Kamulan. Dengan begitu, berakhirlah Kerajaan Mataram Kuno dan Dinasti
Sanjaya, sehingga berdirilah Kerajaan Medang Kamulan dan Dinasti Isana.

4
Hastuti H., Asri.Z., Zafri./ Nusantara Zaman Pengaruh Hindu dan Budha. Manggu Makmur Tanjung Lestari
2019 Hal. 129-130

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Mataram muncul peran ritual yang disertakan.pertama kali pada masa
pemerintahan Raja Sanjaya yang memerintah sekitar abad ke 8 dengan gelar Rakai Mataram.
Selama masa Kerajaan Mataram kuno telah banyak dikeluarkan prasasti yang dapat
memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat Jawa Kuno abad VIII-X dengan berbagai
aspek sosial-ekonominya. Di antara prasasti-prasasti yang dikeluarkan selama itu adalah
prasasti yang berisi tentang penetapan tanah per-dikan (bebas pajak) yang disebut dengan
istilah 'sima'. Hampir 90% prasasti Jawa Kuno membicarakan sima, yang diberikan kepada
seseorang yang telah berjasa kepada raja atau diberikan kepada sekelompok masyarakat untuk
mengelola bangunan ke-agamaan (Christie, 1977; 1983). Prasasti tentang penetapan sima pada
umumnya diawali dengan manggala yaitu seruan kepada dewa, yang dilanjutkan dengan
penyebutan unsur-unsur penanggalan yang memuat keterangan tentang kapan prasasti
dikeluarkan, keterangan tentang nama raja atau pejabat yang mengeluarkan prasasti,
dilanjutkan dengan nama-nama pejabat yang menerima perintah.
3.2 Saran
Makalah ini memang memiliki banyak kekurangan yang terkait dalam pembahasannya
yang kurang mendalam. Meskipun makalah ini masih memiliki kekurangan dalam penyusunan,
kami berharap kedepannya lebih baik lagi. Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, T. (1999). Sang Hyang Watu Teas dan Sang Hyang Kulumpang: Perlengkapan Ritual
Upacara Penetapan Sima Pada Masa Kerajaan Mataram Kuna. Humaniora, 11(3), 14-
21.
Hastuti H., Asri.Z., Zafri./ Nusantara Zaman Pengaruh Hindu dan Budha. Manggu Makmur
Tanjung Lestari 2019
Lestari, Dwi. (2020). Takhta Raja-raja Jawa. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
Maziyah, S. (2010). Daerah Otonom pada Masa Kerajaan Mataram Kuna: Tinjauan Berdasar
Kedudukan dan Fungsinya. Paramita: Historical Studies Journal, 20(2).

11

Anda mungkin juga menyukai