Disusun Oleh:
Senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan)
bercorak Hindu-Budha.” Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata
pelajaran Sejarah Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis.
Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................vi
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Manfaat dan Tujuan ..................................................................................... 5
Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu yang pernah
berdiri di wilayah Jawa Timur. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Kediri juga
disebut dengan nama Kerajaan Kadiri, Daha, dan Panjalu. Kerajaan Kediri
berpusat di Daha atau Dhanapura sekarang dikenal dengan Kota Kediri.
Berdirinya Kerajaan Kediri tak lepas dari peran Raja Airlangga. Ia membagi
daerah kekuasaannya menjadi dua bagian pada tahun 963 M demi
menghindari pertikaian. Dilakukan oleh seorang Brahmana bernama Mpu
Bharada, Raja Airlangga membagi wilayah Kahuripan menjadi Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai
Brantas. Panjalu (Kediri) kemudian diberikan kepada Sri Samarawijaya yang
membangun pusat pemerintahannya di kota baru, yaitu Daha.
Kerajaan Kediri berkembang menjadi kerajaan agraris yang sukses dengan
hasil pertanian di sekitar Sungai Brantas yang melimpah. Selain bercocok
tanam, mereka juga melakukan perdagangan emas, perak, kayu cendana,
rempah-rempah, dan pinang dan berperan dalam perdagangan di Asia.
Pada masa itu, berkembang pula kebudayaannya terutama di bidang sastra
dengan adanya beberapa peninggalan karya sastra dari Kerajaan Kediri yang
terkenal hingga kini. Salah satunya adalah Kitab Bharatayudha yang berisi
sebuah ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya.
Kerajaan Buleleng adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu di Bali yang
letaknya berada di Singaraja. Kerajaan ini berdiri pada sekitar pertengahan
abad ke-17, setelah seluruh wilayah Bali utara yang sebelumnya dikenal
dengan nama Den Bukit, berhasil disatukan.
Pendiri Kerajaan Buleleng adalah I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa
Kepakisan. Setelah hampir dua abad berkuasa, masa pemerintahan kerajaan
ini berakhir pada abad ke-19 karena jatuh ke tangan Belanda.
I Gusti Anglurah Panji Sakti adalah putra penguasa Kerajaan Gelgel dari istri
seorang selir. Karena dikhawatirkan akan menggeser posisi pewaris takhta,
Panji Sakti diasingkan ke kampung halaman ibunya di Den Bukit, Bali utara.
Di daerah itu, Panji Sakti berhasil menyatukan wilayah-wilayah di sekitarnya
dan akhirnya dinobatkan menjadi raja pada 1660 dan kerajaannya dikenal
dengan nama Kerajaan Buleleng. Pada awal didirikan, Kerajaan Buleleng
mampu berkembang pesat dan bahkan mencapai masa kejayaan.
I Gusti Anglurah Panji Sakti tidak hanya menjadi pendiri dan raja pertama
yang berkuasa, tetapi juga berhasil membawa Kerajaan Buleleng menikmati
masa kejayaan. Pada masa pemerintahannya, kekuasaannya meluas sampai
ke Blambangan di ujung Jawa Timur.
Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13. Kerajaan Hindu-Buddha ini
mengalami masa kejayaan pada abad ke-14. Raja pertama adalah Raden
Wijaya. Dia dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215
Saka, atau bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.
Raden Wijaya, sang pendiri Kerajaan Majapahit, bergelar Sri Maharaja
Kertarajasa Jayawardhana. Masa pemerintahan Raden Wijaya berlangsung
selama 16 tahun, yakni pada 1293 Masehi hingga 1309 Masehi.
Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit bermula dari permohonan Raden
Jayawijaya kepada Jayakatwang untuk membuka hutan di daerah Tarik.
Jayakatwang merupakan raja Kerajaan Gelanggelang. Ia adalah sosok yang
berpengaruh terhadap keruntuhan Kerajaan Singasari.
Kertanegara, pemimpin Singasari yang juga mertua Raden Jayawijaya, gugur
akibat serbuan tentara Gelanggelang yang dikirim Jayakatwang. Istana
Singasari pun telah diduduki. Hal tersebut membuat Raden Wijaya bersama
istrinya dan sejumlah pasukan yang tersisa, meninggalkan Singasari untuk
menuju Madura. Mereka hendak menemui Adipati Wiraraja.
Mengutip buku “Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit”,
karya Prof. Dr. Slamet Muljana (2005), Wirajaya menyarankan Raden Wijaya
agar menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Wirajaya jugalah yang
mengusulkan kepada Raden Wijaya untuk membuka hutan di daerah Tarik.
Raden Wijaya menuruti perkataan Wirajaya. Ketika mengabdi kepada
Jayakatwang, Raden Wijaya mengusulkan untuk membuka hutan Tarik
sebagai tempat berburu Raja Jayakatwang. Hutan itu pun diubah menjadi
hunian sekaligus tempat untuk membanguan kekuatan. Tempat tersebut
kemudian dinamakan Majapahit atau Wilwatikta.
Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam
Wuruk. Cucu Raden Wijaya ini memerintah pada 1350 M hingga 1389 M. Saat
memimpin, ia didampingi Patih Gajah Mada.
Masa kejayaan Kerajaan Majapahit disebut tak terlepas dari peran Gajah
Mada. Dia diangkat sebagai patih amangku bhumi pada 1336 M atau sewaktu
Tribhuwana Tunggadewi berkuasa. Saat penobatannya, Gajah Mada
bersumpah untuk menyatukan Nusantara di bawah panji Majapahit. Sumpah
itu dinamakan Amukti Palapa atau dikenal dengan Sumpah Palapa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munculnya pemerintahan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha
di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan India. Kebudayaan
India itu bersentuhan dengan kebudayaan Indonesia. Persentuhan
kebudayaan ini terjadi sebagai salah satu akibat dari adanya hubungan
yang dilakukakan oleh orang-orang India dengan orang-orang Indonesia
atau sebaliknya. Hubungan itu berawal dari kegiatan perdagangan
sehingga pengaruh-pengaruh kebudayaan India dengan Budha masuk ke
Indonesia.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga
bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi
banyak orang.
HASIL DISKUSI KELOMPOK
TANYA JAWAB