Segala puji dan syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
yang telah memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan karena masih
dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka akan menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang
dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah
Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa
oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan
sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha
Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan
Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad
ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah
Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga
menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit
antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang
kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan
dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti
yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam
yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya
kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit,
sekaligus menandai akhir dari era ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses masuknya kerajaan-kerajaan Hindu-
Budha di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang
memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
Berdasarkan sumber – sumber sejarah yang ada dapat disimpulkan bahwa Tarumanegara
terletak di Jawa Barat. Pusatnya belum dapat dipastikan, namun para ahli menduga kali
Chandabagha adalah kali Bekasi, kira – kira antara sungai Citarum dan sungai Cisadane.
Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai
perbatasan Cirebon.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta (Naskah Wangsakerta adalah
istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta
secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta".)
Raja-raja Tarumanegara
No Raja Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669
C. Kehidupan Masyarakat Tarumanegara
1) Kehidupan Sosial
Masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah menanamkan sikap gotong royong,
berdasarkan isi dari prasasti Tugu. Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah
teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya Raja Purnawarman untuk terus meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Beliau sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang
dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di
kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Pengkastaan di Kerajaan Tarumanegara tidak jauh berbeda dengan yang ada di
Kerajaan Kutai. Golongan brahmana bertugas mengatur tugas keagamaan. Kaum kesatria
merupakan golongan bangsawan (raja dan kerabat). Sedangkan golongan biasa meliputi
para petani, peternak, pemburu, pelaut dan nelayan.
2) Kehidupan Ekonomi
4) Kehidupan Agama
1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai Ciaruteun,
dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang
dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India
dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing baris dalam satu
bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini mengingatkam adanya hubungan
dengan prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
b. Prasasti Jambu/ Pasir Koleangkak
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor. Bunyi
dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-purnnavarmma
pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane nityadaksambhaktanamyandripanam-
bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada
taranya- yang termashur Sri Purnnawarman- yang sekali waktu( memerintah) di Taruma dan
yang baju zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini
adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh,
hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya’’
Dari Prasasti diatas kita dapat keterangan bahwa Purnawarman suka memakai Warman (baju
Zirah/Besi) yang tidak dapat ditembus senjata. Dari itu juga kita tahu dia sering berperang
dan menggempur kota – kota musuhnya.
c. Prasasti Kebon Kopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata. Bunyinya
sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma (yang)
agung dalam….dan(?) kejayaan’
d. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga terdapat gambar
tapak kaki.
f. Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)
Prasasti ini di temukan di muara Cianten Bogor , prasasti ini juga terdapat telapak kaki.
Sayang tulisannya belum dapat diartikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak
banyak yang diketahui tentang isinya.
g. Prasasti Cidanghiang atau Lebak
2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-sifat
Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman. Arca
ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja, Siam dan
Semenanjung Melayu.
c. Arca Wisnu Cibuaya II ( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
- Jenis batu yang digunakan
- Bentuk arca dan laksananya
- Bentuk badan
- Makuta
3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa)
tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya disebutkan rakyat Tolomo
sedikit sekali memeluk Budha yang banyak dijumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga
menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian
bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti yang
ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/ Taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
b. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga diperkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa
tahun 528 dan 535 datang utusan dari Negeri Tolomo yang terletak disebelah selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari
Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.
2. KERAJAAN KALINGGA
1. Kehidupan Politik
Pada abad VII Masehi Kerajaan Kalingga pernah dipimpin seorang ratu bernama Sima.
Ratu Sima menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Ia melarang
rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang bukan milik mereka yang tercecer di jalan.
Bagi siapapun yang melanggar akan mendapat hukuman berat. Hukum di Kalingga dapat
ditegakkan dengan baik. Rakyat taat terhadap peraturan yang dibuat ratu mereka. Oleh karena
itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan baik.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sahana yang
menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana memiliki anak bernama
Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga
ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.
2. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan dan pertanian.
Letaknya yang dekatdengan pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga mudah diakses
oleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas,
perak, cula badak, dan gading sebagai barang dagangan. Sementara wilayah pedalaman yang
subur, dimanfaatkan penduduk untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian yang
diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai membuat
minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tesebut memiliki rasa manis dan
dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian tersebut, penduduk Kalingga hidup
makmur.
3. Kehidupan Agama
Kerajaan Kalingga merupakan pusat agama Buddha di Jawa.Agama Buddha yang
berkembang di Kalingga merupakan ajaran Buddha Hinayana. Pada tahun 664 seseorang pendeta
Buddha dari Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga. Ia datang untuk menerjemahkan
sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Cina.
Usaha Hwing-ning dibantu oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama Jnanabadra.
5. Peninggalan Sejarah
a. Candi Angin
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
b. Candi Bubrah
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
c. Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi. Prasasti bertuliskan
huruf Pallawa yang berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih
dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di
India.
d. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Raban, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi danberbahasa Melayu dan berasal dari sekitar abad ke-7M.
Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya.
e. Prasasti Upit
3. Sistem Pemerintahan
Wilayah Sriwijaya ternyata membutuhkan pengawasan yang ekstra karena luasnya
kekuasaan kerajaan ini. Untuk menjaga eksistensi kekuasaan, Raja Sriwijaya menerapkan
beberapa kebijakan, misalnya saja dalam beberapa prasasti dituliskan tentang kutukan bagi siapa
saja yang tidak taat pada raja, seperti dalam Prasasti Telaga Batu Kota Kapur. Fungsi ancaman
(kutukan) ini semata-mata untuk menjaga eksistensi kekuasaan seorang raja terhadap daerah
taklukannya. Secara struktural, Raja Sriwijaya memerintah secara langsung terhadap seluruh
wilayah kekuasaan (taklukan). Di beberapa daerah taklukan ditempatkan pula wakil raja sebagai
penguasa daerah. Wakil raja ini biasanya masih keturunan dari raja yang memimpin. Maka
masuk akal jika dijumpai pula prasasti yang berisi kutukan untuk anggota keluarga kerajaan.
Maksud dari kutukan ini adalah untuk menunjukkan sikap keras dari raja yang berkuasa,
sekaligus suatu sikap dari raja yang tidak menghendaki kebebasan bertindak yang terlalu besar
pada penguasa daerah.
4. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa silam.
Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang pernah menguasai
lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai
Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke
Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh
Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan. Keadaan ini juga yang
membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas ekspor dan bea
cukai bagi kapalkapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor
Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan
wangi-wangian. Faktor- yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar adalah
sebagai berikut.
a. Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
b. Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
c. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan
kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
d. Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan
Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.
5. Kehidupan sosial
Kerajaan Sriwijaya karena letaknya yang strategis dalam lalu lintas perdagangan
internasional menyebabkan masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai pengaruh
asing. Masyarakat Sriwijaya juga telah mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam dunia
perdagangannya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar
terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.
Penduduk Sriwijaya juga bersifat terbuka dalam menerima berbagai kebudayaan yang datang.
Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India, seperti nama-nama India, adat-istiadat, serta
tradisi dalam Agama Hindu. Oleh karena itu, Sriwijaya pernah menjadi pusat pengembangan
ajaran Buddha di Asia Tenggara.
6. Kehidupan masyarakat
Karena kerajaan sriwijaya dipengaruhi oleh agama budhamaka kehidupan masyarakat
sesuai dengan ajaranya selain itumasyarakat juga menjali hubungan dengan kerajaan lain. Agama
Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu tokohnya yang
terkenal ialah Dharmakirti.
7. Budaya
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi kebudayaan India, pertama ialah kebudayaan
agam Hindu, kemudian diikuti kebudayaan agama Buddha. berdasarkan berbagai sumber
sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam
pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti
Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuwo menggambarkan ritual Budha untuk
memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja
Sriwijaya untuk rakyatnya. Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan
tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Budha dari seorang guru besar
yang bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India.
Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak banyak
peninggalan purbakala seperti candi-candi atau arca-arca sebaga tanda kebesaran Kerajaan
Sriwijaya dalam bidang kebudayaan.
8. Agama
Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pertemuan antara para jemaah agama Budha dari
Cina ke India dan dari India ke Cina. Melalui pertemuan itu, di Kerajaan Sriwijaya berkembang
ajaran Budha Mahayana. Bahkan perkembangan ajaran agama Budha di Kerajaan Sriwijaya
tidak terlepas dari pujangga yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya diantaranya Dharmapala dan
Sakyakirti. Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari Kerajaan Sriwijaya. Ia
pernah mengajar agama Budha di Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala).
9. Keruntuhan Sriwijaya
Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1) Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang dari dinasti Cholda di Koromande, India
Selatan. Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan
membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun Kerajaan
Sriwijaya masih berdiri.
2) Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya melepaskan
diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian
menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya,
Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
3) Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan
aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena daerha-daerah strategis
yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja sekitarnya.
4) Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya
seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi yang bernama
ekspedisi Pamalayu.
Kerajaan Sriwijaya pun akhirnya runtuh di tangan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.
A. Kesimpulan
Perkembangan kerajaan ho – ling selanjutnya tidak diketahui dengan jelas. Kemungkinan
dipindahkan ke Jawa Timur. Ada satu berita dari China yang mengatakan bahwa ibukota
kerajaan ho-ling dipindahkan ke Jawa Timur oleh Ki-Yen mungkin seorang rakryan, tapi sebab-
sebab kepindahan tidak diketahui. Di Malang, Jawa Timur di desa Dinoyo ditemukan sebuah
prasasti berupa angka tahun 760 M yang isinya mengenai pembuatan sebuah arca Agastya.
Sedangkan Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan terlupakan
dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès
pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya,
berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit,
tumbuh, dan berjaya di masa lalu.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di
berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun
1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk
Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di
Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya,
dan Sriwijaya Football Club (Klub sepak bola Palembang), semua dinamakan demikian untuk
menghormati, memuliakan, dan merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.
1. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, bahkan dijuluki
sebagai pusat agama Hindu di luar India.
2. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan kaya raya. Terbukti dari sebutan
negara maritimnya.
3. Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diakses dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan baik di
dalam maupun di lur negeri serta dari berita-berita asing.
4. Faktor penyebab keruntuhan :
a. Berulang kali diserang kerajaan Colomandala
b. Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri
c. Terdesak perkembangan kerajaan di Thailand
d. Terdesak pengaruh kerajaan Singosari
e. Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya
f. Tidak adanya raja yang cakap dan berwibawa
g. Serangan Majapahit dalam upaya penyatuan nusantara
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi
maupun cara penulisan. Untuk itu kami, mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan
hasil yang kami sajikan. Kritik dan saran kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini agar
lebih baik.