Anda di halaman 1dari 16

A.

Kerajaan Kutai Marta dipura


Pendiri Kerajaan Kutai Marta dipura

Kerajaan Kutai terletak di Sungai Muara Kaman, Kalimantan Timur yang berdiri pada tahun
400 Masehi. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua yang menjadi cikal bakal
kerajaan – kerajaan Hindu Buddha di Indonesia. Sumber sejarah Kerajaan Kutai adalah
prasasti Yupa yang berbahasa sansekerta dan berhuruf pallawa.

Dari Yupa yang ditemukan kemudian muncul nama Kudungga sebagai pendiri Kerajaan
Kutai. Menurut para ahli sejarah, nama Kudungga dianggap sebagai nama asli Indonesia
sebelum mendapatkan pengaruh bahasa India. Sedangkan keturunannya, Mulawarman dan
Aswawarman diduga mendapatkan pengaruh nama dari budaya Hindu dari India. Kata
“warman” pada penamaan raja – raja di Kutai merupakan nama yang banyak disebut bagi
masyarakat India bagian selatan.

Prasasti Yupa juga menyebutkan nama – nama raja yang memerintah Kutai. Berikut adalah
20 daftar nama raja – raja Kutai :

1. Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (sebagai pendiri)


2. Maharaja Aswawarman (anak dari Raja Kudungga)
3. Maharaja Mulawarman (sebagai raja yang terkenal)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
10. Maharaja Indra Warman Dewa
11. Maharaja Sangga Warman Dewa
12. Maharaja Candrawarman
13. Maharaja Sri Langka Dewa
14. Maharaja Guna Parana Dewa
15. Maharaja Wijaya Warman
16. Maharaja Sri Aji Dewa
17. Maharaja Mulia Putera
18. Maharaja Nala Pandita
19. Maharaja Indra Paruta Dewa
20. Maharaja Dharma Setia

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Kutai mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman seperti yang
tertulis pada Yupa. Dijelaskan bahwa Mulawarman telah melakukan upacara pengorbanan
emas dengan jumlah yang sangat banyak. Emas tersebut dibagikan kepada rakyatnya dan
dijadikan persembahan kepada para dewa.

Kutai dari Berbagai Aspek :

Aspek Sosial

Pada masa pemerintahan Kudungga, kerajaan Kutai mengalami masa peralihan dari bentuk
kesukuan ke bentuk negara. Kehidupan sosial pada masa kerajaan ditandai dengan adanya
golongan terdirik yang mampu menggunakan bahasa sansekerta dan aksara pallawa. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya upacara pemberkatan bagi pemeluk agama Hindu. Para
brahmana Kutai dianggap memiliki intelektual tinggi dikarenakan sulitnya penguasaan
bahasa ini.

Aspek Politik

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman ditandai dengan keadaan politik yang stabil. Hal
ini didasarkan pada Prasasti Yupa yang menyebutkan raja Mulawarman dikatakan menjadi
raja yang berkuasa, kuat dan bijaksana.

Aspek Ekonomi

Dengan letaknya yang strategis yaitu berada di dekat Sungai Mahakam, membuat tanah
Kerajaan dalam keadaan subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam. Mata pencaharian
masyarakat Kutai adalah petani, peternak dan pedagang. Hal ini dibuktikan dengan
peninggalan tertulis Yupa yang menyebutkan bahwa Mulawarman pernah memberikan
20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Selain itu, Kerajaan Kutai juga menerapkan pajak
pada pedagang dari daerah lain yang berdagang di wilayah Kerajaan Kutai. Pajak ini biasanya
berupa barang yang mahal atau upeti.

Aspek Agama

Kerajaan Kutai memiliki sejarah yang kuat akan kepercayaan animisme dan dinamisme serta
Hindu sebagai agama pendatang. Terbukti pada peninggalan Yupa yang dianggap sebagai
peninggalan masa megalitikum, menhir dan punden berundak. Diyakini bahwa rakyat Kutai
dibebaskan untuk beragama walaupun kerajaan menganut ajaran agama Hindu siwa yang
bercampur brahmana.

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Masa kejayaan Kutai tidak berlangsung lama, setelah meninggalnya Raja Mulawarman, Kutai
mengalami banyak pergantian pemimpin hingga mengalami keruntuhan pada masa
pemerintahan Raja Dharma Setia pada abad ke 13 M. Raja Dharma Setia tewas di tangan
penguasa Kerajaan Kutai Kertanegara yaitu Pangeran Anum Panji Mandapa.
Peninggalan Kerajaan Kutai

Kutai meninggalkan sumber sejarah berupa Yupa yang berjumlah tujuh buah dengan huruf
pallawa dan bahasa sansekerta. Yupa banyak memberikan informasi terkait keluarga kerajaan
dan aspek sosial, agama, dan ekonomi. Yupa berbentuk tugu batu dengan tinggi kurang lebih
1 meter yang tertanam di tanah.

B. Kerajaan Tarumanegara

Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah
satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara
adalah kerajaan Hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh raja diraja
Guru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh
putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati,
sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan
Tarumanegara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun
397 yang terletak lebih dekat ke pantai.
Kota itu diberi nama Sundapura pertama kalinya nama Sunda digunakan. Pada tahun
417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak
(sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan
menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana. Prasasti Pasir Muara yang
menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada raja Sunda itu dibuat tahun 536
M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Kerajaan Tarumanegara
adalah Suryawarman (535-561 M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7. Dalam masa
pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah
yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas
kesetiaannya terhadap Kerajaan Tarumanegara.
Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan
politik ayahnya. Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang memberitakan raja
Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa ibukota Sundapura telah berubah status
menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara
telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukan Rajatapura atau
Salakanagara (kota perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini
sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I –
VIII). Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanegara, maka
Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah.
Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah menantu raja Dewawarman
VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke nusantara
karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari kerajaan Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan
kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri,
melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur.
Dalam tahun 526 M Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di
Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh manikmaya ini
tinggal bersama kakeknya di ibukota tarumangara dan kemudian menjadi panglima angkatan
perang Kerajaan Tarumanegara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih Berkembang
Ketika Cicit Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M.

Raja-raja Kerajaan Tarumanegara adalah:

1. Jayasingawarman 358-382

2. Dharmayawarman 382-395

3. Purnawarman 395-434

4. Wisnuwarman 434-455

5. Indrawarman 455-515

6. Candrawarman 515-535

7. Suryawarman 535-561

8. Kertawarman 561-628

9. Sudhawarman 628-639

10. Hariwangsawarman 639-640

11. Nagajayawarman 640-666

12. Linggawarman 666-669

B. Kehidupan Politik Kerajaan Tarumanegara


Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah
memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya,
karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar
pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

C. Kehidupan Sosial Kerajaan Tarumanegara


Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya
raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang
dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan
sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.

D. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tarumanegara


Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk
membangun saluran air di Sungai Gomati sepanjang 6122 tombak atau sekitar 12 km.
Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, Karena
dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir di saat musim penghujan. Selain
itu juga digunakan sebagai irigasi pertanian serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan
antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar dan daerah-daerah di sekitarnya.

E. Kehidupan Budaya Kerajaan Tarumanegara


Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan
sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan
masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan
prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di
kerajaan Tarumanegara.

F. Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara mencapai masa kejayaan saat di perintah oleh Raja
Purnawarman (Raja ke-3 Kerajaan Tarumanegara). Di masa pemerintahan Raja
Purnawarman, luas wilayah Kerajaan Tarumanagara hampir setara dengan luas Jawa Barat
saat ini. Raja purnawarman adalah raja besar, hal ini dapat diketahui dari Prasasti Ciaruteun
yang isinya, “Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah kaki Yang Mulia
Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”. Pada masa
kejayaannya itu, Tarumanegara mengalami perkembangan pesat.
Selain dengan memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil
di sekitar kekuasaannya, Raja Purnawarman juga membangun berbagai infrastruktur yang
mendukung perekonomian kerajaan. Adapun salah satunya adalah sungai Gomati dan
Candrabaga. Kedua sungai ini selain untuk mencegah terjadinya banjir saat musim hujan,
juga berperan penting dalam pengairan lahan pertanian sawah yang dulu menjadi salah satu
penggerak kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Tarumanegara. Masa kepemimpinan
Raja Purnawarman dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara selain itu juga
karena kemampuan kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor sapi saat pembangunan ke
dua sungai itu.
Pada masa kejayaannya ini, Tarumanegara mengalami perkembangan pesat. Selain
dengan memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil di sekitar
kekuasaannya, Raja Purnawarman juga membangun berbagai infrastruktur yang mendukung
perekonomian kerajaan. Adapun salah satunya adalah sungai Gomati dan Candrabaga. Kedua
sungai ini selain untuk mencegah terjadinya banjir saat musim hujan, juga berperan penting
dalam pengairan lahan pertanian sawah yang dulu menjadi salah satu penggerak kehidupan
ekonomi masyarakat Kerajaan Tarumanegara. Masa kepemimpinan Raja Purnawarman
dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara selain itu juga karena kemampuan
kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor sapi saat pembangunan ke dua sungai itu.

G. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara


Runtuhnya kerajaan Tarumanegara tidak diketahui secara lengkap, karena prasasti yang
ditemukan sebagian hanya menyampaikan berita saat pemerintahan raja Purnawarman dan
sisanya belum dapat ditafsirkan secara lengkap. Tarumanagara sendiri hanya mengalami
masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara
terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang
puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua
bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri
sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena
Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda
yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke
Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang
mewarisi wilayah Tarumanagara.
C. Kerajaan Sriwijaya

Sejarah Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya merupakan simbol kerajaan maritim Indonesia yang berjaya pada 8 M
dan 9 M. Kerajaan ini mampu menguasai wilayah perairan Nusantara bahkan hingga ke luar
wilayah Nusantara. Perlu diketahui kerajaan Sriwijaya memiliki hubungan erat dengan Jawa
sebab silsilah raja – rajanya banyak yang berasal dari Jawa. Kebesaran Sriwijaya dianggap
mampu mengimbangi Kerajaan Majapahit yang ada di timur.

Berdirinya Kerajaan Sriwijaya


Nama Sriwijaya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu ‘Sri‘ yang berarti cahaya dan ‘Wijaya‘
yang berarti kemenangan. Arti Sriwijaya dapat diartaikan sebagai kemenangan yang
gemilang. Berdasarkan isi dari prasasati Kota Kapur, Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri
pada abad ke 7 M yang didirikan oleh Dapuntahyang Sri Jayanasa. Kisah pendirian Kerajaan
Sriwijaya termasuk sebagai yang sulit dipecahkan dikarenakan sumber yang tersedia tidak
menjelaskan struktur genealogis yang rapi anta raja – raja Sriwijaya.
Pada Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo menjelaskan bahwa Dapunta Hyang
adalah raja pertama dari Kerajaan Sriwijaya. Pada Prasasti Kedukan Bukit menjelaskan
bahwa Dapunta Hyang melakukan perjalanan dengan 20 ribu tentara dari Minanga Tawan ke
Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Pada perjalanan tersebut, Dapunta Hyang mampu
menaklukkan daerah – daerah strategis untuk perdagangan Sriwijaya.

Prasasti Kota Kapur dari Pulau Bangka menjelaskan bahwa Sriwijaya diperkirakan telah
menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka, Belitung hingga Lampung. Bahkan
diperkirakan Sri Jayanasa juga melakukan percobaan ekspedisi militer ke Jawa yang
dianggap tidak berbakti kepada Sriwijaya. Peristiwa ini bersamaan dengan keruntuhan
Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga yang diperkirakan runtuh akibat serangan
Sriwijaya.

Letak Kerajaan Sriwijaya


G. Coedes pada tahun 1918 berpendapat bahwa wilayah Kerajaan Sriwijaya berpusat di
Palembang. Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Kerajaan Sriwijaya berpindah – pindah
pusat kerajaannya yang diperkirakan dari Kedah, berpindah ke Muara Takus hingga ke
Jambi.
Raja – Raja Kerajaan Sriwijaya
Struktur genealogis Sriwijaya banyak terputus dan penulisannya tidak teratur. Berikut ini
adalah silsilah yang disepakati mengenai susunan raja – raja Sriwijaya setelah kekuasaan
Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

 Sri Indrawarman
 Raja Dharanindra
 Raja Samaratungga
 Rakai Pikatan
 Balaputradewa
 Sri Udayadityawarman
 Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarmadewa
 Sri Marawijayatunggawarman
 Sri Sanggramawijayatunggawarman

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mencapai masa puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja
Balapuntradewa pada abad ke 8 M dan 9 M. Pada dasarnya, Kerajaan Sriwijaya mengalami
masa gemilang hingga masa pemerintaha Sri Marawijaya. Hal ini didasarkan pada Kerajaan
Sriwijaya yang disibukkan dengan perang melawan Jawa pada tahun 922 M dan 1016 M.
Dilanjutkan melawan Kerajaan Cola (India) pada tahun 1017 hingga 1025 M hingga raja Sri
Sanggramawijaya berhasil ditawan.

Pada masa kejayaannya, wilayah Sriwijaya mampu menguasai jalur perdagangan Selat
Malaka. Selain itu wilayah kekuasaannya mampu diperluas hingga Jawa Barat, Kalimantan
Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan. Guna mengamankan
wilayah laut, Sriwijaya membangun aramada laut yang kuat sehingga kapal asing yang ingin
berdagang merasa aman. Sriwijaya kemudian berkembang menjadi kerajaan maritim yang
kuat di masanya.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya


Sekitar abad ke 11 M kerajaan Sriwijaya sudah mengalami kemunduran. Kerajaan Cola yang
dipimpin oleh Raja Rajendra Coladewa berhasil menawan raja Sriwijaya. Pada abad ke 13 M,
Kerajaan Singasari dari Jawa mampu mengalahkan kerajaan Malayu yang sebelumnya berada
di bawah kekuasaanya Sriwijaya melalui ekspedisi Pamalayu. Disisi lain Sriwijaya semakin
lama semakin lemah dikarenakan persaingan dengan kerajaan – kerajaan dari Jawa. Hingga
lemahnya Sriwijaya dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand dengan merebut
wilayah Semenanjung Malaysia dan Selat Malaka. Pada akhir abad ke 14 M, Sriwijaya benar
– benar runtuh atas serangan Majapahit.

Berikut adalah faktor runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

 Raja Sriwijaya tidak memimpin dengan baik


 Jauhnya letak Palembang dengan laut
 Menurunnya aktivitas perdagangan
 Melemahnya sektor militer
 Banyaknya wilayah Sriwijaya yang melepaskan diri
 Islam berkembang dengan pesat
 Adanya serangan dari kerajaan lain

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya


1. Prasasti Kedukan
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang.
Prasasti ini terdapat angka 686 M yang ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Isi dari prasasti ini adalah mengenai Dapunta Hyang yang menaiki perahu dan
mengisahkan mengenai kemenangan Sriwijaya.

2. Prasasti Kota Kapur


Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka sebelah barat yang berisi kutukan kepada
orang yang berani melanggar perintah Raja Sriwijaya.

3. Prasasti Telaga Batu


Prasasti Telaga Batu ditemukan di Kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur, Kota
Palembang. Prasasti ini berisi tentang kutukan orang – orang jahat yang berada di wilayah
kerajaan Sriwijaya.

4. Prasasti Karang Berahi


Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Merangin, jambi. Prasasti ini
berisi mengenai kutukan kepada orang – orang yang tidak setia kepada raja Kerajaan
Sriwijaya.

5. Prasasti Palas Pasemah


Prasasti Palas Pasemah ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan.
Prasasti ini beraksasra Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Isi dari prasasti ini adalah
kutukan kepada orang – orang jahat yang tidak setia terhadap Sriwijaya.

6. Prasasti Talang Tuo


Prasasti Talang Tuo ditemukan berisi doa Buddha Mahayana dan kisah pembangunan taman
dari Sri Jayanasa.

7. Prasasti Hujung Langit


Prasasti Hujung Langit ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung. Pada prasasti ini tertera
angka tahun 997 M.

8. Prasati Ligor
Prasasti Ligor ditemukan di Thailand bagian selatan oleh Nakhon Si Thammarat. Prasasti ini
berisi mengenai kisah raja Sriwijaya yang membangun Tisamaya Caitya untuk Karaja.

9. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden berbentuk lempengan tembaga dengan bahasa Sansekerta serta bahasa Tamil.
Isi dari prasasti ini adalah mengenai hubungan dinasti Cola terhadap dinasti Syailendra dari
Sriwijaya.
10. Candi Muara Takus
candi Muara Takus ditemukan di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Candi Muara Takus memiliki corak Buddha dengan beberapa susunan stupa yang ada pada
candi ini. Pada halaman candi terdapat beberapa candi dengan nama Candi Bungsu, Candi
Sulung, Stupa Palangka dan Stupa Mahligai.

D. Kerajaan Mataram Kuno

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan maritim yang terletak di pedalaman Jawa
Tengah. Para ahli memperkirakan bahwa letak kerajaan Mataram Kuno berada di wilayah
Medang dan Poh Pitu. Poh Pitu sendiri hingga sekarang belum jelas letak pastinya. Dalam
beberapa catatan sejarah menjelaskan bahwa letak Mataram Kuno ditandai dengan letaknya
yang dikelilingi gunung, pegunungan dan sungai – sungai.

Para ahli sejarah memperkirakan bahwa wilayah Mataram Kuno bagian utara berbatasan
dengan Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing. Sedangkan di sisi barat terdapat
Pegunungan Serayu, disebelah timur terdapat Gunung Lawu, dan selatan terdapat Laut
Selatan dan Pegunungan Seribu. Sungai yang dimaksud adalah Sungai Bogowonto, Progo,
Opak dan Bengawan Solo. Sedangkan Poh Pitu yang dimaksud kemungkinan adalah wilayah
antara Kedu hingga sekitar Prambanan.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno terbagi atas dua periode yaitu berpusat di Jawa Tengah pada abad ke
8 dan berpusat di Jawa Timur pada abad ke 9-10. Terdapat dua wangsa (dinasti) yang
berkuasa di Mataram Kuno Jawa Tengah yaitu Dinasti Sanjaya (Hindu) dan Syailendra
(Buddha). Sedangkan di Jawa Timur diperintah oleh Dinasti Isyana.

Peta Mataram Kuno


Dinasti yang Memerintah Mataram Kuno
Dinasti Sanjaya
Mataram Kuno pertama kali didirikan oleh Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang
Ratu Sanjaya. Raja Sanjaya dikenal sebagai raja yang bijaksana, cakap dan taat beragama.
Dibawah pemerintahan Sanjaya, wilayah Mataram Kuno mampu diperluas. Kerajaan
Mataram Hindu pernah menjadi pusat pembelajaran agama Hindu yang dibuktikan dengan
banyaknya kunjungan pendeta dan bahkan menetap di Mataram.
Raja Sanjaya wafat pada pertengahan abad ke 8 M dan digantikan oleh Rakai Panangkaran
putranya. Pasca wafatnya Rakai Panangkaran terjadi perpecahan di Mataram Kuno yang
membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian yaitu Mataram Kuno bercorak Hindu
ada di Jawa Tengah bagian utara, sedangkan Mataram Kuno bercorak Buddha ada di Jawa
Tengah bagian selatan.

Dinasti Syailendra
Pada akhir abad ke 8, dibawah pemerintahan Sri Dharmatungga wilayah Mataram Kuno
dibawah Dinasti Syailendra mencapai masa kejayaan yaitu dengan luas wilayah hingga
mencapai Semenanjung Malaya. Selain itu bidang politik, ilmu pengetahuan, budaya,
kesenian dan sosial mencapai kemajuan yang pesat.

Setiap pergantian raja, Kerajaan Mataram Kuno semakin pesat kemajuannya. Sri
Dharmatungga digantikan oleh Indra (Syailendra) yang berhasil menaklukkan Chenla
(Kamboja). Pada saat dipimpin Samaratungga, ilmu seni di Kerajaan Mataram Kuno
mengalami kemajuan pesat yang ditandai dibangunnya Candi Borobudur. Dinasti Sanjaya
dan Syailendra baru dapat disatukan ketika terjadi perkawinan Rakai Pikatan dari Dinasti
Sanjaya dan Pramodhawardani dari Dinasti Syailendra.

Dinasti Isyana
Pada tahun 929 M, terjadi pemindahan ibu kota oleh Mpu Sindok dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur yang diperkirakan antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis. Kerajaan ini kemudian
dinamakan Medang dengan Mpu Sindok sebagai raja pertamanya dari Dinasti Isyana.

Raja – Raja Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah

 Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)


 Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
 Sri Maharaja Rakai Panunggalan/ Dharmatungga (780-800 M)
 Sri Maharaja Rakai Warak/ Indra (Syailendra) (800-820 M)
 Sri Maharaja Rakai Garung/ Samaratungga (820-840 M)
 Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)
 Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M)
 Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
 Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung (898-915 M)
 Raja Daksa (915-919 M)
 Raja Tulodong (919-924 M)
 Raja Sumba Dyah Wawa (924 M)
Berikut ini silsilah raja Kerajaan Mataram Kuno saat dipindahkan ke Jawa Timur

 Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)


 Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)
 Makutawangsawardhana (hingga 985 M)
 Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Berikut adalah peninggalan Mataram Kuno

1. Candi Borobudur
2. Candi Prambanan
3. Candi Sewu
4. Candi Gedong Songo
5. Candi Dieng
6. Candi Sambisari

E. Kerajaan Medang

Sejarah Kerajaan Medang

Kerajaan Medang berdiri di Jawa Timur pada abad ke-10 dengan Ibu Kota Wantan Mas yang
terletak di kawasan sungai Brantas. Sebelumnya, Kerajaan Medang berdiri di Jawa Tengah
dengan nama Kerajaan Mataram.

Lokasi kerajaan harus pindah ke Jawa Timur karena letusan Gunung Merapi menghancurkan
Kerajaan Mataram. Berdasarkan Prasasti Mantyasih, raja pertama Kerajaan Medang saat
berada di Jawa Tengah adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Puncak kejayaan terjadi pada tahun 898-910 masehi. Kala itu, Kerajaan Medang dipimpin
oleh Raja Balitung dan memiliki kekuasaan meliputi Bagelen di Jawa Tengah hingga Malang
di Jawa Timur.

Selain itu, ada juga yang menyebutkan puncak kejayaan Kerajaan Medang terjadi pada masa
Raja Airlangga. Hal itu tertulis dalam kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa.

Raja Kerajaan Medang

Sistem pemerintahan Kerajaan Medang Kamulan adalah monarki atau sistem pemerintahan
kerajaan. Ada beberapa raja yang tertulis dalam sejarah kehidupan politik Kerajaan Medang
Kamulan setelah pindah ke Jawa Timur.

Raja pertama Kerajaan Medang di Jawa Timur bernama Mpu Sindok. Raja ini memerintah
bersama sang istri Sri Wardhani Pu Kbih selama lebih dari 20 tahun.

Ada banyak kebijakan yang dikeluarkan Mpu Sindok demi menjaga keberlangsungan hidup
Kerajaan Medang, misalnya membangun bendungan hingga waduk.
Kemudian, Kerajaan Medang juga pernah dipimpin oleh Raja Dharmawangsa Teguh yang
merupakan cucu Mpu Sindok. Raja ini dikenal sangat peduli terhadap rakyatnya.

Bahkah, Raja Dharmawangsa pernah menurunkan tentara guna merebut perdagangan yang
dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Sayang, pertempuran tersebut nihil dan justru mengundang
serangan balik.

Akibat serangan balik tersebut, Raja Dharmawangsa terbunuh. Kejadian ini dikenal sebagai
penyerangan Pralaya. Selepas dari itu, Kerajaan Medang dipimpin oleh Raja Airlangga.

Raja Airlangga merupakan keponakan dari Raja Dharmawangsa. Ia merupakan anak dari
Raja Bali Udayana yang menikah dengan Mahendradatta atau saudara dari Raja
Dharmawangsa.

Terpilihnya Raja Airlangga karena seluruh keluarga Raja Dharmawangsa telah terbunuh
dalam penyerangan Pralaya. Sehingga Airlangga berusaha untuk membalas dendam dan
mengembalikkan kehormatan dari Kerajaan Medang.

Raja Airlangga berhasil memulihkan Kerajaan Medang dengan menaklukan raja-raja di


bawah Kerajaan Sriwijaya. Ia pun memindahkan Ibu Kota Kerajaan Medang ke Kahuripan.

Keruntuhan Kerajaan Medang


Runtuhnya Kerajaan Medang Kamulan dimulai setelah dipimpin oleh Raja Airlangga.
Kerajaan tersebut terpaksa dibagi menjadi dua kerajaan, yakni Kerajaan Janggala dan
Kerajaan Kediri.

Keputusan tersebut dilakukan oleh Raja Airlangga guna mencegah terjadinya perang saudara.
Diketahui, sang putri dari permaisuri Raja Airlangga memutuskan untuk tidak terlibat dalam
kerajaan dan menjadi seorang petapa.

Akhirnya, Kerajaan Medang diberikan putra-putra dari selir Raja Airlangga. Sehingga sejarah
Kerajaan Medang berakhir di zaman pemerintahan ini.

Peninggalan
Ada banyak peninggalan Kerajaan Medang Kamulan yang tercatat oleh sejarah. Pertama
Prasasti Mpu Sindok yang menceritakan kehidupan politik Kerajaan Medang Kamula di masa
Mpu Sindok.

Kemudian, Prasasti Bangli yang menceritakan pembangunan candi sebagai tempat


peristirahatan sang mertua dari Mpu Sindok, Rakyan Bawang.

Selain prasasti, Kerajaan Medang juga memiliki peninggalan candi seperti, Candi
Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Ijo yang terletak di Jawa Tengah.
F. Kerajaan Singasari

Sejarah Kerajaan Singasari


Pendirian Kerajaan Singasari tidak terlepas dari tokoh Ken Arok. Ken Arok awalnya hanya
menjabat sebagai pengawal dari seorang akuwu di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Ken
Arok membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istrinya, Ken Dedes. Setelah menjabat
sebagai adipati Tumapel, Ken Arok bersekutu dengan para Brahmana dan melakukan
pemberontakan di Kerajaan Kediri. Pemberontakan yang dilakukan oleh Ken Arok memaksa
Raja Kertajaya, raja Kediri menyerahkan kekuasaannya dan bepindah ke Kerajaan Singasari.
Ken Arok kemudian menjabat sebagai raja dari Kerajaan Tumapel atau dinamakan Kerajaan
Singasari.

Peta Kerajaan Singasari

Raja – Raja Kerajaan Singasari


 Ken Arok (1222-1227 M)
 Anusapati (1227-1248 M)
 Tohjaya (1248 M)
 Wisnuwardhana (1248-1272 M)
 Kertanegara (1272-1292 M)
Kehidupan Sosial Kerajaan Singasari
Kehidupan sosial Kerajaan Singasari berubah – ubah menyesuaikan pemimpinnya. Pada
masa pemerintahan Ken Arok, rakyat Singasari sangat terjamin. Pasca wafatnya Ken Arok,
akibat konflik keluarga kerajaan menyebabkan kehidupan sosial rakyatnya tidak mendapat
perhatian. Ketika masa pemerintahan Kertanegara masyarakat Singasari kembali teratur.

Kehidupan Politik Kerajaan Singasari


Kehidupan politik Kerajaan Singasari ditandai dengan adanya konflik keluarga Kerajaan
Singasari yang membuat kerajaan mengalami pergantian kepemimpinan. Pada masa
pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singasari melakukan ekspedisi Pamalayu untuk
memperluas wilayah Kerajaan Singasari.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari


Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Kertanegara. Kerajaan
Singasari menguasai seluruh Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Melayu dan Semenanjung Melayu. Kertanegara dikenal sebagai raja yang
menginginkan penyatuan atas wilayah Nusantara dibawah Singasari. Untuk mencapai cita –
cita tersebut, Kertanegara menerapkan upaya berikut :

 Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri


 Pengiriman ekspedisi ke Sumatera yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu (1275
M)
 Memantapkan struktur pemerintahan Singasari
 Agama Hindu dan Buddha sama-sama berkembang
Selain memperluas wilayah, Kertanegara juga mengembangkan perdagangan dan pelayaran.
Komoditas ekspor Singasari diantaranya beras, emas, kayu cendana dan rempah – rempah.
Pengausaan jalur perdagangan dari Selat Malaka hingga kepulauan Maluku menjadi bukti
kebesaran Kerajaan Singasari.

Runtuhnya Kerajaan Singasari


Keruntuhan Kerajaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Kertanegara. Runtuhnya
Singasari dikarenakan lemahnya pertahanan Singasari akibat terlalu mementingkan urusan
luar negeri daripada dalam negeri. Jayakatwang dari Kediri melakukan penyerangan ke
Singasari. Dampaknya, Kertangeara wafat dan Kerajaan Singasaripun runtuh.

Peninggalan Kerajaan Singasari


 Candi Kidal
 Candi Singasari
 Candi Jago
 Candi Katang Lumbang
 Candi Kangenan
 Prasasti Singasari
 Prasasti Malurung
G. Kerajaan Majapahit

Sejarah Singkat Majapahit


Sejarah Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari Kerajaan Singasari. Raden Wijaya merupakan
menantu Kertanegara, raja Kerajaan Singasari. Pada tahun 1292 M, terjadi pemberontakan di
Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang yang menyebabkan runtuhnya Singasari. Pada
waktu itu Raden Wijaya melarikan diri bersama Arya Wiraraja. Raden Wijaya kemudian
mendiami sebuah hutan di Trowulan yang merupakan tanah sima pada masa Kerajaan
Singasari. Wilayah ini kemudian dinamakan Majapahit.

Penamaan Majapahit didasarkan pada nama buah maja yang banyak ditemukan diwilayah
Trowulan serta memiliki rasa yang pahit. Wilayah Majapahit berkembang hingga mampu
menarik simpati penduduk Daha dan Tumapel. Niat balas dendam Raden Wijaya terbantu
lebih cepat setelah adanya pasuka Khubilai Khan yang tiba pada 1293. Setelah mengalahkan
Jaya Katwang, Raden Wijaya kemudian menyerang pasukan Mongol dibawah Kubulaikhan.
Setelah mengalahkan Mongol dan Kediri, Raden Wijaya kemudian diangkat menjadi raja
pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215. Setelah diangkat sebagai raja, Raden Wijaya
kemudian bergelar Kertarajasa Jayawardhana.

Pemberontakan di Majapahit
1. Pemberontakan Ranggalawe
2. Pemberontakan Lembu Sora
3. Pemberontakan Nambi
4. Pemberontakan Kuti
5. Pemberontakan Tanca
6. Pemberontakan Sadeng-Keta

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit


Selama berjalannya Kerajaan Majapahit banyak terjadi pemberontakan. Kerajaan Majapahit
mencapai masa kejayaan ketika masa kepemimpinan Hayam Wuruk (1350-1389 M). Masa
kejayaan Majapahit tidak terlepas dari peran Gajah Mada yang berhasil menumpas
pemberontakan serta mampu menyatukan Nusantara. Sumpah Palapa yang dicetuskan oleh
Gajah Mada memiliki arti untuk menaklukkan Nusantara dibawah Majapahit. Tercatat
wilayah Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan Filipina.

Selain memperluas wilayah, Majapahit juga menjalin hubungan dengan kerajaan disekitar
Asia Tenggara. Kejayaan Majapahit tidak terlepas dari armada laut dibawah Mpu Nala.
Berkat strategi dan kekuatan militernya Majapahit mampu menstabilkan wilayahnya serta
memperluas wilayah. Selama berjaya Kerajaan Majapahit menjadi pusat perdagangan dengan
komoditas ekspor yaitu lada, garam dan lengkeng.
Raja-raja Kerajaan Majapahit

 Raden Wijaya (1293-1309 M)


 Sri Jayanagara (1309-1328 M)
 Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M)
 Hayam Wuruk (1350-1389 M)
 Wikramawardhana (1389-1429 M)
 Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447 M)
 Prabu Brawijaya I (1447-1451 M)
 Prabu Brawijaya II (1451-1453 M)
 Prabu Brawijaya III (1456-1466 M)
 Prabu Brawijaya IV (1466-1468 M)
 Prabu Brawijaya V (1468 -1478 M)
 Prabu Brawijaya VI (1478-1489 M)
 Prabu Brawijaya VII (1489-1527 M)

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Pasca meninggalnya Gajah Mada dan Hayam Wuruk Kerajaan Majapahit mengalami
kemunduran. Hal ini diakibatkan oleh kurang cakapnya penerus Hayam Wuruk untuk
mengelola wilayah kekuasaan Majapahit. Berikut adalah faktor runtuhnya Majapahit :

 Banyak wilayah taklukkan yang melepaskan diri


 Terdapat konflik perebutan takhta
 Meletusnya Perang Paregreg
 Semakin berkembangnya pengaruh Islam di Jawa
Kerajaan Majapahit berakhir pada tahun 1527 setelah mendapatkan serangan dari pasukan
Sultan Trenggana dari Demak. Sejak saat itu wilayah kekusaan Majapahit berpindah ke
Kerajaan Demak.

Peninggalan Kerajaan Majapahit


Berikut adalah peninggalan Kerajaan Majapahit :

Prasasti
Prasasti Kudadu, Prasasti Sukamerta, Prasasti Prapancasapura, Prasasti Wringin Pitu, Prasasti
Wurare, Prasasti Balawi, Prasasti Parung, Prasasti Biluluk, Prasasti Karang Bogem, Prasasti
Katiden, dan Prasasti Canggu Prasasti Jiwu.

Candi
Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Wringin Lawang, Candi Brahu, Candi Pari, Candi
Penataran, Candi Jabung, Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Wringin Branjang, Candi
Surawana Candi Minak Jinggo, Candi Rimbi, Candi Kedaton, dan Candi Sumberjati.

Anda mungkin juga menyukai