Anda di halaman 1dari 25

KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini dibuktikan dengan
ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti berupa tiang batu) yang ditulis dengan huruf
pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India yang sudah mengenal Hindu.
Yupa mempunyai 3 fungsi utama, yaitu sebagai prasasti, tiang pengikat hewan untuk
upacara korban keagamaan, dan lambang kebesaran raja.

Dari tulisan yang tertera pada yupa nama raja Kundungga diperkirakan merupakan
nama asli Indonesia, namun penggantinya seperti Aswawarman, Mulawarman itu
menunjukan nama yang diambil dari nama India dan upacara yang dilakukannya
menujukan kegiatan upacara agama Hindu. Dari sanalah dapat kita simpulkan
bahwa kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.

Kerajan Kutai Mulawarman (Martadipura) didirikan oleh pembesar kerajaan Campa


(Kamboja) bernama Kudungga, yang selanjutnya menurunkan Raja Asmawarman,
Raja Mulawarman, sampai 27 (dua puluh tujuh) generasi Kerajaan Kutai.

 Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)


 Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
 Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
 Maharaja Marawijaya Warman
 Maharaja Gajayana Warman
 Maharaja Tungga Warman
 Maharaja Jayanaga Warman
 Maharaja Nalasinga Warman
 Maharaja Nala Parana Tungga
 Maharaja Gadingga Warman Dewa
 Maharaja Indra Warman Dewa
 Maharaja Sangga Warman Dewa
 Maharaja Candrawarman
 Maharaja Sri Langka Dewa
 Maharaja Guna Parana Dewa
 Maharaja Wijaya Warman
 Maharaja Sri Aji Dewa
 Maharaja Mulia Putera
 Maharaja Nala Pandita
 Maharaja Indra Paruta Dewa
 Maharaja Dharma Setia

Sementara itu pada abad XIII di muara Sungai Mahakam berdiri Kerajaan bercorak
Hindu Jawa yaitu Kerajaan Kutai Kertanegara yang didirikan oleh salah seorang
pembesar dari Kerajaan Singasari yang bernama Raden Kusuma yang kemudian
bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti dan beristerikan Putri Karang Melenu
sehingga kemudian menurunkan putera bernama Aji Batara Agung Paduka Nira.

Pendiri Kerajaan Kutai adalah Aswawarman. Sehingga beliau mendapat gelar


Wangsakerta yang berarti pembentuk keluarga raja. Selain itu, Raja Aswawarman
juga mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman yang berarti Dewa
Matahari.Pemberian gelar ini juga disebutkan pada stupa peninggalan Kerajaan
Kutai. Namun, dalam beberapa cerita juga disebutkan bahwa pendiri Kerajaan Kutai
adalah Kudungga. Tidak ada informasi otentik yang menyebutkan tentang siapa
pendiri kerajaan ini.

Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi
sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.

KERAJAAN TARUMANAGARA
Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia setelah
Kerajaan Kutai. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad 4-7 masehi atau 358M
(berdasarkan naskah wangsakerta). Tarumanagara didirikan oleh Jayasingawarman
yang datang dari India setelah kalah berperang di sana.
Tarumanegara juga meninggalkan banyak peninggalan seperti halnya kerajaan lain.
Namun, yang menarik adalah kerajaan ini juga disebutkan dalam sumber sejarah
negeri lain, yakni di Cina. Rasanya cukup pas jika kita memulai kisahnya dari
pendirinya terlebih dahulu.

Pendiri Kerajaan Tarumanegara

Purwadi (2014, hlm. 37) mengungkapkan bahwa berdasarkan naskah wangsakerta,


Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358.
Dalam naskah itu, dikatakan pada abad ke-4 Masehi nusantara didatangi oleh
sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan akibat terjadi peperangan
besar di sana.

Umumnya pengungsi tersebut berasal dari daerah kerajaan Palawa dan Calankaya di
India. Salah satu rombongan pengungsi tersebut dipimpin oleh seorang Maharesi
yang bernama Jayasingawarman.

Ketika telah mendapatkan persetujuan dari raja Jawa Barat (Dewawarman VIII, raja
Salakanagara) maka mereka membangun tempat pemukiman baru di dekat sungai
Citarum. Pemukiman tersebut disebut Tarumadesya (desa Taruma).

Sepuluh tahun berjalan ternyata desa ini banyak didatangi oleh orang-orang,
sehingga Tarumadesya menjadi besar. Pada akhirnya wilayah yang hanya setingkat
desa tersebut berkembang menjadi kota (nagara).

Lambat laun kota tersebut semakin menunjukkan perkembangan yang pesat,


sehingga Jayasingawarman membentuk kerajaan yang dinamakan Tarumanagara.

Letak Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat (tanah Sunda), di antara sungai


Citarum dan Cisadane. Para ahli membuat perkiraan tersebut berdasarkan prasasti-
prasasti peninggalan Tarumanegara yang ditemukan di sekitar sana.
Dari namanya, Tarumanegara diambil dari kata taruna yang diperkirakan berkaitan
dengan kata tarung yang artinya nila. Kata tarung digunakan sebagai nama sungai di
Jawa Barat, yaitu sungai Citarum. Berdasarkan itu pula, kebanyakan para ahli
memperkirakan pusat kerajaan Tarumanegara berada di dekat kota Bogor sekarang.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan ini banyak meninggalkan berbagai peninggalan yang menjadi bukti bahwa
kerajaan ini pernah berdiri. Peninggalan mencakup prasasti, topeng emas, dsb.
Menariknya lagi, nama kerajaan ini semat disebutkan dalam peninggalan dokumen
atau naskah bersejarah di negeri Cina .

Prasasti Kerajaan Tarumanegara

Salah satu peninggalan kerajaan ini adalah tujuh prasasti tarumanegara. Prasasti
ditemukan di tempat-tempat yang berbeda namun tidak terlalu jauh satu sama lain.
Berikut adalah beberapa prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Ciareteun
Prasasti Jambu (Koleangkak)
Prasasti Pasir Awi
Prasti Kebun Kopi
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Tugu

Kehidupan Kerajaan Tarumanegara

Berikut adalah kehidupan kerajaan tarumanegara dilihat dari beberapa aspek seperti
kehidupan politik, kehidupan agama, sosial-ekonomi.

Kehidupan Politik Tarumanegara

Raja Purnawarman tampaknya adalah raja yang paling berpengaruh dan disegani
baik oleh rakyat maupun musuhnya. Diperkirakan bahwa Purnawarman setidaknya
telah berkuasa selama 22 tahun. Ia juga berhasil membawa Tarumanegara ke masa
kejayaannya. Selain itu, Purnawarman juga telah berhasil menjalin hubungan
diplomatik dengan Cina.

Kehidupan Agama Tarumanegara

Agama yang dianut raja Purnawarman dan rakyatnya adalah agama Hindu Siwa,
dimana kaum Brahmana memegang peranan penting dalam upacara. Sedangkan
gambar telapak kaki Dewa Wisnu merupakan simbol karena Dewa Wisnu pada
umumnya dihormati sebagai dewa pelindung dunia.

Kehidupan Ekonomi Tarumanegara

Raja Purnawarman sangat memperhatikan kemakmuran rakyatnya. Ia bahkan


membangun sebuah kanal atau parit untuk kepentingan perekonomian rakyatnya
yang menyangkut: irigasi, pelayaran/ perdagangan, dan menghindari bahaya banjir.

Peninggalan artefaknya juga menunjukkan ciri atau aspek kepercayaan megalitik


yang telah berkembang dengan masyarakat yang cenderung memiliki mata
pencaharian dengan cara bercocok tanam (Munandar, 2011, hlm.21).

KERAJAAN PAJAJARAN
Berdirinya Kerajaan Pajajaran Sejarah Kerajaan Pajajaran tidak dapat terlepas dari
kerajaan-kerajaan pendahulunya, seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda
dan Galuh, serta Kawali. Hal ini disebabkan pemerintahan Kerajaan Pajajaran
merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Menurut Prasasti Sanghyang
Tapak, Raja Sri Jayabhupati mendirikan sebuah kerajaan pada 923 M di Pakuan
Pajajaran. Setelah Sri Jayabhupati, takhta kemudian jatuh ke tangan Rahyang
Niskala Wastu Kancana dengan pusat kerajaan berada di Kawali. Pada 1428, Sri
Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi dinobatkan dua kali untuk menerima takhta
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Periode terakhir Kerajaan Sunda dan Galuh ini
kemudian dikenal sebagai periode Kerajaan Pajajaran dengan pusat pemerintahan
kembali ke Pakuan Pajajaran.

Raja-raja Kerajaan Pajajaran

Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521 M), bertahta di Pakuan

Surawisesa (1521 – 1535 M), bertahta di Pakuan

Ratu Dewata (1535 – 1543 M), bertahta di Pakuan

Ratu Sakti (1543 – 1551 M), bertahta di Pakuan

Ratu Nilakendra (1551-1567 M), meninggalkan Pakuan

karena serangan Hasanudin dan Maulana Yusuf Raga Mulya (1567 –


1579 M), memerintah dari Pandeglang

Masa Keemasan Kerajaan Pajajaran Masa Keemasan Kerajaan Pajajaran dapat


dicapai pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang
memerintah antara 1482-1521 M.

KERAJAAN MELAYU
Kerajaan Melayu dalam sejarahnya merupakan bagian dari kerajaan tertua yang
berlokasi di dataran Sumatera. Keberadaannya disinyalir lebih dulu ada jauh
sebelum Sriwijaya didirikan serta berkuasa. Daerahnya dikenal sebagai tempat
penghasil emas. Sistem maritim yang ada di sana juga terkenal stabil serta
mendominasi.

Penamaanya terlukis dalam beberapa bahasa dan pengertian atas istilah yang
berkaitan. Seperti yang tertulis pertama dalam bahasa Tiongkok dengan huruf Ma-
La-Yu. Sedangkan pada beberapa kitab seperti Budha Purana penggunaan kata
tersebut bermakna sebagai tanah yang dikelilingi oleh air.
Berita kejayaan atas pemerintah yang dibangun oleh pemimpin Kerajaan Melayu
sempat tertuliskan ke dalam beberapa buku, yang kesemuanya berbahasa Tiongkok.
Banyak sekali cerita menarik yang bisa diambil dari sejarahnya, mulai dari masa
kejayaannya, hingga hal-hal yang berkaitan langsung tentang hal tersebut.

Letak dan Pendiri Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu disepakati memiliki lokasi kekuasaan di tengah wilayah Sriwijaya


dan juga Kedah. Letak dari pada pusat pemerintahannya bertempat di Minanga.
Selama masa pemerintahan berlangsung terhitung tiga kali berpindah daerah pusat
administratifnya, yaitu pertama di Dharmasraya kemudian Suruaso.

Berdiri sekitar abad ke 7, dengan seorang raja pertama bernama Srimat


Trailokyaraja Maulinbhusana Warmadewa. Kerajaan Melayu banyak dikenal dengan
sistemnya yang selalu mengalami pasang surut hingga harus berpindah-pindah
wilayah pemerintahan pusatnya. Banyak sekali yang mencoba mengabadikan
perjalanan kerajaan ini dalam beberapa karya tulis ataupun peninggalan lainnya.

Kehidupan Kerajaan Melayu

1. Kehidupan Politik Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu memiliki kehidupan politik yang cukup stabil. Dikatakan bahwa
ada sebuah konflik berarti yang terjadi dengan wilayah sekutu saat itu. Namun,
beberapa sumber juga menyatakan bahwa kedudukan pemerintahannya selalu
mengalami pasang surut. Perseteruannya dengan Sriwijaya berlangsung cukup
sengit dan melibatkan banyak hal, hingga akhirnya dipaksa untuk mengalah.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Melayu

Keberadaan Kerajaan Melayu yang strategis dan berada di tengah wilayah pelayaran
atau sebuah selat tentunya sangat mempengaruhi sistem perdagangannya.
Diketahui bersama pada masa pemerintahannya kehidupan ekonominya disokong
dan menjadi sangat stabil karena sektor ini. Bahkan kemapanannya pada bidang
maritim diakui oleh beberapa daerah lain di luar kekuasaannya.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Melayu


Kerajaan Melayu dipengaruhi oleh kebudayaan Budha yang dibawa oleh pedagang
dari India, sehingga terdapat sebuah susunan struktur sosial dianutnya. Suku dan
ras yang ada di sana juga sangat majemuk karena banyaknya pedagang dari luar
negeri singgah dan bahkan menetap dengan status perkawinan bersama warga lokal.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu menganut dua keyakinan dalam kehidupan agamanya. Dimana


diketahui bersama bahwa Raja dan jajarannya menganut agama Budha sebagai
kepercayaannya. Sedangkan bagi warga biasa atau orang dari golongan rakyat biasa
menganut kepercayaan tradisional sebagai agamanya.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu memiliki kehidupan budaya yang banyak dipengaruhi oleh


beberapa negara lain seperti India dan juga arab. Pasalnya lokasi pemerintahannya
memungkinkan untuk terjadi percampuran antara keduanya. Dimana diketahui
bersama dalam sistem sosial sudah jelas terdapat stratifikasi, dan untuk agama juga
terdapat kemajemukan. Sehingga budaya yang dihasilkan juga beragam.

Silsilah Kerajaan Kerajaan Melayu

1. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa


2. Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
3. Akarendrawarman
4. Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali
5. Ananggawarman

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Melayu

1. Banyaknya Kerajaan Baru

Sebagai kerajaan tertua yang pertama ada di dataran Sumatera, memang pada
awalnya mendapatkan kedudukan yang sangat strategis ditambah dengan kekayaan
alam yang dimilikinya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu munculah
kerajaan-kerajaan baru di sekitar area kekuasaannya. Dimana hal ini menjadikan
kedudukannya semakin terdesak dan mengalami banyak tekanan.

2. Perekonomian

Setelah merasa terdesak dengan munculnya kerajaan baru di sekitar wilayah


kekuasaannya kemudian kehidupan ekonominya ikut terkena imbas. penguasaan
atas pelabuhan yang menjadi sumber utama dari perdagangannya telah dikuasai
oleh Sriwijaya sehingga pendapatan menjadi berkurang. Sehingga lambat laun
kekuasaannya menjadi melemah dan mendapati sebuah kekalahan.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Melayu

1. Prasati Amonghapasa

2. Prasrati Masjusri

Mada.

3. Prasasti radang Roco

4. Prasasti Kedukan Bukit

KERAJAAN KALINGGA
Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha di
Jawa yang berdiri pada abad ke-6 hingga abad ke-7. Letak kerajaan ini berada di
pantai utara Jawa Tengah, antara Kabupaten Pekalongan dan Jepara. Pendiri
Kerajaan Kalingga adalah keturunan Dinasti Syailendra, yang nantinya menjadi
penguasa Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Ratu Shima yang berkuasa antara 674-695 M. Tidak banyak
cerita maupun keterangan mengenai Kerajaan Kalingga. Bukti-bukti yang
menyebutkan keberadaannya lebih banyak berasal dari Tiongkok, salah satunya
berasal dari pendeta bernama Hwi-ning yang mengunjungi Kerajaan Kalingga pada
664-667 M. Raja-raja Kerajaan Kalingga Prabhu Wasumurti (594-605 M) Prabhu
Wasugeni (605-632 M) Prabhu Wasudewa (632-652 M) Prabhu Wasukawi (652 M)
Prabhu Kirathasingha (632-648 M) Prabhu Kartikeyasingha (648-674 M) Ratu
Shima (674-695 M) Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Kalingga Kehidupan politik
Kerajaan Kalingga Meski hanya berdiri sekitar satu abad, Kerajaan Kalingga pernah
membawahi 28 kerajaan kecil yang diberi kebebasan dalam mengatur
pemerintahannya sendiri. Akan tetapi, kerajaan-kerajaan tersebut harus tunduk
pada peraturan kerajaan, menyerahkan upeti tahunan, dan mengakui sebagai
bawahan Kerajaan Kalingga. Penguasa kerajaan kecil tersebut adalah kerabat dekat
penguasa Kalingga. Kehidupan ekonomi Kerajaan Kalingga Perekonomian Kerajaan
Kalingga bertumpu pada sektor perdagangan dan pertanian. Letaknya yang berada
di pesisir utara Jawa menyebabkan sektor perdagangan maritim dapat berkembang
pesat. Komoditas perdagangan Kalingga antara lain, kulit penyu, emas, perak, cula
badak, dan gading. Sementara itu, wilayah pedalaman yang subur dimanfaatkan
untuk mengembangkan kegiatan pertanian dengan hasil utama berupa padi. Selain
itu, sebagian penduduknya pandai membuat minuman dari bunga kelapa dan bunga
aren.

KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya bermula dari daerah pantai timur Sumatra yang telah menjadi
jalur perdagangan ramai dan banyak dikunjungi para pedagang India dari sekitar
awal tahun masehi. Karena keadaan tersebut, mulai bermunculan pusat-pusat
perdagangan pula di sekitar sana. Lambat laun, pusat-pusat perdagangan tersebut
berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil di sekitar abad ke-7 masehi.

Letak Kerajaan Sriwijaya

Letak geografis kerajaan Sriwijaya diperkirakan terdapat di Palembang. Namun, ada


pula yang berpendapat di Jambi, bahkan di luar Indonesia. Meskipun begitu,
pendapat yang paling banyak didukung oleh para ahli sejarah adalah bahwa lokasi
Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang.
Daerah Kekuasaan Sriwijaya

Sriwijaya berpusat di antara Sumatera Selatan, sebagian Malaysia, dan sebagian


besar pulau Jawa. Ketika berjaya, daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sangatlah
luas bahkan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Jawa, Kalimatan, dan Sulawesi.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti-prasasti yang banyak
ditemukan di sekitar wilayah Sumatera bagian selatan. Selain itu terdapat pula
beberapa prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, bahkan di mancanegara. Berikut
adalah pemaparannya.

Prasasti Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Talang Tuo

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Kota Kapur

Prasasti Karang Berahi

Perkembangan Kerajaan Sriwijaya

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan ini berkembang. Faktor-


faktor yang menyebabkan kerajaan Sriwijaya berkembang di antaranya adalah
sebagai berikut.

Letak geografis dari Kota Palembang.

Di depan muara sungai Musi terdapat pulau-pulau yang dapat berfungsi sebagai
pelindung, sehingga ideal untuk kegiatan pertahanan dan pemerintahan. Lokasi ini
juga merupakan jalur perdagangan internasional (terutama dari India dan Cina).
Sungai besar, peran laut juga cocok untuk penduduknya yang telah memiliki bakat
sebagai pelaut ulung.
Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam.

Kamboja telah menaklukan Funan di Vietnam, sehingga memberikan kesempatan


bagi Kerajaan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim.

Kehidupan Agama Sriwijaya

Kehidupan beragama di Sriwijaya sangatlah kuat dan semarak. Bahkan Sriwijaya


berhasil menjadi pusat agama Buddha Mahayana di kawasan Asia Tenggara. I-tsing
dalam catatannya menceritakan bahwa ribuan pelajar dan pendeta agama Buddha
tinggal di Sriwijaya.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berhubungan dengan perkembangan agama


meliputi:

1. Candi Muara Takus, ditemukan di dekat Sungai Kampar di daerah Riau;


2. Arca Buddha, ditemukan di daerah Bukit Siguntang;
3. Wihara Nagipattana, dibangun oleh Sriwijaya di Nagipattana, India Selatan.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Nama raja kerajaan Sriwijaya yang paling terkenal adalah Balaputradewa. Ia


memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya
berkembang pesat dan mencapai masa kejayaan atau zaman keemasan.

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Beberapa faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya lainnya (Kemdikbud, 2017, hlm.


109) meliputi:
Keadaan alam sekitar Sriwijaya yang berubah, tidak dekat lagi dengan pantai. Hal
tersebut disebabkan perubahaan aliran sungai Musi, Ogan, dan Komering membawa
banyak lumpur sehingga tidak kondusif untuk perdagangan.

Banyak daerah kekuasaan yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Hal ini
diperkirakan disebabkan oleh melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga
pengawasan menjadi semakin sulit.

Sriwijaya mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Utamanya, serangan


yang diluncurkan oleh Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala pada tahun
1017 M dan 1024 M. Kemudian tahun 1275 Kartanegara dari Singhasari melakukan
ekspedisi Pamalayu yang menyebabkan daerah Melayu lepas dari genggaman
Sriwijaya.

KERAJAAN MATARAM
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno cukup panjang yang dimulai sejak abad ke-6 M.
Kerajaan Mataram Kuno atau sering juga disebut dengan Kerajaan Mataram Hindu
atau Kerajaan Medang merupakan kerajaan penerus dari Kerajaan Kalingga di Jawa
yang diperkirakan eksis pada abad ke-8 hingga 10 Masehi.

Lokasi Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua periode
berdasarkan lokasi atau ibu kota pemerintahannya. Pertama adalah periode awal
Kerajaan Medang yaitu di Jawa Tengah di bawah Wangsa Sanjaya dan Sailendra
(732-929 M), serta yang kedua ketika pindah ke Jawa Timur dan dikuasai oleh
Wangsa Isyana (929-1016 M).

Lokasi tepatnya pusat Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Tengah diperkirakan
berada di Bhumi Mataram atau Yogyakarta pada masa awal berdirinya di bawah
pemerintahan Rakai Mataram Sang Sanjaya.

Kerajaan Mataram Kuno punya banyak peninggalan yang berupa candi-candi


megah, termasuk Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan, Candi Kalasan,
dan Candi Sewu di Yogyakarta, serta beberapa candi lainnya.
Toleransi Beragama Masa Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno terkenal dengan
toleransi beragama yang kuat antara umat Hindu dengan Buddha, seperti terlihat
dalam pembangunan Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Prambanan, dan
lainnya. Hal ini tidak terlepas dari peran para pemimpinnya yang mengajarkan
toleransi.

Raja-Raja Mataram Kuno

Periode Jawa Tengah

Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)

Rakai Panangkaran (760-780 M)

Rakai Panunggalan alias Dharanindra (780-800 M)

Rakai Warak alias Samaragrawira (800-820 M)

Rakai Garung alias Samaratungga (820-840 M)

Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)

Rakai Kayuwani alias Dyah Lokapala (856-882 M)

Rakai Watuhumalang (882-899 M)

Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M)

Mpu Daksa (915-919 M)

Rakai Layang Dyah Tulodong (919-924 M)

Rakai Sumba Dyah Wawa (924 M)

Masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno

Pemerintahan Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya


Mahasambu berlangsung selama 12 tahun, yakni antara 899-911. Raja Dyah Balitung
meninggalkan prasasti dalam jumlah sangat banyak, sejauh ini ditemukan sekitar 45
prasasti. Prasastinya tidak hanya ditemukan di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah,
tetapi hingga Jawa Timur.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno

Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno bermula ketika kerajaan ini terpecah menjadi
dua bagian. Kerajaan Mataram Kuno pertama kali dipimpin oleh Raja Sanjaya yang
bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Hal ini dibuktikan dengan Prasasti
Canggal dan Carita Parahyangan.

Selama memerintah, Raja Sanjaya dikenal sebagai sosok raja yang adil, bijaksana,
dan taat beragama. Di bawah pemerintahannya juga, wilayah Kerajaan Mataram
Kuno semakin meluas dan rakyatnya hidup sejahtera. Kerajaan ini juga menjadi
pusat pembelajaran agama Hindu, yang dibuktikan dengan banyaknya pendeta yang
berkunjung dan menetap di Mataram. Sayangnya, pada pertengahan abad ke-8, Raja
Sanjaya meninggal dunia. Kedudukannya kemudian digantikan oleh sang putra,
Rakai Panangkaran. Setelah Rakai Panangkaran wafat, Kerajaan Mataram Kuno
mengalami kekosongan kekuasaan karena ia tidak memiliki pewaris tahta.
Akibatnya, jabatan raja diberikan kepada Mpu Sindok, penasihatnya.

KERAJAAN MEDANG KAMULAN

Kerajaan Medang

Kerajaan ini berada di Pulau Jawa.

Kadang kerajaan ini disebut sebagai kerajaan lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno.

Sebenarnya ibukota dari Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu yaitu
Medang Kamulan.

Nama kamulan merupakan perubahan dari suku kata “kamulyaan” atau


“kemuliaan”.
Namun, para peneliti ada yang mengatakan bahwa Medang Kamulan adalah ibukota
dari Kerajaan Jenggala atau Kerajaan Kediri.

Kerajaan Medang adalah kerajaan yang berdiri pada abad ke-8 dan didirikan oleh
seorang awalnya pejabat istana yaitu Mpu Sindok.

Jabatan Mpu Sindok cukup penting karena mempunyai posisi tertinggi sesudah raja
yang bergelar Rakryan Mapatih Hino atau Rakryan Mahamantri i Hi.

Keruntuhan Kerajan Mataram Kuno atau Mataram Hindu, memberi kesempatan


untuk Mpu Sindok mendirikan Kerajaan Medang Kamulan dan membentuk Dinasti
Isyana atau Wangsa Isyana.

Dinasti ini sering dikatakan dinasti ketiga dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno,
setelah Mpu Sindok mendirikan istana baru di Tamwlang pada tahun 929 M.

Dalam prasasti peninggalan Mpu Sindok menjelaskan dengan tegas kelanjutan


kerajaannya dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa Kerajaan Medang yang pada awalnya berdiri di
Jawa Tengah atau Mdanj i Bumi Mataram.

Namun, lokasi awalnya tidak diketahui dengan tepat, tapi diperkirakan berada di
sekitar Yogyakarta dan Candi Prambanan.

Lalu berpindah ke Poh Pitu dan Mamrati.

Dan pada abad ke-10 berdasarkan ditemukannya beberapa prasasti, Kerajaan


Medang pindah ke Jawa Timur dengan lokasi yang bermuara di Sungai Brantas.

Dengan ibukota bernama Watan Mas.

Silsilah (Raja-Raja) Kerajaan Medang

Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang di bawah Dinasti Isyana atau
Wangsa Isyana yaitu sebagai berikut :

1. Mpu Sindok
2. Raja Sri Isyana Tunggawijaya
3. Sri Makutawangsawardhana
4. Dharmawangsa Teguh
5. Airlangga

Masa Kejayaan Kerajaan Medang

Masa Kejayaan Medang terjadi saat Raja Airlangga yang berkuasa.


Raja Airlangga jagalah yang jadi raja terkenal di Kerajaan Medang.
Hal tersebut tertuang dalam sastra karya Mpu Kanwa dengan judul Arjuna Wiwaha.
Berhasil mengalahkan kerajaan di sekitar wilayahnya Airlangga semakin berusaha
dengan keras memulihkan kewibawaan kerajaannya.
Airlangga juga berhasil memindahkan pusat pemerintahannya ke Kahuripan.
Usaha-usaha yang dilakukan Raja Airlangga untuk meningkatkan kemakmuran
kerajaannya sebagai berikut :
Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah terjadinya banjir musiman.
Membangun jalan-jalan yang menjadi penghubung pasar pesisir ke pusat kerajaan.
Melakukan perbaikan pelabuhan hujung Galuh, di muara Kali Brantas.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Medang
Keruntuhan pada Kerajaan Medang saat Airlangga memilih untuk menjadi seorang
pertapa.
Pulang dari persembunyiannya Airlangga lalu menikahi seorang putri dari Kerajaan
Sriwijaya yaitu putri Sanggramawijaya.
Pernikahan politik itu dimanfaatkan sebaik mungkin.
Diantaranya yaitu untuk keamanan dan agar dia bisa leluasa membangun
kerajaannya.

Pada masa tuanya Raja Airlangga akhir mengundurkan diri sebagai raja dan memilih
menjadi pertapa.
Ia bertapa dan mendalami agama Wisnhu di Gunung Penanggungan.
Putri Mahkota Raja Airlangga yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi (Prasassti Turun
Hyang 1035) menolak menjadi raja dan mengikuti jejak sang ayah menjadi pertapa.
Akhirnya Raja Airlangga membagi dua kerajaan yang di berikan pada dua putranya
dari selirnya.
Sri Samarawijaya berhak atas kerajaan sebelah barat di sebut Kadiri dengan ibukota
Daha.
Dan untuk Mapanji Garasakan menguasai kerajaan timur di sebut Janggala dengan
ibukota Kahuripan.

KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri merupakan hasil dari perpecahan Kerajaan Medang Kamulan yang
dipecah jadi 2 oleh Raja Airlangga.

Airlangga sendiri merupakan Raja Medang Kamulan yang naik tahta tahun 1019
Masehi, dengan kondisi kerajaan yang sedang mengalami penurunan.

Berkat kearifannya, Medang Kamulan pun berhasil dikembalikan situasinya.

Setelah itu, Ibu kota pemerintahan pun dipindah ke daerah Kahuripan dan akhirnya
mencapai puncak kejayaan.

Menurut berita yang dimuat dalam Serat Calon Arang, di akhir masa
kepemimpinannya, Airlangga memindahkan pusat kerajaan ke Kota Daha.

Sementara setelah itu ia juga ikut mengundurkan diri dari kerajaan untuk menjadi
seorang pertapa yang dikenal dengan nama Resi Gentayu.

Penerus tahta kerajaan jatuh ke tangan putrinya yang bernama Sri Sanggramawijaya.

Tapi, karena ia juga ingin jadi seorang pertapa, tahta kerajaan akhirnya
diperebutkan oleh kedua putranya, yakni Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Kerajaan Kediri merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu yang berdiri antara
tahun 1042 Masehi hingga 1222 Masehi.

Pusat pemerintahannya terletak di Kota Daha, atau yang sekarang menjadi wilayah
Kota Kediri.

Sebenarnya, nama Daha berasal dari kata Dahanapura, yang diartikan sebagai Kota
Api. Penaman ini dapat ditemukan dalam Prasasti Pamwatan yang dibuat Raja
Airlangga tahun 1042 Masehi.

Sebelum di Daha, pusat kerajaan awalnya berada di Kota Kahuripan.

Hal ini sesuai dengan apa yang terpahat dalam prasasti buatan tahun 1042 Masehi
dan Serat Calon Arang.
Silsilah Raja

1. Raja Sri Jayawarsa


2. Raja Bameswara
3. Raja Jayabaya
4. Raja Sri Sarweswara
5. Raja Sri Aryeswar
6. Raja Sri Ganda
7. Raja Sri Kameswara
8. Raja Sri Kertajaya

Agama yang berkembang dan tersebar di Kerajaan Kediri adalah Agama Hindu
aliran Waisnawa, yang percaya bahwa Airlangga merupakan titisan Dewa Wisnu.

Di berbagai wilayah terdapat tempat ibadah yang banyak jumlahnya.

Seseorang yang berperan sebagai guru kebatinan memiliki tempat terhormat di


kalangan masyarakat, termasuk dari pejabat kerajaan.

Sumber sejarah juga menyebutkan, kalau Prabu Jayabaya merupakan seorang raja
yang rajin bersemedi, bertapa, dan tirakat di daerah yang sepi seperti di hutan.

Aktifitas ini sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari, dengan melakukan banyak


puasa dan mengurangi waktu tidur selama tirakat.

Masa Kejayaan

Puncak keemasan Kerajaan Kediri, terjadi saat Raja Jayabaya berkuasa.

Pada era kepemimpinannya, kekuasaan Kerajaan Kediri meluas sampai hampir ke


seluruh penjuru Pulau Jawa.

Pengaruh Kerajaan Kediri juga sampai ke Sumatra, yang saat itu sedang di bawah
kendali Kerajaan Sriwijaya.

Di tangannya pula, Kerajaan Jenggala berhasil ditaklukkan dan disatukan dengan


Kerajaan Panjalu jadi Kerajaan Kediri.

Sejarah kemenangan ini bisa ditemui pada Prasasti Ngatan (1135 Masehi).

Tak ayal, rakyat pun merasakan kenikmatan luar biasa dengan keadaan negara yang
gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja yang artinya negara penuh
dengan kekayaan alam melimpah, dan kehidupan aman dan sejahtera.
Penyebab Keruntuhan

Kemunduran Kerajaan Kediri mulai dialami pada saat Raja Kertajaya memerintah.

Pada tahun 1222 Masehi, terjadi perselisihan antara Prabu Kertajaya dan kaum
brahmana.

Saat itu, hak-hak para brahmana mulai dicabut, sehingga menyebabkan keberadaan
para brahmana ini sudah tak aman lagi di kerajaan.

Lalu, mereka melarikan diri ke Tumapel dan meminta bantuan Ken Arok.

Mengetahui hal ini, Kertajaya segera mengutus bala tentara untuk menyerbu
Tumapel.

Sementara, di lain pihak, Tumapel mendapat dukungan penuh dari para brahmana
untuk menyerang balik Kerajaan Kediri.

Akhirnya, kedua pasukan berperang di dekat Genter, Malang dan peperangan


dimenangkan pihak Tumapel.

KERAJAAN MAJA PAHIT


Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit bermula dari permohonan Raden Jayawijaya
kepada Jayakatwang untuk membuka hutan di daerah Tarik. Jayakatwang
merupakan raja Kerajaan Gelanggelang. Ia adalah sosok yang berpengaruh terhadap
keruntuhan Kerajaan Singasari. Kertanegara, pemimpin Singasari yang juga mertua
Raden Jayawijaya, gugur akibat serbuan tentara Gelanggelang yang dikirim
Jayakatwang. Istana Singasari pun telah diduduki. Hal tersebut membuat Raden
Wijaya bersama istrinya dan sejumlah pasukan yang tersisa, meninggalkan Singasari
untuk menuju Madura. Mereka hendak menemui Adipati Wiraraja.

Majapahit• Raden Wijaya (1293-1309 M)

• Sri Jayanagara (1309-1328 M)

• Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M)

• Hayam Wuruk (1350-1389 M)

• Wikramawardhana (1389-1429 M)

• Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447 M)

• Prabu Brawijaya I (1447-1451 M)

• Prabu Brawijaya II (1451-1453 M)


• Prabu Brawijaya III (1456-1466 M)

• Prabu Brawijaya IV (1466-1468 M)

• Prabu Brawijaya V (1468 -1478 M)

• Prabu Brawijaya VI (1478-1489 M)

• Prabu Brawijaya VII (1489-1527 M)

Konon awal mula Kerajaan Majapahit berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Singasari
akibat Pemberontakan Jayakatwang pada tahun 1292 M.

Cucu Kartanegara (raja Singosari dikalahkan Jayakatwang) yang berada di bawah


tekanan, yaitu Raden Wijaya kemudian melarikan diri.

Selama pelariannya, ia menerima bantuan dari Arya Wiraja. Raden Wijaya


kemudian membuat desa kecil di hutan Trowulan dan diberi nama desa Majapahit.

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit

Meskipun sering memberontak pada tahap awal, kerajaan Majapahit tumbuh


menjadi kerajaan terbesar di Nusantara. Masa kejayaan kerajaan datang ketika
dipimpin oleh Hayam Wuruk (1350-1389 M). Kejayaan Majapahit tak luput dari
peran Gajah Mada, sang mahapatih yang berhasil menumpas segala pemberontakan
dan bersumpah untuk menyatukan nusantara.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah wafatnya Gajah Mada


dan Hayam Wuruk. Sejak saat itu, para penerusnya tidak ada yang cakap dalam
mengelola luasnya kekuasaan Majapahit. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang
mendorong runtuhnya Kerajaan Majapahit, di antaranya:

• Banyak wilayah taklukkan yang melepaskan diri

• Terdapat konflik perebutan takhta

• Meletusnya Perang Paregreg

• Semakin berkembangnya pengaruh Islam di Jawa

Kekuasaan Kerajaan Majapahit benar-benar berakhir pada 1527, setelah ditaklukkan


oleh pasukan Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak. Sejak saat itu, wilayahnya
yang tersisa diambil alih oleh Kesultanan Demak.Peninggalan Kerjaan
MajapahitMeski telah runtuh beberapa abad lalu, hingga kini masyarakat modern
tetap dapat menyaksikan sisa-sisa peninggalan kerajaan Majapahit. Saksi bisu
kejayaan Majapahit muncul dalam berbagai rupa seperti situs, candi, kitab, dan
arsitektur.Situs Trowulan :

Sebagai salah satu pusat pemerintahan, kerajaan Majapahit banyak meninggalkan


warisannya seperti prasasti Wurare, Kudadu, Sukamerta, Balawi, Prapancasapura,
Parung, Canggu, Biluluk, Karang Bogem, Katiden.Candi :

Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Wringin Lawang, Candi Brahu, Candi Pari,
Candi Penataran, Candi Jabung, Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Wringin
Branjang, Candi Surawana Candi Minak Jinggo, Candi Rimbi, Candi Kedaton, dan
Candi Sumberjati.Prasasti :

Prasasti Kudadu, Prasasti Sukamerta, Prasasti Prapancasapura, Prasasti Wringin


Pitu, Prasasti Wurare, Prasasti Balawi, Prasasti Parung, Prasasti Biluluk, Prasasti
Karang Bogem, Prasasti Katiden, dan Prasasti Canggu Prasasti Jiwu. (OL-13)

KERAJAAN SINGA SARI


Sejarah Kerajaan Singhasari terkait erat dengan sosok Ken Angrok (1222–1247) yang
mendirikan Wangsa Rajasa dan Kerajaan Tumapel. Dikutip dari Neo Patriotisme:
Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa (2008) karya H.M. Nasruddin Anshoriy,
Ch., lokasi kerajaan Hindu-Buddha ini sekarang diperkirakan berada di daerah
Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Nama sebenarnya dari Kerajaan Singhasari adalah Kerajaan Tumapel, sedangkan ibu
kotanya berada di Kutaraja. Asal-usul penamaan Singhasari berawal ketika Raja
Wisnuwardhana menunjuk anaknya, Kertanagara, sebagai putra mahkota dan
mengganti nama pusat pemerintahan kerajaan menjadi Singhasari. Singhasari yang
sebenarnya merupakan nama ibu kota justru lebih terkenal daripada nama
kerajaannya, yakni Tumapel. Pada akhirnya, masyarakat terbiasa menyebut
Kerajaan Tumapel dengan nama Kerajaan Singhasari.

Silsilah Wangsa Rajasa

Ada dua versi dalam mengidentifikasi sejarah Tumapel atau Singhasari, yaitu
Pararaton dan Kakawin Nagarakretagama.

Berikut daftar raja Tumapel atau Singhasari menurut versi Pararaton.

1. Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi (1222–1247);


2. Anusapati (1247–1249);
3. Tohjaya (1249–1250);
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272);
5. Kertanagara (1272–1292).
Berikut daftar raja Tumapel atau Singhasari menurut versi Nagarakretagama.

1. Sri Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra (1222–1227);


2. Anusapati (1227–1248);
3. Wisnuwardhana (1248–1254);
4. Kertanagara (1254–1292).

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Singosari


Walaupun Kertanegara merupakan salah satu raja yang membawa Kerajaan Singosari pada
masa puncak kejayaannya. Namun Ia juga menjadi raja yang membawa Kerajaan Singosari
pada masa keruntuhannya. Hal itu terjadi karena Kertanegara justru lebih fokus pada
strateginya dalam mengembangkan kekuasaan Kerajaan Singosari melalui sistem ketahanan
lautnya.

Oleh karena itu, Ia justru abai dengan pertahanan yang berasal dari dalam kerajaan itu sendiri.
Saat Kertanegara sedang fokus dengan misinya dalam mengembangkan kekuasaannya,
Jayakatwang yang masih mempunyai garis keturunan Kerajaan Kediri mulai memberikan
serangan kepada Kerajaan Singosari. Usaha tersebut semakin dilancarkan karena
Jayakatwang dibantu oleh Wiraraja yang sebelumnya sudah pernah dijatuhkan dari keraton.

Dari Wiraraja, akhirnya Jayakatwang mengetahui waktu yang tepat untuk melaksanakan
serangan ke Kerajaan Singosari. Pada saat itu, Singosari diserang dari dua arah sekaligus,
yaitu dari arah utara dan selatan. Akan tetapi, ternyata serangan yang berasal dari arah utara
justru malah mengecoh pasukan yang dipimpin oleh Ardharaja dan juga Raden Wijaya.
Sementara serangan yang berasal dari arah Selatan justru yang paling berdampak sampai
menewaskan Kertanegara. Meninggalnya Kertanegara kemudian menjadi akhir dari masa
kejayaan Kerajaan Singosari. Kemudian wilayah Singosari dikuasai oleh Jayakatwang dan Ia
membuat ibukota baru.

Peninggalan Kerajaan Singosari


1. Candi Singosari

2. Prasasti Mula Malurung

3. Candi Kidal

KERAJAAN BALI
Sejarah Singkat Kerajaan Bali

Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur, tepatnya di
sebelah timur Pulau Jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan Pulau Jawa. Ketika kerajaan Majapahit runtuh, banyak dari rakyat
Majapahit yang melarikan diri kemudian menentap di Bali. Sehingga sampai saat ini masih
ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali adalah pewaris tradisi Majapahit.
Kerajaan Bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau berukuran kecil yang tak
jauh dari Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil
yang dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa sehingga bisa dikatakan pulau ini masih
dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa.

Letak Kerajaan Bali

Kerajaan Bali merupakan sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau kecil yang tak jauh
dari Jawa Timur dengan nama yang sama. Kerajaan Bali umumnya bercorak agama Hindu.
Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena
letak kedua pulau ini berdekatan.

Peninggalan Kerajaan Bali

 Prasasti Blanjong
 Prasasti Panglapuan
 Prasasti Gunung Panulisan
 Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
 Candi Padas di Gunung Kawi
 Pura Agung Besakih
 Candi Mengening
 Candi Wasan.

Raja Kerajaan Bali

1. Sri Kesari Warmadewi


2. Ratu Sri Ugrasena
3. Tabanendra Warmadewa
4. Jayasingha Warmadewa
5. Jayashadu Warmadewa
6. Sri Wijaya Mahadewi
7. Dharma Udayana Warmadewa
8. Maraka
9. Anak Wungsu
10. Jaya Sakti
11. Bedahulu

Masa Kejayaan Kerajaan Bali

Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, system pemerintahan Kerajaan


Bali semakin jelas.

Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putri dari raja
Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan Kerajaan Bali semakin kuat.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Bali

Dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang dikenal dengan
nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo
Iwa.

Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di
bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih Majapahit itu
mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah sumur itu
selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki
Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang
dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai
ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa,
Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343.

Patih Kebo Iwa yang berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit, sesampainya di Majapahit
Kebo Iwa dibunuh.

Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali, lalu
ia menangkap raja Bali yaitu Gajah Waktra sehingga kerajaan Bali berada di bawah
kekuasaan Majapahit.

Anda mungkin juga menyukai