1. Kerajaan Kutai
Nama Raja :
1. Kudungga (pendiri)
2. Aswawarman
3. Mulawarman (terbesar)
Pada masa akhir pemerintahan raja Tarumanagara yang terakhir, yaitu Sri
Maharaja Linggawarman (666-669 M), Kerajaan Tarumanagara pecah menjadi
dua yaitu Kerajaan Sunda yang merupakan kelanjutan Kerajaan Tarumanagara
di bawah kekuasaan menantunya bernama Tarusbawa, dan Kerajaan Galuh di
bawah Wretikandayun. Baik Sunda maupun Galuh sebelumnya merupakan
kerajaan bawahan Tarumanagara.
Sumber Sejarah :
Prasasti Rakrayan Jurupangambat
Prasasti Horen
Prasasti Citasih
Prasasti Astanagede
Kitab Kidung Sundayana
Kitab Carita Parahyangan
Nama Raja :
1. Tarusbawa (pendiri) 5. Sri Baduga Maharaja (terbesar)
2. Jayabhupati 6. Hyang Wuni Sora
3. Niskala Wastu Kancana 7. Prabu Surawisesa
4. Dewa Niskala 8. Prabu Ratu Dewata
Kehidupan sosial : Rakyat telah mengenal sistem sistem pertanian yang baik
Raja yang paling terkenal dari Kerajaan Pajajaran adalah Sri Baduga
Maharaja. Nama Sri Baduga Maharaja yang dalam Kitab Pararaton di
ceritakan terlibat dalam Perang Bubat dengan Kerajaan Majapahit pada tahun
1357.
Sumber sejarah kerajaan ini kebanyakan diperoleh dari Berita dari China
yaitu I-Tsing (ditulis pada masa Dinasti Tang), tradisi atau kisah setempat, dan
naskah Carita Parahyangan. Beberapa hal mengenai Kerajaan Kalingga yang
disebut dalam catatan I-Tsing adalah sebagai berikut.
Kehidupan sosial : Rakyat teratur karena dipimpin raja yang sangat adil.
Sumber sejarah, Berita dari China yaitu I-Tsing (ditulis pada masa Dinasti
Tang 618-906 M), misalnya mencatat tentang datangnya utusan dari Mo-lo-yeu
pada tahun 644 M dalam rangka hubungan dagang, dengan membawa hasil
bumi sebagai perkenalan. Disebutkan juga telah berdiri beberapa kerajaan di
Sumatra seperti To-lang-po-hwang (Tulangbawang), Mo-lo-yeu (Melayu) dan
Che-li-fo-che (Sriwijaya).
Nama Raja :
1. S.T. Mauli Warmadewa
2. Adityawarman (terbesar)
6. Kerajaan Sriwijaya
Prasasti tertua adalah Kota Kapur, yang ditemukan di Pulau Bangka dan
berangka tahun 686 M, melalui prasasti ini, kata “Sriwijaya” pertama kali
dikenal. Di dalamnya disebutkan “bumi Jawa tidak mu tunduk pada Sriwijaya”
yang dimaksud bumi Jawa adalah Kerajaan Tarumanagara. Prasasti berikutnya
adalah prasasti Kedukan Bukit yang berangka Tahun 605 Saka atau 688 M.
prasasti ini berisi 10 baris kalimat yang antara lain mengatakan :
Melalui tulisan pada prasasti Ligor (775 M), disebutka Raja Sriwijaya,
Dharmasetu mendirikan pelabuhan di Semenanjung Melayu didekat Ligor. Ia
juga membangun sejumlah bangunan suci Agama Buddha.
Nama Raja :
1. Dapunta Hyang (pendiri)
2. Balaputra Dewa (Mencapai kejayaan)
3. Sanggrama Wijayatunggawarman
Kehancuran :
Serangan Kerajaan Medang Kamulan, Jawa Timur, di bawah Raja
Dharmawangsa pada tahun 990 M.
Serangan Kerajaan Colamandala (India) pada tahun 1023 M dan 1030 M.
Negara-negara taklukkan satu per satu melepaskan diri dari kekuasaan
Sriwijaya. Hal ini mengakibatkan kemunduran ekonomi dan perdagangan
Terdesak oleh Kerajaan Thailand yang mengembangkan kekuasaannya
sampai Semenanjung Malaya.
Serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1477 M, dan berhasil
menaklukan Kerajaan Sriwijaya.
Dinasti Sanjaya
Sumber sejarah :
Prasasti Canggal (732 M) dan Prasasti Mantyasih.
Prasasti Prasasti Balitung
Kitab Carita Parahyangan
Dinasti Syailendra
Sumber sejarah :
Prasasti Kalasan
Prasasti Kelurah
Prasasti Ratu Boko
Prasasti Nalanda
Nama Raja :
1. Raja Bhanu 4. Raja Samaratungga (terbesar)
2. Raja Wisnu 5. Raja Balaputradewa
3. Raja Indra 6. Raja Pramordhawardani
Nama Raja :
1. Sanjaya 6. Dyah Balitung
2. Rakai Panangkaran 7. Daksa
3. Rakai Pikatan (terbesar) 8. Thulodong
4. Rakai Kayuwangi 9. Wawa (raja terakhir)
5. Rakai Watuhumalang
Kehidupan sosial : Rakyat telah mengenal sistem sistem pertanian yang baik.
Berhasil membuat candi Prambanan.
Mpu Sindok adalah menantu Raja Wawa, yang pada masa pemerintahan
raja Tulodhong dan Raja Wawa menjabat sebagai mahamantri (jabatan tingkat
tinggi yang biasanya hanya diisi putra mahkota). Ia naik takhta pada tahun 929
M dan dianggap sebagai pendiri dinasti baru bernama Dinasti Isyana.
Sumber sejarah :
Berita dari dinasti Sung
Prasasti Prasasti Mpu Sindok
Prasasti Bangil
Prasasti Lor
Prasasti Calcuta
Nama Raja :
Airlangga kemudian diangkat menjadi Raja oleh para pendeta pada tahun
1019 M dan membangun pusat kerajaan di Kahuripan, Sidoarjo. Pada tahun
1025 M, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring
melemahnya Sriwijaya. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun
kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas Pulau
Jawa. Pada tahun 1037 semua wilayah Kerajaan Medang Kamulan tunduk
kepada Airlangga. Pada masa pemerintahannya karya sastra berkembang di
antaranya Kitab Arjunawiwaha yang ditulis Mpu Kanwa pada tahun 1035 M.
9. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah kerajaan agraris yang terletak di daerah Malang dan
delta Sungai Brantas, Tahun 1104 M.
Sumber Sejarah :
Berita China dari Chu Ju Kua
Prasasti Sirah Keting
Prassti Ngantang
Prasasti Jaring
Prasasti Kamulan
Nama Raja :
1. Sri Samarawijaya 4. Jayabhaya (terbesar)
2. Jayawarsa 5. Kameswhara
3. Bameswara 6. Kertajaya
Sumber Sejarah :
Kitab Pararaton
Kitab Negarakertagama
Prasasti Kudadu
Berita dari Khubilai Khan
Menurut Kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang Petani dari Desa
Pangkur, di sebelah timur Gunung Kawi daerah Malang, ibunya bernama Ken
Endok. Berdasarkan Prasasti Kudadu, nama resmi Singasari adalah Tumapel.
Menurut Negarakertagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota
Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Nama Singasari lebih terkenal dari pada
nama Tumapel, nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti
Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
Raja pertamanya adalah Ken Arok (1222 M – 1227 M) Ken Arok lahir dari
keluarga petani, berkat jasa seorang pendeta bernama Lohgawe, ia menjadi
pengawal pribadi akuwu (bupati) Tumapel bernama Tunggul Ametung. Tunggul
Ametung memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Ken Dedes,
kecantikannya menimbulkan hasrat Ken Arok untuk memperistrinya. Ken Arok
memesan sebuah keris pada seorang ahli pembuat keris bernama Mpu
Gandring, dan dengan keris itu ia membunuh Mpu Gandring dan Tunggul
Ametung. Ia kemudian memperistri Ken Dedes lalu menjadi akuwu Tumapel
yang baru.
Hanya menjadi akuwu tidak memuaskan Ken Arok, ia selalu mencari cara
untuk dapat mengalahkan Kertajaya. Ia mendapatkan kesempatan ketika
datang serombongan Brahmana dari Kediri meminta perlindungan. Hal ini
dimanfaatkan oleh Ken Arok dengan dalih melindungi para Brahmana.
Selanjutnya Ken Arok melancarkan pemberontakan dan mengalahkan
Kertajaya dalam pertempuran di Ganter (1222). Selanjutnya Ken Arok menjadi
raja dan berhasil mempersatukan seluruh wilayah Kediri termasuk Tumapel,
serta membangun kerajaan baru dengan nama Singasari. Ia juga dianggap
sebagai pendiri Dinasti Girindra.
Nama Raja :
1. Raja Ken Arok (pendiri) 4. Raja Wisnuwardhana Ranggawuni
2. Raja Anusapati 5. Raja Kertanagara (Terbesar)
3. Raja Tohjaya
Kehancuran :
Terjadi perang saudara yang disebut “kutukan keris mpu gandring”
Serangan Jayakatwang yang dibantu tentara Mongol.
Sumber sejarah :
Prasasti Butak
Kidung Harsyawijaya
Kidung Panjiwijayakrama
Kitab Pararaton
Kitab Negarakertagama
Nama Raja :
1. Raden Wijaya (Pendiri) 6. Dewi Suhita
2. Jayanegara 7. Dyah Kertawijaya
3. Tribhuwanatunggadewi 8. Bhre Wengker
4. Hayam Wuruk (Kejayaan) 9. Bhre Ranawijaya (Brawijaya)
5. Wikramawardhana (Kehancuran)
Pada tahun 1357, terjadi Perang Bubat, yaitu perang antara Kerajaan
Pajajaran (Sunda) dan Kerajaan Majapahit. Penyebabnya adalah Raja Hayam
Wuruk ingin meminang putri Pajajaran, Dyah Pitaloka Citraresmi. Pihak
Pajajaran menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada
tahun 1357 rombongan raja Pajajaran beserta keluarga dan pengawalnya
bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri. Sri Baduga memerintahkan
pasukannya berkemah di lapangan Bubat menunggu Hayam Wuruk
menjemput putrinya. Namun, Gajah Mada memandang lamaran tersebut
mempunyai peluang untuk memaksa Pajajaran takluk kepada Majapahit. Raja
Pajajaran murka dan menolak keinginan pihak Majapahit sehingga perang
tidak dapat terelakkan. Raja Pajajaran dan seluruh anggota kerajaan akhirnya
tewas dalam peperangan ini, Dyah Pitaloka melakukan bela pati atau bunuh
diri untuk membela kehormatan negaranya.
Kehancuran :
Tidak ada kaderisasi baik itu raja atau mahapatih
Perang saudara
Banyak daerah yang melepaskan diri
Masuknya budaya Islam.
12. Kerajaan Bali
Kerajaan Bali memiliki hubungan yang dekat dengan Mataram. Hal ini
disebabkan karena Airlangga (raja Mataram) adalah putra hasil perkawinan
Raja Dharma Udayana Warmadewa (Bali) dan Ratu Mahendradatta (adik Raja
Dharmawangsa dari Mataram). Selanjutnya Airlangga menikah dengan putri
dari Raja Dharmawangsa.
Sumber Sejarah :
Prasasti Sanur
Prasasti Calcuta
Nama Raja :
1. Sri Kesari Warmadewa (pendiri)
2. Ugrasena
3. Tabendra Warmadewa
4. Jayasingha Warmadewa
5. Jayasadhu Warmadewa
6. Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi
7. Dharma Udayana Warmadewa (terbesar)
8. Anak Wungsu
9. Paduka Batara Sri Artasura (Raja Bedahulu)
Pada zaman Hindu, banyak dibangun pura yang mirip punden berundak-
undak. Sejak awal sampai masa pemerintahan Sri Wijaya Mahadewi tidak
diketahui dengan pasti agama yang dianut di Kerajaan Bali. Hanya dari nama-
nama biksu banyak yang memakai nama Siwa, sehingga diduga agama yang
banyak dianut adalah Hindu Siwa. Pada masa pemerintahan Raja Udayana
terdapat dua agama besar yang dianut di Bali, yaitu Hindu Siwa dan Buddha.
Raja terakhir dari Kerajaan Bali adalah Paduka Batara Sri Artasura (Raja
Bedahulu). Kerajaan Bali akhirnya harus tunduk terhadap ekspansi dari
Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada.
Kehidupan sosial : Rakyat telah mengenal sistem sistem pertanian yang baik.
Pada akhir abad ke-13, seiring dengan perkembangan pengaruh Islam dari
Timur Tengah, kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri di Sumatra. Agama Islam pun
segera menyebar ke Jawa dan Semenanjung Malaya melalui penaklukan dan
penyebaran sistematis oleh sekelompok ulama yang dikenal dengan sebutan Wali
Songo. Hal ini mengakibatkan pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
mulai menurun dan pada akhir abad ke-15 Islam adalah agama yang menyebar luas
dan sangat berpengaruh di Nusantara dan Semenanjung Malaya.