Anda di halaman 1dari 59

Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 M di Lembah Sungai

Mahakam, Kalimantan Timur. Nama kerajaan ini diambil dari nama


daerah tempat ditemukannya prasasti, yaitu di daerah Kutai. Hal ini
disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang
menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Oleh karena itu, para ahli
memberi nama kerajaan itu Kutai. Wujud prasastinya berupa tujuh buah
tugu batu besar yang disebut yupa. Ketujuh yupa ini merupakan sumber
sejarah Kutai. Fungsi yupa sesungguhnya adalah tugu batu untuk
menambatkan lembu kurban. Aksara yang dipahatkan pada yupa berhuruf
Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh
penguasa Kutai bernama Mulawarman. Mulawarman adalah orang
Indonesia asli.
PRASASTI YUPA
Kehidupan politik yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja
terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan
Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa dijelaskan
bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Matahari dan
pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Aswawarman sudah
menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri
keluarga. Berikut adalah penjelasan mengenai raja - raja di
Kutai
1) Raja Kudungga
pada masa pemerintahan Raja Kudungga berpendapat bahwa
pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru
masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya
adalah kepala suku.
2) Aswawarman
Aswawarman adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang
bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan
Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk
keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putra dan salah satunya
adalah Mulawarman.
3) Mulawarman
Mulawarman kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta jika
dilihat dari cara penulisannya. Mulawarman adalah raja terbesar
dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai
mengalami masa yang gemilang. Dari Yupa diketahui bahwa masa
pemerintahan Mulawarman, kerajaan Kutai mengalami masa
keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah
Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang
harmonis antara Raja Mulawarman dengan Kaum
Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam Yupa, bahwa
Raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi
kepada Kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama
Waprakeswara. Istilah Waprakeswara tempat suci untuk
memuja Dewa Siwa.
Dalam kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah maju.
Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan yang
disebut Vratyastoma. Pada masa Mulawarman upacara
penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta Brahmana
dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli
orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan
intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap
bahasa Sanskerta
Kehidupan ekonomi di kutai disebutkan dalam salah
satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan
upacara korban emas dan menghadiahkan 20.000 ekor sapi
untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara pasti
asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan
sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa
disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan
kegiatan dagang.
MASA KEJAYAAN
DAN KEMUNDURAN
 Kejayaan Kerajaan Kutai

 Runtuhnya Kerajaan Kutai


SEJARAH
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah
kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa
pada abad ke – 4 hingga abad ke – 7 M. merupakan
salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan
catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan
artefak di sekitar lokasi kerajaan, yaitu di wilayah di sekitar
Jawa Barat. terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma
adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Kerajaan ini
memiliki 7 prasasti. Yaitu, prasasti Tugu, prasasti Kebon
Kopi, prasasti Lebak, prasasti jambu, prasasti Ciaruteun,
prasasti pasir awi, dan prasasti Muara Cianten.
1. Jayasingawarman (358-382)
2. Dharmayawarman (382-395)
3. Purnawarman (395-434)
4. Wisnuwarman (434-455)
5. Indrawarman (455-515)
6. Candrawarman (515-535)
7. Suryawarman (535-561)
8. Kertawarman (561-628)
9. Sudhawarman (628-639)
10. Hariwangsawarman (639-640)
11. Nagajayawarman (640-666)
12. Linggawarman (666-669)
Prasasti Tugu ditemukan di Batutumbu, desa Tugu, Bekasi.
Prasasti ini menyebutkan bahwa Rajadirajaguru melakukan
pengalian sungai Candrabaga dan pengalian sungai Gomati oleh
Purnawarman sepanjang 6112 tombak (12 km) pada tahun ke 22
masa pemerintahannya.
Pengalian sungai tersebut adalah upaya untuk menghindari
bencana banjir yang sering melanda pada masa pemerintahan
kerajaan Tarumanegara, selain itu, kekeringan di musim kemarau
juga salah satu bencana yang juga sering terjadi waktu itu.
Bentuk prasasti ini bulat seperti telur dengan tinggi kurang lebih
1 meter, dimana tulisannya mengunakan aksara Palawa dan bahasa
Sansekerta yang disusun dalam lima baris membentuk metrum
anustubh.
PRASASTI KEBON
KOPI
ditemukan oleh para penebang hutan pada
abad ke-19 di Muara Hilir (sekarang desa
Ciaruteun Ilir, kecamatan Cibungbulang, Bogor).
Yang unik dari prasasti ini yaitu adanya
lukisan tapak kaki gajah yang diartikan atau
disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata
yaitu hewan tunggangan Dewa Wisnu.
Ditemukan di bidang batu besar dengan
bertuliskan aksara Palawa dan bahasa
Sansekerta dalam bentuk seloka yang diapit
sepasang pahatan telapak kaki gajah.
Prasasti Cidanghiyang
(Prasasti Lebak)
prasasti Lebak ditemukan di tepi sungai Cidanghiang
di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang,
Banten pada tahun 1947.
Prasasti ini berisi 2 baris kalimat yang berbentuk
puisi yang ditulis dengan huruf Palawa dan bahasa
Sansekerta, dimana kalimat-kalimat pada prasasti
tersebut mengagung-agungkan keberanian raja
Purnawarman.
PRASASTI JAMBU (Prasasti Pasir
Koleangkak)

prasasti Pasir Koleangkak


ditemukan pertama kali pada tahun
1854 di sebuah perkebunan Jambu
di bukit Koleangkak, tepatnya
sekitar 30 km sebelah barat Bogor.
mengunakan bahasa Sansekerta
dan huruf Palawa yang isinya
memuji keagungan dan kehebatan
pemerintahan raja Purnawarman.
Prasasti Muara Cianten

prasasti ini berada di tepi sungai


Cisadane dekat dengan muara
Cianten. Prasasti yang dipahat di
batu besar berukuran 2.70 x 1.40 x
140 m3 ini ditemukan pada tahun
1864.
Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui
bahwa raja yang pernah memerintah di tarumanegara hanyalah raja
purnawarman. Raja purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil
meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu
yang menyatakan raja purnawarman telah memerintah untuk menggali
sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena
pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk
memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
Kehidupan social kerajaan tarumanegara sudah teratur
rapi. hal ini terlihat dari upaya raja purnawarman yang
terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan rakyatnya. Raja purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap
penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang
dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan
kepada para dewa.
KEHIDUPAN EKONOMI
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja purnawarman
memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah
terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan
ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat,
Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran
perdagangan antardaerah di kerajaan tarumanegara
denagn dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-
daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat kerajaan tarumanegara sudah
berjalan teratur.
MASA KEJAYAAN
Kerajaan Tarumanegara mengalami masa kejayaan atau masa
keemasan hanya sekitar 3 generasi dari awal pembentukannya. Ya,
Kerajaan Tarumanegara berhasil mencapai masa kejayaan pada
kepemimpinan raja ketiga, Purnawarman, cucu dari
Rajadirajaguru Jayasingawarman. Pada masa kejayaannya itu,
Tarumanegara mengalami perkembangan pesat. Selain dengan
memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-
kerajaan kecil di sekitar kekuasaannya, Raja Purnawarman juga
membangun berbagai infrastruktur yang mendukung perekonomian
kerajaan.
Masa kepemimpinan Raja Purnawarman dianggap sebagai masa
kejayaan Kerajaan Tarumanegara selain itu juga karena
kemampuan kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor sapi saat
pembangunan ke dua sungai itu.
MASA KEMUNDURAN
Masa keruntuhan kerajaan Tarumanegara dialami
setelah kerajaan ini dipimpin oleh raja generasi ke 13,
Raja Tarusbawa namanya. Keruntuhan kerajaan Hindu
pertama di Pulau Jawa ini dilatarbelakangi oleh
kekosongan kepemimpinan karena Raja Tarusbawa lebih
menginginkan untuk memimpin kerajaan kecilnya di hilir
sungai Gomati. Selain itu, gempuran beberapa kerajaan
lain di nusantara pada masa itu, terutama kerajaan
Majapahit juga memegang andil penting dalam keruntuhan
Kerajaan Tarumanegara itu.
SEJARAH
 Kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad
ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di
suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang.
Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan
diperoleh dari sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah setempat, dan naskah
Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan
Kerajaan Galuh.
RAJA – RAJA YANG
PERNAH MEMERINTAH
 Ratu Maharani Shima
 Raja Sanna (lebih ke arah BUMI mataram sehingga
berbagai sumber tidak disebutkan sebagai pemimpin
kerajaan kalingga secara penuh)
 Raja Sanjaya (memerintah setelah ratu sima wafat)
PRASASTI
 Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di
Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti
bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata
air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan
dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi,
kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan
manusia dengan dewa - dewa Hindu.
 Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno dan berasal
dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat
keluarga dari tokoh utamAnya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya
bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari
berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja
keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Kedua temuan
prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang
kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya
hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di
Jawa Tengah Selatan.
BERITA ASING
 Catatan dari zaman Dinasti Tang
 Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang
keterangan Ho-ling sebagai berikut.
 Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak
Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di
sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
 Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
 Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan
singgasananya terbuat dari gading.
 Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga
kelapa
 Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading
gajah.
 Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-
ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil
dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan
tentram.
POLITIK
Kehidupan Politik Pada abad VII Masehi Kerajaan
Kalingga pernah dipimpin seorang ratu bernama Sima. Dia
melarang rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil
barang bukan milik mereka yang tercecer di jalan. Bagi
siapa pun yang melanggar akan memperoleh hukuman
berat. ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan
baik.
EKONOMI
Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian
perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan
pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga gampang
diakses oleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga
adalah daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula
badak, dan gading sebagai barang dagangan. Sementara
wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan penduduk
untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian
yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman.
SOSIAL BUDAYA
Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak membedakan antara rakyat
dengan anggota kerabatnya sendiri. Berita mengenai ketegasan hukum Ratu
Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan Cina untuk
kaum muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih lalu menguji kebenaran khabar
tersebut. Dia memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong
emas di jalan wilayah Kerajaan Ratu Sima. Selama tiga tahun kantong itu
dibiarkan tergeletak di jalan dan tidak seorang pun berani menyentuh.
Setiap orang melewati kantong emas itu berusaha menyingkir. Pada suatu
hari putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong itu sehingga isinya
berhamburan. Kejadiaan ini membuat Ratu Sima marah dan memerintahkan
hukuman mati untuk putra mahkota. Akan tetapi, para menteri berusaha
memohon pengampunan untuk putra mahkota. Ratu Sima menanggapi
permohonan itu dengan memerintahkan agar jari kaki putra mahkota yang
menyentuh kantong emas dipotong.
MASA KEMAJUAN DAN
KEMUNDURAN
 KEMUNDURAN
Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran kemungkinan
akibat serangan Sriwijaya yang menguasai
perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan pemerintahan Kijen
menyingkir ke Jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman Jawa
bagian tengah antara tahun 742-755 M.

 KEMAJUAN
Dibawah kekuasaan Ratu sima, kerajaan kalingga/holing mengalami masa
kejayaan. Pada saat itu, semua rakyat hidup dengan tenteram dan
makmur. Mereka tunduk dan patuh terhadap segala perintah ratu sima
bahkan tidak ada seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani
melanggarnya.
SEJARAH
 Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya
yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh
pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu,
Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu,
Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh
banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo
dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat
subur.
 Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan
Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat
terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan
Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan
Wangsa Isana.
RAJA – RAJA YANG PERNAH
MEMIMPIN
 Rakai Watukura Dyah Balitung
 Mpu Daksa
 Rakai Layang Dyah Tulodong
 Rakai Sumba Dyah Wawa
 Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
 Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
 Makuthawangsawardhana
 Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)
RAJA – RAJA YANG PERNAH
MEMIMPIN
 Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)
 Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
 Rakai Panunggalan alias Dharanindra
 Rakai Warak alias Samaragrawira
 Rakai Garung alias Samaratungga
 Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
 Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
 Rakai Watuhumalang
PRASASTI
 Prasasti Canggal
 Prasasti Balitung
 Prasasti Kelurak
 Prasasti Mantyasih atau Prasasti Kedu
Kehidupan Politik Kerajaan Mataram Kuno
 Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin
kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India.
Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik.
Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan
kembali Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang
bernama Pramodyawardhani (Wangsa Sailendra) dinikahkan dengan Rakai
Pikatan (Wangsa Sanjaya). Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di
Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa Sailendra muncul setelahnya yaitu
mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan
kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa
Sailendra) semakin erat.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram Kuno
 Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan
Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga
rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan
banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan
mengimpor hasil pertaniannya. Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi.
 Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa.
Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta
penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk
menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut.
Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari
pungutan pajak. Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut
dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat
Mataram Kuno.
Kehidupan Sosial
 Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri
atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hidup
rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka
bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat
Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun
Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan gotong royong yang
telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.
 Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga
dibuktikan adanya kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan
hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata juga dihormati dan
dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung
karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.
Kehidupan Kebudayaan

 Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu


dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi.
Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti
Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti
Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi
Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan, candi Sambisari,
candi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula
candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu,
candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah
mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain itu,
masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu membuat syair.
Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno
 Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Raja Balitung (898-910 M). Di masa kekuasaannya,
daerah-daerah di sebelah timur Mataram berhasil ditaklukkannya.
Oleh karena itu, daerah kekuasaan Mataram semakin luas, yang
meliputi Bagelen (Jawa Tengah) sampai Malang (Jawa Timur).
Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
 Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa
dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai
Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya
menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara
kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada
generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing
untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Kerajaan mataram kuno
 Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan
Melayu kuno di pulau Sumatra yang berpengaruh di kepulauan
Nusantara. Dalam bahasa Sangsekerta, nama Kerajaan Sriwijaya
berasal dari kata “sri” yang berarti bercahaya, dan “wijaya” yang
berarti kemenangan.
sriwijaya
Berita Asing India
 Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan
Melayu kuno di pulau Sumatra yang berpengaruh di kepulauan
Nusantara. Dalam bahasa Sangsekerta, nama Kerajaan Sriwijaya
berasal dari kata “sri” yang berarti bercahaya, dan “wijaya” yang
berarti kemenangan.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
 Prasasti Kedukan Bukit (605 S/683M)
 Prasasti Talang Tuo (606 S/684M)
 Prasasti Telaga Batu Juga Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
 Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M)
 Prasasti Karang Berahi (608 S/686 M)
Perkembangan Ekonomi Kerajaan
Sriwijaya
 Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang mengandalkan
perekonomiannya pada kegiatan perdagangan dan hasil-hasil laut.
Letak geografis dan keadaan Sriwijaya yang strategis mendukung
perdagangan menjadi berkembang pesat. Tampilnya Sriwijaya sebagai
pusat perdagangan, memberikan kemakmuran bagi rakyat dan negara
Sriwijaya.
 Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat, harus
membayar pajak harus membayar pajak sehingga mendatangkan
keuntungan. Dalam kegiatan perdagangan, Sriwijaya mengekspor
gading, kulit, dan beberapa jenis binatang liar. Sedangkan barang
inpornya antara lain beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyang,
emas, gading, dan binatang.
Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya

 Ditemukan prasasti Kudukan Bukit , Prasasti Talang Tuo, dan Prasasti


Telaga Batu membuktikan bahwa Palembang sebagai pusat Kerajaan
Sriwijaya memiliki peradaban yang Maju. Penggalian arkeologis
banyak menemukan keramik dan tembikar, ini membuktikan bahwa di
Palembang terdapat pemukiman kuno.
 Ditemukan pula kolam dan kanal berbentuk teratur, ini semakin
menguatkan dugaan bahwa Sriwijaya telah mencapai kebudayaan yang
tinggi.
Faktor Penyebab Kemunduran
Kerajaan Sriwijaya
 Faktor geografis, berupa perubahan letak Kerajaan Sriwijaya.
 Lemahnya kontrol pemerintahan pusat sehingga banyak daerah yang
melepaskan diri.
 Berkembangnya kekuatan politik di Jawa dan India.
Puncak Kejayaan Sriwijaya
 Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Balaputradewa. Ia mengadakan hubungan dengan raja
Dewapaladewa dari India. Dalam prasasti Nalanda yang berasal dari
sekitar tahun 860 M disebutkan bahwa Balaputradewa mengajukan
permintaan kepada raja Dewapaladewa dari Benggala untuk
mendirikan biara bagi para mahasiswa dan pendeta Sriwijaya yang
belajar di Nalanda. Balaputradewa adalah putra Samaratungga dari
Dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa Tengah tahun 812 – 824
M.
Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya

 Dapunta Hyang Sri Jayanasa


 Sri Indravarman
 Rudra Vikraman
 Maharaja WisnuDharmmatunggadewa
 Dharanindra Sanggramadhananjaya
 Samaratungga
 Samaragrawira
 Balaputradewa
 Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan, dll

Anda mungkin juga menyukai