KERJAAN KUTAI
Dan
KERAJAAN TARUMANAGARA
KELOMPOK 1
M.FARHAN
M.QOWLAN SADIDA
M.AKSAN DINEJAD
Perkembangan
Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok ke daerah pedalaman,
menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi
para pedagang dari Cina dan India.
Hal inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta membuat
kegiatan perdagangan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Kutai terletak di Tepi Sungai, mendorong masyarakatnya
mengembangkan pertanian. Selain pertanian, mereka banyak melakukan kegiatan
perdagangan.
Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan
dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban
emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar
Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra
Kudungga.
Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa
Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri
keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan
dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini
dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang
disebut Vratyastoma.
KERAJAAN TARUMANEGARA
Perkembangan
Tarumanagara merupakan salah satu kerajaan besar yang beraliran Hindu wisnu.
Kadang kerajaan ini sering juga disebut dengan nama kerajaan Taruma. Letaknya
ada di sekitar pesisir sungai Cisadane dan Ciliwung yag berkuasa pada abad ke 4
hingga abad ke 7 masehi.
Selain kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Tarumanagara adalah salah satu
kerajaan tertua di nusantara yang meninggalkan catatan-catatan sejarah. Seperti
prasasti maupun artefak lainnya.
Sebenarnya keberadaan kerajaan ini masih terjadi simpang siur. Karena
keterbatasan bahan bukti yag ditemukan. Akan tetapi sedikitnya bukti-bukti
sejarah itu tak membuat para sejarawan menyerah untuk memetakan
dimanakah letak kerajaan tarumanagara.
Bukti keberadaan kerajaan Taruma diketahui dari sumber-sumber yang antara
lain adalah tujuh buah prasasti yang ditemukan empat di bogor, satu di Jakarta,
dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan
dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M – 382 M.
Untuk mengetahui letak dimana kerajaan ini berdiri, mari kita lihat prasasti Tugu
peninggalan raja Purnawarman, disebutkan bahwa sang Raja Purnawarman telah
menggali sebuah sungai bernama Candrabhaga yang melalui keratin. Dari kata
Candrabhaga, Prof. Poerbotjakoro membuat tafsiran bahwa Candrabhaga tidak
lain adalah bekasi. Candra berarti bulan atau sasih. Candrabhaga adalah bahasa
sansakerta yang susunannya tidak berdasarkan hokum D-M. Kalau disusun
berdasarkan hokum D-M, susunannya harus bhagacandra. Candra adalah bulan
atau sasih. Jadi bhagacandra berubah menjadi bagasasih, kemudian berubah lagi
menjadi bagasi, lalu bekasi (Purbotjakoro, 1952: 12-14). Karena keraton itu
dilalui sungai candrabhaga, mungkin sekali bahwa keraton itu letaknya di daerah
Bekasi sekarang.
Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan
kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja
Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini
sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi
untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari
upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum
brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang
dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya
untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini
mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan
sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan
antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan
daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan
Tarumanegara sudah berjalan teratur.
Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang
ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa
tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan
budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya
kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
Sumber Sejarah
Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.
1. Berita Fa Hien,
Tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di
Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha,
yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor"
(maksudnya animisme).
2. Berita Dinasti Sui,
Menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo
("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang,
Juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara
fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka
dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M.
Berdasarkan prasasti-prasasti tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu
adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu,
meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan
Cirebon.
6. Prasasti Tugu
Di temukan di daerah Cilincing DKI Jakarta atau di tugu. Prasasti ini adalah
Prasasti terpanjang dan terpenting dari Tarumanegara. Sekarang Prasasti itu ada di
museum Nasional Prasasti itu banyak memuat keterangan kira – kira sebagai berikut:
“ Dulu kali Candrabagha di gali Purnawarman, Maharaja yang mulia yang mempunyai
lengan kencang dan kuat. Setelah sampai ke istana, kali di alirkan ke laut. Istana
kerajaan baginda termashur. Kemudian baginda menitahkan lagi menggali sebuah kali.
Kali ini sangat indah dan jernih. Kali ini di sebut kali gomati. Kali ini mengalir melalui
kediaman nenekanda Purnawarman. Kali Gomati, (galian itu ) 6.122 tumbak panjangnya
pekerjaan ini di mulai pada hari baik, tanggal 8 paro petang bulan phalguna dan di
sudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja untuk itu
diadakan selamatan yang di laksanakan oleh para Brahmana. Untuk selamatan itu
Purnawarman menghadiahkan 1.000 ekor sapi”.
Dari keterangan tersebut dapat di simpulkan Purnawarman pernah memerintah
penggalian kali Candrabagha lalu kali Gomati. Panjang galian itu 6.122 tumbak (12 Km)
pekerjaan itu di mulai pada hari baik tanggal 8 paro petang bulan Phalguna dan di
sudahi pada hari tanggal 13 paro petang Bulan Carita, jadi hanya 21 saja selametan
baginda di lakukan brahmana di sertai 1.000 sapi yang di hadiahkan
Pembuatan galian tersebut yang jelas untuk pengairan sawah dan pengantisipasi banjir.
Dari sini kita lihat Purnawarman raja yang memperhatikan kesejahteraan rakyat.
Penggalian ini juga memeperhatikan kesejahteraan rakyat. Penggalian ini juga
memperlihatkan bahwa pengetahuan bertani Tarumanegara sudah cukup maju
Menurut para ahli sejarah, kemungkinan besar sungai yang di gali adalah terusan untuk
membantu pengaliran sungai Bekasi. Sebab di sebutkan sungai Candrabagha. Menurut
Prof. Purbacaraka Chandrabagha dapat di artikan menjadi bekasi = Bhagasasi =
Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan)
Selaian itu Prasasti tugu ini. Mempunyai unsur penanggalan tetapi tidak
memakau angka tahun. Dalam Prasasti tugu terdapat kata Phalaguna dan Carita. Yaitu
bulan yang bertepatan dengan pebruari – april dalam tarikh Masehi