Anda di halaman 1dari 15

Nama Penyusun:

ISMI LATIFAH
ALFRI PRIHARTADI
ADAM RAMADHAN
MUHAMMAD FAUZI
MENGETAHUI & MEMAHAMI
Kalimantan Timur yang telah berupa kesatuan politik
adalah bermula dari Kerajaan Kutai Martadipura atau
Kutai Martapura. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-4
(sekitar 300 masehi) di Muara Kaman. Ketika itu, Kutai
Martadipura telah menjalin hubungan dengan India,
sehingga tidak mengherankan jika Kutai Martadipura
merupakan pusat penyebaran agama Hindu, selain juga
merupakan pusat perdagangan. Pendiri Kerajaan Kutai
adalah Kudungga yang merupakan seorang pembesar
dari Kerajaan Campa (Kamboja), sedangkan raja
pertama yang resmi berkuasa di Kerajaan Kutai adalah
Aswawarman karena sebagai pendiri dinasti Kerajaan
Kutai dan diberi gelar "Wangsakarta", yang artinya
pembentuk keluarga.
a. Lokasi Kerajaan
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak
Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
sejarah tertua. Kerajaan ini terletak di Muara
Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu
sungai Mahakam. Nama Kutai diambil . Nama
Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari
nama tempat ditemukannya prasasti yang
menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.
Tidak ada prasasti yang secara jelas
menyebutkan nama kerajaan ini dan memang
sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Peta wilayah kekuasaan kerajaan Kutai
Lokasi Kerajaan Kutai
Dilihat dari letak Kerajaan Kutai pada jalur
perdagangan dan pelayaran antara Barat dan Timur
maka aktivitas perdagangan tampaknya menjadi mata
pencaharian yang utama. Rakyat Kutai sudah aktif
terlibat dalam perdagangan internasional dan tentu
saja mereka berdagang pula sampai ke perairan Laut
Jawa dan Indonesia Timur untuk mencari barang-
barang dagangan yang laku di pasaran Internasional.
Dengan demikian, Kutai telah termasuk daerah
persinggahan perdagangan internasional, yaitu Selat
Malaka–Laut Jawa–Selat Makasar–Kutai-–Cina,
atau sebaliknya.
Kehidupan kebudayaan masyarakat Kutai erat
kaitannya dengan kepercayaan/agama yang dianut.
Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat
Kutai, yaitu tugu batu yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum,
yakni bentuk menhir.
Salah satu yupa itu menyebutkan suatu tempat suci
dengan nama Waprakeswara (tempat pemujaan
Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa masyarakat Kutai adalah pemeluk agama
Siwa (hindu).
No Nama Raja
1 Maharaja Kundungga, gelar 12 Maharaja Sangga Warman Dewa
anumerta Dewawarman
2 Maharaja Asmawarman (anak 13 Maharaja Candrawarman
Kundungga)
3 Maharaja Mulawarman 14 Maharaja Sri Langka Dewa
4 Maharaja Marawijaya Warman 15 Maharaja Guna Parana Dewa
5 Maharaja Gajayana Warman 16 Maharaja Wijaya Warman
6 Maharaja Tungga Warman 17 Maharaja Sri Aji Dewa
7 Maharaja Jayanaga Warman 18 Maharaja Mulia Putera
8 Maharaja Nalasinga Warman 19 Maharaja Nala Pandita
9 Maharaja Nala Parana Tungga 20 Maharaja Indra Paruta Dewa
10 Maharaja Gadingga Warman Dewa 21 Maharaja Dharma Setia
11 Maharaja Indra Warman Dewa
Menurut prasasti tersebut, raja Kerajaan Kutai yang terbesar
adalah Mulawarman. Ia adalah putra Aswawarman, sedangkan
Aswawarman adalah putra Kundunga. Ditilik dari nama
sebutannya, para ahli berpendapat bahwa nama Mulawarman dan
Aswawarman memperoleh pengaruh dari India. Karena, di India
juga ditemukan nama-nama serupa. Sebaliknya, para ahli
mengatakan bahwa nama Kundungga yang merupakan kepala
suku itu adalah nama asli Indonesia. Selain itu, prasasti Yupa
juga menyebut Aswawarman sebagai Dewa Ansuman atau dewa
Matahari dan dianggap sebagai Wangsakerta atau pendiri
keluarga raja.
Raja Mulawarman sendiri telah menganut agama Hindu. Bahkan
dalam prasasti itu ditulis bahwa ia telah menyedekahkan 20.000
ekor lembu kepada para brahmana. Ia merupakan pendiri dinasti
dalam agama Hindu.
Kehidupan sosial dalam Kerajaan Kutai bisa
dilihat dari pelaksanaaan upacara
penyembelihan kurban. Salah satu yupa
menyebutkan bahwa Raja Mulawarman
memberikan sedekah berupa 20.000 ekor lembu
kepada kaum brahmana. Sedekah itu sendiri
dilaksanakan di tanah suci yang bernama
Waprakeswara, yaitu tempat suci untuk memuja
Dewa Syiwa. Dari peristiwa itu, kita bisa
melihat bahwa hubungan yang terjadi antara
Raja Mulawarman dengan kaum brahmana
terjalin secara erat dan harmonis.
Ketujuh Yupa yang ditemukan di sekitar
Muarakaman tidak menyebutkan secara spesifik
kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai. Hanya
salah satu Yupa menyebutkan bahwa Raja
Mulawarman telah mengadakan upacara korban
emas dan menghadiahkan sebanyak 20.000
ekor lembu untuk golongan brahmana. Tidak
ada sumber yang pasti tentang asal usul emas
dan sapi yang biasa digunakan untuk upacara-
upacara kerajaan. Tetapi dari situ kita bisa
menduga bahwa Kerajaan Kutai telah
melakukan aktivitas perdagangan.
Karena Kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu,
maka kehidupan agamanya telah lebih maju. Salah satu
contohnya adalah pelaksanaan upacara penghinduan atau
pemberkatan seseorang yang memeluk agama Hindu yang
disebut Vratyastoma. Upacara tersebut dilaksanakan sejak
pemerintahan Aswawarman dan dipimpin oleh para pendeta atau
brahmana dari India. Baru pada masa pemerintahan Mulawarman,
upacara tersebut dipimpin oleh kaum brahmana dariIndonesia.
Dari situ kita bisa melihat bahwa kaum brahmana dari Indonesia
ternyata telah memiliki tingkat intelektual yang tinggi karena
mampu menguasai bahasa Sanskerta. Karena, bahasa ini
bukanlah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh rakyat India
melainkan bahasa resmi kaum brahmana untuk masalah keagamaan
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang
bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-
13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda
dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang
ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama
(Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun
1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa
Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan
Kutai Kartanegara
THANK YOU
FOR ATTENTION
Wasalamualaikum warohmatullah

Anda mungkin juga menyukai