Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eceng Gondok


Eceng  gondok  merupakan  gulma  yang  tumbuh  di  wilayah  perairan  yang
hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur
pada  air  yang  dangkal. Gulma  air  tersebut  juga  banyak  terdapat  di waduk-
waduk (Artati, 2006).
Eceng  gondok  berkembang  biak  dengan  sangat  cepat,  baik  secara  vegetatif
maupun  generatif. Perkembangbiakan  dengan  cara  vegetatif  dapat  melipat  ganda
dalam  waktu  7-10  hari.  Enceng  gondok  merupakan  tanaman  asli  Brazil  yang
didatangkan  ke  indonesia  tahun  1894  untuk  melengkapi  koleksi  tanaman  di 
Kebun Raya Bogor. Tanaman  ini telah  menyebar ke seluruh perairan  yang ada, baik
waduk,rawa,  maupun  sungai  di  perairan  Jawa,  sumatera,  Kalimantan  dan 
daerah  lainnya (Suprapti, 2008).
Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di
Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52
hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area
seluas 7 m2 (Pasaribu, 2007).
Pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku pembuatan papan partikel
merupakan salah satu alternatif manfaat yang memberikan nilai tambah eceng gondok
bagi masyarakat. Dengan bertambahnya cara pemanfaatan eceng gondok maka
populasinya diharapkan dapat dikontrol sehingga permasalahan yang timbul
sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya dapat diatasi (Santoso, 2005).

2.2 Proses Pembuatan Kertas


Tahapan utama dan proses sederhana dalam pembuatan pulp dan kertas adalah
sebagai berikut (Manarisip, 2001):
A.            Pembuatan  Bubur Kertas
Pembuatan bubur kertas yaitu pulp direndam dalam air, dihaluskan hingga
menjadi bubur. Dalam tangki pencampur, pulp dicampur dengan air men6jadi slurry.
Slurry kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin kertas. Bubur
kertas sambil diaduk ditambahkan bahan penolong yaitu kanji, rosin dan aluminium
sulfat (kanji untuk daya rekat kertas sedangkan rosin dan aluminium sulfat untuk
daya serap air supaya tidak blobor).

B.              Pembentukan lembaran


Bubur kertas hasil pencampuran dibuat lembaran menggunakan cetakan dari kasa
200 mesh dengan ukuran panjang dan lebar sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Tiriskan bubur  kertas di atas kasa menggunakan bahan penyerap. Apabila akan
diterakan motif/corak  tertentu pada permukaan lembaran, lakukan penirisan sebagian
air kira-kira  1 cm di atas kasa, kemudian atur motif sesuai keinginan, dan tiriskan air
yang tersisa.

C.              Pengepresan
Lembar kertas yang diangkat dari kasa masih banyak mengandung air dan harus
dikeluarkan. Untuk mengurangi  kandungan air tersebut dilakukan pengepresan
dengan alat pres manual sampai air tidak menetes lagi dari lembaran, kira-kira sampai
kadar air 40 %.

D.            Pengeringan
Untuk mendapatkan kertas yang kering, tahap terakhir dilakukan pengeringan
dengan cara dijemur atau dianginkan.

2.3 Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan Eceng Gondok


Kemampuan perkembangbiakannya yang  tinggi dan penyesuaian dirinya yang
baik pada berbagai iklim membuat tanaman ini telah tersebar  luas di dunia terutama
di negara-negara tropis dan subtropis.  Penanggulangan tanaman ini sangat sukar
sehingga terus menerus menimbulkan problema-problema yang berhubungan dengan
navigasi, control banjir, agrikultur, irigasi dan drainase, nilai dari tanah, konservasi
satwa liar, perikanan, suplai sumber air, kesehatan lingkungan dan lainnya sehingga
pantaslah apabila tanaman ini digelari  sebagai “Gulma (tanaman pengganggu)
terburuk di dunia” dan “Gulma dengan biaya pengelolaan jutaan dollar”. Kondisi
merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan eceng gondok yang tidak
terkendali di antaranya adalah (Taufikurahman, 2008):

1. Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-


daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya
yang cepat.
2.  Menurunnya jumlah cahaya yang masuk ke dalam perairan sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air
(DO: Dissolved Oxygens).
3. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang
kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan
dan beberapa daerah lainnya.
4. Meningkatnya habitat bagi faktor penyakit pada manusia.
5. Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

Eceng gondok dapat juga dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas air yang
tercemar,khususnya terhadap limbah  domestik dan industri sebab eceng gondok
memiliki kemampuan menyerap zat pencemar yang lebih baik dibandingkan jenis
tumbuhan lainnya. Eceng gondok merupakan sumber lignoselulosa yang dapat
dikonversi menjadi produk yang lebih berguna.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai