Lebih tepatnya kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur atau
dekat kota Tenggarong, di hulu sungai Mahakam. Informasi mengenai Kerajaan
Kutai ini tidak banyak ditemukan. Sumber utamanya yaitu terdapat 7 buah
prasasti Yupa. Penggunaan nama Kerajaan Kutai sendiri ditentukan oleh para
ahli sejarah yang mengambil nama dari tempat ditemukannya prasasti Yupa
yaitu di daerah Kutai.
Tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang ditemukan ini, ditulis dengan
huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta yang disusun dalam bentuk syair.
Prasasti Yupa merupakan prasasti tertua yang di dalamnya menyatakan telah
berdirinya suatu Kerajaan Hindu tertua yaitu Kerajaan Kutai.
Apa itu Yupa? Yupa, Yupa merupakan tugu batu yang digunakan sebagai tugu
peringatan yang dibuat oleh para Brahmana atas kedermawanan Raja
Mulawarman. Pada Yupa ini juga dituliskan bahwa Raja Mulawarman
merupakan Raja yang baik dan kuat. Raja ini merupakam anak dari
Aswawarman dan merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah
memberikan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Salah satu yupa tersebut, kini berada di Museum Nasional Republik Indonesia,
Jakarta. Dari prasati tersebut juga diketahui bahwa Kerajaan Kutai didirikan
pertama kali oleh Kudungga kemudian dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman
dan mencapai puncak kejayaan pada masa Mulawarman (Anak Aswawarman).
Sedangkan, raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai adalah Aswawarman.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendiri Kerajaan Kutai yaitu
raja Kudungga. Raja tersebut mendapat gelar Wangsakerta yang artinya
pembentuk keluarga raja. Selain itu, Raja Kudungga juga mendapat sebutan
sebagai Dewa Ansuman atau Dewa Matahari.
Pada stupa peninggalan Kerajaan Kutai, juga disebutkan pemberian gelar ini.
Namun, terdapat beberapa cerita yang menyebutkan bahwa pendiri Kerajaan
Kutai yaitu Asmawarman. Tidak ada informasi otentik yang menyebutkan siapa
yang sebenarnya pendiri kerajaan ini.
Upacara-upara ini juga pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja
Samudragupta. Dalam upacara tersebut, dilakukan pelepasan kuda untuk
menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai.
Pada masa ini juga, rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga, hinga Raja
Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang sangat melimpah.
Sang Aswawarman memiliki tiga putra, seperti api (yang suci) tiga. Yang paling
terkemuka dari ketiga putra itu yaitu Mulawarman. Raja yang berperadaban
baik, kuat, dan sangat kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan selamatan
emas yang sangat banyak. tugu batu ini didirikan untuk peringatan kenduri
itulah oleh para Brahmana.”
Dari prasasti tersebut, bisa diketahui nama-nama raja yang pernah memerintah
di Kerajaan Kutai tersebut. Raja pertama, bernama Kundungga. Raja ini
merupakan nama Indonesia asli. Kudungga memiliki seorang anak yang
bernama Aswawarman sekaligus sebagai pendiri dinasti atau pembentuk
keluarga (Wamsakerta). Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa Aswawarman
mempunyai 3 orang putra.
Salah satu putra yang sangat terkenal yaitu Mulawarman. Bisa disimpulkan
bahwa pada masa kerajaan Kutai, mereka sudah mengenal sistem pemerintahan.
Sehingga, pemerintahan bukan lagi dipimpin oleh kepala suku, namun dipimpin
oleh Raja. Dalam prasasti tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai
merupakan orang asli Indonesia yang sudah memeluk agama Hindu.
Bidang Ekonomi
Kerajaan Kutai, secara geografis berada pada jalur perdagangan antara Cina dan
India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang paling menarik yang disinggahi para
pedagang. Hal tersebut membuktikan saat itu, selain pertanian, kegiatan
perdagangan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai.
keterangan tertulis yang terdapat pada prasasti tersebut mengatakan bahwa Raja
Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi
kepada Brahmana. Diperkirakan bahwa pertanian dan peternakan sudah menjadi
mata pencaharian utama masyarakat Kutai.
Selain itu, letak dari kerjaan ini di sekitar Sungai Mahakam yang digunakan
sebagai jalur transportasi laut, sehingga perdagangan masyarakat Kutai berjalan
cukup ramai. Bagi pedagang dari luar kutai yang ingin berjualan di Kutai,
mereka harus memberikan “hadiah” kepada raja sebagai izin berdagang.
Biasanya, pemberian “hadiah” ini berupa barang dagangan yang harganya
cukup mahal dan pemberian ini dianggap sebagai pajak kepada pihak Kerajaan.
Bidang Agama
Kebudayaan masyarakat Kutai sangat erat kaitannya dengan kepercayaan yang
dianut. Yupa merupakan salah satu hasil budaya dari masyarakat Kutai. Yupa
merupakan tugu batu yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia
dari zaman Megalitikum.
Pada salah satu yupa tersebut menyebutkan terdapat suatu tempat suci dengan
nama Waprakeswara atau tempat pemujaan Dewa Siwa. Sehingga, bisa
disimpulkan bahwa masyarakat Kutai merupakan pemeluk agama Hindu Syiwa.
Selain itu, masyarakat Kutai juga masih ada yang menjalankan adat istiadat dan
kepercayaan asli mereka.
Bidang Sosial-Budaya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kerajaan Kutai kebanyakan
memluk agama hindu, sehingga mereka sudah mendapat pengaruh agama
Hindu. Sehingga, kehidupan agamanya sudah lebih maju. Contohnya, terdapat
pelaksanaan upacara pemberkatan seseorang yang memeluk agama Hindu yang
disebut dengan Vratyastoma. Upacara tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan
Aswawarman yang dipimpin oleh para pendeta dari India.
Selain itu, budaya lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia
dengan mendirikan tugu batu. Artinya, bangsa Indonesia berusaha mencari dan
menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan asli Indonesia
sendiri
Peninggalan Kerajaan Kutai
Ketopong Sultan merupakan mahkota raja dari Kerajaan Kutai. Mahkota ini
terbuat dari bahan-bahan emas dengan berat 1.98 kg dan sampai saat ini
mahkota ini masih tersimpan rapi di Musem Nasional Jakarta.
Kalung Uncal Kerajaan Kutai
Kalung uncal keraaan kutai ini merupakan kalung emas yang mempunyai berat
170 gram dengan adanya hiasan liontin berelief Kisah Ramayana. Kalung Uncal
menjadi salah satu atribut dari Kerajaan Kutai yang digunakan oleh Sultan
Kutai Kartanegara.
Menurut beberapa ahli, diperkirakan Kalung Uncal ini berasal dari India.
Sampai saat ini, hanya terdapat dua Kalung Uncal di dunia ini. pertama di
negara India dan yang kedua berada di Museum Mulawarman, Kota
Tenggarong.
Kalung Ciwa
Kalung Ciwa adalah salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Kutai.
Kalung ini, ditemui pada zaman kepemimpinan Sultan Aji Muhammad
Sulaiman. Kalung ini ditemukan di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman pada
tahun 1890.
Hingga saat ini, Kalung Ciwa ini masih digunakan sebagai perhiasan kerajaan
yang digunakan oleh raja ketika ada sebuah pesta pengangkatan raja baru.
Pedang Sultan Kutai
Pedang Sultan Kutai ini terbuat dari bahan emas yang padat. Di bagian
gagangnya, terdapat ukiran seekor binatang harimau yang bersiap-siap
menerkam musuhnya. Sedangkan untuk ujung sarung pedannya dihiasi oleh
ukiran seekor buaya. Sampai saat ini, Pedang ini masih terjaga dan bisa
ditemukan di Museum Nasional Jakarta.
Kura-Kura Emas
Kura-kura emas ini sekarang berada di Museum Mulawarman. Benda ini
berukuran setengah kepalan tangan. benda ini ditemukan di Daerah Lonh
Lalang, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.
Kelambu Kuning
Keris bukit Kang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu atau
permaisuri dari Sultan Kutai Kartanegara yang pertama. Keris ini, terkenang
dengan nama Keris Bukit Kang.
Tali Juwita
Tali Juwita merupakan sebuah tali yang terbuat dari benang yang berjumlah 21
helai. Biasanya, tali ini digunakan saat berlangsung upacara adat Bepelas. Tali
Juwita memberikan simbol tujuh muara dan juga tiga anak sungai. Sungai-
sungai tersebut seperti Sungai Kelinjau, Sungai Kedang Pahu, dan Sungai
Belayan.
Tempat Duduk Raja
Tempat duduk raja merupakan benda peninggalan sejarah dari Kerajaan Kutai
yang hingga sekarang masih terjaga di dalam Museum Mulawarman.
Keruntuhan Kerajaan Kutai