TERMOREGULASI
A. MASALAH KEPERAWATAN
Hipertermia
B. DEFINISI
C. ETIOLOGI
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
1. Proses infeksi
2. Aktivitas yang berlebihan,
3. Berat badan ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus = <18,5 dan
obesitas = >40),
4. Dehidrasi,
5. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan,
6. Peningkatan kebutuhan oksigen,
7. Perubahan laju metabolisme,
8. Sepsis,
9. Suhu lingkungan ekstrem,
10. Usia ekstrem (bayi prematur dan lansia),
11. Kerusakan hipotalamus,
12. Trauma.
D. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di
bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang
dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2011)
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Potter dan Perry (2010), mekanisme demam adalah sebagai berikut:
Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk memepertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
menyebabakan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam sebenarnya merupakan
akibat dari perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti bakteri dan virus
menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam
tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen, memepengaruhi sistem imun. Sel darah putih
diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.
Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point.
Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan
menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu
tubuh. Selama periode ini orang menggigil, gemetar dan merasa kedinginan meskipun
suhu tubuh meningkat.
Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi tercapai.
Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan
kering. Jika set point baru telah ‘melampaui batas’, atau pirogen telah dihilangkan
(misalnya estruksi bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point
hipotalamus turun, menimbulkan respon pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan
kemerahan karena vasodilatasi. Demam merupakan mekanisme pertahanan yang
penting. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interfero,
substansi ini yang bersifat melawan virus. Pola demam berbeda, bergantung pada
pirogen. Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan
individu untuk berespon.
F. TANDA DAN GEJALA
Pada Hipertermi:
1. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2. Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3. Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4. kulit kemerahan,
5. kulit terasa hangat,
6. kejang,
7. gelisah,
8. suhu diatas 37,5oC.
Sedangkan pada hipotermi:
1. bradikardi (nadi kurang dari 60x/menit),
2. sianosis,
3. hipoksia,
4. kulit dingin,
5. CRT lambat,
6. menggigil,
7. pengkatan konsumsi oksigen,
8. penurunan ventilasi,
9. takikardi,
10. vasokontriksi perifer,
11. suhu di bawah 36,5oC (NANDA, 2013).
G. CLINICAL PATHWAY
1. Proses infeksi 6. perubahan laju metabolisme,
2. aktivitas yang berlebihan, 7. sepsis,
3. berat badan ekstrem, 8. suhu lingkungan ekstrem,
4. dehidrasi, 9. usia ekstrem (bayi prematur
5. pakaian yang tidak sesuai untuk dan lansia),
suhu lingkungan, 10. kerusakan hipotalamus,
6. peningkatan kebutuhan oksigen, 11. trauma.
Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus
I. PENATALAKSANAAN
a. Secara Fisik
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdrosis
(keringat berlebih)
11. Lakukan pendinginan eksternal
12. Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
13. Anjurkan tirah baring
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas.
c. Penatalaksanaan Kompres
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2014) Penggunaan kompres air
hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui
proses penguapan. Selain untuk demam indikasi penggunaan kompres hangat
digunakan untuk meredakan nyeri otot atau sendi yang sudah berlangsung lama
(kronik). Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kompres hangat tidak dianjurkan
digunakan pada luka yang baru atau kurang dari 48 jam karena akan memperburuk
kondisi luka akibat penumpukan cairan pada lokasi yang cedera dan meningkatkan
nyeri. Penggunaan Kompres dingin tidak direkomendasikan untuk mengatasi demam
karena dapat meningkatkan pusat pengatur suhu (set point) hipotalamus,
mengakibatkan badan menggigil sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Kompres
dingin mengakibatkan pembuluh darah mengecil (vasokonstriksi), yang meningkatkan
suhu tubuh. Selain itu, kompres dingin mengakibatkan anak merasa tidak nyaman.
Metode ini paling baik digunakan untuk cedera olahraga seperti terkilir, terbentur, atau
memar. Kompres dingin digunakan dalam 24 hingga 48 jam setelah terjadinya cedera
dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya inflamasi.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada gangguan termoregulasi hipertermi diberikan antipiretik dan kompres
hangat dan pada hipotermi diberkan infus normal salin yang telah dihangatkan, beri
terapi oksigen.
K. PENGKAJIAN
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas
2. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
3. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak).
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
b. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan aktivitas yang berlebih
c. Hipotermi berhubungan dengan transfer panas
d. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penyakit
M. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN