Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TERMOREGULASI

A. MASALAH KEPERAWATAN

Hipertermia

B. DEFINISI

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga
didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko
untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi. Menurut
American Academy of Pediatric (AAP) suhu normal rectal pada anak berumur kurang
dari 3 tahun sampai 38°C, suhu normal oral 37,5°C. Pada anak berumur lebih dari 3
tahun suhu oral dan aksila normal mencapai 37,2°C, suhu rectal normal sampai 37,8°C,
sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatric Nurse) disebut demam
bila anak berumur kurang dari 3 bulan suhu rectal melebihi 38°C. Pada anak lebih dari
3 bulan, suhu oral dan aksila lebih dari 38,3°C. Hipertermi adalah peningkatan suhu
tubuh diatas kisaran normal (NANDA International 2009- 2011).

C. ETIOLOGI
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
1. Proses infeksi
2. Aktivitas yang berlebihan,
3. Berat badan ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus = <18,5 dan
obesitas = >40),
4. Dehidrasi,
5. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan,
6. Peningkatan kebutuhan oksigen,
7. Perubahan laju metabolisme,
8. Sepsis,
9. Suhu lingkungan ekstrem,
10. Usia ekstrem (bayi prematur dan lansia),
11. Kerusakan hipotalamus,
12. Trauma.

D. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di
bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang
dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2011)

Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh


sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada
suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas.

Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set


point,implusakan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran
panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan
produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk
meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh
lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi
(penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran aliran darah ke kulit dan
ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter
dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan
tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai mengigi. Lesi atau trauma pada hipotalamus
atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan
yang serius pada kontrol suhu. (Potter dan Perry, 2010).

E. PATOFISIOLOGI
        Menurut Potter dan Perry (2010), mekanisme demam adalah sebagai berikut:
Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk memepertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
menyebabakan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam sebenarnya merupakan
akibat dari perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti bakteri dan virus
menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam
tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen, memepengaruhi sistem imun. Sel darah putih
diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.
Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point.
       Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan
menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu
tubuh. Selama periode ini orang menggigil, gemetar dan merasa kedinginan meskipun
suhu tubuh meningkat.

Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi tercapai.
Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan
kering. Jika set point baru telah ‘melampaui batas’, atau pirogen telah dihilangkan
(misalnya estruksi bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point
hipotalamus turun, menimbulkan respon pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan
kemerahan karena vasodilatasi.  Demam merupakan mekanisme pertahanan yang
penting. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interfero,
substansi ini yang bersifat melawan virus. Pola demam berbeda, bergantung pada
pirogen. Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan
individu untuk berespon.
F. TANDA DAN GEJALA
Pada Hipertermi:
1. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2. Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3. Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4. kulit kemerahan,
5. kulit terasa hangat,
6. kejang,
7. gelisah,
8. suhu diatas 37,5oC.
Sedangkan pada hipotermi:
1. bradikardi (nadi kurang dari 60x/menit),
2. sianosis,
3. hipoksia,
4. kulit dingin,
5. CRT lambat,
6. menggigil,
7. pengkatan konsumsi oksigen,
8. penurunan ventilasi,
9. takikardi,
10. vasokontriksi perifer,
11. suhu di bawah 36,5oC (NANDA, 2013).
G. CLINICAL PATHWAY
1. Proses infeksi 6. perubahan laju metabolisme,
2. aktivitas yang berlebihan, 7. sepsis,
3. berat badan ekstrem, 8. suhu lingkungan ekstrem,
4. dehidrasi, 9. usia ekstrem (bayi prematur
5. pakaian yang tidak sesuai untuk dan lansia),
suhu lingkungan, 10. kerusakan hipotalamus,
6. peningkatan kebutuhan oksigen, 11. trauma.

Termoreseptor sentral (di


Termoreseptor hipotalamus bagian lain SSP dan
perifer (kulit) organ abdomen

Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus

Adaptasi Neuron Sistem saraf Sistem saraf


perilaku motorik simpatis simpatis

Otot rangka Pembuluh Kelenjar


darah keringat
Kontrol
produksi
panas/pengura Kontrol Kontrol
ngan panas produksi panas pengurangan panas

Risiko Hipertermi Hipotermi Ketidakefektifan


termoregulasi termoregulasi
tidakefektif
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a. Pemeriksaan Darah Lengkap

I. PENATALAKSANAAN
a. Secara Fisik
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdrosis
(keringat berlebih)
11. Lakukan pendinginan eksternal
12. Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
13. Anjurkan tirah baring
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas.
c. Penatalaksanaan Kompres
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2014) Penggunaan kompres air
hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui
proses penguapan. Selain untuk demam indikasi penggunaan kompres hangat
digunakan untuk meredakan nyeri otot atau sendi yang sudah berlangsung lama
(kronik). Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kompres hangat tidak dianjurkan
digunakan pada luka yang baru atau kurang dari 48 jam karena akan memperburuk
kondisi luka akibat penumpukan cairan pada lokasi yang cedera dan meningkatkan
nyeri. Penggunaan Kompres dingin tidak direkomendasikan untuk mengatasi demam
karena dapat meningkatkan pusat pengatur suhu (set point) hipotalamus,
mengakibatkan badan menggigil sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Kompres
dingin mengakibatkan pembuluh darah mengecil (vasokonstriksi), yang meningkatkan
suhu tubuh. Selain itu, kompres dingin mengakibatkan anak merasa tidak nyaman.
Metode ini paling baik digunakan untuk cedera olahraga seperti terkilir, terbentur, atau
memar. Kompres dingin digunakan dalam 24 hingga 48 jam setelah terjadinya cedera
dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya inflamasi.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada gangguan termoregulasi hipertermi diberikan antipiretik dan kompres
hangat dan pada hipotermi diberkan infus normal salin yang telah dihangatkan, beri
terapi oksigen.

K. PENGKAJIAN
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas

2. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.

3. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).

4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak).

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
b. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan aktivitas yang berlebih
c. Hipotermi berhubungan dengan transfer panas
d. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penyakit

M. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


SDKI
1. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi Manajemen Hipertermia
Faktor risiko: Dengan kriteria hasil:  Identifikasi
 Aktivitas berlebihan  Menggigil penyebab
 Dehidrasi menurun hipertermia
 Pakaian yang tidak  Kulit merah  Monitor suhu tubuh
sesuai menurun  Monitor komplikasi
 Peningkatan laju  Pucat menurun akibat hipertermia
metabolisme  Takikardi menurun  Monitor keluaran
 Terpapar  Suhu tubuh dan urine
lingkungan panas kulit membaik Terapeutik
 Proses penyakit  Ciptakan
 Suhu lingkungan lingkungan yang
tinggi nyaman
 Trauma  lakukan
pendinginan
eksternal
 ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
Edukasi
 Ajarkan pemberian
kompres hangat
jika demam
 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemeberian cairan
dan elektrolit jika
perlu

2. Risiko termoregulasi Termoregulasi Pengaturan Suhu


tidak efektif (D0148) Dengan kriteria hasil:  Monitor suhu setiap
Faktor risiko:  Suhu tubuh dalam 2 jam, sesuai
 Proses infeksi rentang normal kebutuhan
 Aktivitas yang  Nadi dan RR  Monitor tekanan
berlebihan rentang normal darah, nadi dan
 Dehidrasi  Tidak ada respirasi
 Gangguan yang perubahan warna  Monitor suhu dan
mempengaruhi kulit warna kulit
regulasi suhu  Monitor dan
 Pakaian yang tidak laporkan adanya
sesuai untuk suhu tanda dan gejala dari
lingkungan hipotermia dan
 Peningkatan area hipertermia
permukaan tubuh  Tingkatkan intake
terhadap rasio cairan dan nutrisi
berat badan adekuat
 Peningkatan  Instruksikan pasien
kebutuhan oksigen bagaimana
 Perubahan laju mencegah keluarnya
metabolisme panas dan serangan
 Sedasi panas
 Sepsis  Diskusikan
 Suhu lingkungan pentingnya
ekstrem termoregulasi dan
 Suplai lemak kemungkinan efek
subkutan tidak. negatif dari demam
Memadai yang berlebihan
 Termogenesis  Informasikan pasien
non-mengigil yang mengenai indikasi
tidak efisien adanya kelelahan
 Tidak beraktivitas akibat panas dan
 Usia ekstrem penanganan
emergensi yang tepat
 Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
 Berikan medikasi
yang tepat untuk
mencegah dan
mengontrol
menggigil
 Berikan pengobatan
antipiretik, sesuai
kebutuhan
3. Hipotermia (D.0130) Termoregulasi Perawatan Hipotermi
Faktor yang berhubungan Dengan kriteria hasil:  Monitor suhu
 Agens  Suhu tubuh dalam pasien,
farmaseutikal rentang normal menggunakan alat
 Berat badan ekstrem  Nadi dan RR pengukur dan rute
 Ekonomi rendah rentang normal yang paling tepat
 Kerusakan  Tidak ada  Bebaskan pasien
hipotalamus perubahan warna dari lingkungan
 Konsumsi alkohol kulit yang dingin
 Kurang  Bebaskan pasien
pengetahuan dari pakaian yang
pemberi asuhan dingin dan basah
tentang pencegahan  Dorong pasien yang
hipotermia mengalami
 Kurang suplai hipotermia
lemak subkutan uncomplicated
 Lingkungan untuk
bersuhu rendah mengkonsumsi
 Malnutrisi cairan hangat,
 Pemakaian pakaian tinggi karbohidrat
yang tidak adekuat tanpa alkohol atau
 Penurunan laju kafein
metabolisme  Berikan pemanas
 Terapi radiasi yang pasif
 Tidak beraktivitas (misalnya selimut,
 Transfer panas pakaian hangat,
(mis., konduksi, tutup kepala)
konveksi, evaporasi,  Berikan
radiasi) pengobatan dengan
 Trauma hati-hati
 Usia ekstrem  Monitor adanya
gejala-gejala yang
berhubungan
dengan hipotermia
ringan
 Monitor adanya
syok pemanasan
kembali
 Monitor warna kulit
dan suhu kulit
 Identifikasi faktor
medis, lingkungan
dan faktor lain yang
mungkin memicu
hipotermia

4. Termoregulasi tidak Termoregulasi Monitor tanda-tanda


efektif (D0149) Dengan kriteria hasil: vital
Faktor yang berhubungan  Suhu tubuh dalam  Monitor tekanan
 Fluktuasi suhu rentang normal darah, nadi, suhu,
lingkungan  Nadi dan RR dan status
 Penyakit rentang normal pernafasan dengan
 Trauma  Tidak ada tepat
 Usia yang ekstrem perubahan warna  Monitor dan
kulit laporkan tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
 Monitor irama dan
laju pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan
abnormal
 Monitor warna
kulit, suhu,
kelembaban
 Monitor sianosis
sentral dan perifer
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi.Jakarta:EGC
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.3. Jakarta :
EGC.
Karyanti, Mulya Rahma (2014). Penanganan Demam Pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Jakarta
Berman, A., Synder. S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Earb’s Fundamental of Nursing
(10ͭ ͪ end.). USA: Pearson Education
Grainger, A. (2013). Principles of Temperature Monitoring. Nuersing Standart, 27(50), 48-
55.
Ignatavicus & Workman (2016). Medical Surgical Nursing, Patient-Centered Collaborative
Care (8ͭ ͪ ed.). St Louis: Mosby Elsevier
Perry,A.G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8ͭ ͪ ed.). St Louis: Mosby
Elsevier
Wilkinson, J. M., Treas,L. S., Barnet K & Smith, M.H. (2016). Fundamental of Nursing (3ͬ ͩ
ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai