Anda di halaman 1dari 10

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian meliputi gambaran umum tempat

penelitian, karakteristik dasar/data demografi sampel, dan hasil penelitian yang relevan

dengan tujuan dan hipotesis penelitian.

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

RSUD Bangil merupakan rumah sakit dengan tipe B yang telah terakreditasi

paripurna yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Pasuruan. Rumah sakit ini berada

di Jalan raya Raci Bangil Kabupaten Pasuruan. RSUD Bangil berdiri diatas lahan

seluas 7,8 ha yang saat ini baru memanfaatkan lahan seluas 4 ha dengan penggunaan

lahan untuk kegiatan pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat serta pelayanan

penunjang medik dan non medik serta pelayanan untuk publik.

Penelitian dilakukan di Ruang Krisan yaitu ruang yang khusus menangani

pasien dengan gangguan neurologi. Pelayanan di ruang Krisan meliputi pemantauan

tanda-tanda vital khususnya tekanan darah, pemberian nutrisi enteral dan parenteral,

pemeriksaan laboratorium dan radiografi khususnya MRI. Terdiri dari Ruang Krisan

A untuk pasien laki-laki dan Krisan B untuk pasien perempuan. Pada Krisan A

memiliki 8 tempat tidur. Pada Krisan B memiliki 9 tempat tidur.

Penyakit terbanyak yang dirawat di ruang Krisan adalah stroke dengan rata-rata

perbulan 30 hingga 40 pasien. Jumlah tenaga perawat adalah 12 orang dengan tenaga

pembagian perhari yaitu pagi 4 perawat, sore 3 perawat, malam 3 perawat dan libur 1

60
61

perawat. Ketenagaan di ruang Krisan juga didukung oleh 1 orang administrasi dan 1

orang cleaning service.

4.1.2 Data Umum Responden

4.1.2.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden

40
35
30 25
25 Laki-laki
20 13
Perempuan
15
10
5
0
Laki-laki Perempuan

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis


Kelamin di Ruang Krisan RSUD Bangil, periode 10 Januari - 7 Februari 2019

Berdasarkan diagram 4.1 di atas, dari penelitian terhadap 38 responden diperoleh

data tentang jenis kelamin dengan jumlah sebagian besar adalah laki-laki yaitu 25

responden dengan prosentase 66%, sedangkan perempuan berjumlah 13 responden

dengan prosentase 34%.

4.1.2.2 Karakteristik Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Stroke berdasarkan Usia di Ruang Krisan
RSUD Bangil, periode10 Januari - 7 Februari 2019

N Minimum Maximum Mean Modus Std. Deviation CI 95%


Usia 38 48 65 55,50 58 4,317 54,08 – 56,92
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa rata-rata usia responden adalah

55,50 tahun, dengan Standar Deviasi 4,317. Usia termuda 48 tahun dan usia tertua 65

tahun.
62

4.1.2.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan

100%
TIDAK SEKOLAH
80%
55% SD
60%
SMP
40% 26% SMA/SMK
18%
20% DIPLOMA/SARJANA
0 0
0%
Tingkat Pendidikan

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat


Pendidikan di Ruang Krisan RSUD Bangil 10 Januari - 7 Februari 2019

Berdasarkan diagram 4.2 di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden

terbanyak adalah SD sebanyak 21 orang (55%) responden, dan sebagian kecil

berpendidikan SMA 7 orang (18%) responden

4.1.3 Data Khusus Responden

4.1.3.1 Penatalaksanaan Golden Period pada Responden Stroke

Tabel 4.3 Distribusi Responden Stroke berdasarkan Penatalaksanaan Golden Period di


Ruang Krisan RSUD Bangil, periode10 Januari – 7 Februari 2019

N %
Penatalaksanaan
38 100%
Golden Period
Kurang Baik 19 50%
Baik 19 50%
Sumber : Lembar Observasi Penelitian Januari-Februari 2019
63

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penatalaksanaan golden period responden

jumlahnya sama antara penatalaksanaan yang kurang baik dengan yang baik yaitu 19

orang (50%).

4.1.3.2 Derajat Keparahan Pada Responden Stroke

Tabel 4.3 Distribusi Responden Stroke berdasarkan Derajat Keparahan di Ruang


Krisan RSUD Bangil, periode10 Januari – 7 Februari 2019

N %
Derajat Keparahan 38 100%
Ringan 10 26%
Sedang 24 63%
Berat 4 11%
Sumber : Lembar Observasi Penelitian Januari - Februari 2019

Diagram 4.3 menunjukkan bahwa responden terbanyak dengan derajat keparahan

sedang yaitu 24 orang (63%).

4.1.3.3 Hubungan Penatalaksanaan Golden Period dengan Derajat Keparahan


Responden Stroke

Tabel 4.4 Hasil Crosstabulating Hubungan Penatalaksanaan Golden Period dengan


Derajat Keparahan pada Responden Stroke di Ruang Krisan RSUD Bangil
10 Januari - 7 Februari 2019

Penatalaksanaan GP * Derajat Keparahan Crosstabulation

Derajat Keparahan
DN Ringan DN Sedang DN Berat Total
Penatalaks anaan Kurang Baik Count 1 15 3 19
GP % within
5.3% 78.9% 15.8% 100.0%
Penatalaks anaan GP
Baik Count 9 9 1 19
% within
47.4% 47.4% 5.3% 100.0%
Penatalaks anaan GP
Total Count 10 24 4 38
% within
26.3% 63.2% 10.5% 100.0%
Penatalaks anaan GP

Sumber : Lembar Observasi Penelitian Januari – Februari 2019


64

Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Spearment Rank-Order Hubungan Penatalaksanaan


Golden Period dengan Derajat Keparahan pada Responden Stroke di
Ruang Krisan RSUD Bangil 10 Januari - 7 Februari 2019

Penatalaksanaan Derajat
GP Keparahan

Spearman's rho Penatalaksanaan GP Correlation 1.000 -.461**


Coefficient

Sig. (2-tailed) . .004

N 38 38

Derajat Keparahan Correlation -.461** 1.000


Coefficient

Sig. (2-tailed) .004 .

N 38 38

Sumber : Lembar Observasi Penelitian Januari – Februari 2019

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa hasil uji Spearment Rank-Order

tentang hubungan penatalaksanaan golden period dengan derajat keparahan pada

responden dengan stroke didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,004 yang berarti lebih

kecil dari nilai alpha yaitu 0,05sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya bahwa ada

hubungan yang bermakna atau signifikan antara hubungan penatalaksanaan golden

period dengan derajat keparahan pada responden stroke. Berdasarkan hasil uji korelasi

( r ) pada penelitian diperoleh -4,61 hal ini menunjukkan adanya korelasi antara

penatalaksanaan golden period dengan derajat keparahan pada pasien stroke. Semakin

baik penatalaksanaan golden period maka semakin rendah derajat keparahan pada

pasien stroke.
65

4.2 PEMBAHASAN PENELITIAN

4.2.1 Penatalaksanaan Golden Period Pada Responden Stroke di Ruang Krisan

RSUD Bangil

Dari penelitian ini didapatkan hasil 50% atau 19 responden melakukan

penatalaksanaan golden period yang baik. Skor penatalaksanaan golden period yang

baik yaitu diberi nilai 2 dengan kategori menirahbaringkan penderita setelah

mengalami serangan stroke dan segera membawa penderita ke tenaga kesehatan paling

lambat 3 jam. Tetapi ada beberapa responden dengan membawa penderita ke tenaga

medis sebelum 3 jam saja diberi nilai 2 karena dalam penelitian ini yang diperhatikan

adalah waktu. Dengan berpegang pada filosofi yang ada yaitu time is brain dan the

golden hour. Sementara itu 19 responden lain atau 50% hasil penatalaksanaan golden

period kurang baik hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga

terhadap gejala stroke. Akibatnya penanganan medis terlambat dilakukan.

Pendapat peneliti terhadap hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Krisan,

adalah kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Tingkat pendidikan

yang paling banyak dalam penelitian ini adalah SD berjumlah 21 responden (55%).

Sehingga temuan ini dapat mempengaruhi pengetahuan keluarga responden tentang

gejala stroke. Akibatnya penanganan terhadap pasien stroke terlambat dilakukan.

Keberhasilan penanganan stroke akut dimulai dari pengetahuan keluarga dan

masyarakat bahwa stroke merupakan keadaan gawat darurat. Seperti teori yang

dikemukakan Rahmania, 2016 bahwa pada saat terjadinya serangan stroke, keluarga

berperan penting untuk pengambilan keputusan dalam perawatan kesehatan terhadap


66

pasien stroke. Responden dengan tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh

pada penatalaksanaan awal stroke yang dilakukan oleh keluarga pasien, disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan tentang gejala awal stroke. Sementara responden dengan

tingkat pendidikan yang tinggi semestinya pengetahuan tentang stroke lebih baik yang

akan berpengaruh pula pada penatalaksanaan awal stroke.

Menurut Widi, (2013) dalam Republika.co.id, (2013) mengungkapkan waktu

utama (golden period) penolongan pertama pada pasien stroke. Ia mengatakan 3 jam

pertama saat seseorang mengalami stroke merupakan golden period pasien stroke harus

dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama. Waktu ini akan

dipergunakan untuk mengoreksi sumbatan yang terjadi di otak. Dengan demikian perlu

penanganan yang secepat mungkin untuk menurunkan angka cacat fisik akibat stroke.

Mubarak et al, (2015) menambahkan intervensi pada pasien stroke iskemik yang bisa

dilakukan oleh keluarga dirumah saat anggota keluarganya mengalami serangan stroke

yaitu dengan menganjurkan untuk tirah baring karena diharapkan dapat mencegah

terjadinya tekanan intrakranial meningkat.

4.2.2 Derajat Keparahan Pada Responden Stroke di Ruang Krisan RSUD

Bangil

Hasil penelitian ini adalah pasien stroke di ruang Krisan terbanyak dengan

derajat keparahan sedang yaitu 63%. Selain itu rata-rata derajat keparahan responden

adalah 1,84 yang berarti rata-rata responden memiliki derajat keparahan sedang dengan

Standart Deviasi 0,594. Derajat keparahan responden terendah 1 dan tertinggi 3.

Pendapat peneliti terhadap penelitian ini, keadaan responden dengan nilai

derajat keparahan yang rendah umumnya terjadi pada klasifikasi penatalaksanaan


67

golden period yang baik khususnya responden dengan penanganan medis kurang dari

3 jam. Sebaliknya, responden dengan klasifikasi penatalaksanaan golden period yang

kurang umumnya nilai derajat keparahan tinggi. Hal ini terjadi karena responden

mendapat penanganan medis yang telat, maka semakin lama penanganan medis yang

dilakukan akan berpengaruh juga pada keluasan derajat keparahan yang terjadi.

Defisit neurologis diyakini selalu menimbulkan gangguan fungsi permanen,

disabitas dan penurunan kualitas hidup. Defisit neurologis yang terjadi mengenai

berbagai domain neurologis diantaranya motorik, sensorik, penglihatan, bahasa,

kognisi dan afek. Oleh karena heterogenisitas dari gejala stroke dan keparahannya,

terdapat kemungkinan kategori pengukuran keluaran stroke, salah satunya adalah skor

NIHSS (Tsao, 2005 dalam Hasibuan, 2015).

4.2.3 Hubungan Penatalaksanaan Golden Period dengan Derajat Keparahan

Responden Stroke di Ruang Krisan RSUD Bangil

Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil yang signifikan antara

penatalaksanaan golden period dengan derajat keparahan, didapatkan signifikansi

sebesar 0,004 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Sehingga ada hubungan yang bermakna

atau signifikan antara hubungan penatalaksanaan golden period dengan derajat

keparahan pada responden stroke.

Pendapat peneliti terhadap penelitian ini, nilai derajat keparahan dipengaruhi

oleh nilai penatalaksanaan golden period dan semakin nilai penatalaksanaan golden

period tinggi semakin rendah pula derajat keparahan pada pasien pasien stroke.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Soedirman pada tahun 2015 menunjukkan

bahwa waktu pasien sampai ke rumah sakit adalah >3 jam dengan persentase 56,7%,
68

rata-rata kerusakan neurologis pasien stroke adalah 70% dengan p value 0,042.

Sehingga menunjukkan bahwa penatalaksanaan golden hour pada saat serangan stroke

pertama ini penting untuk meminimalkan derajat keparahan yang terjadi.

Selain itu Menurut Widi, (2013) dalam Republika.co.id, (2013)

mengungkapkan waktu utama (golden period) penolongan pertama pada pasien stroke.

Ia mengatakan 3 jam pertama saat seseorang mengalami stroke merupakan golden

period pasien stroke harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan

pertama. Waktu ini akan dipergunakan untuk mengoreksi sumbatan yang terjadi di

otak. Gunawan, (2016) dalam viva.co.id, (2016) juga menekankan bahwa stroke sangat

erat dengan waktu. Semakin cepat ditangani, akan semakin kecil kerusakan pada otak

yang terjadi dan kemungkinan dapat mengurangi disabilitas. Menurut Mubarak et al

2015:6 intervensi pada pasien stroke iskemik yang bisa dilakukan oleh keluarga

dirumah saat anggota keluarganya mengalami serangan stroke yaitu dengan

menganjurkan untuk tirah baring karena diharapkan dapat mencegah terjadinya

tekanan intrakranial meningkat.

Saat seseorang terkena stroke iskemik maka suplai darah ke area otak terhalang

oleh bekuan darah yg diakibatkan oleh aterosklerosis yang merupakan penumpukan

lemak di lapisan pembuluh darah. Sebagian dari timbunan ini bisa memblokir aliran

darah di otak akibatnya sel-sel otak akan mati dan menyebabkan kelumpuhan

permanen hingga kematian. Pengenalan cepat dan reaksi terhadap tanda-tanda stroke

seperti wajah, lengan, dan kaki dari salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan dan

atau kaku atau mati rasa, kesulitan berbicara harus segera disadari. Maka dari itu golden

period berperan penting dalam tingkat perbaikan dan kesembuhan pasien agar
69

terhindar dari serangan stroke berat. Semakin cepat ditangani, akan semakin kecil

kerusakan pada otak yang terjadi dan kemungkinan dapat mengurangi disabilitas atau

kecacatan.

Anda mungkin juga menyukai