Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANGGOTA KELUARGA DENGAN PPOK
DI RT 2 RW 6 KELURAHAN DINOYO

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko,
2012).Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah
unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan
Maglaya (1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan
suatu budaya.
Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah
tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi
atau perkawinan (Setiadi, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI
( 1988) keluarga adalah inti terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi, 2008).

2. Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan


bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat.
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah
:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi
bagian keluaga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.

Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012)


membagi struktur keluarga menjadi empa elemen, yaitu
komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan
kekuatan keluarga.
a. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi
sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu
dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti
bahagia, sedih, atau marah diantara paran aggota keluarga.
Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang
diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh.
Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah
dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami,
maka suami akan mengklarifikasi kepadai stri apa yang
membuat istri marah.
b. Struktur peran keluarga.
Peran masing–masing anggaota keluarga baik secara formal
maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam
pengaturan keluarga.
c. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal
apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-
peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait.
Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana
norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku
motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan
pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan
meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune,
2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman
perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan system nilai dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik actual maupun
potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi
perilaku orang lain berubah ke arah positif. Tipe struktur
kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol
seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority),
seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-
lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan karena
adanya harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh
yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power),
pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power),
pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual (affective power).
3. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungan keturunan, tetapi juga memelihara dan
membesarkan anak dengan gizi yang seimbang, memelihara
dan merawat anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis
keluarga.
b. Fungsi psikologis
Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian diantara anggota keluarga membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada
anak membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada
anak. Meneruskan nilai-nilai budaya
d. Fungsi ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari
sumber-sumber penghasilan keluarga, menabung untuk
memenuhi kebutuhan yang akan datang, misalnya pendidikan
anak-anak dan jaminan hari tua .
e. Fungsi pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan
anak dalam rangka untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, membentuk prilaku anak,, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya

4. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan -perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua atau keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat
dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui keluarga sendiri. Anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindak lanjut atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. Memodifikasi
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya
bagi keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).

5. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam
suatu sistem (Kozier, 1995). Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
akan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga.
Berikut ini tugas keluarga menurut Friedman (1998),
adalah sebagai berikut: mengenal masalah kesehatan; keluarga
mampu mengidentifikasi masalah-masalah dalam keluarga.
Fungsi keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat, yaitu keluarga mampu membuat keputusan dan
merencanakan tindakan keperawatan keluarga, dalam
melakukan perawatan keluarga yakni keluarga mampu merawat
anggota keluarga sebelum anggota keluarga membawa anggota
keluarga ke tempat pelayanan kesehatan. Keluarga juga mampu
mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
untuk kelangsungan hidup anggota keluarga, serta tetap
mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat. Keluarga akan menggunakan fasilitas
kesehatan sesuai dengan kemampuan keluarga.

6. Kemampuan Keluarga
Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3
domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom, 1956
dalam Potter dan Perry, 2005). Ketiga domain tersebut lebih
dikenal pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting karena
digunakan untuk menerima informasi baru dan mengingat
informasi tersebut.
Saat keluarga diberikan informasi baru, maka keluarga
tersebut akan
membentuk tindakan keluarga yang merujuk pada pikiran rasional,
mempelajari fakta, mengambil keputusan dan mengembangkan
pikiran (Craven, 2006)

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi
pada sistem keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan
hubungan antara anggotanya disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan
tugas perawat pada setiap tahapan perkembangan.
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki


(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena
kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal
dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya, misalnya makan,tidur,bangun pagi dan
sebagainya
Tugas perkembangan
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ;
keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family).

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan


berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5tahun.
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada
tahap ini adalah:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua;
bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat
perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif
dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool).

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan
anak lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
keluarga maupun dengan masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah )
dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini
biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga
sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas
baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai


7 tahun kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan
diri menjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan
a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung
jawab.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan,kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan


rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit
karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan
perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak- anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat,
diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan
dan lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Dimulai saat pension sampai dengan salah satu pasangan


meninggal dan keduanya meninggal.

Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
5. Melakukan life review.
Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini.

8. Stress Dan Koping Keluarga


a. Sumber stressor keluarga (Stimulus)
White (1974, dalam Friedman, 1989) mengidentifikasi tiga
strategi untuk adaptasi individu yang juga dapat digunakan
pada keluarga yaitu mekanisme pertahanan, merupakan cara-
cara yang dipelajari, kebiasaan dan otomatis untuk berespon,
taktik untuk menghindari masalah dan biasanya merupakan
perilaku menghindari sehingga cenderung disfungsi, strategi
koping yaitu upaya-upaya pemecahan masalah, biasanya
merupakan strategi adaptasi positif dan penguasaan yaitu
merupakan mode adaptasi yang paling positif sebagai hasil dari
penggunaan strategi koping yang efektif dan sangat
berhubungan kompetensi keluarga
b. Koping Keluarga
Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga
(analisa interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai
respon positif yang digunakan keluarga dalam menyelesaikan
masalah (mengendalikan stress). Berkembang dan berubah
sesuai tuntutan/stressor yang dialami. Sumber koping keluarga
bisa internal yaitu dari anggota keluarga sendiri dan eksternal
yaitu dari luar keluarga.
c. Strategi adaptasi disfungsional
Dapat berupa penyangkalan dan ekploitasi terhadap anggota
keluarga seperti kekerasan terhadap keluarga, kekerasan
terhadap pasangan, penyiksaan anak, penyiksaan usia lanjut,
penyiksaan orang tua, proses pengkambinghitaman dan
penggunaan ancaman. Penyangkalan masalah keluarga
dengan menggunakan mitos keluarga, triangling (pihak ketiga)
dan pseudomutualitas, pisah/hilangnya anggota keluarga dan
otoritariansme.
B. Konsep PPOK
A. Definisi
 PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi
paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD , 2009).
 PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price,
Sylvia Anderson : 2005)
 PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan COPDadalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-
paru dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001)
B. KLASIFIKASI

Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik


adalah sebagai berikut:

1. Bronchitis Kronis

a. Definisi

Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan


pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum
selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut
(Bruner & Suddarth, 2002).

b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:

1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus


influenzae.

2) Alergi

3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll

c. Manifestasi klinis

1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi


besar, yang mana akanmeningkatkan produksi mukus.

2) Mukus lebih kental

3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme


pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence"
dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan
kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul,
kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia
sehingga produksi mukus akan meningkat.

4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua


kali ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus
kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang
banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-
mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi
biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.

5) Mukus yang kental dan pembesaran


bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama
ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini
menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan
asidosis.

6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi


perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan
PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai
PaCO2.

7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia,


maka terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat
penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam,
biasanya karena infeksi pulmonary.

8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan


peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju
penyakit cor pulmonal dan CHF

2. Emfisema

a. Definisi

Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding


alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner &
Suddarth, 2002).

b. Etiologi

1) Faktor tidak diketahui


2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis

1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh
bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan
ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10)Kelemahan
3. Asthma Bronchiale

a. Definisi

Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat


dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan
dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh
peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth,
2002).

b. Etiologi

1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)


2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis

5) Dispnea
6) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada
terasa berat),
7) wheezing,
8) batuk non produktif
9) takikardi
10) takipnea
C. ETIOLOGI

Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah


partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel
gas ini termasuk :

1. asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. polusi udara

a. polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor


b. polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu
jalanan
3. polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)

4. infeksi saluran nafas bawah berulang

D. PATOFISIOLOGI

Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu


pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran
karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri
dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah
proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah
teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu
gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering
dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi
paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP)
(Sherwood, 2001).

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-


komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil
mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-
perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus
kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme
penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan
yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama
ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya
peradangan (GOLD, 2009).

Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya


peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara
progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya
elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif
setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif,
maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps (GOLD, 2009).

Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan


berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada
PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi
makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan
elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut,
terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan
ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi
mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada
arteriol (Chojnowski, 2003).
E. MANIFESTASI KLINIS

Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada


pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang
timbul lalu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk
disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan
mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.

Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung


lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah
hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa
penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat
saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut

Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:

1) Batuk bertambah berat


2) Produksi sputum bertambah
3) Sputum berubah warna
4) Sesak nafas bertambah berat
5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7) Penurunan kesadaran
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan radiologi

a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang


perlu diperhatikan:

1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-


garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks
paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang
menebal.

2) Corak paru yang bertambah


b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada
yaitu:

1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary


oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada
emfisema panlobular dan pink puffer.

2) Corakan paru yang bertambah.

3) Pemeriksaan faal paru

Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun,


VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema
paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan
arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory
flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah
atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran
napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi
menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.

2. Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun,


timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan
penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang
pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan
polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia
menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.

3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan
P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah
Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari
1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.

5. Laboratorium darah lengkap

G. KOMPLIKASI

1) Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2
kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen
<85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood,
penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.

2) Asidosis Respiratory

Timbul akibat dari peningkatan nilai


PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri
kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.

3) Infeksi Respiratory

Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan


produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos
bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran
udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya
dyspnea.

4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit
paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea
berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan
bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.

5) Cardiac Disritmia

Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat


atau asidosis respiratory.

6) Status Asmatikus

Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan


asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial
mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon
terhadap therapi yang biasa diberikan.Penggunaan
otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya


pada fase akut, tetapi juga fase kronik.

2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas


harian.

3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat


dideteksi lebih awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera


menghentikan merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi


antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus
tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik.

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator.


Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi
(bronkospasme) masih kontroversial.

5. Pengobatan simtomatik.

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.

7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus


diberikan dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit.

Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran


secret bronkus.

2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan


pernapasan yang paling efektif.

3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk


memulihkan kesegaran jasmani.

4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap


penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula

Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis)

1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi


udara

2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :


a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi
ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,
maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin
4×0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan
B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam
antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada
pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat
penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow
rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda
pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.

b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan


karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2

c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan


baik.

d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di


dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien
dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250
mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 -
0,56 IV secara perlahan.

4. Terapi jangka panjang di lakukan :

a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin


4×0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.

b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran


napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.

c. Fisioterapi
5. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik

6. Mukolitik dan ekspektoran

6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas
tipe II dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)

Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa


sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar
dari depresi.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala :

· Keletihan, kelelahan, malaise,Ketidakmampuan untuk melakukan


aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas

· Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi

· Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau


latihan

Tanda :

· Keletihan

· Gelisah, insomnia

· Kelemahan umum/kehilangan massa otot

2. Sirkulasi

Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda :

· Peningkatan tekanan darah

· Peningkatan frekuensi jantung

· Distensi vena leher

· Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung

· Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan


diameterAPdada)

· Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku


tabuh dansianosis perifer

· Pucat dapat menunjukkan anemia.

3. Integritas Ego
Gejala :

· Peningkatan factor resiko

· Perubahan pola hidup

Tanda :

· Ansietas, ketakutan, peka rangsang

4. Makanan/ cairan

Gejala :

· Mual/muntah

· Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)

· ketidakmampuan untuk makankarena distress


pernafasan

· penurunan berat badan menetap (emfisema),


peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronchitis)

Tanda :

· Turgor kulit buruk

· Edema dependen

· Berkeringat

5. Hyegene

Gejala :

· Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan


melakukan aktivitassehari-hari

Tanda :

· Kebersihan buruk, bau badan

6. Pernafasan

Gejala :
· Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea
sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada
kerja; cuaca atau episode berulangnyasulit nafas (asma); rasa
dada tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas(asma)

· Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada


saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat
banyak sekali(bronchitis kronis)

· Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap


dinimeskipun dapat menjadi produktif (emfisema)

· Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan


pernafasandalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau
debu/asap (mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji

· Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.

Tanda :

· Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi


memanjangdengan mendengkur, nafas bibir (emfisema)

· Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu,


melebarkan hidung.

· Dada: gerakan diafragma minimal.

· Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi


(emfisema);menyebar, lembut atau krekels lembab kasar
(bronchitis); ronki, mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau
tidak adanya bunyi nafas (asma)

· Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara


denganemfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi,
cairan, mukosa)

· Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.

· Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-


abukeseluruhan; warna merah (bronchitis kronis, “biru
mengembung”). Pasiendengan emfisema sedang sering disebut
“pink puffer” karena warna kulitnormal meskipun pertukaran gas
tak normal dan frekuensi pernafasancepat.

· Tabuh pada jari-jari (emfisema)

7. Keamanan

Gejala :

· Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor


lingkungan

· Adanya/berulang infeksi

· Kemerahan/berkeringat (asma)

8. Seksualitas

Gejala :

· penurunan libido

9. Interaksi Sosial

Gejala :

· Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung

· Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat

· Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

Tanda :

· Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara


karena distress pernafasan

· Keterbatasan mobilitas fisik

· Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan


ventilasi perfusi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dengan kebutuhan oksigen.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan
anoreksia, mual muntah.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, 2002. Ilmu Kesehatan Anak NELSON. Vol. II. Ed. 15. Jakarta:
EGC
Hamrui, 2009. Faktor-Faktor Yang Mendukung Kebiasaan Makan-
MakananKariogenik Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak
Prasekolah.
Harris and Christen, 1995. Karies Gigi Pada Anak. Jakarta:EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai