Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA USIA LANJUT

Disusun oleh:

ALFI ALDISA MIFTAKHUL ROZIQI


P272220018006

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA USIA LANJUT

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu: Dwi Sulistyowati, S.Kp., Ns. M.Kes

Disusun oleh:

ALFI ALDISA MIFTAKHUL ROZIQI


P272220018006

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2021
A. Latar Belakang

Sakit pada dasarnya keadaan terganggunya seseorang dalam proses

tumbuh kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta

terganggunya proses penyesuaian diri manusia atau bisa dikatakan sebagai

gangguan fungsi yang normal di mana individu sebagai totalitas dari

keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi sosial (Hidayat,

2018)

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan. Beberapa ahli berpendapat

bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya hipertensi. Oleh sebab

itu pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus dari

peningkatan tekanan darah sangat disarankan agar terhindar dari keadaan

yang lebih parah (Harmoko, 2012).

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan

anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

peningkatan usia harapan hidup. Usia lanjut adalah suatu proses alami yang

tidak dapat dihindari (Azwar, 2016). Seiring bertambahnya usia maka

fungsi-fungsi tubuh akan mengalami penurunan dan mengakibatkan para

lansia jatuh dalam kondisi sakit. Penurunan fungsi-fungsi tubuh ini disebut

dengan proses degeneratif. Salah satu proses degeneratif yang terjadi adalah

pada sistem kardiovaskular. Penyakit kardiovaskuler yang paling banyak


dijumpai pada lansia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, serta

penyakit jantung pulmonik. (Tamber, S dan Noorkasiani, 2016)

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg

(Smeltzer, 2012). Hipertensi adalah penyakit yang tidak bisa

disembuhkan, karena terbebani dengan penyakit tersebut membuat

stressor pembuat stress bekerja jauh lebih meningkat.

B. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy dalam Harmoko, 2012).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, menigkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional dan sosial dari individu - individu yang ada di

dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama (Komang, 2015).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang terhubung karena

ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan

pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai

bagian dari keluarga (Friedman, 2012).


2. Fungsi keluarga

Struktur dan fungsi keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012)

yaitu

a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga

yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi

dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.

b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat

dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang

berbeda disekitarnya.

c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan

tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya

untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga

diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip

dengan luar rumah.

e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan

pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh

keluarga.

f. fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang

agama dan mengamalkan ajaran agama.


g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk

melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat

berada di luar rumah.

h. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan

tetapi juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi

secara menyeluruh, diantaranya seks yang sehat dan berkualitas

serat pendidikan seks bagi anak-anak.

i. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota

keluarga berada di luar rumah.

3. Tipe keluarga

Ada beberapa bentuk keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012)

yaitu;

a. Keluarga inti (nuclear family), merupakan keluarga yang

dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang

terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran

natural maupun adopsi.

b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga

tempat asal seseorang dilahirkan.

c. Keluarga besar (extended family), keluarga inti yang ditambah

dengan keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek,

nenek, bibi, paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti


orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan

sejenis (guy/lesbian family).

d. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

suatu keluarga inti.

e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk

karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.

f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan

poligami dan hidup bersama.

g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu

keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.

h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-

nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat,

dijumpai bentu keluarga yang tidak lazim, misalnya anak

perempuan menikah dengan ayah kandungnya.

i. Keluarga tradisional dan nontradisional, keluarga tradisional

diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak

diikat oleh perkawinan


4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh menurut (Friedman, dalam Harmoko hal 19; 2012)

di gambarkan sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai
dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta
dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi
apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada
satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak
sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif
(bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak
valid.
1) Karakteristik pemberi pesan
a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
2) Selalu menerima dan meminta timbal balik.
a) Karakteristik pendengar
b) Siap mendengarkan
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper
power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan
efektif power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
- Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau
tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.
- Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
- Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.
-
5. Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Effendy dalam Harmoko (2012), tahap perkembangan

keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap:

a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari

sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga baru.

Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu

membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan


bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman,

kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB.

b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu

dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30

bulan. Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi,

membagi peran dan tanggung jawab, adaptasi pola hubungan

seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi

orang tua.

c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan

anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun.

Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu,

pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya

dan membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama

berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu

menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan,

kerjasama dalam menyelesaikan masalah, memperhatikan

kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13

tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini

untuk menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda,

menyertakan keluarga dalam tanggungjawab dan

mempertahankan filosofi hidup.


f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak

pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan

keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan

tanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka,

melepaskan anak dan mendapatkan menantu.

g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir

meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun

tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang

menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah

tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan

kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga

dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus

berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia.

Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi

pensiun, saling merawat, memberi arti hidup, mempertahankan

kontak dengan anak, cucu dan masyarakat.

6. Tingkatan Keperawatan Keluarga


Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu :
a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individy/anggota keluarga dan
fokus pelayanan keperawatan tingkat ini adalah individu yang
akan dikaji dan diintervensi
b. Level II
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya ,
masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing
anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota
dilihat sebagai unit yang terpisah.
c. Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adaah sub-sistem
dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit
yang berinteraksi, fokus intervensi ;hubungan ibu dengan anak;
hubungan perkawinan;dll
d. Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebaai klien dan menjadi fokus
utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan
individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai
interaksional system, fokus intervensi :dinamika internal
keluarga;struktur dan fungsi keluarga;hubungan sistem keluarga
dengan lingkungan luar

7. Peran Perawat Keluarga

a. Pendidik 

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga agar :

- Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan

keluarga secara mandiri

- Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan

keluarga

b. Koordinator 

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat


diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari

berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan

pengulangan

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di

rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab

dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama

perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit.

Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan

keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti

dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga

yang sakit

d. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home

visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk

mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang

kesehatan keluarga

e. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat

kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina

dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat

dipercaya
f. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan

rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk

mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal

g. Fasilitator 

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk

meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan

peran fasilitator dengan baik, maka  perawat komunitas harus

mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana

sehat, dan lain-lain)

h. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga

tidak terjadi ledakan atau wabah

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Tahap pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan
metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut
ke ujung kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh hasil laboratorium, dan lain-
lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga
b. Usia
c. Alamat dan telepon
d. Pekerjaan kepala keluarga
e. Pendidikan kepala keluarga
f. Komposisi keluarga
g. Tipe Keluarga
h. Suku bangsa
i. Agama
j. Status sosial ekonomi
k. Aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga komunitas
c. Mobilitas keluarga
d. Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
e. Sistem pendukung keluarga
4. Pengkajian Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai atau norma keluarga
5. Fungsi Keluarga
a. Pengkajian fungsi afektif
b. Fungsi sosialisai
c. Fungsi perawatan Kesehatan
d. Fungsi reproduksi
e. Fungsi ekonomi
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek dan panjang
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap
situasistresor 
c. Strategi koping konstruktif yang digunakan
d. Strategi adaptasi disfungsional
7. Pemeriksaan Fisik 
8. Harapan Keluarga

2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

a. Nutrisi

b. Cairan

c. Aktifitas latihan

d. Istirahat tidur

e. Eliminasi

3. Tahap Perumusan Diagnosa


Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk
mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera /wellness”)
Skoring :

1) Tentukan skore untuk setiap kriteria

2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan SkoreXBobot


kalikanlah dengan bobot Angka tertinggi
3) Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria

4. Perencanaan keperawatan keluraga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

5. Tindakan keperawatan kelurga


keperawatan adalah Rencana pelaksaan atau pengolahan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan secara optimal
6. Evalusi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan klien dengan hasil yang diamati dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencaan, untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana keperawatan atau menghentikan rencana
keperawatan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu:

S (subjective): perkembangan keadaan yang dirasakan pada apa yang

dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.


O (Objective): perkembangan objektif yang bisa diamati dan diukur oleh

perawat atau time kesehatan

A (Assement): penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.

P (Planing): rencana keperawatan yang berisi melanjutkan perencanaan

sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.


DAFTAR PUSTAKA

Budiono, (2016). Buku ajaran Metodologi Penelitian Kesehatan,Yogyakarta :


Nuha Medika
Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Hidayat, Aziz Alimul. 2018. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, S (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tamber, S dan Noorkasiani, (2016). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai