Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH KERAJAAN HINDU DI INDONESIA

A. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua dan merupakan kerajaan Hindu


pertama di Indonesia yang diperkirakan berdiri sekitar tahun 400-500 Masehi.
Kerajaan ini memiliki hubungan perdagangan dengan India, meskipun letak
Kerajaan Kutai sendiri tidak terletak di jalur perdagangan Nusantara. Dari
hubungan perdagangan dengan India inilah diketahui awal penyebaran
pengaruh Hindu. Salah satu bukti bahwa Kerajaan Kutai memiliki hubungan
perdagangan dengan India adalah ditemukannya Prasasti Yupa.

1. Letak Kerajaan Kutai


Letak Kerajaan Kutai diperkirakan berada di daerah Muara
Kaman, di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam
merupakan sungai yang berukuran cukup besar dan memiliki beberapa
anak sungai. Lokasi pertemuan antara sungai Mahakam dan anak-anak
sungainya diperkirakan merupakan letak Muara Kaman di masa lampau.
Sungai Mahakam dengan ukurannya yang cukup besar
memungkinkan untuk dilayari dari pantai hingga masuk ke Muara
Kaman, maka dari itu bisa diperkirakan menjadi jalur perdagangan yang
strategis.

2. Pendiri Kerajaan Kutai


Pendiri Kerajaan Kutai adalah Kudungga yang kemudian dikenal
dengan gelar Maharaja Kudungga Anumerta Dewawarman. Menurut
sejarah, Kudungga merupakan seorang pembesar dari kerajaan Champa
yang terletak di Kamboja. Pada masa pemerintahan Kudungga, belum ada
sistem pemerintahan yang teratur dan sistematis.
Setelah masa pemerintahan Kudungga, pemerintahan Kerajaan
Kutai dilanjutkan oleh anak Kudungga yang bernama Aswawarman.
Aswawarman merupakan seorang raja yang pandai mengatur sistem
pemerintahan sehingga diberi gelar Wangsakerta yang artinya pembentuk
keluarga raja. Selain itu, Aswawarman juga diketahui sebagai raja Kutai
pertama yang menganut agama Hindu, sebab Kudungga belum menganut
agama Hindu dan pada masa pemerintahannya diyakini hanya berperan
sebagai kepala suku.
Setelah masa pemerintahan Aswawarman selesai, pemerintahan
Kerajaan Kutai kemudian dilanjutkan oleh anak sulungnya yang bernama
Mulawarman. Mulawarman dikenal sebagai raja Kutai yang membawa
kerajaan tersebut pada masa kejayaannya. Bahkan beberapa sejarawan
menganggap bahwa Mulawarman adalah pendiri Kerajaan Kutai karena ia
mampu membawa stabilitas pada kerajaan tersebut.

3. Masa Kejayaan Kerajaan Kutai


Masa kejayaan atau zaman keemasan Kerajaan Kutai terjadi
dalam masa pemerintahan Mulawarman. Kehidupan ekonomi dalam masa
pemerintahan Mulawarman berkembang sangat pesat yang dapat dilihat
dari aktivitas perekonomiannya. Dalam salah satu prasasti peninggalan
Kerajaan Kutai, dikatakan bahwa Mulawarman telah banyak
menyelenggarakan upacara slametan emas yang sangat banyak.
Kemajuan perekonomiannya tidak berhenti hanya sampai di situ,
bahkan diperkirakan Kerajaan Kutai telah menjalin hubungan
perdagangan internasional yang cukup besar. Para saudagar yang
melewati jalur perdagangan internasional diperkirakan kerap singgah
terlebih dahulu di Kerajaan Kutai. Inilah salah satu alasan kenapa
Kerajaan Kutai mengalami kemajuan perekonomian yang pesat hingga
mencapai masa kejayaannya.
Tak hanya itu, kejayaan ini juga terlihat dari adanya golongan
terdidik yang terdiri dari kasta Ksatria dan Brahmana. Golongan tersebut
kemungkinan besar telah berlayar ke India atau pusat-pusat penyebaran
agama Hindu di wilayah Asia Tenggara.

4. Runtuhnya Kerajaan Kutai


Kondisi Kerajaan Kutai setelah masa pemerintahan Mulawarman
tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Kerajaan Kutai Martadipura
kemudian runtuh setelah berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Kutai yang
memeluk agama Islam.
Pada tahun 1635, Maharaja Dharma Setia yang merupakan
pemimpin terakhir Kerajaan Kutai tewas di tangan Pangeran Sinum Panji
Mendapa dari Kesultanan Kutai. Setelah penaklukkan tersebut, wilayah
kekuasaan Kerajaan Kutai berada di bawah kendala Kesultanan Kutai.

B. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu tertua kedua
di Indonesia setelah Kutai. Kerajaan yang terletak di dekat Sungai Citarum,
Jawa Barat ini berdiri pada abad ke-4 M, atau lebih tepatnya di tahun 358 M.
Meskipun berdiri di Nusantara, ternyata pendiri kerajaan tersebut bukan orang
Indonesia asli. Dia adalah seorang pendatang asal India bernama
Rajadirajaguru Jayasingawarman.
Janyasingawarman menguasai Kerajaan Tarumanegara sejak 358 M
dan lengser pada 382 M usai memutuskan untuk menjadi pertapa.
Kekuasaannya lantas diberikan kepada putranya, yakni Raja
Dharmayawarman.

1. Kehidupan Ekonomi dan Sosial Kerajaan Tarumanegara


Letaknya yang berada di dekat perairan, membuat Kerajaan
Tarumanegara disematkan predikat “kerajaan maritim”. Berkat lokasinya
itu pula, Tarumanegara terbilang maju dalam bidang pelayaran dan
perdagangan. Meskipun demikian, prioritas kehidupan ekonomi di
kerajaan tersebut adalah pertanian dan peternakan.
Sementara itu, terdapat dua golongan masyarakat dalam
kehidupan sosial di Kerajaan Tarumanegara. Golongan pertama adalah
golongan agama Hindu yang berisi para raja atau anggota kerajaan.
Adapun golongan kedua ialah masyarakat biasa yang masih mempercayai
agama nenek moyang atau agama kebudayaan.

2. Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarmuanegara mencapai puncak kejayaannya saat
dipimpin oleh raja ketiga, yaitu Raja Purnawarman. Dia terkenal sebagai
sosok raja yang berwibawa dan cerdas.
Pada masa kepemimpinannya, kondisi ekonomi Kerajaan
Tarumanegara terbilang maju dengan pesat. Letaknya yang strategis dan
kepiawaian Raja Purnawarman dalam memimpin, membuat kerajaan
tersebut semakin unggul dalam sektor perdagangan.
Tak hanya itu, Raja Purnawarman juga berhasil mengatasi
persoalan banjir di wilayah kekuasaannya, sebagaimana yang telah
disinggung pada pembahasan di awal. Dia menyelesaikan masalah
tersebut dengan menggali Kali Candrabaga, cikal bakal Sungai Citarum
untuk mengalirkan air berlebih itu ke laut.
Kali sepanjang 11 kilometer ini dikerjakan dalam kurun waktu
21 hari. Sebagai perayaan digalinya irigasi tersebut, Raja Purnawarman
mempersembahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.  Kisah ini
terkuak dari temuan peninggalan Kerajaan Tarumanegara, yaitu Prasasti
Tugu.

3. Akhir Kerajaan Tarumanegara


Kemunduran Kerajaan Tarumanegara mulai terasa saat Raja
Linggawarman berkuasa. Setelah dirinya wafat, kondisi kerajaan semakin
parah.
Tahta kerajaan yang dia serahkan kepada menantunya,
Tarusbawa, menandai berakhirnya masa kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara. Sebab, Tarusbawa memiliki ambisi untuk mendirikan
kerajaannya sendiri yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Sunda.

4. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


Eksistensi Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui berkat
peninggalannya yang berupa prasasti. Terdapat tujuh prasasti yang
ditemukan di daerah berbeda, yakni lima buah ditemukan di Bogor, satu
buah ditemukan di Jakarta, dan satu prasasti lainnya ditemukan di Lebak
Banten.
Berikut adalah ketujuh prasasti yang menjadi saksi bisu atas
keberadaan Tarumanegara:
a. Prasasti Ciaruteun atau Ciampea 
b. Prasasti Jambu atau Koleangkak 
c. Prasasti Kebon Kopi 
d. Prasasti Tugu 
e. Prasasti Cidanghiang atau Lebak 
f. Prasasti Muara Cianten 
g. Prasasti Pasir Awi

C. Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari atau Kerajaan Tumapel adalah kerajaan bercorak


Hindu-Buddha di Jawa Timur yang terletak di daerah Singasari, Malang.
Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok yang juga menjabat sebagai raja
pertama dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi pada 1222 M.
Masa kejayaan Kerajaan Singasari berlangsung pada masa
pemerintahan Raja Kertanegara, yang berkuasa antara 1272-1292 M. Di
bawah kekuasaannya, wilayah kekuasaannya mencapai Bali, Sunda, sebagian
Kalimantan, dan sebagian Sumatera. Sumber-sumber Kerajaan Singasari
dapat diketahui dari Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama, serta
prasasti-prasasti peninggalannya.

1. Berdirinya Kerajaan Singasari


Berdirinya Kerajaan Singasari tidak lepas dari kisah pendirinya,
Ken Arok. Ken Arok awalnya hanya seorang pengawal Tunggul
Ametung, seorang akuwu (camat) di Tumapel. Ken Arok kemudian
membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istrinya yang bernama Ken
Dedes.
Setelah menjadi Akuwu Tumapel, Ken Arok bersekutu dengan
para Brahmana untuk menaklukkan Kerajaan Kediri. Serangannya pun
berhasil hingga memaksa Raja Kertajaya menyerahkan kekuasaan kepada
Ken Arok dan kerajaan dipindah ke Singasari. Ken Arok kemudian
mendirikan Kerajaan Tumapel yang pada akhirnya lebih dikenal sebagai
Kerajaan Singasari.

2. Kehidupan Sosial Kerajaan Singasari


Kehidupan sosial masyarakat Singasari selalu berubah
tergantung kebijakan raja dan kondisi politik kerajaan. Saat Ken Arok
memimpin, kehidupan sosial rakyatnya sangat terjamin. Setelah Ken
Arok wafat, kondisi masyarakat sempat terguncang akibat konflik politik
di antara keluarga kerajaan.
Kemudian pada masa pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial
rakyatnya tidak mendapat perhatian. Kehidupan masyarakatnya kembali
teratur pada masa pemerintahan Raja Kertanegara.

3. Masa Kejayaan Kerajaan Singasari


Kertanegara adalah pemimpin terakhir sekaligus raja yang
berhasil membawa Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan. Di
bawah pemerintahannya, kekuasaan Singasari meliputi seluruh Jawa,
Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Melayu,
dan Semenanjung Malayu.
Kertanegara terkenal dengan gagasannya untuk menyatukan
kerajaan-kerajaan di nusantara di bawah payung kekuasaan Singasari.
Cita-citanya ini dikenal sebagai Wawasan Nusantara I, dan untuk
mencapainya berikut beberapa upaya yang dilakukan oleh Kertanegara.
a. Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri.
b. Pengiriman ekspedisi ke Sumatera yang terkenal dengan ekspedisi
Pamalayu (1275 M).
c. Memantapkan struktur pemerintahan.
d. Singasari Agama Hindu dan Buddha sama-sama berkembang
Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara pula sektor
perdagangan dan pelayaran Singasari berkembang pesat. Komoditas yang
diperdagangkan adalah beras, emas, kayu cendana, dan rempah-rempah.
Pada periode ini, Singasari berhasil menguasai jalur perdagangan dari
Selat Malaka hingga Kepulauan Maluku.

4. Runtuhnya Kerajaan Singasari


Selain membawa Singasari menuju puncak kejayaan, pada
periode pemerintahan Raja Kertajaya juga kerajaan ini runtuh. Salah satu
faktor runtuhnya Kerajaan Singasari adalah lemahnya pertahanan karena
raja dan jajarannya sibuk melakukan ekspansi ke luar Jawa.
Saat tentara Singasari dikirim keluar daerah dalam rangka
perluasan wilayah, Kertanegara diserang oleh Jayakatwang, seorang
adipati di Kediri. Raja Kertajaya wafat pada serangan ini dan Kerajaan
Singasari akhirnya runtuh.

5. Peninggalan Kerajaan Singasari


Diantara peninggalan kerajaan Singasari yaitu :
a. Candi Kidal
b. Candi Singasari
c. Candi Jago
d. Candi Katang Lumbang
e. Candi Kangenan
f. Prasasti Singasari
g. Prasasti Malurung

D. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13. Kerajaan Hindu-


Buddha ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-14.  Raja pertama adalah
Raden Wijaya. Dia dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika
tahun 1215 Saka, atau bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.
Reden Wijaya, sang pendiri Kerajaan Majapahit, bergelar Sri
Maharaja Kertarajasa Jayawardhana. Masa pemerintahan Raden Wijaya
berlangsung selama 16 tahun, yakni pada 1293 Masehi hingga 1309 Masehi.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit diperkirakan terjadi pada abad ke-16.

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit


Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit bermula dari permohonan
Raden Jayawijaya kepada Jayakatwang untuk membuka hutan di daerah
Tarik. Jayakatwang merupakan raja Kerajaan Gelanggelang. Ia adalah
sosok yang berpengaruh terhadap keruntuhan Kerajaan Singasari.
Kertanegara, pemimpin Singasari yang juga mertua Raden Jayawijaya,
gugur akibat serbuan tentara Gelanggelang yang dikirim Jayakatwang.
Istana Singasari pun telah diduduki.
Hal tersebut membuat Raden Wijaya bersama istrinya dan
sejumlah pasukan yang tersisa, meninggalkan Singasari untuk menuju
Madura. Mereka hendak menemui Adipati Wiraraja. Mengutip buku
“Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit”, karya Prof.
Dr. Slamet Muljana (2005), Wirajaya menyarankan Raden Wijaya agar
menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Wirajaya jugalah yang
mengusulkan kepada Raden Wijaya untuk membuka hutan di daerah
Tarik. Raden Wijaya menuruti perkataan Wirajaya. Ketika mengabdi
kepada Jayakatwang, Raden Wijaya mengusulkan untuk membuka hutan
Tarik sebagai tempat berburu Raja Jayakatwang.
Hutan itu pun diubah menjadi hunian sekaligus tempat untuk
membanguan kekuatan. Tempat tersebut kemudian dinamakan Majapahit
atau Wilwatikta. Baca juga: Berdiri pada Abad Ke-13, Ini Sejarah
Kerajaan Majapahit dan Pendirinya Asal-usul penamaan Majapahit adalah
saat para pekerja mulai membuka hutan Tarik, banyak ditemukan buah
maja (wilwa) dan saat dimakan terasa pahit (tikta).
Raden Wijaya dan Wirajaya akhirnya mampu membangun
kekuatan untuk menyerbu Jayakatwang. Apalagi, kala itu, mereka
mendengar kabar kedatangan tentara Tartar dari Mongol. Pasukan
tersebut sebenarnya hendak menyerbu Raja Kertanegara yang telah
dibunuh oleh tentara Jayakatwang. Oleh Raden Wijaya dan Wirajaya,
pasukan Tartar diajak bekerja sama. Gabungan pasukan itu akhirnya
berhasil menjatuhkan Jayakatwang.
Kerajaan Gelanggelang pun runtuh. Raden Wijaya lantas
mengambil alih kekuasan dan memimpin wilayah Jawa dari Majapahit.
Sebelum diangkat menjadi Raja Majapahit, Wijaya terlebih dulu
mengusir pasukan Tartar.

2. Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasan ketika dipimpin
oleh Hayam Wuruk. Cucu Raden Wijaya ini memerintah pada 1350 M
hingga 1389 M. Saat memimpin, ia didampingi Patih Gajah Mada. Masa
kejayaan Kerajaan Majapahit disebut tak terlepas dari peran Gajah Mada.
Dia diangkat sebagai patih amangku bhumi pada 1336 M atau sewaktu
Tribhuwana Tunggadewi berkuasa.
Saat penobatannya, Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan
Nusantara di bawah panji Majapahit. Sumpah itu dinamakan Amukti
Palapa atau dikenal dengan Sumpah Palapa. Baca juga: Sejarah Hidup
Gajah Mada, Perjuangan, dan Cita-cita Slamet Muljana menuturkan,
dalam sumpah itu, Gajah Mada berkeinginan untuk menguasai negara-
negara di luar Majapahit. Negara-negara tersebut yakni Gurun (Lombok),
Seran (Seram), Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatera Utara),
Pahang (Malaya), Dompo, Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya) dan
Tumasik (Singapura).
Gajah Mada pun mewujudkan sumpahnya. Wilayah Kerajaan
Majapahit menjadi luas, bahkan melebihi dari yang dicita-citakan.
Kerajaan Majapahit menguasai sebagian besar wilayah Sumatera,
Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan wilayah-wilayah kepulauan di
timur Jawa.
Negara-negara yang dikuasai Majapahit tercatat dalam Kitab
Negarakertagama pupuh 13 dan 14. "Terbukti, nama-nama negara
nusantara yang tercatat dalam pupuh tersebut jauh lebih banyak daripada
yang dinyatakan dalam sumpah Nusantara," sebut Slamet dalam bukunya.
3. Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit yang kekuatannya begitu hebat, akhirnya
mulai mengalami keruntuhan. Kerutuhan Kerajaan Majapahit terjadi
setelah masa Hayam Wuruk. Salah satu penyebab keruntuhan Kerajaan
Majapahit adalah konflik internal. Dalam bukunya, "Hikayat Majapahit;
Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara”, Nino
Oktorino menjelaskan bahwa keruntuhan Kerajaan Majapahit disebabkan
adanya Perang Paregreg.
Perang Paregreg melibatkan dua kerabat kerajaan, yaitu Bhre
Wirabhumi dan Wikramawardhana. Nama yang disebut di akhir adalah
penguasa singasana Kerajaan Majapahit selepas Hayam Wuruk. Dia
diangkat menjadi raja pada 1389 M.
Wikramawardhana merupakan menantu sekaligus keponakan
Hayam Wuruk. Pengangkatan Wikramawardhana mendapat pertentangan
dari Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir. Semasa
kepimpinan Wikramawardhana, banyak daerah di wilayah kekuasaan
Majapahit yang melepaskan diri tanpa bisa dicegah. Hal tersebut tambah
diperparah dengan terjadinya wabah kelaparan pada 1426 M. Keruntuhan
Majapahit juga dipengaruhi oleh menguatnya pengaruh Dinasti Ming dan
beberapa daerah bekas bawahan Kerajaan Majapahit.

4. Peninggalan Kerajaan Majapahit


Jejak peninggalan Kerajaan Majapahit banyak dijumpai di daerah
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Kajian arkeolog terhadap Situs Kumitir menyimpulkan bahwa
struktur bangunan itu merupakan istana persinggahan Raja (Bhre)
Wengker di Kotaraja Majapahit. Istana atau puri itu kerap dipakai oleh
raja-raja bawahan dan bangsawan Majapahit ketika akan menemui Raja
Majapahit ataupun saat bertugas di Kotaraja Kerajaan Majapahit.

E. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu yang


pernah berdiri di wilayah Jawa Timur. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Kediri
juga disebut dengan nama Kerajaan Kadiri, Daha, dan Panjalu. Kerajaan
Kediri berpusat di Daha atau Dhanapura sekarang dikenal dengan Kota
Kediri.

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri


Berdirinya Kerajaan Kediri tak lepas dari peran Raja Airlangga.
Ia membagi daerah kekuasaannya menjadi dua bagian pada tahun 963 M
demi menghindari pertikaian.
Dilakukan oleh seorang Brahmana bernama Mpu Bharada, Raja
Airlangga membagi wilayah Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan)
dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas.
Panjalu (Kediri) kemudian diberikan kepada Sri Samarawijaya yang
membangun pusat pemerintahannya di kota baru, yaitu Daha.

2. Masa Kejayaan Kerajaan Kediri


Melansir dari laman Kompas.com, kerajaan Kediri berdiri pada
abad ke-11 (1045 M) dengan Sri Samarawijaya sebagai raja pertamanya.
Kerajaan ini berkuasa selama dua abad lamanya dan sempat mencapai
puncak kejayaan di bawah pemerintahan Raja Jayabaya (1135-1159 M).
Selain daerah kekuasaannya meluas hingga ke beberapa pulau di
nusantara, bahkan disebut mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Kediri berkembang menjadi kerajaan agraris yang sukses
dengan hasil pertanian di sekitar Sungai Brantas yang melimpah. Selain
bercocok tanam, mereka juga melakukan perdagangan emas, perak, kayu
cendana, rempah-rempah, dan pinang dan berperan dalam perdagangan di
Asia.
Pada masa itu, berkembang pula kebudayaannya terutama di
bidang sastra dengan adanya beberapa peninggalan karya sastra dari
Kerajaan Kediri yang terkenal hingga kini. Salah satunya adalah Kitab
Bharatayudha yang berisi sebuah ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya.

3. Keruntuhan Kerajaan Kediri


Setelah dua abad berdiri, Kerajaan Kediri mulai melemah saat
timbul perselisihan antara Raja Kertajaya dengan kaum Brahmana.
Dikutip dari Intisari, Sri Maharaja Kertajaya yang berkuasa dari 1194-
1422 merupakan raja yang kejam dan mengaku bahwa dirinya adalah
seorang dewa.
Kertajaya memaksa Brahmana untuk menyembahnya dan
mengatakan hanya Dewa Shiwa yang bisa mengalahkannya. Kekejaman
Kertajaya membuatnya tak ragu untuk menyiksa para Brahmana yang
menolak titahnya. Para Brahmana kemudian meminta bantuan Ken Arok
di Tumapel untuk menggulingkan kepemimpinan Kertajaya.
Di tangan Ken Arok, Kertajaya akhirnya terbunuh dan Tumapel
berhasil menguasai Kediri. Keberhasilan Ken Arok dari Tumapel
menguasai Kediri membuatnya kemudian membangun kerajaan baru
bernama Singosari.

4. Peninggalan Kerajaan Kediri


Berikut adalah daftar peninggalan Kerajaan Kediri baik berupa
kitab, prasasti maupun candi :
a. Kitab Bharatayudha karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh
b. Kitab Kresnayana karangan Mpu Tanakung
c. Kitab Smaradahana karangan Mpu Monaguna
d. Kitab Lubdaka karangan Mpu Tanakung
e. Prasasti Penumbangan Prasasti Hantang
f. Prasasti Talan
g. Prasasti Jepun
h. Prasasti Weleri
i. Prasasti Angin
j. Prasasti Padlegan
k. Prasasti Jaring
l. Prasasti Semanding
m. Prasasti Ceker
n. Candi Penataran
o. Candi Tondowongso
p. Candi Gurah.

Anda mungkin juga menyukai