Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi merupakan proses bicara dalam bahasa inggris diakronimkan sebaga TALK. TALK
merupakan akronim dari T (talk to each other) yakni berbicara satu orang dengan orang lainnya,
A (act together to care for our residents, patients and families) secara bersama memberikan
pelayanan antar petugas, residen, pasien dan keluarganya L (listen to each other) yakni satu
dengan lainnya saling dengarkan dan K (know and understand each other) yakni tahu dan
mengerti satu dengan lainnya.
Komunikasi melibatkan pembicara (orang yang memberi informasi), proses penyampaian
informasi, isi informasi dan pendengar (orang yang menerima informasi) .
Sebagai seorang pembicara, harus memperhatikan beberapa faktor untuk memberi kesempatan
kepada pendengar untuk mendengar dan memahami isi komunikasi.
Tibodeau (2003) menyampaikan enam hal untuk meningkatkatkan komunikasi efektif
yakni :
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila terjadi
keterlambatan dalam menyampaikan pesan menyebabkan informasi ketinggalan zaman
(kuno)
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar dapat mengerti
informasi yang ingin disampaikan.
3. Informasi disampaikan dengan jelas

4. Informasi harus akurat dan inti permasalahan, tidak membingungkan penerima


(pendengar)
Pesan di verifikasi oleh penyampai berita

Menurut zumrun (2006), untuk menjadi seorang pendengar yang baik mengajurkan:
1. Jangan memotong pembicaraan
Tunggu hingga pembicara menyelesaikan pembicaraan sebelum pendengar menyampaikan
umpan balik atau menyampaikan pendapatnya.Pendengar pada umum kurang sabar menunggu
komunikasi selesai, hal ini menyebabkan rusaknya komunikasi.
2. Jangan lompat langsung ke kesimpulan

Sebagai pendengar jangan memotong pembicaraan dengan langsung mengambil kesimpulan


seakan-akan tahu apa yang dibicarakan walaupun proses komunikasi belum selesai
3. Jangan mengadili pembicara

Sebagai pendengar jangan membuat opini yang dapat mengganngu pesan yang di terimanya.
Logat bicara, kecepatan penyampaian, penampilan, umur dan beberapa factor lainya. dapat
membiaskan pesan yang diterima. Sebagai pendengar yang efektif fokuskan kepada isi
komunikasi, supaya menerima pesan dengan benar.
4. Catat informasi yang menarik bagi pendengar. Hal ini membantu konsentrasi dan
ketertarikan sebagai pendengar.
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik, hal ini untuk memperjelas atau menilai
keberhasilan komunikasi dan umpan balik. Pendengar yang baik berperan aktif dalam proses
komunikasi.

Hambatan dalam berkomunikasi antara lain:

1. Hambatan fisik, komunikasi melintasi ruangan dengan cara berteriak-teriak, atau


komuikasi dengan beda lokasi antara pembicara dengan pendengar.
2. Hambatan persepsi, beda dalam menggunaan istilah kata
3. Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam berkomunikasi
4. Hambatan budaya, budaya dapat emnghambat komuniasi
5. Hambatan bahasa, kata yang dipergunakan dalam komunikasi mengandung bahasa yang
kurang dimengerti oleh pendengar

Dampak salah dalam berkomunikasi:


1. Menimbulkan kejadian tidak diharapkan hal ini disebabkan karena salah dalam
mengambil tindakan sebagai contoh pemberian KCl secara iv bolus padahal penyampai berita
yang dimaksud pemberian KCl secara iv drip.

2. Menimbulkan konflik antara penyampaia berita dengan penerima berita. Hal ini
dapat mempengaruhi mutu pelayanan medik yang dilaksanakan di Rumah Sakit.

B. Implementasi Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif dapat terjadi dengan mengunakan suatu format baku agar komunikasi
terstandar dan berlangsung secara efektif dan efisien. Salah satu format baku yang dipergunakan
oleh JAHCO adalah format SBAR.

1. Apakah SBAR?

Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang

adekuat merupakan sumber kesalahan yang serius pada pusat pelayanan kesehatan. Analisis akar
masalah ditemukan sebagai sumer kesalahan yang terjadi secara umum disebabkan dari kedua
macam komunikasi ini. Terdapat beberapa hambatan dalam komuikasi antar petugas pemberi
pelayanan karena factor hirarki, gender, suku, perbedaan gaya komunikasi antar disiplin ilmu
dan gaya komunikasi individual.
SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi hambatan dalam
komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari komunikasi antara pemberi informasi
dengan penerima informasi. SBAR mudah diingat yang praktis untuk komunikasi atau
percakapan. SBAR tersusun sebagai berikut: S = Situation

B = Background

A = Assessment
R = Recommendation

Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR


1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien (patient safety)
2. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.
3. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemebri pelayanan kesehatan dalam
mengajukan permintaan peribahan perawatan pasien atau untuk menyelesaikan informasi
dalama keadaan kritis dengan benar dan akurat
4. Meningkatkan efektivitas kerja tim
5. Dapatdipergunakan pada daerah spesifik COPD.

2. Penggunaan SBAR

SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal, tertulis lewat


menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien antara lain:

1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap

2. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgen dan non urgen


3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat

5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter

6. Mendiskusikan dengan konsultasn professional lain misal terapi respiasi, fisioterapi

7. Komunikasi dengan mitra bestari

8. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga


9. Meningkatkan perhatian

10. Serah terima dari petugas ambulan kepada staf rumah sakit

3. Unsur SBAR

a. Situation (Situasi)
Mengawali suatu komunikasi diperlukan pengenalan antara penyampai berita dan
penerima berita. Dalam hal ini identitas saudara (petugas) dan unit pelayanan kesehatan
dinformasikan. Selain itu juga perlu disampaikan kepada
siapa (penerima) informasi yang petugas ajak berkomunikasi.
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang dihadapinya misalnya
pasien serta kehawatiran bila tidak dilakukan tindakan. Dalam hal menimformasikan
pasien disebutkan identitas pasien.

b. Background (Basis masalah)


Berilah informasi riwayat medis pasien, atau informasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang ditemukan. Untuk pasien perlu dijelaskan riwayat medisnya, perlu
dijelaskan atau digaris bawahi riwayat medis yang bermakna. Bila permasalahan
dibidang lain misalnya sampel darah salah atau permasalahan obat maka poin penting
dari permasalahan tersebut ditonjolkan.

c. Assessment (Assesment)
Penilaian terhadap masalah yang ditemukan terkait dengan apa yang menjadi
masalah pada pasien. Berilah Kesan pasien secara klinis serta hal yang terkait dengan hal
tersebut. Jelaskan pula tindakan yang sudah diberikan kepada pasien untuk mengatasi
permasalahan sambil menunggu rekomendasi yang diterima petugas

d. Recomendation (Rekomendasi)
Jelaskan kepada petugas rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana cara melaksanakan
saran serta tentukan waktu pelaksanaannya serta tindaklanjutnya. Terakhir, rekomendasi
yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan harapan pada akhir pembicaraan dengan
klinisi atau petugas tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Baca Ulang (Readback)


Setiap pesan yang dilaksanakan melalui telfon, perlu dibaca ulang (readback)
ringkasan informasi oleh penerima berita (receiver) untuk mengecek akurasi berita dan
kejelasan isi informasi tersebut. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa penerima
informasi mengerti dan jelas tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan informasi yang
diterimanya. Setiap informasi yang diterima, harus ditulis dalam catatan medik (Rekam
Medik).

2.Recording SBAR
Komunikasi efektif harus dicatat dengan akurat pada rekam medik atau catatan
pasien. Catatan tersebut harus dapat dibaca (Legible), ditanda tangani (Signed), diberi
tanggal (Dated), dituliskan waktu serta ditulis dengan menggunakan tinta warna hitam.

Contoh SBAR

CONTOH SBAR PASIEN DALAM KEADAAN KRITIS

S Saya nama: ……………………..


Saya menelpon tentang < nama pasien, lokasi> Yang dituju: …………………
Masalah pasien tentang:……………………..
B Saya telah melakukan pemeriksaan pasien dan terjadi perubahan status pasien <sebutkan
perubahan yang terjadi>
Kesadaran menurun, suhu semula 37’C meningkat menjadi 38’C, pernafasan semula 24x/
menit menjadi 34x/ menit. Obat yang telah diberikan …….

A Masalah yang ditemukan pada pasien dikaitkan dengan apa yang menjadi masalah pada
pasien: Problem kemungkinan karena……
Sudah dilakukan tindakan apa…..

R Saya menganjurkan < apa rekomendasi…..>

· Kirim ke ruang intensif

· Observasi ketat

· Informasikan kepada family tentang keadaan pasien


· Informasikan kepada konsultan yang terkait

Tes lain yang diperlukan:

· Thorax photo

· Laboratorium

· Analisis blood gass

Ubah terapi

· Beri obat…., cek tanda vital setiap…… menit


· Bila pasien tidak ada perubahan dalam waktu……. Menit, laporkan lagi

Konfirmasi

· Petugas < saya sudah jelas tindakan kepada pasien adalah……., akan saya
laporkan lagi dalam waktu

C. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF

1. Mewujudkan pengetahuan Komunikasi menurut format SBAR

Pedoman komunikasi efektif ini merupakan pedoman dasar dengan konsep


SBAR. Selanjutnya masing-masing unit pelayanan medis melakukan penyesuaian dengan
lingkungan kerjanya dan profesi nya. Perlu dilakukan penyamaan persepsi lintas unit
pelayanan dalam melakukan komunikasi efektif. Sehingga perlu dibuatkan suatu petunjuk
teknisnya..

2. Menata infrastruktur Komunikasi efektif

Infra struktur yang diperlukan dalam pelaksanaan komunikasi efektif adalah media
komunikasi, alat untuk mendokumentasi hasil komunikasi serta petunjuk praktis dalam
berkomunikasi efektif. Petunjuk teknis dapat berupa poster atau leflet.

3. Penyebaran pengetahuan Komunikasi efektif

Penyebaran pengetahuan tentang komunikasi efektif


kepada semua petugas perlu dilakukan dengan berbagai cara. Untuk pengetahuan yang
sifatnya tacit dilakukan kegiatan internalisasi sedangkan pengetahuan eksplisit dilakukan
sosiialisasi. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam bentuk pelatihan, seminar, praktek
langsung serta diskusi kelompok dengan melakukan peragaan
4. Membudayakan komunikasi efektif.

Membudayakan pelaksanaan komunikasi efektif merupakan hal yang cukup sulit.


Sehingga perlu ditanamkan pengertian nilai serta kepercayaan kepada semua petugas
bahwa dengan melakukan komunikasi efektif dapat menyelamatkan pasien.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada prinsipnya, komunikasi efektif merupakan penyampaian informasi dengan benar, tidak
terjadi salah persepsi antara pemeberi informasi maupun penerima informasi. Sehingga, sebelum
komunikasi dihentikan, dilakukan klarifikasfi baik oleh pemberi informasi maupun penerima
informasi (read back). Penggunaan SBAR dalam komunikasi merupakan keharusan dalam
program keselamatan pasien dengan harapan meminimalkan kesalahan dalam berkomunikasi.
Dengan diterbitkan pedoman komunikasi efektif ini, diharapkan semua petugas yang
menangani pasien melaksanakan melaksanakannya.

Anda mungkin juga menyukai