Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM KMB
“Pemeriksaan Fisik Pernapasan dan Perawatan WSD”

Dosen Pembimbing:
Esi Afriyanti, S.Kp, M.Kes

Oleh:
Miftahul Jannah
2011316024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021

PEMERIKSAAN FISIK PERNAPASAN


A. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada kelainan dalam sistem pernapasa, untuk
mengetahui kecukupan oksigen, irama napas, dan frekuensi napas.

B. Alat dan Bahan


1. Sarung tangan
2. Stetoskop
3. Jam tangan

C. Prosedur Kerja
1. Salam terapeutik
- Perkenalan
- Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan tindakan
- Kontrak waktu
2. Tutup sampiran
3. Cuci tangan 6 langkah
4. Atur posisi klien semi fowler
5. Suruh klien membuka baju
6. General inspection (inspeksi secara umum)
- Bentuk dada
- Ada sesak atau tidak
- Batuk atau tidak
- Ada luka atau tidak
7. Inspeksi tangan
- Lihat kuku klien apakah ada sianosis atau tidak
- Temukan kedua jempol tangan pada bagian punggungnya. Pada jari
normal, antara pangkal kuku dapat bertemu. Tetapi pada clubbing
finger, pangkal kuku tidak dpt bertemu, membentuk sudut 165
derajat
8. Memeriksa denyut nadi
9. Memeriksa respirasi
Inspeksi tremor menandakan adanya asterixis (retensi oksigen), caranya
dengan menyuruh klien menjulurkan tangan kedepan
10. Inspeksi mata
Tarik kelopak mata bagian bawah dengan menggunakan ibu jari. Amati
keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, lihat
apakah anemis atau tidak.
11. Inspeksi mulut
Menganjurkan klien untuk membuka mulut dan menjulurkan lidah, lihat
apakah kebiruan atau tidak, jika kebiruan itu menandakan adanya
sianosis.
12. Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri. Identifikasi vena jugularis.
Lihat apakah ada pembengkakan pada JVP atau tidak.
13. Amati apakah ada pergeseran trakea
14. Close inpection (inspeksi secara dekat) :
- Bentuk dada
- Skars
- Luka
- Lebam
15. Palpasi apex beat (irama jantung) pada ICS 5
16. Palpasi :
Palpasi pada thoraks digunakan untuk mengkaji keadaan kulit pasien,
adanya nyeri tekan, massa, kesimetrisan ekspansi dada, taktil fremitus /
vokal premitus.
- Palpasi kesimetrisan dinding dada.
Letakkan kedua telapak tangan pada dinding dada. Anjurkan pasien
nafas dalam. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan antara
dada kanan dan kiri. Kemudia kaji pula pada daerah punggung
dengan cara yang sama. Biasanya pada pasien yang mengalami
nyeri pada costae dan sternum, baik karena adanya krepitasi maupun
farktura, pergerakan dinding dada tidak akan sama antara kanan dan
kiri.
- Palpasi taktil fremitus.
Letakkan kedua telapak tangan pada kedua lapang paru. Kemudian
minta pasien mengucapkan “tujuh puluh tujuh” atau “sembilan
puluh sembilan” (angka ini bila diucapkan akan menimbulkan
vibrasi yang kuat). Kemudian letakkan kedua telapak tangan pada
dinding dada yang sama tetapi secara bersilang. Kegiatan ini
dilakukan di semua lapang paru. Palpasi ini dilakukan untuk
memeriksa getaran udara pada dinding paru. Normalnya getaran
suara terasa sama pada kedua lapang paru. Abnormalitas terjadi bila
salah satu sisi atau keduanya vibrasinya lemah.

17. Perkusi :
Perkusi dilakukan dengan cara mengetuk jari tengah tangan yang tidak
dominan oleh jari tengah tangan dominan. Perkusi pada dinding thoraks
dilakukan pada intercostal space (ICS)/celah antara tulang rusuk. Perkusi
dinding thoraks tidak boleh dilakukan pada sternum karena akan
menimbulkan nyeri dan mudah fraktur.
- Penilaian suara perkusi thoraks :
a. Sonor / resonan : suara paru normal
b. Redup : Terjadi konsolidasi paru
c. Pekak : terjadi bila paru terisi cairan, suara ini normal bila
terdengar pada ICS 3-5 midsternal sinistra karena terdapat
jantung.
d. Hipersonor/hiperresonan : Terjadi bila ada timbunan udara yang
berlebihan.

18. Auskultasi :
Suara normal pada auskultasi pada paru.
Bunyi Nafas Inspirasi = Bunyi Lokasi
Ekspirasi Ekspitasi
Vesikuler Inspirasi > ekspirasi Lembut Sebagian area paru

Bronkovesikuler Inspirasi = ekspirasi Sedang ICS 1 dan 2 sternal


line sinistra dan
dextra
Trakeal Inspirasi = ekspirasi Sangat keras Di atas trakea pada
leher
Bronkial Inspirasi < ekspirasi Keras Di bawah
manubrium stern

19. Kaji respon klien


20. Buka sampiran
21. Cuci tangan 6 langkah
22. Dokumentasi

PERAWATAN WSD ( Water Seal Drainage )


A. Pengertian
WSD merupakan suatu tindakan drainase intrapleural yang digunakan setelah
prosedur intrathorakal. Satu atau lebih kateter dada dipasang dalam rongga
pleura dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke sistem
drainase (suction). Bertujuan untuk mengeluarkan gas, cairan darah, atau
cairan asing yang yang bersifat solid dari rongga dada pleura atau rongga
thoraks dan ruang mediastinum.

B. Tujuan Perawatan WSD


1. Mengganti balutan dada dan selang WSD
2. Memonitor kepatenan dan fungsi sistem WSD
3. Mengganti botol WSD
4. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang

C. Dalam Perawatan yang Harus Diperhatikan


1. Penetapan slang
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
2. Pergantian posisi badan
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan
perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh
bantal di bawah lengan atas yang cedera.
3. Mendorong berkembangnya paru-paru
- Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang
- Latihan napas dalam
- Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem
- Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
4. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan
juga secara bersamaan keadaan pernapasan. Suction harus berjalan
efektif.
5. Observasi setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap
1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
6. Observasi banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna
muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
7. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau
di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena
perlekatanan di dinding paru-paru.
8. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
- Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan
yang keluar kalau ada dicatat.
- Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
- Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk
yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
- Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol
dan slang harus tetap steril.
- Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
sendiri, dengan memakai sarung tangan.
9. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,
misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water
Seal Drainage)

D. Persiapan Alat
1. Satu buah meja dengan satu set bedah minor
2. Botol WSD berisi  larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl
0,9% dan  ujung selang terendam sepanjang dua cm.
3. Kasa steril dalam tromol.
4. Korentang
5. Plester dan gunting
6. Nierbekken/kantong balutan kotor
7. Alkohol 70%
8. Bethadin 10%
9. Handscoon steril

E. Persiapan Pasien dan Lingkungan


1. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
3. Membebaskan pakaian pasien bagian atas
4. Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien
5. Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien.

F. Pelaksanaan Perawatan WSD


1. Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon
2. Membuka set bedah minor steril
3. Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati,    balutan
kotor dimasukkan ke dalam nierbekken
4. Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan
alkohol 70%
5. Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya  
kemudian diplester
6. Selang WSD diklem
7. Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol
8. Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang
WSD dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD yang baru
9. Klem selang WSD dibuka
10. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara
batuk efektif
11. Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan
latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
12. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu
pasien dalam posisi yang paling nyaman
13. Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di
sterilisasi kembali
14. Membuka handscoon dan mencuci tangan
15. Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan
16. Evaluasi Pelaksanaan Perawatan WSD
a. Evaluasi keadaan umum :
- Observasi keluhan pasien
- Observasi gejala sianosis
- Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dada
- Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSD
- Observasi tanda-tanda vital.

b. Evaluasi ekspansi paru meliputi :


- Melakukan anamnesa
- Melakukan Inspeksi paru setelah selesai melakukan perawatan
WSD
- Melakukan Palpasi  paru setelah selesai melakukan perawatan
WSD
- Melakukan Perkusi paru setelah selesai melakukan perawatan
WSD
- Melakukan Auskultasi paru setelah selesai melakukan perawatan
WSD
- Foto thoraks setelah dilakukan pemasangan selang WSD dan 
sebelum selang WSD di lepas.
c. Evaluasi WSD meliputi :
- Observasi undulasi pada selang WSD
- Observasi fungsi suction countinous
- Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipat
- Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
- Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada
2  cm di bawah air
- Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh
- Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh

Anda mungkin juga menyukai