Anda di halaman 1dari 21

KERAJAAN - KERAJAAN DIINDONESIA

Artikel Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Dan Dunia
Dosen Pengampu : Ahmad Noviansyah,M.Pd.

Disusun Oleh :

Sintawani
Wardatul Jannah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAHIBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI
TAHUN 2024
KERAJAAN - KERAJAAN DIINDONESIA

Sintawani1, Wardatul Jannah2


Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah1
1
E-mail : wanishinta04@gmail.com1
ABSTRAK : Kerajaan merupakan salah satu bentuk pemerintahan sebuah negara yang
dipimpin oleh seorang raja. Sistem kerajaan ini dipakai oleh manusia sebelum mengenal
bentuk pemerintahan yang lainnya. Di Indonesia sendiri dulunya terdiri dari berbagai
kerajaan, dan dalam pemerintahannya memakai sistem kerajaan. Ada tiga jenis kerajaan
besar yakni Kerajaan Hindu, Kerajaan Budha, dan Kerajaan Islam. Salah satu Kerajaan Islam
di Indonesia adalah Kerajaan Mataram Islam. Pasang surutnya sebuah kerajaan bisa dilihat
dari sejarah peradaban manusia. Suatu pemerintahan dalam periode tertentu akan mengalami
tumbuh, berkembang, kejayaan, dan kemunduran hingga akhirnya mengalami kehancuran.2
Hal tersebut juga dapat dilihat pada perkembangan kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17
dengan banyaknya suksesi kepemimpinan yang telah terjadi. Salah satu faktor berkembang
dan kemunduran kerajaan adalah ekonomi Ekonomi merupakan suatu ilmu sosial yang
mempelajari tentang kegiatan manusia yang berkaitan Kerajaan-kerajaan Islam berdiri di
beberapa wilayah dinusantara pada abad XVIII, abad ini merupakan puncak perkembangan
Islam. kerajaan-kerajaan tersebut secara konsepsional, dimaksudkan tentunya dalam rangka
menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya serta memberikan kebebasan bagi
rakyat agar kreatif dalam segala bidang kehidupan, termasuk berdagang, kerajaan kerajaan
Islam tersebut antara lain di pulau Sumatera, kerajaan Aceh Darussalam dan kerajaan
Samudera Pasai, di pulau Jawa, kerajaan Demak, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, dan
Kesultanan Cireboni, di pulau Sulawesi, Kesultanan Makasar yang merupakan gabungan dari
kesultanan Gowa dan Tallo, di Pulau Maluku Kesultanan Ternate dan Kesultanan
Tidore,Serta di pulau Kalimantan ada kerajaan Banjar.

ABSTRAK : Kingdom is one form government of a country led by one person king. This
kingdom system was used by humans before familiar with other forms of government. In
Indonesia itself used to consist of various kingdoms, and in its government it uses a royal
system. There are three major types of kingdoms, namely Hindu Kingdoms, Buddhist
Kingdom, and Islamic Kingdom. One of the Kingdoms Islam in Indonesia is the Islamic
Mataram Kingdom. The ups and downs of an empire can be seen from history of human
civilization. A government within certain period will experience growth, development,
success, and setbacks until finally experiencing destruction. This can also be seen in
development of the Islamic Mataram kingdom in the 17th century with the many leadership
successions that have occurred happen. One of the factors of development and decline
kingdom is economic. Economics is a social science learn about related human activities
Islamic kingdoms were established in several regions of the Indonesian archipelago XVIII
century, this century was the peak of the development of Islam. kingdoms This is conceptual,
intended of course in the context of creating happiness and prosperity of its people and
provide freedom for people to be creative in all areas of life, including trade, these Islamic
kingdoms include the island of Sumatra, the kingdom of Aceh Darussalam and the kingdom
of Samudera Pasai, on the island of Java, the kingdom of Demak, the Kingdom of Mataram,
The Kingdom of Banten, and the Sultanate of Cireboni, on the island of Sulawesi, Sultanate
Makassar which is a combination of the Gowa and Tallo sultanates, on the island Maluku
Sultanate of Ternate and Banjar.
KATA KUNCI : Kerajaan di Indonesia, Kerajaan Islam, Kerajaan Hindu Budha

PENDAHULUAN
Kerajaan tertua di Indonesia – Perkembangan kerajaan yang ada di Indonesia telah
dipengaruhi oleh masuknya Agama Hindu dan juga Budha. Ajaran Agama Hindu India tidak
lepas dari peran Bangsa Arya, bangsa nomaden Asing Tengah. Dimana Bangsa Arya masuk
ke wilayah India pada sekitar tahun 1500 SM. Bangsa tersebut kemudian mengembangkan
sistem dan juga kepercayaan masyarakat Hindu. Sistem kepercayaan yang telah
dikembangkan oleh Bangsa Arya ini adalah pemujaan terhadap banyak Dewa.
Di dalam Agama Hindu, terdapat tiga Dewa utama, yakni Brahma atau Dewa Pencipta,
Wisnu atau Dewa Pelindung, dan juga Siwa atau Dewa Perusak. Lalu, berkembanglah sistem
kasta yang membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya, yakni ada Kasta Brahmana yaitu
pendeta, Kasta Ksatria yaitu bangsawan, Kasta Waisya yaitu petani dan pedagang, dan yang
terakhir adalah Kasta Sudra yaitu pekerja.
Proses penyebaran dari kedua agama tersebut ke Indonesia, berdasarkan temuan
sejarahnya, kerajaan tertua yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh Agama Hindu dan juga
Budha. Di bawah ini adalah beberapa daftar kerajaan tertua di Indonesia berdasarkan buku
Sejarah Proses penyebaran dari kedua agama tersebut ke Indonesia, berdasarkan temuan
sejarahnya, kerajaan tertua yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh Agama Hindu dan juga
Budha. Di bawah ini adalah beberapa daftar kerajaan tertua di Indonesia berdasarkan buku
Sejarah.
Sejarah kerajaan di Indonesia tidak terlepas dari periode kerajaan bercorak Hindu-
Buddha. Munculnya kerajaan-kerajaan ini tentunya juga dipengaruhi oleh kedatangan agama
tersebut di Nusantara Pada periode ini, Indonesia berkembang karena adanya jalur maritim
yang memudahkan negara lain untuk singgah. Negara lain itu meliputi India, Tiongkok, serta
negara wilayah Timur Tengah lainnya. Terdapat lima teori yang mengungkapkan bagaimana
cara agama tersebut menyebar ke Indonesia hingga berdiri menjadi kerajaan bercorak Hindu-
Buddha

METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research), penelitian yang obyek
kajiannya menggunakan data pustaka berupa buku-buku sebagai sumber datanya, Penelitian
ini dilakukan dengan membaca, menelaah, dan menganalisis berbagai literatur yang ada,
berupa artikel dan sekripsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif atau
penelitian naturalistic. Sumber Data dalam penelitian ini Artikel Jurnal, Sumber data
Sekunder buku, Hasil Penelitian – penelitian dan internet yang yang relevan dengan objek
kajian penelitian.

PEMBAHASAN
A. KERAJAAN KERAJAAN YANG PERNAH ADA DIINDONESIA
1. Kerajaan Kutai (400 M)
Kerajaan Kutai terletak di Sungai Muara Kaman, Kalimantan Timur yang berdiri
pada tahun 400 Masehi. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua yang
menjadi cikal bakal kerajaan – kerajaan Hindu Buddha di Indonesia. Sumber sejarah
Kerajaan Kutai adalah prasasti Yupa yang berbahasa sansekerta dan berhuruf
pallawa.
Dari Yupa yang ditemukan kemudian muncul nama Kudungga sebagai pendiri
Kerajaan Kutai. Menurut para ahli sejarah, nama Kudungga dianggap sebagai nama
asli Indonesia sebelum mendapatkan pengaruh bahasa India. Sedangkan
keturunannya, Mulawarman dan Aswawarman diduga mendapatkan pengaruh nama
dari budaya Hindu dari India. Kata “warman” pada penamaan raja – raja di Kutai
merupakan nama yang banyak disebut bagi masyarakat India bagian selatan. Prasasti
Yupa juga menyebutkan nama – nama raja yang memerintah Kutai. Berikut adalah
20 daftar nama raja – raja Kutai :
a. Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (sebagai pendiri)
b. Maharaja Aswawarman (anak dari Raja Kudungga)
c. Maharaja Mulawarman (sebagai raja yang terkenal)
d. Maharaja Marawijaya Warman
e. Maharaja Gajayana Warman
f. Maharaja Tungga Warman
g. Maharaja Jayanaga Warman
h. Maharaja Nalasinga Warman
i. Maharaja Gadingga Warman Dewa
j. Maharaja Indra Warman Dewa
k. Maharaja Sangga Warman Dewa
l. Maharaja Candrawarman
m. Maharaja Sri Langka Dewa
n. Maharaja Guna Parana Dewa
o. Maharaja Wijaya Warman
p. Maharaja Sri Aji Dewa
q. Maharaja Mulia Putera
r. Maharaja Nala Pandita
s. Maharaja Indra Paruta Dewa
t. Maharaja Dharma Setia1
2. Kerajaan Tarumanegara (500 M)
Menurut prasasti Kebon Kopi Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan
Hindu yang berdiri pada abad ke 4 M atau ke 5 M. Letak Kerajaan Tarumanegara
adalah di tepi sungai Citarum, Jawa Barat. Diperkirakan letak dari Kerajaan
Tarumanegara adalah di wilayah Bekasi. Terdapat beberapa versi mengenai pendiri
Tarumanegara. Diperkirakan pendiri Tarumanegara adalah Maharesi
Jayasingawarman dari India. Menurut prasasti Ciaruteun, raja pertama sekaligus
pendiri dari Kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman. Disisi lain dari naskah
Wangsakerta menyebutkan bahwa Purnawarman adalah raja ketiga, namun justru
temuan ini diragukan kebenarannya. Kedatangan Jayasingawarman ke Indonesia
dikarenakan kekacauan Maharaja Samudragupta.
Menurut prasasti Tugu, wilayah Tarumanegara pada masa pemerintahan
Purnawarman meliputi bagian utara Jawa bagian barat, mulai dari Banten hingga
Cirebon. Pada masa pemerintahannya, Purnawarman melakukan penggalian Sungai
Candrabaga (saat ini dianggap sebagai kota Bekasi, Candrabaga menjadi Bagasasi,
menjadi Bekasi) dengan panjang 12 km dan Sungai Gomati yang menjurus ke laut.
Selain itu, Purnawarman juga memberi persembahan kepada Brahmana sebesar
1.000 ekor sapi.
a. Raja – Raja Kerajaan Tarumanegara
Berikut adalah daftar raja Kerajaan Tarumanegara :
1) Jayasingawarman (358-382 M)
2) Dharmayawarman (382-395 M)
3) Purnawarman (395-434 M)
4) Wisnuwarman (434-455 M)
5) Indrawarman (455-515 M)
6) Candrawarman (515-535 M)

1 Nor. Hada, Islam Nusantara : Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Yogyakarta : AR-Ruz
Media, 2014), hlm. 55.
7) Suryawarman (535-561 M)
8) Kertawarman (561-628 M)
9) Sudhawarman (628-639 M)
10) Hariwangsawarman (639-640 M)
11) Nagajayawarman (640-666 M)
12) Linggawarman (666-669 M)
b. Masa Kejayaan Tarumanegara
Tarumanegara mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan
Purnawarman yang dikenal cerdas dan berwibawa. Pada tahun 397 M,
Purnawarman membangun ibu kota kerajaan di sekitar pantai yang kemudian
dianggap sebagai cikal bakal Sunda. Menurut prasasti Tugu, Raja Purnawarman
sukses melakukan penaganan banjir dengan membuat sungai Candrabaga
sepanjang 12 km. Selain itu, ia juga memberikan persembahan berupa
pemberian 1000 ekor sapi. Dibawah kepemimpinannya, ia menguasai 48
kerajaan daerah. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Barat, Mulai Banten,
Jakarta, Bogor dan Cirebon. Kerajaan Tarumanegara juga sudah melakukan
hubungan diplomatik dengan Cina.
3. Kerajaan Kalingga (640 M)
Kerajaan Kalingga atau disebut juga Holing merupakan kerajaan bercorak Hindu
yang berada di pesisir utara Jawa Tengah. Keberadaan Kalingga diketahui dari
catatan utusan Cina yang datang ke kerajaan tersebut pada tahun 647 dan 666 M.
Berbeda dengan kerajaan lain pada umumnya, kerajaan Kalingga tidak banyak
meninggalkan prasasti. Satu – satunya prasasti yang ditemukan terletak di lembah
Gunung Merbabu.
a. Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga
Sumber sejarah Kerajaan Kalingga adalah berita dari Cina pada tahun 647
M ketika Kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Sima. Ia dikenal sebagai ratu
yang tegas, jujur dan bijaksana. Sumber kedua adalah prasasti batu yang
ditemukan di lembah Gunung Merbabu dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Prasasti ini menjelaskan mengenai mata air jernih yang terdapat di
daerah tersebut. Mata air jernih tersebut menjadi sungai suci layaknya Sungai
Gangga. Tepat diatas batu terdapat sebuah ukiran gambar trisula, kendi, kapak
dan bunga teratai yang menandakan Kerajaan Kalingga bercorak Hindu. Berita
I-Tsing juga dijadikan sumber sejarah Kerajaan Kalingga.
b. Letak Kerajaan Kalingga
Letak Kerajaan Kalingga masih menjadi perdebatan bagi para ahli sejarah.
Ada beberapa asumsi mengenai letak Kalingga yaitu di Blora dan Purwodadi,
Salatiga, dan Jepara
c. Kehidupan Politik, Ekonomi dan Sosial Kalingga
Berita dari Cina menyebutkan bahwa pemerintahan pusat Kalingga
diserahkan kepada empat maha menteri yang mengatur 28 kerajaan kecil di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Batas wilayah Kalingga adalah Po-li (kemungkinan
Bali) di bagian timur dan la (kemungkinan Kamboja) di bagian utara. Batas barat
adalah To-po-teng (diperkirakan Sumatera) dan bagian selatan adalah samudera.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kalingga ditopang oleh perdagangan dengan
komoditas emas, perak, dan cula badak. Dalam kehidupan sosialnya, Kerajaan
Kalingga menerapkan peraturan ketat oleh Ratu Sima. Sikapnya tegas, adil dan
bijaksana yang membuat masyarakat Kalingga hidup secara teratur.2
4. Kerajaan Mataram Kuno (732 M)
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan maritim yang terletak di
pedalaman Jawa Tengah. Para ahli memperkirakan bahwa letak kerajaan Mataram
Kuno berada di wilayah Medang dan Poh Pitu. Poh Pitu sendiri hingga sekarang
belum jelas letak pastinya. Dalam beberapa catatan sejarah menjelaskan bahwa letak
Mataram Kuno ditandai dengan letaknya yang dikelilingi gunung, pegunungan dan
sungai – sungai.
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa wilayah Mataram Kuno bagian utara
berbatasan dengan Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing. Sedangkan di
sisi barat terdapat Pegunungan Serayu, disebelah timur terdapat Gunung Lawu, dan
selatan terdapat Laut Selatan dan Pegunungan Seribu. Sungai yang dimaksud adalah
Sungai Bogowonto, Progo, Opak dan Bengawan Solo. Sedangkan Poh Pitu yang
dimaksud kemungkinan adalah wilayah antara Kedu hingga sekitar Prambanan.
a. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terbagi atas dua periode yaitu berpusat di Jawa
Tengah pada abad ke 8 dan berpusat di Jawa Timur pada abad ke 9-10. Terdapat
dua wangsa (dinasti) yang berkuasa di Mataram Kuno Jawa Tengah yaitu
Dinasti Sanjaya (Hindu) dan Syailendra (Buddha). Sedangkan di Jawa Timur
diperintah oleh Dinasti Isyana.

2 Suswardi, Ilmu Pengetahuan Sosial,(Jakarta : PT.Intan Pariwara, 2011)hlm. 8


b. Dinasti yang Memerintah Mataram Kuno
1) Dinasti Sanjaya
Mataram Kuno pertama kali didirikan oleh Raja Sanjaya yang
bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Raja Sanjaya dikenal sebagai
raja yang bijaksana, cakap dan taat beragama. Dibawah pemerintahan
Sanjaya, wilayah Mataram Kuno mampu diperluas. Kerajaan Mataram
Hindu pernah menjadi pusat pembelajaran agama Hindu yang dibuktikan
dengan banyaknya kunjungan pendeta dan bahkan menetap di Mataram.
Raja Sanjaya wafat pada pertengahan abad ke 8 M dan digantikan oleh
Rakai Panangkaran putranya. Pasca wafatnya Rakai Panangkaran terjadi
perpecahan di Mataram Kuno yang membagi Kerajaan Mataram Kuno
menjadi dua bagian yaitu Mataram Kuno bercorak Hindu ada di Jawa
Tengah bagian utara, sedangkan Mataram Kuno bercorak Buddha ada di
Jawa Tengah bagian selatan.3
5. Kerajaan Sriwijaya (abad VII M)
Pada tahun 1892, sebuah prasasti ditemukan di Kampung Kota Kapur, Desa
Penagan, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Prasasti yang ditulis dengan
huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno itu mengandung beberapa kata yang dibaca
sebagai "Sriwijaya". Temuan Prasasti Kota Kapur itu telah menjelaskan bahwa
kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7 karena pada masa itu,
kepulauan Nusantara ramai dikunjungi oleh para musafir asal Cina dan India.
Sejak awal, pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berubah-ubah. Semula
Sriwijaya berpusat di Minanga Tamwan, lalu pindah ke Jambi, dan berakhir di
Palembang. Dikutip dari buku "Kedatuan Sriwijaya: Perjalanan Suci" oleh
Kemdikbud RI, prasasti lain yang ditemukan sebagai petunjuk Kerajaan Sriwijaya
adalah Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti tersebut diketahui Kerajaan Sriwijaya
didirikan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 M. Nama lengkapnya
tertulis pada Prasasti Talang Tuo yaitu Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, Sri Jayanasa mengadakan perjalanan dengan
memimpin 20.000 tentara. Dalam perjalanannya, ia berhasil menaklukan daerah-
daerah strategis untuk perdagangan sehingga hal ini yang mendorong kesejahteraan
Sriwijaya ke depannya. Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak kebudayaan
India tertua ke-3. Diperkirakan, Sri Jayanasa melakukan pada awal berdiri Sriwijaya

3 Bernard. H.M. Vlekke, A History Of Indonesia,Cet. II, (Jakarta : PT.Gramedia, 2008), hlm 52.
melakukan ekspedisi pada wilayah-wilayah yang enggan tunduk pada mereka.
Ekspedisi ini sejalan dengan masa keruntuhan dua kerajaan pendahulunya, yaitu
Kerajaan Tarumanegara di Jawa bagian barat dan Kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur.
a. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi sebuah kerajaan besar sejak abad
ke-7 hingga abad ke-11 Masehi. Hal ini dilihat dari kedudukan kerajaan yang
mencakup wilayah-wilayah strategis untuk menjaga dominasi perdagangan laut.
Raja Dharmasetu berhasil melebarkan sayap Sriwijaya hingga Semenanjung
Malaya. Bahkan, kerajaan ini membangun sebuah pangkalan di daerah ligor
yang memungkinkan kapal-kapal dari Cina dan India singgah.
Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya dimulai pada abad ke-8 hingga ke-9 di
bawah kepemimpinan Raja Balaputradewa (850 M). Pada masa tersebut,
Sriwijaya memiliki wilayah kekuasaan hingga Malaysia, Singapura, dan
Thailand Selatan. Berdasarkan Prasasti Nalanda, Balaputradewa merupakan
anak dari Samaratungga, Raja Kerajaan Mataram Kuno dari garis keturunan
Syailendra. Di bawah kepemimpinan Raja Balaputradewa, Sriwijaya dikenal
sebagai kerajaan maritim.
Kerajaan ini membangun armada laut yang kuat dan membuat para kapal
pedagang yang singgah di kerajaan ini merasa aman dari gangguan perompak.
Menurut buku "Sriwijaya: Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara" dari
Kemdikbud, Kerajaan Sriwijaya mampu menaklukan jalur perdagangan strategis
Selat Malaka meliputi daerah Bandar Melayu di Jambi, Kota Kapur di Pulau
Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa
Tengah, serta Kedah dan Chaiya di Semenanjung Melayu.
Bukti-bukti kuat Sriwijaya sebagai kerajaan bahari dengan ditemukannya
runtuhan perahu yang berasal dari sekitar abad ke-6-7 Masehi, yaitu di Kolam
Pinisi, Samirejo, Tulung Selapan, Karang Agung, dan Kota Kapur. Perahu-
perahu Sriwijaya dibuat dengan tradisi yang khas yaitu teknik papan ikat dan
kupingan pengikat.
b. Akhir Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak
kepemimpinan Raja Rajendra Coladewa dari Kerajaan Cola (India Selatan) pada
abad ke-11. Pada tahun 1025, Kerajaan Cola berhasil menawan Raja Sanggrama
Wijayatunggawarman.
Kerajaan Cola lalu mengambil alih kendali perdagangan di Selat Malaka.
Serangan tersebut mengakibatkan kehancuran jalur perdagangan yang menjadi
penghasilan utama Kerajaan Sriwijaya. Sehingga membuat Ibu Kota Sriwijaya
pindah ke Jambi. Lambat laun, suara Kerajaan Sriwijaya mulai meredup.
Kerajaan Sriwijaya semakin tenggelam ketika Kerajaan Singasari
melangsungkan Ekspedisi Pamalayu pada 1275. Ekspedisi ini merupakan misi
dari Raja Kertanegara untuk melemahkan Sriwijaya. Pada akhirnya, di tahun
1377, Kerajaan Sriwijaya benar-benar runtuh karena persaingan dari Kerajaan
Majapahit yang berhasil menaklukan bagian-bagian wilayah Sriwijaya.4
6. Kerajaan Medang (abad IX M)
Kerajaan Medang berdiri di Jawa Timur pada abad ke-10 dengan Ibu Kota
Wantan Mas yang terletak di kawasan sungai Brantas. Sebelumnya, Kerajaan
Medang berdiri di Jawa Tengah dengan nama Kerajaan Mataram. Lokasi kerajaan
harus pindah ke Jawa Timur karena letusan Gunung Merapi menghancurkan
Kerajaan Mataram. Berdasarkan Prasasti Mantyasih, raja pertama Kerajaan Medang
saat berada di Jawa Tengah adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Puncak kejayaan terjadi pada tahun 898-910 masehi. Kala itu, Kerajaan Medang
dipimpin oleh Raja Balitung dan memiliki kekuasaan meliputi Bagelen di Jawa
Tengah hingga Malang di Jawa Timur. Selain itu, ada juga yang menyebutkan
puncak kejayaan Kerajaan Medang terjadi pada masa Raja Airlangga. Hal itu tertulis
dalam kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa.
a. Raja Kerajaan Medang
Sistem pemerintahan Kerajaan Medang Kamulan adalah monarki atau
sistem pemerintahan kerajaan. Ada beberapa raja yang tertulis dalam sejarah
kehidupan politik Kerajaan Medang Kamulan setelah pindah ke Jawa Timur.
Raja pertama Kerajaan Medang di Jawa Timur bernama Mpu Sindok. Raja ini
memerintah bersama sang istri Sri Wardhani Pu Kbih selama lebih dari 20 tahun.
Ada banyak kebijakan yang dikeluarkan Mpu Sindok demi menjaga
keberlangsungan hidup Kerajaan Medang, misalnya membangun bendungan
hingga waduk. Kemudian, Kerajaan Medang juga pernah dipimpin oleh Raja

4 Nina Lubis, Sejarah Medang : Membangun Teradisi Dan Peradaban Medang, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2013), hlm.41.
Dharmawangsa Teguh yang merupakan cucu Mpu Sindok. Raja ini dikenal
sangat peduli terhadap rakyatnya. Bahkah, Raja Dharmawangsa pernah
menurunkan tentara guna merebut perdagangan yang dikuasai oleh Kerajaan
Sriwijaya. Sayang, pertempuran tersebut nihil dan justru mengundang serangan
balik. Akibat serangan balik tersebut, Raja Dharmawangsa terbunuh. Kejadian
ini dikenal sebagai penyerangan Pralaya. Selepas dari itu, Kerajaan Medang
dipimpin oleh Raja Airlangga.
Raja Airlangga merupakan keponakan dari Raja Dharmawangsa. Ia
merupakan anak dari Raja Bali Udayana yang menikah dengan Mahendradatta
atau saudara dari Raja Dharmawangsa. Terpilihnya Raja Airlangga karena
seluruh keluarga Raja Dharmawangsa telah terbunuh dalam penyerangan
Pralaya. Sehingga Airlangga berusaha untuk membalas dendam dan
mengembalikkan kehormatan dari Kerajaan Medang. Raja Airlangga berhasil
memulihkan Kerajaan Medang dengan menaklukan raja-raja di bawah Kerajaan
Sriwijaya. Ia pun memindahkan Ibu Kota Kerajaan Medang ke Kahuripan.
7. Kerajaan Kahuripan (1073 M)
Sejarah berdirinya Kerajaan Kahuripan dapat ditelusuri dari peristiwa runtuhnya
Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau Kerajaan Medang. Pada 1016, ibu
kota Kerajaan Medang yang terletak di Watan (sekitar Madiun sekarang) diserang
oleh Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Kerajaan Sriwijaya). Kala itu, kerajaan
diperintah oleh Raja Dharmawangsa Teguh, yang berkuasa antara 985-1017 M.
Akibat serangan tersebut, banyak pembesar Kerajaan Medang tewas dalam
pertempuran, termasuk Raja Dharmawangsa Teguh.
Airlangga, yang merupakan keponakan sekaligus menantu Dharmawangsa
Teguh, berhasil menyelamatkan diri ke dalam hutan. Bersama abdinya yang sangat
setia bernama Narottama, ia kemudian tinggal di hutan dan berteman dengan para
pertapa. Tiga tahun berselang, pedeta Siwa, Buddha, dan Mahabrahmana datang
untuk memintanya melanjutkan Kerajaan Medang. Setelah dinobatkan menjadi raja,
Airlangga mendapatkan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramatunggadewa. Karena Kerajaan Medang telah hancur, ia membangun
kerajaan baru di Wwatan Mas. Barulah pada 1032, Raja Airlangga memindahkan ibu
kotanya ke Kahuripan setelah diserang musuh.
8. Kerajaan Kediri (abad XII M)
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah sebuah kerajaan besar yang berdiri
pada abad ke-12 antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Kediri bercorak Hindu.
a. Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri bermula dari perintah Raja Airlangga untuk membagi
kerajaan menjadi dua bagian pada tahun 1041 Masehi. Pembagian
kerajaan dimaksudkan untuk menghindari pertikaian, seperti dikutip dari
buku Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai
Kontemporer oleh Adi Sudirman.
Wilayah kerajaan Raja Airlangga dikenal sebagai Kahuripan.
Pembagian kerajaan tersebut dilakukan Brahmana sakti bernama Empu
Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal sebagai Kerajaan Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri). Kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi
dan Sungai Brantas, seperti dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289
M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M).
Pada awal masa perkembangan, Kerajaan Kediri tidak banyak
diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang dikeluarkan
Kerajaan Jenggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara
Jenggala dan Kediri sepeninggal Raja Airlangga.Sejarah Kerajaan Kediri
atau Panjalu mulai diketahui oleh adanya Prasasti Sirah Keting tahun 1104
atas nama Sri Jayawarsa. Sebelum Sri Jayawarsa, hanya raja Sri
Samarawijaya yang diketahui. Letak kerajaan Kerajaan Kediri yakni di
daerah Jawa Timur. Kerajaan Kediri berpusat di Daha, atau sekitar Kota
Kediri sekarang. Pusat Kerajaan Kediri tersebut terletak di tepi Sungai
Brantas, yang masa itu sudah menjadi jalur pelayaran yang ramai.
b. Raja Kerajaan Kediri
1) Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
2) Shri KameshwarPrabu Jayabaya
3) Prabu Sarwaswera
4) Prabu Kroncharyadipa
5) Srengga Kertajaya
6) Kertajaya5
9. Kerajaan Singasari (1222-1292 M)
Kerajaan Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berasal
dari Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok yang bergelar Sri
Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi pada tahun 1222 M. Kerajaan Singasari
mencapai masa puncak kejayaan pada tahun 1272-1292 M pada masa pemerintahan
Kertanegara. Dibawah pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singasari mampu
memperluas kekuasaannya hingga Bali, Sunda, sebagian Kalimantan dan sebagian
Sumatera.
Pendirian Kerajaan Singasari tidak terlepas dari tokoh Ken Arok. Ken Arok
awalnya hanya menjabat sebagai pengawal dari seorang akuwu di Tumapel bernama
Tunggul Ametung. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istrinya,
Ken Dedes. Setelah menjabat sebagai adipati Tumapel, Ken Arok bersekutu dengan
para Brahmana dan melakukan pemberontakan di Kerajaan Kediri. Pemberontakan
yang dilakukan oleh Ken Arok memaksa Raja Kertajaya, raja Kediri menyerahkan
kekuasaannya dan bepindah ke Kerajaan Singasari. Ken Arok kemudian menjabat
sebagai raja dari Kerajaan Tumapel atau dinamakan Kerajaan Singasari
a. Raja – Raja Kerajaan Singasari
1) Ken Arok (1222-1227 M)
2) Anusapati (1227-1248 M)
3) Tohjaya (1248 M)
4) Wisnuwardhana (1248-1272 M)
5) Kertanegara (1272-1292 M)
10. Kerajaan Majapahit (1293-1520 M)
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu Buddha terbesar di Indonesia
yang berdiri pada abad ke 13 hingga abad ke 16. Wilayah kekuasaan Majapahit
mencapai hampir seluruh Nusantara. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada
tahun 1293, seorang menantu dari Kertanegara, raja terakhir Singasari.
Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk dan Patih Gajah Mada pada tahun 1350 hingga 1389. Semasa pemerintahan
Hayam Wuruk, Majapahit mampu mempersatukan Sumatera, Semenanjung Malaya,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan
beberapa wilayah Filipina. Selain menguasai Nusantara, Majapahit juga berhubungan

5 AZ-Zyumardi, Sejarah Kerajaan Majapahit, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm.40


baik dengan kerajaan lain seperti Campa, Kamboja, Siam, Burma Selatan, Vietnam
dan Cina. Kerajaan Majapahit memiliki sumber sejarah diantaranya kitab
Negarakertagama, Pararaton, prasasti serta berita.
a. Sejarah Singkat Majapahit
Sejarah Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari Kerajaan Singasari. Raden
Wijaya merupakan menantu Kertanegara, raja Kerajaan Singasari. Pada tahun
1292 M, terjadi pemberontakan di Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang
yang menyebabkan runtuhnya Singasari. Pada waktu itu Raden Wijaya
melarikan diri bersama Arya Wiraraja. Raden Wijaya kemudian mendiami
sebuah hutan di Trowulan yang merupakan tanah sima pada masa Kerajaan
Singasari. Wilayah ini kemudian dinamakan Majapahit.
Penamaan Majapahit didasarkan pada nama buah maja yang banyak
ditemukan diwilayah Trowulan serta memiliki rasa yang pahit. Wilayah
Majapahit berkembang hingga mampu menarik simpati penduduk Daha dan
Tumapel. Niat balas dendam Raden Wijaya terbantu lebih cepat setelah adanya
pasuka Khubilai Khan yang tiba pada 1293. Setelah mengalahkan Jaya Katwang,
Raden Wijaya kemudian menyerang pasukan Mongol dibawah Kubulaikhan.
Setelah mengalahkan Mongol dan Kediri, Raden Wijaya kemudian diangkat
menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215. Setelah diangkat sebagai
raja, Raden Wijaya kemudian bergelar Kertarajasa Jayawardhana.6
b. Raja-raja Kerajaan Majapahit
1) Raden Wijaya (1293-1309 M)
2) Sri Jayanagara (1309-1328 M)
3) Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M)
4) Hayam Wuruk (1350-1389 M)
5) Wikramawardhana (1389-1429 M)
6) Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447 M)
7) Prabu Brawijaya I (1447-1451 M)
8) Prabu Brawijaya II (1451-1453 M)
9) Prabu Brawijaya III (1456-1466 M)
10) Prabu Brawijaya IV (1466-1468 M)
11) Prabu Brawijaya V (1468 -1478 M)
12) Prabu Brawijaya VI (1478-1489 M)

6 Fandy, Sejarah Kerajaan Majapahit, (Bandung : Artefak Budaya, 2012), hlm 29.
13) Prabu Brawijaya VII (1489-1527 M)
11. Kerajaan Padjajaran (1333 M)
Kerajaan Pajajaran adalah salah satu kerajaan terbesar di Pakuan (sekarang
Bogor), Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan pada tahun 923 M oleh Sri Jayabhupati
dan meliputi sekitar sepertiga hingga seperdelapan wilayah pulau Jawa. Menurut peta
Portugis, pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran terletak di Bogor. Sementara untuk
cakupan kekuasaannya meliputi wilayah Jawa Tengah, Jakarta, dan Jawa Barat.
Kerajaan Pajajaran mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sri
Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi antara tahun 1482 hingga 1521 M. Pada
periode ini, sistem politik yang berlaku adalah sistem feudal, di mana posisi puncak
dipegang oleh seorang yang disebut Prabu atau raja. Agama utama yang dianut
adalah Hindu Syiwa, seperti tercatat dalam prasasti Kawali dan Sahyang Tapak. Di
samping itu, terdapat juga penganut agama Hindu Waisnawa dan Budha. Ketiga
agama tersebut hidup berdampingan dengan toleransi antar sesamanya.
Kehidupan ekonomi pada masa Kerajaan Pajajaran sangat bergantung pada
kegiatan agraris seperti bercocok tanam dan perdagangan. Pada tahun 1597 M,
Kerajaan Pajajaran mengalami kejatuhan akibat serangan dari Kesultanan Banten.
Selain itu, terjadi persaingan untuk mendapatkan batu penobatan antara panglima
perang dari Kesultanan Banten, yaitu Maulana Yusuf.
12. Kerajaan Samudera Pasai (abad 13 M)
Kerajaan Samuderan pasai didirikan oleh Meurah Silu pada 1267 M. Setelah
masuk Islam, Meurah Silu berganti nama Malik Al Saleh. Ia bergelar Sultan Malik
Al Saleh. Sultan Malik Al Saleh memerintah pada tahun 1285-1297. Pada masa
pemerintahannya, ia didatangi seorang musafir dari Venetia (Italia) pada 1292 yang
bernama Marcopolo. Melalui catatan Marcopolo ini lah diketahui bahwa raja
Samudera Pasai bergelar Sultan.
Wilayah kerajaan menjadi daerah di nusantara yang pertam kali dikunjungi oleh
para pedagang dan pelayar. Hal ini dikarenakan, letaknya yang strategis di jalur
perdagangan internasional, yakni di pesisir utara Sumatera, tepatnya di dekat Kota
Lhokseumawe, Aceh. Kerajaan Samudera Pasai berhasil mencapai puncak kejayaan
pada pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir
Samudera Pasai Mencapai Kejayaan Di bawah pemerintahan Sultan Mahmud
Malik Az Zahir, Samudera Pasai berkembang menjadi pusat perdagangan
internasional. Setiap tahun, Kerajaan Samudera Pasai mampu mengekspor lada,
sutra, kapur barus, dan emas dalam jumlah besar. Pada masa ini pemerintahan
Samudera Pasai terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India
maupun Arab. Di masa kejayaannya, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas
yang disebut dirham. Uang tersebut digunakan sebagai uang resmi kerajaan.
Disamping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam. Dengan letaknya yang strategis, Samudera Pasai
berkembang menjadi kerajaan Maritim. Samudera Pasai menggantikan peranan
Sriwijaya di Selat Malaka. Kerajaan Samudera Pasai memiliki pengaruh di
pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain.
13. Kerajaan Aceh (abad ke-16)
Kerajaan Aceh adalah Kerajaan Islam di Pulau Sumatera. Pendiri Kerajaan Aceh
adalah Sultan Ali Mughayat pada tahun 1496 M Kerajaan Aceh berdiri pada saat
kekuatan barat telah tiba di Malaka. Kondisi tersebut mendorong Sultan Ali
Mughayat Syah untuk menyusun kekuatan dengan menyatukan kerajaan-kerajaan
kecil di bawah Kerajaan Aceh. Sultan Ali Mughayat Syah membentuk angkatan
darat dan laut yang kuat untuk membangun kerajaan yang kokoh dan besar. Untuk
melengkapi kekuasaannya, Sultan Ali Mughayat Syah membangun dasar-dasar
politik luar negeri Kerajaan Aceh. Adapun isinya adalah sebagai berikut :
a. Mencukupi kebutuhan sendiri agar tidak tergantung pada pihak luar.
b. Membangun persahabatan yang lebih erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di
nusantara.
c. Memiliki sikap waspada terhadap bangsa barat.
d. Menerima bantuan tenaga ahli dari pihak luar.
e. Menjalankan dakwah Islam ke seluruh wilayah nusantara.7
14. Kerajaan Demak (1513-1546 M)
Kerajaan Demak atau Kasultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di
Jawa. Kerajaan yang berdiri pada awal abad ke-16 ini didirikan oleh Raden Patah
dan mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono. Kerajaan
Demak terletak di daerah Demak, Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak merupakan
wilayah kadipaten yang tunduk pada kekuasaan Majapahit.
Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah
kepemimpinan Raden Patah dengan adanya peran sentral Wali Songo. Periode

7 Widia Lestari N.,Daftar Kitab Peninggalan Kerajaan Hindu Buda, (Jakarta : PT. Gramedia, 2012),
hlm.21
kepemimpinan Raden Patah adalah fase awal semakin berkembangnya ajaran Islam
di Jawa. Kerajaan Pajang adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang
terletak di daerah perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta, dan Desa Makamhaji,
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Kerajaan Pajang berdiri pada tahun 1568 dan runtuh pada 1587. Pendiri
Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya atau dikenal juga sebagai Jaka Tingkir.
Sultan Hadiwijaya pula yang berhasil mengantarkan Pajang ke puncak kejayaan.
Pajang merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa yang letaknya berada di
pedalaman. Karena itu, kerajaan ini bersifat agraris dan mengandalkan pertanian
sebagai tulang punggung perekonomian. Setelah 21 tahun berdiri, Kesultanan Pajang
mengalami kemunduran dan akhirnya dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.
15. Kerajaan Pajang (1568-1586 M)
Babad Banten menyebutkan bahwa keturunan Sultan Pajang berasal dari
Pengging, kerajaan kuno di Boyolali yang dipimpin oleh Andayaningrat.
Andayaningrat, yang juga memakai nama Jaka Sanagara atau Jaka Bodo, konon
masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga raja Majapahit. Meski
Majapahit ditaklukkan orang-orang Islam pada 1625, Pengging masih berdaulat
hingga di bawah pemerintahan Kebo Kenanga, yang bergelar Ki Angeng Pengging.
Ketika Ki Angeng Pengging wafat karena dibunuh oleh Sunan Kudus, ia
meninggalkan seorang putra bernama Mas Karebet, yang diangkat anak oleh Nyi
Ageng Tingkir. Mas Karebet atau lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir justru
memutuskan untuk mengabdi pada Kesultanan Demak. Kesultanan Demak kemudian
mengutus Jaka Tingkir mendirikan Kerajaan Pajang sekaligus menjadi raja
pertamanya dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Saat Kesultanan Demak mengalami
kemunduran dan diserang Arya Penangsang, Sultan Hadiwijaya maju untuk
menghadapinya. Hadiwijaya berhasil membunuh Arya Penangsang dan menjadi
pewaris takhta Kesultanan Demak dan memindahkan ibu kotanya ke Pajang.
16. Kerajaan Banten (1556-1580 M)
Kerajaan Banten merupakan salah satu Kerajaan Islam yang berkembang di
Pulau Jawa. Kerajaan ini terletak di bagian barat Pulau Jawa. Sejarah Kesultanan
Banten tidak dapat dilepaskan dengan salah satu tokoh agama terkemuka yakni
Sunan Gunung Jati atau Fatahillah. Mereka merupakan pendakwah tersohor di area
Jawa Barat.
Pada abad ke-5, daerah ini merupakan pusat perdagangan rempah-rempah dan
komoditas lainnya, serta merupakan bagian dari jaringan perdagangan yang
melibatkan berbagai kerajaan di seluruh Nusantara. Kerajaan Banten secara resmi
didirikan pada awal abad ke-16 oleh seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran yang
bernama Maulana Hasanuddin. Akibat serangan Portugis yang menghancurkan
kerajaan Pajajaran, membuat Maulana Hasanuddin mendirikan Kerajaan Banten dan
memilih Surosowan sebagai ibu kotanya. Dia kemudian mengganti namanya menjadi
Sultan Maulana Yusuf.
17. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan bercorak Islam terbesar di Sulawesi
Selatan. Kerajaan Gowa Tallo berdiri sekitar abad ke-16. Kerajaan Gowa Tallo
dikenal juga dengan Kerajaan Makassar. Kerajaan Gowa-Tallo adalah kerajaan
gabungan dari Kerajaan Gowa serta Kerajaan Tallo yang dimiliki oleh dua
bersaudara. Pada pemerintahan Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Khallona,
kedua kerajaan ini dipersatukan.
Gowa dan Tallo bersatu atas dasar kesepakatan, sehingga rakyatnya tidak
memihak siapapun namun memiliki dua raja yang masing-masing punya wilayah
kekuasaan. Di akhir abad ke-16, Sultan Alauddin menjadi raja pertama yang
memeluk Islam di Kerajaan Gowa Tallo. Ini sekaligus penanda Kerajaan Gowa Tallo
menjadi kesultanan. Pertumbuhan Islam di Gowa semakin pesat. Pada tahun kedua
kesultanan, semua rakyat berhasil diislamkan.
Kerajaan Gowa Tallo mencapai puncak kejayaannya saat berada di bawah
pimpinan Sultan Hasanuddin pada 1653-1669. Raja Gowa ke-16 yang juga bergelar
pahlawan nasional ini berhasil memajukan pendidikan dan kebudayaan Gowa
Tallo.Sosok Sultan Hasanuddin yang berjuluk Ayam Jantan dari Timur ini dikenal
tidak mudah terpengaruh oleh asing. Dia juga menentang keras kehadiran VOC saat
menguasai sebagian kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi.
Pada masa keemasan Kerajaan Gowa Tallo, wilayah ini pernah menjadi pusat
perdagangan terbesar di Indonesia bagian timur. Ada banyak saudagar muslim dari
berbagai wilayah yang datang ke Gowa dengan tujuan untuk berdagang. Kerajaan
Gowa Tallo juga bersifat maritim karena sebagian besar masyarakatnya berprofesi
sebagai nelayan.
18. Kerajaan Ternate (abad ke-14)
Kerajaan Ternate adalah kerajaan Islam di Maluku yang masih berdiri hingga
saat ini. Ketika didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257 M, kesultanan yang
dulunya bernama Kerajaan Gapi ini belum bercorak Islam. Agama Islam mulai
menyebar di Ternate pada abad ke-14 dan keluarga kerajaan baru memeluk Islam
pada masa pemerintahan Raja Marhum (1432-1486 M).
Dalam perkembangannya, Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika
diperintah oleh Sultan Baabullah (1570-1583 M). Selain berhasil memperluas
wilayah kekuasaan kerajaan, memperkuat angkatan militer, dan memajukan
perdagangan, Sultan Baabullah juga gigih melakukan perlawanan terhadap Portugis.
Meski sempat jatuh ke tangan VOC, Kerajaan Ternate masih ada hingga saat ini.
Sultan Ternate sekarang bernama Sultan Hidayatullah Syah bin Mudaffar Syah, yang
dinobatkan pada 18 Desember 2021
Sejarah berdirinya Kerajaan Ternate bermula dari keberadaan empat kampung
yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala marga atau disebut Momole.
Empat kampung tersebut kemudian sepakat membentuk kerajaan, tetapi kala itu raja
dan rakyatnya belum diketahui agamanya. Sejak zaman dahulu, Ternate dikenal
sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga penduduknya telah berhubungan dengan
para pedagang dari Arab, Melayu, ataupun China. Seiring ramainya aktivitas
perdagangan, ancaman dari para perompak pun semakin meresahkan. Setelah
dilakukan musyawarah, para Momole sepakat menunjuk Momole Ciko sebagai
kolano atau raja mereka.8
19. Kerajaan Tidore (abad-14)
Sejak 1257 M, Momole Ciko resmi menjadi raja pertama Kerajaan Ternate
dengan gelar Baab Mashur Malamo. Kerajaan ini terletak di Pulau Ternate, Provinsi
Maluku Utara. Kerajaan Tidore termasuk salah satu kerajaan bercorak Islam terbesar
yang terletak di Maluku. Menurut tradisi sejarah, kerajaan ini memiliki akar yang
sama dengan Kerajaan Ternate. Pasalnya, Syahjati atau Muhammad Naqil, yang
mendirikan Kerajaan Tidore adalah saudara Mashur Malamo, pendiri Kerajaan
Ternate.
Ketika didirikan pada abad ke-11, kerajaan ini belum bercorak Islam. Agama
Islam baru masuk dan berkembang pada akhir abad ke-15. Kerajaan Tidore
kemudian mencapai masa keemasan pada sekitar abad ke-18, pada periode

8 Muhammad Syahril, Kesultanan Ternate, Sejarah Sosial, Ekonomi, Dan Politik, Cet. I,
(Yogyakarta : Ombak, 2004) hlm.30.
kekuasaan Sultan Nuku. Di bawah kekuasaannya, Tidore berkembang pesat hingga
disegani oleh bangsa Eropa
Sejak awal didirikan pada 1081 hingga masa pemerintahan raja keempat, agama
dan letak pusat kekuasaan Kerajaan Tidore belum dapat dipastikan. Barulah pada
periode pemerintahan Kolano Balibunga, sumber sejarah Kerajaan Tidore mulai
sedikit menguak lokasinya. Pada 1495, diketahui bahwa kerajaan ini berpusat di Gam
Tina dengan Sultan Ciriliati atau Sultan Djamaluddin sebagai rajanya. Sultan
Ciriliati, yang masuk Islam berkat dakwah seorang ulama dari Arab, diketahui
sebagai raja atau kolano pertama yang memakai gelar sultan. Dengan masuknya
Islam ke Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat baik di bidang
politik, ekonomi, sosial, dan budayanya pun ikut terpengaruh.
Sepeninggal Sultan Ciriliati, singgasana diwariskan ke Sultan Al Mansur (1512-
1526 M), yang kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Tidore Utara, lebih
dekat dengan Kerajaan Ternate. Dalam sejarahnya, Kerajaan Tidore memang
mengalami beberapa kali pemindahan pusat pemerintahan karena berbagai sebab.
Letak ibu kotanya yang terakhir adalah di Limau Timore, yang kemudian berganti
nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini
KESIMPULAN
Kerajaan Kutai terletak di Sungai Muara Kaman, Kalimantan Timur yang berdiri pada
tahun 400 Masehi. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua yang menjadi cikal bakal
kerajaan – kerajaan Hindu Buddha di Indonesia. Sumber sejarah Kerajaan Kutai adalah
prasasti Yupa yang berbahasa sansekerta dan berhuruf pallawa.
Menurut prasasti Tugu, wilayah Tarumanegara pada masa pemerintahan Purnawarman
meliputi bagian utara Jawa bagian barat, mulai dari Banten hingga Cirebon. Pada masa
pemerintahannya, Purnawarman melakukan penggalian Sungai Candrabaga (saat ini dianggap
sebagai kota Bekasi, Candrabaga menjadi Bagasasi, menjadi Bekasi) dengan panjang 12 km
dan Sungai Gomati yang menjurus ke laut. Selain itu, Purnawarman juga memberi
persembahan kepada Brahmana sebesar 1.000 ekor sapi.
Pada tahun 1892, sebuah prasasti ditemukan di Kampung Kota Kapur, Desa Penagan,
Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan
bahasa Melayu Kuno itu mengandung beberapa kata yang dibaca sebagai "Sriwijaya".
Temuan Prasasti Kota Kapur itu telah menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya mulai
berkembang pada abad ke-7 karena pada masa itu, kepulauan Nusantara ramai dikunjungi
oleh para musafir asal Cina dan India.
Pada tahun 1892, sebuah prasasti ditemukan di Kampung Kota Kapur, Desa Penagan,
Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan
bahasa Melayu Kuno itu mengandung beberapa kata yang dibaca sebagai "Sriwijaya".
Temuan Prasasti Kota Kapur itu telah menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya mulai
berkembang pada abad ke-7 karena pada masa itu, kepulauan Nusantara ramai dikunjungi
oleh para musafir asal Cina dan India.
DAFTAR PUSTAKA
Hada, Nor., 2014, Islam Nusantara : Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia,
Yogyakarta : AR-Ruz Media
Syahril, Muhammad, 2004, Kesultanan Ternate, Sejarah Sosial, Ekonomi, Dan Politik, Cet. I,
Yogyakarta : Ombak.
Suswardi,2011, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : PT.Intan Pariwara
Lestari N.,Wida, 2012, Daftar Kitab Peninggalan Kerajaan Hindu Buda, (Jakarta : PT.
Gramedia.
Bernard. H.M. Vlekke, Bennard, 2008, A History Of Indonesia,Cet. II, Jakarta : PT.Gramedia.
Lubis, Nina, Sejarah Medang : Membangun Teradisi Dan Peradaban Medang, Jakarta : Balai
Pustaka
AZ-Zyumardi, 2009, Sejarah Kerajaan Majapahit, Jakarta : Kencana
Fandy, 2012, Sejarah Kerajaan Majapahit, Bandung : Artefak Budaya

Anda mungkin juga menyukai