Anda di halaman 1dari 10

PERPINDAHAN IBUKOTA KERAJAAN MATARAN KUNO DARI WILAYAH JAWA

TENGAH KE JAWA TIMUR PADA ABAD KE 10 DALAM SEGI EKONOMI

Muhammad Bima Raihan Almasyhur

Fakultas Ilmu Sosial Universita Negeri Malang

muhammad.bima.2207326@students.um.ac.id

Abstrak

Kerajaan Mataram Hindu ini awalnya terletak di Jawa Tengah, khususnya di daerah Kedu dan
Prambanan. Dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu adalah Dinasti Sanjaya
dan Dinasti Syailendra pada periode Jawa Tengah, serta Dinasti Isana pada periode Jawa
Timur. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai bahan
kajian yang akan diteliti, yaitu: bagaimana proses berdirinya Kerajaan Mataram Hindu di Jawa
Tengah Jelaskan faktor penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke Jawa
Timur dari aspek ekonomi, mengetahui faktor penyebab perpindahan Kerajaan Mataram dari
Jawa Tengah Menuju Jawa Timur dalam tinjauan Ekonomi Sesuai dengan sifatnya, metode
yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Kerajaan Mataram Hindu
Jawa Tengah ke Jawa Timur dilakukan untuk mendapat keuntungan dari kesempatan
perdagangan yang ada di wilayah pesisir timur laut dan wilayah Delta Brantas. Kerajaan
Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur karena kerajaan tidak memiliki pelabuhan
laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar dan kemajuannya sangat lambat. Dalam
aspek ekonomi, perpindahan ibukota Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur
pada abad ke-10 memiliki dampak positif yang signifikan. Di Jawa Timur, terdapat dataran
rendah yang subur dan luas yang sangat cocok untuk kegiatan pertanian, terutama pertanian
padi di sepanjang wilayah dataran Sungai Brantas. Hal ini mengakibatkan perkembangan
kegiatan pertanian yang pesat di wilayah tersebut

Kata Kunci: Mataram, Ekonomi , Perpindahan


PENDAHULUAN

Sebelum kedatangan bangsa Barat, wilayah kepulauan Nusantara sudah menjadi pusat
perdagangan internasional. Kepulauan Nusantara terletak di antara dua pusat perdagangan Asia
Kuno, yaitu India dan Cina1. Bangsa India menyebarkan pengaruh kepercayaannya yaitu agama
Hindu dan Budha melalui perdagangan ini. Pengaruh Hindu di Nusantara yang paling kuat
terjadi di Pulau Jawa dan Bali, yang antara lain menyebabkan adanya pendewaan raja-raja,
bertambah besarnya perbedaan antara golongan-golongan masyarakat berdasarkan keagamaan,
pembangunan candi-candi, perkembangan bahasa, kesusastraan, dan peninggalan kerajaan-
kerajaan Hindu Budha yang ada di Nusantara, salah satunya adalah Kerajaan Mataram Hindu.2

Kerajaan Mataram Hindu ini awalnya terletak di Jawa Tengah, khususnya di daerah
Kedu dan Prambanan. Dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu adalah
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra pada periode Jawa Tengah, serta Dinasti Isana pada
periode Jawa Timur. Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah diperintah oleh dua dinasti, yaitu
Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Pada
awalnya, yang berkuasa adalah Dinasti Sanjaya, hal ini sesuai dengan isi dari Prasasti Canggal.
Kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah kemudian beralih ke tangan Dinasti
Syailendra setelah Raja Panangkaran yang beragama Budha naik tahta. Dinasti Sanjaya
terdesak oleh Dinasti Syailendra, dan pergeseran kekuasaan tersebut terjadi setelah Rakai
Panangkaran pindah ke agama Budha. 3Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya
pernikahan antara Rakai Pikatan dengan putri Samaratungga yaitu Pramodawardhani. Setelah
itu, pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah dikuasai kembali oleh Dinasti
Sanjaya dengan rajanya yang terakhir yaitu Raja Wawa. Pada masa pemerintahan Raja Wawa,
yaitu pada awal abad X, Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah mengalami kemunduran dan
dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai bahan
kajian yang akan diteliti, yaitu: bagaimana proses berdirinya Kerajaan Mataram Hindu di Jawa
Tengah? Jelaskan faktor penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke Jawa
Timur dari aspek ekonomi! Bagaimana perkembangan Kerajaan Mataram Hindu di Jawa
Timur?

1
M. Iskandar, Linda Sunarti, dan Abdurakhman, Indonesia Dalam Perkembangan Zaman (Jakarta: Ganeca Exact,
2004), hlm. 4

2
D. H Burger, Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia Djilid 1 (Jakarta: Negara Pradnjaparamita, 1962), hlm. 15
3
Marwadi Djoened Poesponegoro, Nugorho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia II (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), hlm. 104-105.
METODE PENELTIAN

Sesuai dengan sifatnya, metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research). Caranya adalah dengan meninjau berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah
tersebut; membaca, menyimpulkan dan menganalisis

PEMBAHASAN

Awal Mula Berdirinya Kerajaan Mataram

Pada Abad VIII - IX Masehi, wilayah Jawa Tengah telah menjadi tempat
berkembangnya sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Mataram Hindu. Kerajaan ini terletak
di daerah Kedu dan memiliki wilayah kekuasaan yang luas dengan pusat pemerintahannya
disebut sebagai Bhumi Mataram.4

Dalam Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi, tertulis sejarah tentang
kerajaan ini dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti tersebut
ditemukan di halaman percandian yang terletak di atas Gunung Wukir di Kecamatan Salam,
kota Magelang. Isi dari prasasti tersebut terutama memperingati pendirian sebuah Lambang
Siwa yang dibangun di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Daerah
Kunjarakunja merupakan bagian dari pulau Yawadwipa yang dikenal sebagai pulau yang mulia
dan kaya akan hasil bumi, terutama padi dan emas. Pulau ini diperintah oleh Raja Sanna,
seorang penguasa yang bijaksana dan memiliki budi pekerti yang baik.

Namun, setelah Raja Sanna wafat, negaranya pecah dan kehilangan perlindungan. Hal
ini menyebabkan Sanjaya tampil sebagai seorang raja yang gagah berani dan berhasil
menaklukkan raja-raja yang berkuasa di Jawa Tengah, seperti raja di Kerajaan Melayu,
Kerajaan Keling, Kerajaan Barus, dan sebagainya.5

Raja Sanjaya menjadi raja pertama yang bertahta di Kerajaan Mataram Hindu setelah
pendahulunya, yaitu Raja Sanna, meninggal dalam pertempuran melawan musuh. Ibukota
kerajaan yang ada saat itu telah diserbu dan dijarah oleh musuh sehingga perlu dibangun
kembali ibu kota baru beserta dengan istana dan candi pemujaan lingga kerajaan. Sanjaya
berhasil membangun istana baru dan kawasan tersebut kemudian diberi nama Kerajaan
Mataram Hindu dan terletak di Poh Pitu.6

4
Harmadi, S.W. Warsito, Misteri Mukso Mahapatih Gajah Mada, (Surabaya: SIC), hlm. 3.
5
Marwadi Djoened Poesponegoro, Nugorho Notosusanto, op. cit., hlm. 98-99.

6
Ibid., hlm. 100-101.
Seiring berjalannya waktu, Kerajaan Mataram Hindu terus berkembang menjadi salah
satu kerajaan yang sangat berpengaruh di Nusantara pada masa itu. Selain berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya, kerajaan ini juga menjadi pusat kebudayaan yang kaya dengan seni,
sastra, dan agama Hindu-Buddha. Kerajaan Mataram Hindu terus berdiri hingga masa
pemerintahan Ratu Boko, raja terakhir dari Dinasti Sanjaya yang memerintah sekitar awal abad
X Masehi

Perpindahan Ibukota Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur

Pada awal abad ke-10, tepatnya pada tahun 929 M, terjadi perpindahan kekuasaan
Kerajaan Mataram Hindu dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang dilakukan oleh Mpu Sindok.
Salah satu faktor yang menyebabkan perpindahan kekuasaan adalah faktor ekonomi. Wilayah
Jawa Timur memiliki kondisi yang berbeda dengan Jawa Tengah, karena terdapat dua sungai
besar yang mengalir ke laut, yaitu Bengawan Solo dan Sungai Brantas yang lebar dan dalam.
Pada abad ke-10, sungai-sungai tersebut mudah dilayari oleh perahu besar dan kapal besar
hingga sampai ke wilayah pedalaman Mojokerto. Bahkan, perahu-perahu kecil dapat berlayar
lebih jauh lagi ke wilayah pedalaman Kediri. Kondisi tersebut membuat wilayah Jawa Timur
lebih menguntungkan untuk aktivitas perdagangan.7

Wilayah Jawa Timur juga terdapat pelabuhan-pelabuhan Pantai Utara dan pelabuhan-
pelabuhan di sungai, seperti pelabuhan Hujung Galuh yang banyak didatangi oleh para
pedagang dari pulau-pulau wilayah Nusantara. 8Abasi pantai terjadi secara intensif di wilayah
ini akibat penggundulan hutan di selatan Semarang dan napal serta lempung lunak Pliosen di
sebelah Utara Gunung Ungaran yang makin tererosi. Para penguasa Mataram Hindu Jawa
Tengah melihat bahwa pelabuhannya di Bergota semakin dangkal dan sempit akibat abrasi
pantai. Kapal-kapal tidak dapat berlabuh di bandar Pelabuhan Bergota sehingga perniagaan
Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah menjadi mati. Inilah salah satu penyebab Mpu Sindok
memutuskan memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur di mana ada pelabuhan Ujung Galuh.9

Menurut Paul Michel Munoz, perpindahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke
Jawa Timur dilakukan untuk mendapat keuntungan dari kesempatan perdagangan yang ada di
wilayah pesisir timur laut dan wilayah Delta Brantas. Pendapat Suparman mengatakan bahwa
Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur karena kerajaan tidak memiliki

7
Soeroto, Mataram 1 (Bandung: Sanggabuwana, 1975), hlm. 28-29.
8
Supratikno Rahardjo, Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir (Jakarta:
Komunitas Bambu, 2011), hlm. 290.

9
Fachruddin , LETUSAN MERAPI 1006 MENYEBABKAN KERAJAAN MATARAM HINDU PINDAH,
http://kabepiilampungcom.wordpress.com/2010/11/06/letusan-merapi-1006-menyebabkan-kerajaanmataram-
hindu-pindah/ Diakses pada 2 Februari 2023
pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar dan kemajuannya sangat lambat.
Lembah Sungai Brantas yang sangat subur dan dapat dilayari oleh kapal-kapal besar, lebih
menjanjikan bagi perkembangan sosial ekonomi, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.10

Selain memiliki sungai yang besar dan dalam, wilayah Jawa Timur juga memiliki
dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk kegiatan penanaman padi secara
besar-besaran. Wilayah sekitar lembah Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas merupakan
wilayah pertanian yang sangat subur. Sejak tahun 928 M, pemusatan penduduk berpindah ke
wilayah Jawa Timur, khususnya di sebelah timur Sungai Brantas. Jawa Timur dengan wilayah
dataran yang luas dan subur menghasilkan banyak beras.

Selain itu, wilayah Jawa Timur juga terkenal dengan keahlian masyarakatnya dalam
melaut dan berdagang. Rakyat di daerah pesisir Jawa Timur dikenal sebagai kaum pelaut yang
ulung dan terampil dalam menjelajahi laut-laut Indonesia hingga sampai ke Semenanjung
Malaysia dan Tiongkok. Hal ini membuat perdagangan di Jawa Timur semakin berkembang
dan menjadi semakin penting bagi ekonomi kerajaan.

Sejarawan B. Schrieke menyatakan bahwa alasan utama mengapa pemerintahan


Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur adalah karena rakyat Jawa
Tengah merasa menanggung beban yang amat berat karena diharuskan membangun monumen-
monumen keagamaan yang besar seperti Candi Borobudur. Pembangunan monumen-monumen
keagamaan yang megah dan mewah sangat membebani dan menyita banyak tenaga dari rakyat
Mataram Hindu Jawa Tengah. Seiring dengan itu, wilayah Jawa Timur juga memiliki daya tarik
dari segi ekonomi, khususnya sebagai pintu gerbang perdagangan internasional karena terdapat
delta Sungai Bengawan Solo dan lembah Sungai Brantas.

Menurut R. Soekmono, pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, rakyat Mataram


Hindu mengalami berbagai kesulitan. Kekuasaan Sanjaya dan Syailendra di Jawa Tengah yang
banyak menghasilkan bangunan-bangunan suci keagamaan yang serba megah dan mewah,
tetapi sebaliknya sangat melemahkan tenaga rakyat dan penghasilan pertanian. Usaha
mengutamakan kebesaran raja dengan membangun bangunan keagamaan berakibat menekan
kehidupan rakyat. Oleh karena itu, perpindahan Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur
menjadi semakin tidak terhindarkan.

Sejarawan B. Schrieke menjelaskan alasannya Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah


pindah ke Jawa Timur karena masyarakat jawa tengah merasa sangat berat karena diperlukan
untuk membangun monumen keagamaan besar seperti candi Borobudur yang menghabiskan
seluruh kejayaan kerajaan saat itu berhasil. Pembangunan monumen keagamaan sangat megah

10
Paul Michel Munoz, Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia
(Yogyakarta: Mitra Abadi, 2009), hlm. 328
dan mewah sangat berat dan merampok tenaga Mataram Hindu di Jawa Tengah sehingga
masyarakat meninggalkan pekerjaan seperti bertani, berdagang dan kegiatan lainnya sehingga
terjadi migrasi massal ke Jawa Timur. Schrieke, selain itu juga mengatakan bahwa di daerah
jawa timur terdapat objek wisata delta sungai bengawan Solo dan lembah Sungai Brantas
dinilai menarik dari segi ekonomi, khususnya sebagai gerbang perdagangan internasional
11
mengatakan bahwa pada masa Rakai Kayuwangi, masyarakat Mataram Umat Hindu
dihadapkan pada berbagai kesulitan. Kerajaan Sanjaya dan Syailendra di Jawa Pusat ini
menghasilkan banyak bangunan keagamaan serbaguna megah dan mewah, namun sebaliknya
sangat melemahkan tenaga dan pendapatan masyarakat pertanian. Upaya mengutamakan
keagungan raja dengan membangun Gedung agama menyebabkan kemunduran dalam
kehidupan masyarakat

Paul Michel Munoz mengatakan bahwa kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa
Tengah pindah ke Jawa Timur karena keperluan untuk menemukan suatu wilayah yang baru
karena kondisi kehidupan di Jawa Tengah semakin memburuk karena kehidupan ekonomi
merosot yang disebabkan juga meningkatnya aktivitas vulkanik. Perdagangan dan pertanian di
Jawa Timur memberi banyak keuntungan dan kemakmuran masyarakat Kerajaan Mataram
Hindu, oleh karena itu maka Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah sedikit demi sedikit
dipindahkan ke Jawa Timur. Perpindahan itu mulai pada masa pemerintahan Raja Wawa, dan
dilanjutkan oleh Mpu Sindok yang menggantikan menjadi raja di Kerajaan Mataram Hindu
Jawa Tengah setelah Raja Wawa. Pada masa kekuasaan Mpu Sindok tahun 929 M,
pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah sudah seluruhnya dipindahkan ke Jawa
Timur, tepatnya di wilayah Jombang12.

C.Perkembangan Kerajaan Mataram di Jawa Timur

Kerajaan Mataram yang beragama Hindu mengalami perkembangan pesat setelah itu
pindah ke Jawa Timur. Perkembangan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur muncul di
berbagai bidang, termasuk

a. Bidang Pertanian:

Pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur, beras menjadi bahan
makanan pokok yang sangat penting bagi masyarakat setempat. Kegiatan pertanian sudah ada
sejak zaman Mataram Hindu di Jawa Tengah dan terus berkembang setelah pindah ke wilayah
Jawa Timur. Wilayah Jawa Timur memiliki dataran rendah yang subur dan luas, terutama di
sepanjang dataran Sungai Brantas yang terkenal dengan daerah pertanian padi yang luas.
11
Supratikno Rahardjo, op. cit., hlm. 41
12
Harmadi, S.W. Warsito, op. cit., hlm. 9.
Wilayah ini menjadi faktor utama yang mendorong perkembangan kegiatan pertanian pada
masa itu.13

b. Bidang Perdagangan:

Pada masa pemerintahan Raja Mpu Sindok, ibu kota kerajaan Mataram Hindu Jawa
Timur didirikan di tepi Sungai Brantas dengan tujuan menjadi pusat pelayaran dan perdagangan
di wilayah Jawa Timur. Aktivitas perdagangan tidak hanya terbatas di wilayah Jawa Timur,
tetapi juga berkembang ke luar wilayah Jawa Timur hingga mencapai Asia. Kerajaan Mataram
Hindu Jawa Timur kemudian menjadi pusat aktivitas pelayaran perdagangan di Nusantara
Timur. Kota pelabuhan utama pada masa itu adalah Hujung Galuh, yang selalu ramai
dikunjungi oleh perahu dagang dari pulau-pulau di Nusantara dan pedagang dari kerajaan-
kerajaan di luar Nusantara14.

c. Bidang Politik:

Sistem politik Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur pada masa pemerintahan Mpu
Sindok mengalami peningkatan yang signifikan. Birokrasi pemerintahan Kerajaan Mataram
Hindu Jawa Timur semakin menekankan peranan strategi perang yang diikuti oleh sifat
ekspansif dalam melakukan perluasan wilayah kekuasaan. Sifat ekspansif tersebut tidak hanya
terlihat dari wilayah pengaruhnya yang semakin meluas, tetapi juga pada persatuan pasukan
perang yang semakin kokoh. Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur pada
awalnya mencakup daerah Jombang, namun kemudian berkembang hingga mencakup wilayah
Nganjuk, Jombang, Pasuruan, Malang, Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, dan pada
perkembangannya15

d. Bidang Sosial

Kehidupan sosial masyarakat baik itu tradisi Hindu maupun catur warna semakin hari
semakin terpurukdiperkuat dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur. Sistem
catur warna Masyarakat terbagi atas dasar profesi utama yang menempatkan kelompok agama
atau keagamaan Brahmana di lapisan pertama, kemudian di lapisan kedua adalah para
bangsawan atau ksatria, di lapisan ketiga ada pedagang, petani, dan pengrajin atau Waisya,
sedangkan lapisan paling bawah atau sudra terdiri dari paling banyak orang biasa dan
pembantu.Dalam kehidupan sosial, perempuan juga memiliki status kebaikan sosial dan bahkan
untuk menguasai kerajaan

e. Bidang Ilmu

13
N. Dalgjoeni, Geografi Kesejarahan Indonesia II (Bandung: Alumni, 1992), hlm. 74
14
Marwadi Djoened Poesponegoro, Nugorho Notosusanto, op. cit., hlm. 241.

15
Supratikno Rahardjo, op. cit., hlm. 33
Masyarakat di Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur semakin akrab dengan berhitung
hari dalam seminggu ada penawaran yaitu: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Hewan,
yaitu: Tunglai, Haryang, Warukung, Was, dan Mawulu dan Saptawara adalah: Aditya, Soma,
Anggara, Buddha, Wrhaspati, Cukrau, dan Sainascara. Orang mengenal nama-nama bulan, di
antaranya: Magha, yaitu Januari sampai Februari, Phalguno adalah Februari hingga Maret,
Caitra adalah Maret hingga April, Bhadra adalah Agustus hingga September, Asuji September
hingga Oktober, dan Kartiko adalah Oktober hingga November.25 Pada zaman Mpu Sindok,
tahun 929 M, masyarakat sudah mengenalnya satuan takaran, takaran, dan berat yang
digunakan untuk tujuan jual beli Untuk keperluan lain, satuan ukuran meliputi: Ukuran luas,
yaitu: Volume dan kelompok etnis. 1 winno sama dengan + 20.250 m2 . 1 suku sama dengan +
0,25 Diterima. Ukuran panjang adalah: depan. Ukuran: bekas luka. Ukuran berat badan adalah:
massa, bantal, bahu, tahil atau Ta, dan kati atau Ka. 1 bantal sama dengan 20 kati. 1 tas sama
dengan 5 bantal sama dengan 100 kati sama dengan 75 kg. 1 tahil atau Ta sama dengan + 38
gram. 1 kati atau Ka sama dengan 20 tahil + 750 menjadi 768 gram. Ukuran16

f.Kesenian

Perkembangan karya sastra terjadi pada masa Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur.
Pada masa pemerintahan Raja Mpu Sindok, terdapat karya sastra untuk Agama Budha seperti
Kitab Sang Hyang Kamahayanikan dan Kitab Brahmandapuruna, sebuah kitab suci Agama
Hindu Siwa yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Pada masa pemerintahan Raja
Dharmawangsa Teguh, muncul karya sastra lainnya yaitu Kitab Wirataparwa.17

e. Bidang Agama

Perkembangan pranata agama mencapai puncaknya pada masa Kerajaan Mataram


Hindu di Jawa Tengah pada abad ke VIII. Namun, pada masa Kerajaan Mataram Hindu Jawa
Timur, terdapat beberapa ciri-ciri perkembangan di bidang keagamaan seperti toleransi
keagamaan, terutama dalam gagasan tentang prinsip hakikat tertinggi antara Agama Hindu dan
Budha. Selain itu, berkembangnya tradisi upacara-upacara besar yang diselenggarakan di
lingkungan kerajaan atas inisiatif kelompok elite kerajaan18

16
Harmadi, S.W. Warsito, op. cit., hlm. 49-51.
17
Ibid., hlm.51-53
18
Supratikno Rahardjo, op. cit., hlm. 354-355
KESIMPULAN

Dalam aspek ekonomi, perpindahan ibukota Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah
ke Jawa Timur pada abad ke-10 memiliki dampak positif yang signifikan. Di Jawa Timur,
terdapat dataran rendah yang subur dan luas yang sangat cocok untuk kegiatan pertanian,
terutama pertanian padi di sepanjang wilayah dataran Sungai Brantas. Hal ini mengakibatkan
perkembangan kegiatan pertanian yang pesat di wilayah tersebut.

Selain itu, lokasi baru ibukota Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur di tepi Sungai
Brantas juga memberikan akses yang lebih baik untuk melakukan aktivitas perdagangan. Raja
Mpu Sindok bahkan mendirikan ibu kota kerajaan di sana dengan tujuan menjadi pusat
pelayaran dan perdagangan di daerah Jawa Timur. Aktivitas perdagangan juga berkembang ke
luar wilayah Jawa Timur hingga sampai Asia, dan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur
menjadi pusat aktivitas pelayaran perdagangan di Nusantara Timur.

Setelah memindahkan ibukota ke Jawa Timur Perkembangan Kerajaan Mataram Hindu


Jawa Timur muncul di berbagai bidang, termasuk,Kegiatan pertanian terus berkembang setelah
pindah ke wilayah Jawa Timur. Aktivitas perdagangan tidak terbatas di wilayah Jawa Timur,
tetapi juga berkembang ke luar wilayah Jawa Timur hingga mencapai Asia. Sistem politik
Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur pada masa pemerintahan Mpu Sindok mengalami
peningkatan yang signifikan. Birokrasi pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur
menekankan peranan strategi perang yang diikuti oleh Sistem catur warna Masyarakat terbagi
atas dasar profesi utama yang menempatkan kelompok agama atau keagamaan Brahmana di
lapisan pertama, lapisan kedua adalah para bangsawan atau ksatria, lapisan ketiga adalah
pedagang, petani, dan pengrajin atau Waisya, sedangkan lapisan paling bawah atau sudra terdiri
dari paling banyak orang biasa dan pembantu.

Secara keseluruhan, perpindahan ibukota Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur pada
abad ke-10 sangat menguntungkan dari segi ekonomi. Kegiatan pertanian dan perdagangan
mengalami perkembangan pesat, dan wilayah Jawa Timur menjadi pusat perdagangan yang
penting di Nusantara Timur pada masa itu
DAFTAR PUSTAKA

Burger, D. H. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia Jilid 1. Terjemahan oleh Prajudi


Atmosudirdjo. Jakarta: Negara Pradnjaparamita.

Dalgjoeni, N. (1992). Geografi Kesejarahan Indonesia II. Bandung: Alumni.

Depdikbud. (1997). Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: CV. Eka Dharma.

Dwi Lukitawat, PERPINDAHAN KERAJAAN MATARAM HINDU JAWA TENGAH KE


JAWA TIMUR ABAD X

Fachruddin. (2010). Letusan Merapi 1006 Menyebabkan Kerajaan Mataram Hindu Pindah.
http://kabepiilampungcom.wordpress.com/2010/11/06/letusan-merapi1006-menyebabkan
kerajaan-mataram-hindu-pindah/. Diakses pada 2 Februari 2023

Galih, P,2022, Mpu Sindok yang Memindahkan dan Mengubah Nasib Rakyat Mataram,
https://nationalgeographic.grid.id/read/133137994/mpu-sindok-yang-memindahkan-dan-
mengubah-nasib-rakyat-mataram?page=all , Diakses 2 Februari 2023

Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah. Terjemahan oleh Nugroho Notosusanto. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Harmadi, S.W. Warsito. Misteri Mukso Mahapatih Gajah Mada. Surabaya: SIC

Iskandar, M. Linda Sunarti, dan Abdurakhman. (2004). Indonesia Dalam Perkembangan


Zaman. Jakarta: Ganeca Exact.

Kasdi, A. (2005). Memahami Sejarah. Surabaya: UNESA University Press.

Munoz, P. M. 2009. Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung


Malaysia. Terjemahan oleh Tim Media Abadi. Yogyakarta: Mitra Abadi.

Poesponegoro, M.D dan Nugroho Notosusanto.1990. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta:
Balai Pustaka.

Rahardjo, S. 2011. Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir. Jakarta:
Komunitas Bambu.

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Soeroto. 1975. Mataram 1. Bandung: Sanggabuwana.

Anda mungkin juga menyukai