Anda di halaman 1dari 12

PENTINGNYA STRATEGI MANAJEMEN SUMBERDAYA BUDAYA DALAM

PELESTARIAN WARISAN BUDAYA

Muhammad Bima Raihan Almasyhur


Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
muhammad.bima.2207326@students.um.ac.id

Abstrak
Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pelestarian warisan budaya adalah manajemen
sumberdaya budaya. Strategi ini melibatkan pengelolaan sumberdaya budaya yang meliputi
pengelolaan aset, aktivitas, dan proses kreatif yang terkait dengan warisan budaya. Dengan
penerapan strategi manajemen sumberdaya budaya yang efektif, diharapkan dapat membantu
mempertahankan dan mempromosikan warisan budaya dengan cara yang berkelanjutan. Sesuai
dengan sifatnya, metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan . Caranya adalah dengan
meninjau berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah tersebut membaca, menyimpulkan
dan menganalisisWarisan Budaya adalah konsep penting, terutama dalam beberapa tahun
terakhir, yang mendefinisikan identitas budaya dalam sekelompok orang dan sama pentingnya
dengan arkeologi dan manajemen sumber daya budaya dalam mengidentifikasi pentingnya
artefak, objek, atau struktur bagi orang-orang tersebut . Angkor Wat dulunya merupakan bagian
dari kota besar yang membentang dari Vietnam selatan ke Laos dan Myanmar Timur, dan
merupakan jantung dari sebuah kekaisaran yang berlangsung dari abad ke-9 hingga ke-15.
`Masalah utama yang sering dihadapi dalam Manajemen adalah dana yang tidak dapat menopang
kegiatan dari Lembaga yang melakukan Manejemen pelestarian ini, seperti yang dialami sebuah
Lembaga konservasi budaya dari Amerika serikat yakni National Park Service Program sumber
daya budaya dan tanggung jawab NPS menjangkau setiap taman dan hampir setiap komunitas di
negara, namun staf dan pendanaan belum mengimbangi pertumbuhan mereka, apalagi untuk
memenuhi tantangan baru dan signifikan yang kita baru dan signifikan yang kita hadapi
sekarang. Warisan Budaya adalah konsep penting, terutama dalam beberapa tahun terakhir, yang
menUNESCO. Monumen keagamaan terbesar di dunia, Angkor Wat, dapat ditemukan jauh di
dalam hutan di Provinsi Siem Reap, Kamboja.
Kata Kunci: Manajemen Sumberdaya Budaya, Warisan Budaya , Pelestrarian
Pendahuluan
Pelestarian warisan budaya menjadi isu penting dalam pengembangan suatu daerah. Hal
ini dikarenakan keberadaan warisan budaya memiliki nilai sejarah, sosial, dan ekonomi yang
tinggi, serta menjadi identitas suatu masyarakat. Namun, pelestarian warisan budaya tidak dapat
dilakukan secara instan, melainkan membutuhkan perencanaan dan strategi yang matang dalam
pengelolaannya.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pelestarian warisan budaya adalah
manajemen sumberdaya budaya. Strategi ini melibatkan pengelolaan sumberdaya budaya yang
meliputi pengelolaan aset, aktivitas, dan proses kreatif yang terkait dengan warisan budaya.
Dengan penerapan strategi manajemen sumberdaya budaya yang efektif, diharapkan dapat
membantu mempertahankan dan mempromosikan warisan budaya dengan cara yang
berkelanjutan.

Namun, masih banyak masyarakat dan pemerintah yang belum menyadari pentingnya
strategi manajemen sumberdaya budaya dalam pelestarian warisan budaya. Beberapa faktor
seperti kurangnya perhatian terhadap aspek budaya, kurangnya sumber daya, dan kebijakan yang
tidak memadai seringkali menjadi kendala dalam pengembangan strategi tersebut.

Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas mengenai pentingnya strategi manajemen
sumberdaya budaya dalam pelestarian warisan budaya. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan
bagaimana strategi tersebut dapat membantu mempertahankan dan mempromosikan warisan
budaya, serta faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengembangan strategi
tersebut. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai
strategi manajemen sumberdaya budaya dan pentingnya penerapannya dalam pelestarian warisan
budaya.
Metode Penelitian

Sesuai dengan sifatnya, metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research). Caranya adalah dengan meninjau berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah
tersebut; membaca, menyimpulkan dan menganalisis

Pembahasan

Pengertian Manajemen Sumber daya Budaya

Istilah-istilah yang sering digunakan untuk menyebut manajemen sumberdaya budaya


atau biasa juga disebut CRM sebenarnya memiliki arti yang sama. Namun, penggunaan banyak
istilah tersebut dapat menimbulkan kerancuan dan bahkan kesalahan dalam memposisikannya.
Istilah "kebudayaan" memiliki pengertian yang lebih luas daripada pengertian "arkeologi" atau
"sejarah". Label "manajemen sumber daya budaya" biasanya digunakan dengan makna yang
sama dengan "conservation archaeology" atau "historic preservation". Istilah "manajemen
sumber daya budaya" pertama kali dikenal di Amerika Serikat pada sekitar tahun 1980-an dan di
Australia disebut "Management of Heritage Place", sedangkan di Jepang lebih dikenal dengan
istilah "Preservation of Cultural Properties".

Historic preservation berkaitan dengan pelestarian budaya material dan lingkungan


binaan yang masih berlangsung atau berfungsi sampai sekarang, sedangkan conservation
archaeology lebih cenderung berkenaan dengan pelestarian budaya bendawi dan lingkungan
binaan yang telah mati. Penyebutan istilah CRM di kalangan ahli arkeologi tidak seragam.
Beberapa pakar arkeologi di Amerika Serikat menggunakan nama "Conservation Archaeology"
atau "Arkeologi Konservasi", sementara yang lain menggunakan "Cultural Resource
Management". Ada pula yang mengaitkan pengelolaan sumber daya arkeologi dengan "Salvage
Archaeology" dan "Rescue Archaeology", dan istilah tersebut dianggap sama dengan "Public
Archaeology" yang dipopulerkan oleh C.R. McGimsey III dalam bukunya yang berjudul "Public
Archaeology".
Terdapat tiga pengertian yang berbeda mengenai istilah "Arkeologi Publik". Pertama,
"Arkeologi Publik" dipersamakan dengan "Contract Archaeology" atau CRM, yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya budaya dan cakupannya menjadi cukup luas, mulai dari
konservasi sampai dengan masalah hukum/perundangan. Kedua, "Arkeologi Publik" diartikan
sebagai bidang kajian yang membahas mengenai mempresentasikan hasil penelitian arkeologi
kepada masyarakat, yang cakupannya menjadi lebih sempit karena fokus utamanya adalah
masalah publikasi hasil penelitian arkeologi. Ketiga, "Arkeologi Publik" didefinisikan sebagai
bidang ilmu arkeologi yang khusus menyoroti interaksi arkeologi dengan publik.1

Peran Penting Manajemen Sumber daya Budaya dalam pelestarian Budaya

Warisan Budaya adalah konsep penting, terutama dalam beberapa tahun terakhir, yang
mendefinisikan identitas budaya dalam sekelompok orang dan sama pentingnya dengan
arkeologi dan manajemen sumber daya budaya dalam mengidentifikasi pentingnya artefak,
objek, atau struktur bagi orang-orang tersebut (Metero 2008). Warisan penting bagi banyak
orang, dengan survei di Australia Barat, 92% warga Australia Barat menghargai warisan sebagai
bagian inti dari identitas nasional mereka (Pemerintah Australia Barat 2017). Warisan adalah
warisan masyarakat dari masa lalu yang mereka gunakan saat ini dan akan diwariskan kepada
generasi mendatang (Pusat Warisan Dunia UNESCO 2018).

Warisan dapat berupa segala sesuatu yang dapat diwariskan dari generasi sebelumnya,
tetapi selalu memiliki makna budaya bagi sekelompok orang. Beberapa benda atau benda budaya
takbenda yang termasuk dalam warisan antara lain, namun tidak terbatas pada, bangunan,
monumen, lanskap, buku, seni, titik proyektil, lingkaran batu, baju zirah Perang Dunia II, grafiti,
bagan langit, luas daratan, keanekaragaman hayati, bahasa, tradisi, nilai, ide, politik, dan evolusi
sosial (Sullivan 2016). Masing-masing benda ini dapat memiliki nilai warisan jika mengandung
ingatan atau hubungan sejarah dengan sekelompok orang (Palmer dan Neaverson, Arkeologi
Industri; Prinsip dan Praktek 1998, 5-8).

Crm berupaya menemukan, melestarikan, dan merekonstruksi lanskap sejarah dari benda-
benda bersejarah dan cerita orang. Nilai warisan suatu objek atau lanskap tidak ditentukan oleh

1
Sulistyanto, Bambang. 2018. “Penerapan Cultural Resource Management Dalam Arkeologi
para arkeolog, tetapi oleh komunitas yang masih hidup yang menempatkan nilai itu padanya
(Johnson 2010, 68 & 216). Ketika orang menentukan bahwa suatu benda warisan budaya
memiliki nilai bagi mereka, itu harus dilestarikan sehingga generasi mendatang dapat mengamati
atau mengalaminya dan menempatkan interpretasi dan nilai mereka sendiri di atasnya. Negara
atau komunitas yang berbeda memiliki cara yang berbeda untuk melindungi harta bersejarah
mereka, seperti museum, kuil, atau, seperti di Amerika Serikat, terkadang bangunan besar
dilestarikan dalam Daftar Tempat Bersejarah Nasional (Layanan Taman Nasional 1992). Banyak
negara telah memahami pentingnya menjaga warisan budaya dan warisan rakyatnya dan mereka
telah mengembangkan organisasi pemerintah untuk mengelola sumber daya yang terbatas ini.
Bahkan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa sedang
mencari cara untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya dan alam dari seluruh dunia
melalui upaya konservasi internasional (UNESCO World Heritage Center 2018).2

Strategi Manajemen Sumber daya Budaya dalam pelestarian Budaya

Salah satu contoh keberhasilan manajemen sumber daya budaya dalam mengelola sebuah
warisan budaya terjadi di Angkor Wat, Kamboja, yang dilakukan oleh UNESCO. Sebagai
konservator, UNESCO merumuskan berbagai praktik konservasi dalam 10 kebijakan yang
tertuang dalam Heritage Management Framework. Kebijakan tersebut mencakup konservasi
lingkungan, konservasi lanskap warisan dunia, perlindungan monumen dan objek bersejarah,
kebudayaan dan nilai sosial, pengembangan berkelanjutan dan penanganan kelaparan, pariwisata
yang bertanggung jawab, pendidikan, kapasitas institusional, komunikasi, dan informasi
manajemen.

Kebijakan dalam HMF tersebut memperlihatkan bahwa UNESCO sebagai organisasi


internasional berguna untuk mendukung APSARA dalam menjalankan konservasi Angkor Wat.
Misalnya, UNESCO membantu APSARA untuk membentuk kampanye poster yang berguna
untuk edukasi masyarakat dalam konservasi lingkungan yang berkontribusi pada kelangsungan
Angkor Wat.

Peran UNESCO sebagai konservator memberikan kontribusi besar terhadap perlindungan


Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia. Angkor Wat memiliki nilai-nilai universal yang

2
The Importance of Cultural Resource Management to Industrial Archaeology. Daniel Dellosso. Masters Thesis.
Adams State University, Cultural Resource Management. 2019 
perlu dilindungi dan merupakan monumen bersejarah kuno yang sangat rentan terhadap
ancaman-ancaman seperti pariwisata dan pengunjung, penggunaan lahan, pertumbuhan
penduduk, degradasi lingkungan, dan perubahan cuaca. Ancaman-ancaman ini dapat berdampak
buruk terhadap kelangsungan Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia.3

Contoh Keberhasilan Manajemen Sumber daya Budaya dalam Pelestarian Warisan


Budaya

Monumen keagamaan terbesar di dunia, Angkor Wat, dapat ditemukan jauh di dalam
hutan di Provinsi Siem Reap, Kamboja. Lima menara yang berbentuk seperti bunga teratai
merupakan pemandangan yang mengesankan dan simetri bangunannya yang presisi sungguh
menakjubkan. Angkor Wat dulunya merupakan bagian dari kota besar yang membentang dari
Vietnam selatan ke Laos dan Myanmar Timur, dan merupakan jantung dari sebuah kekaisaran
yang berlangsung dari abad ke-9 hingga ke-15. Pada tahun 1500-an, ibu kota Khmer ini
ditinggalkan, mungkin karena banjir dan kekeringan, dan kuil-kuil serta bangunan-bangunannya
ditelan oleh hutan di sekitarnya. Baru setelah ditemukan kembali pada tahun 1860, dunia
menjadi sadar akan keberadaannya.

Pada awal tahun 1990-an, situs ini terancam, dengan banyak kuil yang terancam runtuh
dan beberapa situs dijarah. Pekerjaan konservasi di Angkor tidak mungkin dilakukan karena
perang saudara, kebangkitan rezim Khmer Merah, dan kerusuhan sipil. Namun, pada tahun 1992,
Angkor Wat dimasukkan ke dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, yang menandai tonggak
sejarah dalam pemulihan Kamboja dari tahun-tahun konflik. Pelestarian candi-candi tersebut,
yang didukung oleh UNESCO, bertujuan untuk membantu pembangunan bangsa dan rekonsiliasi
nasional. Komite Koordinasi Internasional (ICC-Angkor) dibentuk, dan menyatukan 30 negara
dan kelompok ahli ad hoc untuk proyek-proyek ilmiah, restorasi, dan konservasi di bawah
pendekatan inovatif yang mengaitkan operasi perlindungan dengan upaya pembangunan
berkelanjutan.

Selama 25 tahun terakhir, Angkor telah menjadi laboratorium hidup yang menunjukkan
potensi pariwisata dan kerajinan yang berkelanjutan. Masyarakat setempat telah dimobilisasi

3
Hendri Wijaya, D. W. (n.d.). PERAN UNESCO DALAM PERLINDUNGAN ANGKOR. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Udayana
untuk kohesi sosial di 112 desa, dan situs ini sekarang mendukung 700.000 penduduk dan
menarik sekitar lima juta pengunjung setiap tahunnya. Otoritas taman nasional melakukan
beberapa proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat melalui pariwisata
berkelanjutan yang menghargai kepekaan lokal. Fakta bahwa Angkor Wat dihapus dari Daftar
Warisan Dunia yang Terancam Punah UNESCO hanya 14 tahun setelah dimasukkan ke dalam
daftar tersebut merupakan bukti dari upaya masyarakat Kamboja.

Keberhasilan pelaksanaan proyek sebesar itu di negara yang baru saja keluar dari konflik
selama lebih dari dua dekade pada tahun 1992 merupakan bukti potensi Konvensi Warisan Dunia
dan solidaritas internasional yang dipimpin oleh UNESCO4.

Peran penting Masyarakat dalam Strategi Manajemen Sumberdaya Budaya

partisipasi komunitas lokal / masyarakat untuk ikut andil dalam pelestraian sebuah
budaya karena Masyarakat yang tinggal dekat atau di sekitar lokasi sumber daya budaya
memiliki pengaruh penting, kadang-kadang konikal, dalam perlindungan dan pelestarian sumber
daya tersebut. Penduduk lokal selalu berada di sekitar sumber daya budaya. Anggota komunitas
melindungi dan menjaga sumber daya ini ketika mereka menganggapnya sebagai milik mereka
sendiri. Bukti grafis dari tindakan pelestarian lokal yang efektif adalah jutaan struktur bersejarah
di seluruh dunia yang terus digunakan, dihuni, dan dipelihara oleh pemilik atau penduduk lokal
mereka sendiri.

Tindakan pejabat dan komunitas lokal semakin penting dalam pelestarian, perlindungan,
dan interpretasi sumber daya budaya. Ini telah terjadi selama bertahun-tahun di bagian dunia
yang kurang berkembang di mana pemerintah nasional, yang tidak memiliki wewenang hukum
atau cara untuk menegakkan undang-undang yang ada, tidak dapat memberlakukan kebijakan,
peraturan, dan pedoman pada komunitas yang jauh dari pusat kekuatan nasional. Dalam iklim
politik dan sosial saat ini di banyak negara maju, di mana mantra pemerintahan yang kurang
terpusat dan keputusan publik yang lebih banyak diambil oleh komunitas lokal telah
mendominasi, kekuatan komunitas lokal telah meningkat.

4
Unesco. Cultural heritage: 7 successes of UNESCO’s preservation work, https://www.unesco.org/en/cultural-
heritage-7-successes-unescos-preservation-work, Diakses Pada tanggal 30 April 2023
Komunitas lokal dan pemimpin mereka harus mulai melihat sumber daya budaya sebagai
bagian dari aset daerah mereka. Sumber daya ini harus dilihat sebagai hal yang berharga untuk
dijaga, dilindungi, dan diinterpretasikan. Dasar untuk persepsi ini dapat bersifat ekonomi, yaitu
sumber daya budaya dilihat sebagai sarana untuk menarik wisatawan untuk mengunjungi
komunitas lokal, mengeluarkan uang untuk makanan, penginapan, atau layanan lainnya, sambil
merasakan atau melihat sumber daya budaya. Atau, atau sebagai pelengkap, komunitas lokal
dapat membayangkan sumber daya tersebut terkait secara pribadi atau budaya dengan mereka
dan sebagai sumber sejarah dan kebanggaan komunitas yang harus dilindungi dan dilestarikan
sebagai warisan komunitas mereka.

Sikap lokal tentang pelestarian struktur bersejarah dapat dikatakan sebagai aspek kunci
untuk pelestarian sumber daya budaya . Banyak negara barat memiliki program nasional, negara,
dan lokal yang bekerja sama dengan pemilik individu dan komunitas lokal untuk melestarikan
struktur bersejarah. Di Inggris dan AS, misalnya, kegiatan ini merupakan bagian besar dari
program pelestarian arkeologi dan sejarah nasional.5

Tantangan dalam Manajemen Sumberdaya Budaya

`Masalah utama yang sering dihadapi dalam Manajemen adalah dana yang tidak dapat
menopang kegiatan dari Lembaga yang melakukan Manejemen pelestarian ini, seperti yang
dialami sebuah Lembaga konservasi budaya dari Amerika serikat yakni National Park Service
Program sumber daya budaya dan tanggung jawab NPS menjangkau setiap taman dan hampir
setiap komunitas di negara, namun staf dan pendanaan belum mengimbangi pertumbuhan
mereka, apalagi untuk memenuhi tantangan baru dan signifikan yang kita baru dan signifikan
yang kita hadapi sekarang.

Sejak tahun 1997 telah terjadi kehilangan hamper 30 persen posisi pengelolaan sumber
daya budaya posisi pengelolaan sumber daya budaya di taman-taman nasional, dan kerugian
terus berlanjut karena taman nasional dan kantor regional terus mengencangkan ikat pinggang
mereka. The Historic Historic Preservation Fund (HPF), yang menyediakan dukungan utama
untuk kemitraan program-program kemitraan dengan kantor-kantor pelestarian bersejarah negara
5
Hatton, A., & MacManamon, F.P. (Eds.). (2000). Cultural Resource Management in Contemporary Society:
Perspectives on Managing and Presenting the Past (1st ed.). Routledge.
pelestarian bersejarah negara bagian (SHPO), sebagian besar tetap datar sejak tahun 1980, yang
menghasilkan penurunan yang substansial dalam penurunan yang cukup besar dalam dolar yang
disesuaikan. Pendanaan untuk program-program suku melalui HPF belum tidak dapat
mengimbangi peningkatan dramatis dalam suku yang berpartisipasi, dari 12 pada tahun 1996
menjadi 143 pada hari ini. Penghapusan dana Simpanlah Harta Karun dan Peliharalah Amerika.
Harta Karun Amerika dan pendanaan Preserve America telah secara signifikan mengurangi
dukungan untuk survei dan perawatan warisan kita sumber daya baik di taman-taman nasional
maupun di lokal di seluruh negeri.

Laporan yang diakui secara nasional telah berulang kali mendokumentasikan tantangan-
tantangan ini selama dekade terakhir, yang terbaru adalah laporan tahun 2007 dan Laporan tahun
2007 dan 2008 oleh National Academy of Public Administration (NAPA), laporan tahun 2009,
temuan dari Komisi Abad Kedua Taman Nasional Century Commission, dan dalam laporan
berjudul "Imperiled Promise" dari Organisasi Sejarawan Amerika pada tahun 2011.

Selain Tantangan dana seperti yang sudah dijelaskan NPS juga mengatakan terdapat
tantangan baru terhadap pelestarian jangka panjang sumber daya budaya, seperti perubahan
iklim; inisiatif nasional untuk keberlanjutan, konservasi energi, dan peningkatan tanggap
bencana; dan tuntutan untuk tetap relevan bagi konstituen saat ini dan di masa depan melalui
dukungan kami terhadap program pendidikan, pemuda, dan keanekaragaman - ancaman dan
tuntutan yang tidak diketahui atau tidak dipertimbangkan oleh para visioner pada tahun 1916 dan
1966.

Komisi Abad Kedua dan laporan NAPA 2008 keduanya menyerukan "Tantangan Sumber
Daya Budaya," sebuah inisiatif pendanaan besar yang serupa dengan Tantangan Sumber Daya
Alam yang membawa $70 juta dalam peningkatan dukungan untuk peningkatan manajemen
sumber daya alam taman nasional antara 2001 dan 2008. NPS dan mitra pelestarian lainnya juga
telah lama mendukung pendanaan penuh untuk Dana Pelestarian Sejarah, yang didanai melalui
pendapatan sewa minyak dan gas lepas pantai dari perairan kontinental, dan anggarannya jarang
melebihi setengah dari jumlah yang diizinkan ($150 juta).

Namun, di era anggaran yang semakin ketat, prospek untuk peningkatan besar dalam
jumlah yang sama dengan Tantangan Sumber Daya Alam tampaknya tidak mungkin terjadi
dalam waktu yang dapat diprediksi. Meskipun tidak ada yang kurang dari pendanaan tambahan
yang dapat membantu memelihara warisan Amerika secara penuh untuk generasi masa depan,
menunggu peningkatan yang sangat dibutuhkan dalam jumlah yang sebanding untuk menangani
masalah yang dihadapi sekarang bukanlah sebuah pilihan ketika kita berusaha memenuhi
tanggung jawab pengelolaan dan kemitraan kita untuk melestarikan warisan bersama bangsa
untuk generasi masa depan.6

6
National Park Servic, U.S. Department of the Interior, October 2013, National Park Service Cultural Resource
Challenge PRESERVING AMERICA’S SHARED HERITAGE IN THE 21ST CENTURY
Kesimpulan

Warisan Budaya adalah konsep penting, terutama dalam beberapa tahun terakhir, yang
mendefinisikan identitas budaya dalam sekelompok orang dan sama pentingnya dengan
arkeologi dan manajemen sumber daya budaya dalam mengidentifikasi pentingnya artefak,
objek, atau struktur bagi orang-orang tersebut .

Salah satu contoh keberhasilan manajemen sumber daya budaya dalam mengelola sebuah
warisan budaya terjadi di Angkor Wat, Kamboja, yang dilakukan oleh UNESCO.

Monumen keagamaan terbesar di dunia, Angkor Wat, dapat ditemukan jauh di dalam hutan di
Provinsi Siem Reap, Kamboja. Lima menara yang berbentuk seperti bunga teratai merupakan
pemandangan yang mengesankan dan simetri bangunannya yang presisi sungguh menakjubkan.
Angkor Wat dulunya merupakan bagian dari kota besar yang membentang dari Vietnam selatan
ke Laos dan Myanmar Timur, dan merupakan jantung dari sebuah kekaisaran yang berlangsung
dari abad ke-9 hingga ke-15.

`Masalah utama yang sering dihadapi dalam Manajemen adalah dana yang tidak dapat menopang
kegiatan dari Lembaga yang melakukan Manejemen pelestarian ini, seperti yang dialami sebuah
Lembaga konservasi budaya dari Amerika serikat yakni National Park Service Program sumber
daya budaya dan tanggung jawab NPS menjangkau setiap taman dan hampir setiap komunitas di
negara, namun staf dan pendanaan belum mengimbangi pertumbuhan mereka, apalagi untuk
memenuhi tantangan baru dan signifikan yang kita baru dan signifikan yang kita hadapi
sekarang.
Daftar Pustaka

Sulistyanto, Bambang. 2018. “Penerapan Cultural Resource Management Dalam Arkeologi

The Importance of Cultural Resource Management to Industrial Archaeology. Daniel Dellosso.


Masters Thesis. Adams State University, Cultural Resource Management. 2019

Hendri Wijaya, D. W. (n.d.). PERAN UNESCO DALAM PERLINDUNGAN ANGKOR.


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Hatton, A., & MacManamon, F.P. (Eds.). (2000). Cultural Resource Management in
Contemporary Society: Perspectives on Managing and Presenting the Past (1st ed.). Routledge.

Unesco. Cultural heritage: 7 successes of UNESCO’s preservation work,


https://www.unesco.org/en/cultural-heritage-7-successes-unescos-preservation-work, Diakses
Pada tanggal 30 April 2023

National Park Servic, U.S. Department of the Interior, October 2013, National Park Service
Cultural Resource Challenge PRESERVING AMERICA’S SHARED HERITAGE IN THE
21ST CENTURY

Anda mungkin juga menyukai